Anda di halaman 1dari 11

Upaya Pencegahan DBD

Health promotion

a. Strategi Promosi Kesehatan

Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan, yaitu: 9

1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar
sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga,
serta kelompok masyarakat.

2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan
terdorong untuk melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada
(keluarga di rumah, orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama,
dan lain-lain bahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut.

Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:

a. Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan


pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan opini yang positif terhadap perilaku
yang sedang diperkenalkan seperti

“gerakan 3M”. Di samping itu diharapkan mereka juga bersedia memperkenalkan atau mau
mempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama
rajin melakukan 3M yaitu menguras, mengubur dan menutup).

b. Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti Kepala


Lingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda dan lain-lain. Pendekatan
ini dilakukan bersama tokoh masyarakat sehingga mereka perduli dan mau mendukung
perubahan perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui untuk mempraktekkan
perilaku yang sedang diperkenalkan yaitu 3M tersebut.
c. Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina
dan memanfaatkan media-media komunikasi seperti radio, televisi, koran, majalah, situs
internet dan lain-lain, sehingga dengan media komunikasi tersebut diharapkan media-media
massa tersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku yang diperkenalkan. Dengan
demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam rangka penyebarluasan informasi
dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuah opini publik yang positif terhadap perubahan
perilaku baru yang diperkenalkan dan akhirnya mereka masyarakat mau melaksanakan
perilaku baru tersebut dalam kehidupannya.

3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk mendapatkan
komitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi diarahkan
untuk mendapatkan dukungan yang berupa kebijakan (misal dalam bentuk perundang-
undangan), dana,

sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat
formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana
pemerintah. juga dapat berupa tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya
berperan sebagai penentu kebijakan di bidangnya.

b. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai
visi “Indonesia Sehat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan
tiga fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2)
pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. 9

Promosi kesehatan secara umum

Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa
kegiatan, yaitu : 4

a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan

b. Memberi nutrisi yang sesuai standar


c. Meningkatkan kesehatan mental

d. Penyediaan perumahan yang sehat

e. Rekreasi yang cukup

f. Pekerjaan yang sesuai

g. Melakukan konseling perkawinan

h. Melaksanakan pemeriksaan berkala

Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja
melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
melalui pesan pokok “3M PLUS”, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap
analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan
diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan
buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah
berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM
Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan
semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-
kader, tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll. 4

Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang


nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan
melalui jalur- jalur informasi yang ada: 4

1. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama,


guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

2. Penyuluhan perorangan:

(1) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu

(2) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas

(3) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas


3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan
pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan
(musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat.
Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah
dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas,
usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya
diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.

Cara MelakukanPenyuluhan Kelompok

a. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan


atau pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian,
dan sebagainya.

b. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok:

- Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap
muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.

- Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta

- Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara


lain bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.

- Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan
gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster

- Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan
pertanyaan tentang materi yang dibahas
Gambar 4. Pamflet penyuluhan DBD

Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi
yang disampaikan telah dipahami.4

Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan

a) Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam


berdarah dengue menggunakan formulir : 4

(1) W1/laporan KLB (wabah)

(2) W2/laporan mingguan wabah

(3) SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian.
Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan
Puskesmas (SP2TP).

b) Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya


(akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke
Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat. 4

Informasi Penanggulangan Demam Berdarah

Mengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya maka
menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal itu
dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin untuk
mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan bahwa
penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain
penyebarannyapun luas. 4

Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini. Salah satu upaya
yang dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam berdarah
kepada masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah dilaksanakan
suatu sistem tepadu untuk menanggulangi demam berdarah. Hal ini, dilakukan dengan
melaksanakan sistem terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan dalam. 4

kontrol spesies aides (Sudarmo, 1980 : 60).

Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat secara
terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah informasi
yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus, cara
pemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan
penanggulangan terhadap penderita demam berdarah. 4

Selain itu, masyarakat perlu tahu bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam berdarah
antara lain : demam tinggi, perdarahan (terutama perdarahan kulit), hepatomegali dan
kegagalan peredaran darah (Sudarmo, 1988 :35). Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama
sejak anak demam tinggi, nyeri kepala dan berbagai bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi
dan malaise. Jika tanda-tanda tersebut ada, anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
memperoleh pengobatan dan perawatan. 4

2.4 Preventif

Secara garis besar kegiatan ini meliputi : 1

a. Pembersihan jentik

 Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

 Larvasidasi

 Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

b. Pencegahan gigitan nyamuk

 Menggunakan kelambu
 Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)

 Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)

 penyemprotan

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya
didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan
komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.
Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue,
maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan
agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada
kelompok yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi
penyakit DBD dengan cara memberantas vektornya. 10
Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih
merupakan pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi
pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan
oleh WHO dengan diadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia.
Strategi tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah
dan pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit
DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam
membuat perencanaan pemberantasan vektor, yaitu: 10
1. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh
alam, dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat
yang rendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi,
yaitu daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah
Sakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada
stadium dewasa maupun stadium jentik.
a. Pemberantasan vektor stadium dewasa
Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan
fogging atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan
pada nyamuk dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan
menggunakan mesin pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara. interval 1
minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue
(nyamuk infektif) dan naymuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul
nyamuk-nyamuk baru diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada
yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu
sesudah penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi
sebelum sempat menularkan pada orang lain (Depkes RI, 2005: 13).
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion
sangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan
aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya,
karena jentik yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam
pemberantasan vektor stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.
b. Pemberantasan vektor stadium jentik.
Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).
1. Fisik
Menurut Erik Tapan (2004: 92), untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit
Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) dengan cara “3M” yaitu:
1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak
mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat
tersebut tidak bisa dikuras
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan
berkembang biak di dalamnya
3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
misalnya ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.
Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat
untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit.
Daur hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur, jentik, kepompong hidup dalam air yang
tidak beralaskan tanah dan akan mati bilaairnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong
tersebut tidak menjadi naymuk,maka perlu dilakukan 3M Plus” secara teratur sekurang-
kurangnya seminggu sekali dengan gerakan “3M Plus”. Yang dimaksud Plus yaitu: 10
 Mengganti air vas bunga,tempat minum burung, atau tempat tempat lainnyasejenis
seminggu sekali
 Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
 Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain (dengantana san
lain lain)
 Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikurasatau
didaerah yang sulit air
 Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak bak penampungan air
 Memasang kawat kasa
 Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
 Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
 Menggunakan kelambu
 Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
2. Kimia
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi
jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan
antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah
granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10gram (± 1 sendok makan rata)
untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan.
Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan
temefos: 10
a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerah
yang belum pernah terjangkit DBD.
b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yang
tertinggi)
c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2 bulan setelah aplikasi II.
Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan
Altosid 1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk
Altosid 1,3 G atau 5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia
dalam setiap kantong Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu
sendok teh peres (yang diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal
membagikan atau menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat
betul. 10
Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) – Takaran
penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan
0,25 gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran
khusus yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat
betul. 10
3. Biologi
Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi,ikan
cupang/tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus thuringensisvar, Israeliensis
(Bti) (Depkes RI, 2005: 14). 10

2.5 Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment)


atau kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat
secara bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya. 4

Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)

Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik).
Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara
mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi
jentik nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan
kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan
jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara
terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik,
penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan
periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas
sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik.
Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat membantu
kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada Jumantik
memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya. 4
Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang
ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung
jawab melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja
serta melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik
tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat
sekitar dan anak-anak sekolah. Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah
mengenal cirri-ciri jentik nyamuk Aedes aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas
yaitu selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas
permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan
dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan
berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma,
gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi
nyamuk baru. 4
Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar
rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena
untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri
jentik aedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka
dilakukan abatisasi dan pencatatan. 4
Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik
ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi
tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat
keluarga, jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di
temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil
pencatatan ini dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas
Kesehatan. 4
Angka Bebas Jentik (ABJ)
Merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vector
penularDBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui
gerakanPSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila
angka bebas jentik suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk
terkena demam berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya
lebih besar. ABJ yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ):
1

Anda mungkin juga menyukai