Arsitektur Kristen Awal
Arsitektur Kristen Awal
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami tentang “Arsitektur Kristen
Awal” ini. Sebab karena penyertaan-Nya, kami mampu menyelesaikan makalah kami ini dengan baik,
Dalam penyusunannya, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu kami
mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang memberi bantuan pada kami, khusunya Ibu Afifah
Harisah,ST.MT.,Ph.D, selaku dosen mata kuliah Perkembangan Arsitektur II atas bimbingan yang
Harapan kami semoga materi ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, khusunya mengenai “Arsitektur Kristen Awal”. Sehingga, setiap informasi dan pengetahuan yang
didapat dari makalah ini dapat menjadi bekal bagi para pembaca agar dapat berkarya dengan desain yang
Mengingat kapasitas kami sebagai manusia biasa, tentu dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Kami selaku penulis mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar
PENDAHULUAN
Salah satu jenis arsitektur yang sangat berpengaruh besar yaitu Arsitektur
Eropa Klasik. Dimana awal mula terbentuknya Arsitektur Eropa Klasik dari beberapa
kaum maupun suatu agama yang memiliki ciri khas khusunya pada bangunan di
zaman mereka. Di makalah ini kami akan membahas lebih rinci mengenai Arsitektur
Eropa Klasik khususnya Arsitektur Kristen Awal.
2. Mengkaji segala unsur yang menyusun pembangunan gereja pada masa Kristen
Awal, dimulai dari material, struktur dan utilitas, ornamen, gaya (art), serta
pengaruh lingkungan sekitar sehingga, gereja pada masa Arsitektur Kristen Awal
memiliki ciri khas tersendiri.
1.4 MANFAAT
1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait arsitektur rumah adat tradisonal
dan referensi terkait ciri khas dari Arsitekur Abad Pertengahan, khususnya pada
masa Kristen Awal.
2. Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan ilmiah.
Pada zaman Kristen awal mulai terjadi perubahan nilai. Manusia mulai
memikirkan hal-hal yang bersifat ukhrawi atau kehidupan dunia sesudah kematian.
Hal ini setidaknya terlihat pada ciri-ciri sebagai berikut :
• Manusia cenderung berintrospeksi pada diri sendiri
• Karya arsitekturnya bersifat religius (tempat-tempat ibadah), contohnya tempat
pembabtisan, kuburan, gereja dan biara-biara.
• Karya seni lebih ditonjolkan untuk kepentingan agama.
Dalam proses perkembangannya, beberapa sumber kebenaran berasal dari
seorang Pendeta (sosok yang menjadi panutan dalam kehidupan beragama,
meskipun punya kesalahan). Namun, karena ada pendeta yang menggunakan
jabatannya untuk kepentingan pribadi, maka sering terjadi kesalahpahaman antara
jemaat dan pendetanya. Pola pikir yang dianut menunjukkan kepercayaan terhadap
ajaran Kristen yang dogmatik (yaitu peraturan-peraturan yang dibuat oleh para
pendeta sendiri) ini berlanjut kurang lebih selama 1000 tahun sampai dengan zaman
Gotik. Zaman ini disebut juga zaman gelap (dark ages) karena kebudayaan dan
peradaban Barat tidak berkembang.
Umat Kristiani mengalami perlakuan yang kejam dari bangsa Romawi. Rakyat
menjadi korban dan perburuan untuk mangsa binatang-binatang buas pada
kekaisaran di bawah kepemimpinan Kaisar Nero. Namun demikian kondisi ini tidak
membuat umat menjadi takut dan bertambah sedikit tetapi justru makin bertambah
banyak dan membawa pengaruh yang besar bagi penduduk terutama dari kalangan
tertindas.
Nilai rohani dan introspeksi diri menjadi dasar kepribadian bangsa Eropa
selama masa pemerintahan Kaisar Nero. Sehingga, melalui kedua dasar itulah mereka
menolak kegiatan pemujaan terhadap Kaisar Romawi. maka banyak bangunan bawah
tanah yang dibuat secara darurat dan sederhana. Ruang berbentuk lorong yang
difungsikan sebagai tempat tinggal, kuburan dan tempat berdoa. Letak tersembunyi
dengan jalan masuk rahasia agar tidak ditemukan oleh tentara Kaisar Romawi.
Sebagai aplikasi ajaran ini adalah adanya kebutuhan terhadap ruang yang
digunakan untuk upacara keagamaan seperti kuburan korban penindasan yang
diletakkan di bawah tanah (catacomb) dan tempat berdoa atau pemujaan kepada
Tuhan. Ajaran ini dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari kejaran
pemerintah waktu itu. Slogan yang sering dicanangkan oleh kaum Nasrani pada
waktu itu adalah “one god, one religion, and one church”, sedangkan slogan yang
digunakan oleh kaisar Romawi adalah “one state, one ideal, and one emperor”.
(a) (b)
Gambar 2.1.1. | Ruang bawah tanah yang digunakan untuk upacara Kristen (a);
[1]Sopandi, Setiadi. 2013. Sejarah Arsitektur : Sebuah Pengantar. Jakarta: UPH Press
Agama Kristen akhirnya diakui sebagai agama negara oleh kaisar Constantine,
sehingga banyak unsur-unsur Romawi yang masuk dalam agama Kristen. Karena
semakin banyak umatnya dan diakui oleh negara nilai-nilai kemanusiaan terhadap
kaum nasrani diangkat dan instrospe.ksi lebih mementingkan nilai-nilai spiritual.
Pada era kaisar Constantine inilah menjadi awal dari perkembangan Kristen
Awal di Eropa. Kemudian pada tahun 285 M, wilayah kekaisaran Romawi terpecah
menjadi 2 wilayah seiring dengan kekaisaran Romawi yang memasuki masa
kepudarannya. Perpecahan kekaisaran Romawi ini membagi wilayahnya menjadi
Wilayah Timur yang berpusat di Byzantium dan Wilayah Barat yang berpusat di
Roma. Wilayah Barat inilah yang menjadi tempat di mana era Kristen Awal muncul
dan berkembang.
17.11 WITA)
Dimulai dari Jaman Constantine, hingga Charlemagne (800 M). Serbuan Huns
yaitu orang-orang Mongol ke Eropa sekitar 376 M, berhasil menguasai Wilayah Eropa
hingga Italia. Pada 410 M Roma jatuh ketangan orang-orang Goth di bawah Alaric.
Peperangan tersebut hanya bagan keil daru berbagai konflik di Eropa. Pada
584 M orang-orang Lombard, menguasai hampir seluruh wilayah Itali hingga sekitar
dua abad.
[2] Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: Gajahmada Press
POLITIK
EKONOMI
SOSIAL
Kebutuhan akan ruang yang besar itu pun mulai terwujud sejak Kaisar
Constantine meresmikan agama Kristen sebagai agama resmi negara melalui
Deklarasi Milan.
[4]
Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: Gajahmada Press
Para pengrajin dan seniman di masa Kristen Awal adalah penerus tradisi
Romawi juga. Namun, karena menurunnya kemakmuran mereka akibat kekuasaan
Romawi semakin pudar, membuat pembangunan mereka lebih memerhatikan pada
kebutuhan ruang dan ketersediaan material.
Bangunan di masa Kristen Awal (abad IV s.d. abad VIII), mempunyai nilai yang
sangat menekankan penyelesaian masalah konstruksinya. Konsep-konsep yang
menyusun arsitektur gereja Basilikan ini mengadopsi konsep-konsep yang menyusun
gedung Basilika peninggalan dari bangsa Romawi.
WITA)
Bagian peralihan terdiri dari atrium, yang merupakan halaman depan gereja
yang dikelilingi oleh portico, yaitu semacam gang yang satu sisinya berupa deretan
kolom yang terbuka ke arah atrium dan sisi lainnya berupa dinding. Sebelum masuk
ke bagian utama gereja, terdapat narthex, gang yang menjadi perantara bagian
peralihan dan bagian utama dari suatu gereja masa Kristen Awal. Selain itu, di
tengah-tengah atrium, terdapat air mancur (atau biasanya berupa bak pembersihan
yang disebut dengan cantharus[5], digunakan untuk upacara ritual pembersihan yang
dilaksanakan di atrium suatu gereja pada masa Kristen Awal. Sebelum masuk ke
atrium, terdapat 2 menara kembar yang mengapit pintu masuk. Gerbang masuk ini
dapat dicapai dengan melalui tangga yang lebarnya hampir selebar gereja.
Bagian utama terdiri dari nave, yaitu ruang umat utama sebagai pusat sebuah
gereja yang memanjang dari narthex ke choir atau mimbar gereja dan biasanya diapit
oleh aisle. Aisle merupakan pembagian longitudinal sebuah gereja, yang mengapit
nave dan terpisahkan oleh barisan kolom atau pier. Setelah melalui nave, terdapat
bema yang menjadi pemisah antara nave dan apse. Apse sendiri merupakan proyeksi
setengah lingkaran atau polygonal sebuah bangunan yang biasanya berkubah,
biasanya apse terdapat pada rumah sakit atau ujung Timur sebuah gereja. Pada apse
terdapat tribun sebagai takhta uskup dan sanctuary yang merupakan tempat yang
dianggap suci karena terdapat altar, yang merupakan meja dalam gereja Kristen di
mana Eucharist (sakramen yang meperingati kematian Kristus) dirayakan. Biasanya
altar disebut meja komuni[6].
[7]
Ching, Francis D. K. 2012. Kamus Visual Arsitektur. Jakarta: Erlangga
Gambar
2.1.2.2. |
Bagian-
Bagian
Gereja
Basilikan
St. Peter
(Sumber :
Ching,
Francis D.
K. 2012.
Kamus
Visual
Arsitektur.
Jakarta:
Erlangga)
Bentuk denah segi empat merupakan ciri khas paling utama dari gereja-gereja
tipe Basilika. Selain itu, gereja basilikan memiliki kolom-kolom yang dipasang dengan
jarak yang lebar menjaga entablaur ataupun pelengkung untuk mendapatkan
bentangan yang lebih lebar. Pemasangan kolom-kolom ini hampir terdapat pada
keseluruhan bagian gereja, seperti pada di sepanjang portico dan narthex, serta untuk
pemisah antara nave dan aisle.
(a)
Gambar 2.1.2.3. | Denah Gereja St. Paolo Feuri le Mura (a); dan Denah gereja St. Clemente (b)
(Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)
Selain itu, pada bagian utama gereja, nave selalu berada di tengah dan diapit
aisle baik di sebelah kiri, maupun sebelah kanan dari nave. Namun, biasanya jumlah
lajur aisle yang mengapit nave berbeda pada tiap-tiap gereja pada masa Kristen Awal.
Sebagai contoh, gereja Basilikan St. Peter (313 M) memiliki aisle dengan dua lajur
pada sisi kiri dan kanan dari nave (380 M). Namun, berbeda halnya dengan gereja S.
Apolliniare in Classe, yang memiliki aisle dengan satu lajur saja. Gereja tipe Basilikan
juga selalu memiliki proyeksi setengah lingkaran yang disebut apse.
Dinding kiri-kanan nave, tinggi, dan lebar ditumpu oleh deretan kolom yang
bercorak Korintien dan menyangga pelengkung-pelengkung. Atap yang berada di
atas nave berupa kuda-kuda kayu ditutup atap yang bersisi miring dua. Sementara
atap yang berada di atas aisle merupakan konsturksi setengah kuda-kuda, sehingga
ditutupi atap bersisi miring satu, serta letaknya berada di bawah atap yang menutupi
nave. Seluruh kuda-kuda kayu hasil konstruksi atap untuk ruang dalam tidak ditutup
dengan plafond sehingga dianggap sebagai bagian dari dekorasi.
Pada dinding bagian atas nave (dinding yang tepat berada di atas atap yang
menaungi aisle), terdapat deretan jendela yang masing-masing ambangnya
lengkung. Bentuk ambangnya yang lengkung merupakan ciri khas yang selalu
ditemui pada gereja-gereja yang ada di masa Kristen Awal.
Di samping itu, beberapa gereja juga membuat suatu variasi seperti pada
gereja Saint Paolo Fouri le Mura (380 M) yang sudah dibangun ulang, di mana
membuat pandangan gereja ini dari depan menjadi tidak simetris dengan
menambahkan menara Campanil (menara lonceng) di sisi utara (sebelah kiri gedung
jika dilihat dari denah). Hal serupa juga terjadi pada gereja Basilikan St. Peter yang
(a)
(b)
Gambar 2.1.2.4. | Perspektif Gereja S. Appolinare in Classe (a); dan Perspektif gereja St. Paolo
Fouri le Mura (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM
Press)
(b)
(a)
Gambar 2.1.2.5. | Denah Lengkap Gereja Basilikan St. Peter (a); dan Denah gereja St. S.
Appolinare in Classe (b) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa.
Yogyakarta: UGM Press)
Terdapat pula beberapa ornamen di dalam gereja, antara lain pada bagian
atas dari masing-masing pilar yang terdapat di portico yang dihias dengan mosaik,
molding, dan relief; di bagian utama gereja, dapat ditemui berbagai macam ragam
hias di sekeliling ruangan dan di altar. Hal ini ditunjukkan oleh gereja S. Clemente di
Roma (1099-1108).
(c)
Gambar 2.1.2.5. | Ragam hias pada kolom gereja (a); kolom-kolom pada portico (b); dan ragam hias
pada altar dan ruang dalam gereja (c) (Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik
Eropa. Yogyakarta: UGM Press)
MATERIAL
Selain itu, material kayu juga berperan penting khususnya dalam konstruksi
kuda-kuda. Pengerjaan material kayu ini juga didukung oleh teknologi yang dimiliki
oleh bangsa Romawi yang saat itu sudah menerima dan meresmikan agama Kristen
sebagai agama negera.
Gereja tipe Basilika, merupakan jenis yang sangat sering dijumpai pada gereja-
gereja yang terdapat di wilayah kekuasaan Romawi pada zaman Kristen Awal. Namun,
bukan berarti bentuk segi empat adalah satu-satunya bentuk yang digunakan
penduduk zaman Kristen Awal dalam membangun gereja sebagai tempat
beribadahnya. Semakin berjalannya masa Kristen Awal ini, bentuk (konsep) yang
digunakan penduduk setempat sudah mulai menggunakan banyak bentuk lain
dengan berbagai variasi dalam konstruksi gereja.
Konsep arsitektur yang digunakan dalam gereja ini tergolong dalam jenis
yang disebut dengan Tipe Alternatif atau Tipe Memusat. Secara umum, gereja-gereja
zaman Kristen Awal yang tidak menggunakan konsep dari Tipe Basilika,
menggunakan konsep ini dengan menentukan salah titik atau posisi dari keseluruhan
gereja sebagai pusat dari bangunan.
Jika diamati secara keseluruhan, konsep arsitektur pada masa Kristen Awal
dibedakan lagi menjadi dua jenis, antara lain :
a. Tipe Memusat Denah Melingkar atau Oktagonal
b. Tipe Memusat dengan Tonjolan Pentagon atau Bujur Sangkar
Untuk lebih jelasnya, kedua jenis konsep arsitektur yang mewakili Tipe Memusat ini
akan dijelaskan selanjutnya.
Gereja jenis ini, cederung menggunakan denah melingkar, sehingga pusat dari
ruangan menjadi fokus dalam pelaksanaan upacara keagamaan dan cenderung
dikelilingi oleh ruang yang berupa sirkulasi melingkar yang disebut ambulatory.
Di Roma, gereja S. Stefano Rotondo adalah salah satu gereja yang terkenal
dengan strukturnya yang memusat. Gereja ini tercatat sebagai gereja berdenah
lingkaran terbesar dengan diameter 64 M. Sirkulasi lingkarannya terdiri atas lingkaran
luar dan lingkaran dalam. Lingkaran (ambulatory) dibagi menjadi 8 segmen, untuk
empat buah kapel (gereja kecil). Masing-masing kapel mempunyai pintu langsung,
denahnya radial, bagian dari lingkaran. Di setiap kapel terdapat apse berdenah
setengah lingkaran yang menonjol keluar.
Struktur sama juga ditemui pada makam S. Constanza di Roma (330 M).
Makam ini dibangun oleh Constantine untuk makam adiknya, Constantia. Pintu
masuknya berupa porch, berdinding tanpa tiang, dengan tiga pintu masuk, pintu
masuk terbesar berada di tengah diapit kembar kiri-kanan dengan ukuran lebih kecil.
Ketiga pintu ini berambang melengkung, sangat khas Kristen Awal.
Ruang dalam terdiri dari bagian tengah berdenah lingkaran dengan diameter
12,20 M, dikelilingi oleh semacam nave yang melingkar, lebarnya 5 M. Gang semacam
nave melingkar tersebut terbentuk oleh dinding luar dan deretan kolom granit
posisinya pada keliling lingkaran, sebanyak12 buah, masing-masing ganda dan
kembar.
(a) (b)
Gambar 2.2.2.4. | Potongan makam St. Constanza (a) Tampak makam St. Constanza (b)
(Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)
Konsep arsitektur ini juga terdapat pada baptistery, bangunan yang dibangun
terpisah dari gereja atau kapel, yang digunakan khusus untuk upacara pembaptisan.
Salah satunya pada Baptistery Constantine di Roma (432-440). Baptistery ini adalah
salah satu yang tertua di Italia, sehingga kemungkinan besar baptistery lain
menggunakan konsepnya.
Lantai dari lingkaran dalam turun tiga trap (seperti anak tangga) dari lantai
lingkaran luar. Kolom terbuat dari marmer dan menumpu entablature, berbentuk
cincin dan di atasnya terdapat kolom yang posisi dan bentuknya sama dengan yang
di bawahnya yang juga menumpu entablature berbentuk cincin, di atasnya lagi
terdapat dinding pada setiap sisi. Pada setiap dinding tersebut terdapat jendela atas
yang berbentuk lingkaran yang disebut dengan mata sapi (oculus/bull’s eye).
Bagian lantai yang berbentuk lingkaran ditutup oleh ceruk kubah yang
berperan sebagai plafond. Bentuk kubah tersebut bukan dari bentuk setengah bola,
melainkan dari patah-patahan delapan buah yang posisi dan jumlahnya disesuaikan
denah hexagonal. Atapnya piramida tumpul ditutup genting.
(a) (b)
Gambar 2.2.2.4. | Tampak Baptistery Roma (a) Potongan Baptistery Roma (b) (Sumber : Soemantyo,
Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)
STRUKTUR
Makam Galla Placidia, Ravenna (425) salah satu bangunan masa Kristen Awal
yang menggunakan konsep terpusat pada denahnya, namun tidak menggunakan
denah berbentuk lingkaran ataupun oktagonal. Makam ini menggunakan bentuk
salib sebagai denahnya.
Pada kedua lengan salib, kepala, dan tengah-tengah yang membentuk ruang
segi empat terhadap makam. Pintu masuk berada pada bagian kaki salib. Makam ini
mengggunakan atap pelana pada kedua lengan dan kepala salib (dilihat dari denah).
Ruang tengah (persilangan kedua lengan, kepala, dan kaki salib) memiliki denah
bujur sangkar dengan dikelilingi oleh empat pelengkung. Ruang tengah tersebut
dindingnya tinggi beratap kubah , serta dilapisi oleh atap piramidal. Karena denahnya
bujur sangkar, maka kubah tidak seutuhnya berbentuk setengah bola karena setiap
sisinya terpotong bidang vertikal dari dindingnya.
Seluruh dinding merupakan hasil konstruksi batu-bata. Pada sisi luar dihias
dengan pelengkung mati. Hiasan luar hanya berupa molding dan cornice yang
membentuk garis-garis tebal horisontal dan miring mengikuti kemiringan atap. Pada
dinding ruang tengah yang tinggi, masing-masing terdapat jendela atas. Pada ruang
dalam terdapat banyak hiasan, antara lain dekorasi pada pelengkung, termasuk
lukisan dinding.
(b)
(c)
Karena masa Kristen Awal muncul di zaman Romawi (setelah zaman Yunani),
maka dekorasi-dekorasi arsitektur yang digunakan pada bangunan-bangunan seperti
gereja, baptisery, atau makam semuanya merupakan perkembangan dari bangsa
Romawi (perkembangan dari situasi politik yang membawa pengaruh budaya).
Pengaruh zaman Yunani yang masih ada pada arsitektur masa Kristen Awal
dapat dilihat dari Order yaitu konstruksi kolom dan balok yang dihias (entablature).
Yang paling banyak ditemui di gereja-gereja yaitu Order khas Korintien. Ciri khas
Order ini berupa hiasan floral pada kepalanya (capital). Pada bangunan-bangunan
masa Kristen Awal juga terdapat banyak hiasan geometrik, antara lain pada lantai,
dinding, ukiran pada pintu dan jendela. Beberapa contohnya dapat dilihat berikut ini.
(Sumber : Soemantyo, Yulianto. 2010. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: UGM Press)
Civade Roma
3.1. KESIMPULAN
Zaman Kristen Awal adalah zaman awal di mana agama Kristen berkembang
di Eropa, di mana masyarakat setempat saat itu berada di bawah kekuasaan
Kekaisaran Romawi. Masyarakat setempat yang menganut agama Kristen sering
menjadi korban dan perburuan untuk mangsa binatang-binatang buas pada era
kekuasaan Romawi di bawah pimpinan Kaisar Nero. Namun bukannya padam,
semangat mereka pun tetap bertambah. Hingga akhirnya Kaisar Constantine
memegang kekuasaan Romawi, mulai terjadi perpecahan wilayah Romawi dan
akhirnya menjadi awal diterimanya agama Kristen sebagai agama negara.
Gereja tipe basilikan cenderung memiliki denah segi empat, dengan memiliki
atrium sebagai taman, yang dikelilingi portico di sebelah kiri dan kanan. Setelah
melalui atrium, terdapat narthex sebagai gang perantara portico dengan bagian
dalam gereja. Bagian dalam gereja sendiri terdiri atas nave sebagai sirkulasi utama,
yang diapit oleh aisle di samping kiri dan kanan. Terdapat bema sebagai transept
setelah melalui nave dan teradapat altar sebagai meja perjamuan suci sehingga
disebut sebagai sanctuary. Di akhir bema terdapat apse yang berbentuk setengah
lingkaran.
3.2. SARAN
Adapun saran dari penulisan makalah ini kepada pembaca agar dapat
menambah wawasannya melalui belajar mengenai konsep arsitektur masa Kristen
Awal. Hal ini ditujukan kepada setiap pribadi yang ingin berkecimpung dalam dunia
arsitektur, khususnya dalam mengetahui perkembangan konsep arsitektur yang
terjadi di berbagai dunia, khusunya Eropa. Karena arsitektur Eropa itu sendiri
merupakan arsitektur yang membangun berdasarkan situasi yang terjadi di sekitar
lingkungannya, yang memiliki nilai-nilai tersendiri pertahankan sifat keaslian
bangunannya dan gaya arsitekturnya, namun nilai-nilai ini juga bisa menjadi refleksi
bagi setiap arsitek untuk berinovasi melalui karya arsitektural yang fungsional,
memberi keamanan dan kenyamanan bagi penggunanya, serta memiliki nilai
keindahan (estetika) yang lebih tersendiri.
Selain itu penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan karena kami masih
dalam proses pembelajaran. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya
tersirat maupun tersurat.
SUMBER BUKU
SUMBER INTERNET
modul.mercubuana.ac.id/modul/Fakultas%20Teknik/Teknik%20Arsitektur/A
lvin%20Hadiwono%20-
%20Sejarah%20Arsitektur%20Dunia%20%5B12067%SD/PPT%20Sejarah%
20Arsitektur%20%5BTM4%5D.pdf
raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14068/KRISTEN+AWA
L.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Basilik