Anda di halaman 1dari 7

Evaluasi Profil Klinis dan Laboratorium Pasien Juvenile Idiopathic Arthritis di

RS Dr. Saiful Anwar Malang

1. Latar Belakang
Juvenile idiopathic arthritis (JIA) merupakan salah satu penyakit reumatik tersering
pada anak yang terjadi sebelum usia 16 tahun (Leung et al.,2016). JIA ditandai dengan
inflamasi kronik pada sendi yang dapat terus berlangsung sampai usia dewasa dengan akibat
berpotensi menimbulkan keterbatasan fungsional dan menurunkan kualitas hidup. Hingga
saat ini patogenesis JIA belum diketahui, namun bukti-bukti yang ada menunjukkan terdapat
pengaruh faktor genetik dan respons autoimun abnormal sehingga terjadi inflamasi dan
destruksi sendi yang progresif (Petty et al., 2016). Insiden dan prevalensi JIA secara umum
bervariasi bergantung pada ras, kerentanan genetik dan lingkungan. Sebuah sudi
menyebutkan insiden JIA sebesar 1,6 - 23 kasus per 100.000 anak di wilayah Eropa dan
Amerika Utara (Thierry et al., 2014). Sedangkan di Indonesia sendiri, prevalensi JIA secara
nasional belum pernah dilaporkan.

Gejala klinis yang muncul pada pasien JIA bervariasi yaitu nyeri dan kekakuan pada
sendi serta gejala ekstraartikular seperti kelamahan otot, ruam kulit, uveitis. Gejala sistemik
juga dapat muncul seperti mudah lelah, anoreksia, penurunan berat badan turun dan
gangguan pertumbuhan. Berdasarkan International League of Associations for Rheumatology
(ILAR), JIA diklasifikasikan menjadi systemic-onset juvenile idiopathic arthritis, oligoarticular
juvenile idiopathic arthritis, polyarticular juvenile idiopathic arthritis, psoriatic arthritis,
enthesitis-related arthritis dan undifferentiated arthritis. Parameter biokimia yang ditemukan
pada pasien JIA antara lain peningkatan C-reactive protein (CRP) dan erythrocyte
sedimentation rate (ESR), serta dari uji serologi didapatkan peningkatan titer anti-CCP, RF
dan ANA atau autoantibodi lain. JIA dalam jangka panjang seringkali menimbulkan beberapa
komplikasi diantaranya disabilitas fungsional, gangguan pertumbuhan, gangguan psikososial
bahkan kematian.

Hingga saat ini di Indonesia belum ada banyak penelitian yang menunjukkan profil
klinis, laboratorium serta outcome morbiditas dan mortalitas pasien JIA. Oleh karena itu,
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana profil klinis dan laboratorium pasien
JIA di RS dr. Saiful Anwar Malang.

2. Tujuan Penelitian

Mengetahui profil klinis dan laboratorium pasien JIA di RS dr. Saiful Anwar Malang.
3. Metode Penelitian

3.1 Rancangan penelitian


Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
retrospektif dengan mengambil data dari register pasien Divisi Alergi Imunologi dan data
rekam medis pasien JIA RS dr. Saiful Anwar Malang selama tahun 2014 hingga 2016.

3.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian adalah pasien yang didiagnosa JIA berdasarkan kriteria ILAR di Poliklinik
dan Ruang Rawat Inap Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Saiful Anwar Malang. Kriteria
inklusi adalah pasien JIA baru, usia 5-15 tahun, tidak sedang menderita penyakit infeksi atau
keganansan, tidak sedang dalam terapi imunosupresan.

3.3 Jumlah Sampel


Untuk penelitian ini rumus perhitungan jumlah sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
n = Zα2 x ϑ2
d2
n = (1,96)2 x (0,2) 2
(0,1) 2
n = 15,36

n = jumlah sampel minimal


α = nilai signifikansi, pada penelitian ini digunakan nilai signifikansi sebesar 0,05 dan
konfiden interval 95%, sehingga diperoleh Zα = 1,96
ϑ = varians di populasi (0,2)
d = derajat kesalahan yang masih dapat diterima (0,10)
Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 15 pasien.

3.4 Pengambilan data rekam medis


Berikut ini data rekam medis yang digunakan dalam penelitian:
- Usia
- Jenis kelamin
- Gejala klinis
 Arthritis (lokasi sendi)
 Demam
 Ruam kulit
 Hepatomegali
 Splenomegali
 Limfadenopati
 Efusi pleura
 Efusi perikardial
 Peritonitis
 Nail Pitting
 Uveitis
- Hasil lab : Hb, Leukosit, Trombosit, LED, CRP, ANA, RF
- Terapi : NSAID, Steroid, Imunosupresan
- Klasifikasi JIA
Tabel Klasifikasi Juvenile Idiopathic Arthritis Beradarkan ILAR (Petty et al., 2016)

Exclusions :

a. Psoriasis or a history of psoriasis in the patient or first-degree relative


b. Arthritis in an HLA-B27-positive male beginning after the sixth birthday
c. Ankylosing spondylitis, enthesitis-related arhtiris, sacroiliitis with inflammatory bowel disease or acute anterior
uveitis or a history of one of these disorders in a first-degree relative
d. The presence of IgM rheumatoid factor and at least two occasions at least 3 months a part
e. The presence of systemic JIA in the patien
3.5 Skor JADAS-27
Salah satu instrumen untuk menilai indeks aktivitas penyakit JIA adalah dengan
Juvenile Arthritis Disease Activity Score-27 (JADAS-27). JADAS-27 telah divalidasi dan
banyak diterapkapkan dalam praktek klnis rutin di United State dan beberapa negara lain.
JADAS-27 terdiri atas komponen penilaian global oleh dokter, pasien atau orang tua, jumlah
sendi yang mengalami arthtritis dan kadar laju endap darah (Mourao et al., 2014).
TabelKomponen JADAS-27 (Juvenile Arthritis Disease Activity Score-27)

Core-set criteria Score


Physician global Using 10 cm visual analogue scale (VAS) 1-10
assessment of disease
activity
Parent/ patient global Using 10 cm visual analogue scale (VAS) 1-10
assessment of well-
being
Number of joints with Active arthritis, defined as joint swelling or limitation 0-27
active disease of movement accompanied
by pain and tenderness, assessed in 27 joints:
cervical spine, elbows, wrists, metacarpophalangeal
joints (1, 2, and 3), proximal interphalangeal joints,
hips, knees and ankles
ESR normalized to ESR mm/hour - 20 1-10
20mm/hour 10
ESR values < 20 mm/ hour were converted to 0 and
ESR values >120 were converted to 10

Dari skor JADAS-27 tesebut dapat dilakukan intepretasi berat ringan nya penyakit JIA.
Beberapa penelitian membuat klasifikasi derajad keparahan penyakit JIA dengan nilai cut-off
yang berbeda. Salah satu kriteria yang cukup banyak digunakan adalah adopsi dari penelitan
yang dilakukan oleh Consolaro et al (2014) dengan sensitivitas 90%, yaitu :

Oligoarthritis

- Inaktif :≤1
- Ringan : 1,1 – 4,2
- Berat : > 4,2

Poliarthritis/ Sistemik onset

- Inaktif :≤1
- Ringan : 1,1 – 8,5
- Berat : > 8,5
3.6 Analisa Statistik
Analisis data yang dilakukan adalah analisa data deskriptif dimana data dinyatakan
dalam mean dan SD. Keseluruhan penghitungan dilakukan dengan bantuan software SPSS
for Windows 17.0.

3.7 Alur Penelitian

Rekam Medis Pasien Poliklinik Alergi Imunologi dan Rawat Inap


Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU dr. Saiful Anwar Malang

Pasien dengan diagnosis JIA berdasarkan kriteria ILAR


yang memenuhi kriteria inklusi penelitian

Pengambilan data klinis dan laboratorium dari rekam medis,


klasifikasi JIA dan JADAS-27

Analisa Data
Karakteristik Pasien JIA

Characteristics n = 11
Age (y.o.) 11.64 ± 3.10
Sex
Male 4/11
Female 7/11
Clinical manifestation
Arthritis 11/11
Fever 2/11
Rash 3/11
Hepatomegaly 0/11
Splenomegaly 0/11
Limphadenopaty 0/11
Uveitis 0/11
Pleural/ pericard effusion 0/11
Location arthritis
MCP 5/11
PIP 6/11
Wrist 8/11
Elbow 3/11
Cervical spine 0/11
Ankle 3/11
Knee 8/11
Hip 1/11
Classification of JIA
Oligoarthritis 4/11
Polyarthritis 6/11
Systemic arthritis 1/11
Table 2. Comparison of platelete profil in JIA patients

Variable Oligoarthritis Polyarthritis Systemic p value


arthritis
Platelete count
MPV
PDW
PCT
*p value was significant if p< 0.05

Correlation between platelet and JADAS-27

Variable p value R
Platelet count
MPV
PDW
PCT

Anda mungkin juga menyukai