Anda di halaman 1dari 9

I.

CABAI RAWIT
Cabai rawit merupakan tanaman hortikultura (sayuran) yang buahnya dimanfaatkan untuk
keperluan aneka pangan. Cabai rawit banyak digunakan sebagai bumbu dapur, yakni sebagai bahan
penyedap berbagai macam masakan, antara lain sambal, saus, aneka sayur, acar, lalap, asinan, dan
produk-produk makanan kaleng. Dalam industry makanan, ekstrak bubuk cabai rawit digunakan sebagai
pengganti lada untuk membangkitkan selera makan bagi kebanyakan orang.
Selain digunakan sebagai penyedap masakan, cabai rawit juga dapat digunakan dalam pembuatan
ramuan obat-obatan (industri farmasi), industri kosmetika, industri pewarna bahan makanan, bahan
campuran pada berbagai industry pengolahan makanan dan minuman, serta penghasil minyak asiri.
Dalam bidang peternakan, ekstrak cabai rawit digunakan sebagai campuran makanan ternak,
terutama makanan burung ocehan, burung hias, dan ayam. Rasa pedas yang terdapat pada cabai rawit
karena adanya kandungan zat capsaicin dapat merangsang burung untuk sering berkicau dan merangsang
ayam untuk segera bertelur.
Cabai rawit mengandung zat oleoresin, yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan
pelarut organic, misalnya alcohol dan heksan. Proses pembuatan oleoresin meliputi penggilingan
(maserasi), ekstraksi, penghilang pelarut (destilasi), dan finishing atau bleeding. Dalam industri farmasi,
zat oleoresin dan zat-zat aktif (capsaicin) yang terdapat dalam bentuk larutan capsicum adalah obat yang
digunakan secara luas untuk mengobati berbagai jenis penyakit, misalnya gangguan pada tulang, rematik,
sakit kepala, sakit pinggang, bisul pada anak-anak, sakit perut, diare, kram, asma dll.

VIII. Kandungan Gizi Cabai Rawit


Buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni kalori, protein, lemak,
karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya
oleoresin, capsaicin, bioflavonoid, minyak asiri, karoternoid (kapsantin, kapsorubin, karoten, dan lutein).
Cabai rawit juga mengandung flavonoid, anti-oksidan, abu, dan serat kasar.
Pada umumnya, cabai mengandung 0,1% - 1% rasa pedas, yang disebabkan oleh kandungan zat
capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungan
capsaicin dan dihidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggi. Oleh karena itu, cabai rawit memiliki rasa
lebih pedas daripada jenis cabai lainnya. Kandungan gizi (komposisi kimia) cabai rawit sebagai berikut :
No. Jenis Zat Kadar
1 Kalori 103 kal
2 Protein 4,7 g
3 Lemak 2,4 g
4 Karbohidrat 19,9 g
5 Kalsium 45 mg
6 Fosfor 85 mg
7 Zat Besi 2,5 mg
8 Vitamin A 11.050 Sl
9 Vitamin B1 0,24 mg
10 Vitamin B2 -
11 Vitamin C 70 mg
12 Niasin (Vitamin B3) -
13 Air 71,2 g
Sumber : Anonim, 1964
Tanaman cabai rawit (capsicum frutescens L.) tergolong dalam family terung-terungan
(solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek yang
tumbuh sebagai perdu atau semak, dengan tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 m.

A. Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit

Beberapa dari kita tentu melihat cabai sebagai satu jenis tanaman yang sama yaitu dengan
pedasnya, tapi ternyata berdasarkan taksonomi tumbuhan atau ilmu penggolongan dan nama ilmiah
tumbuhan yang disusun oleh seorang pakar biologi berkebangsaan Swedia bernama Caroleus Linnaeus
(1707-1778) berhasil melakukan klarifikasi cabai rawit.
Umumnya tanaman jenis solanaceae ini tergolong tanaman yang mudah tumbuh pada jenis tanah
apa saja bahkan kadang kala kita lihat tumbuh di tanah kosong secara liar.
Cabai rawit yang kita lihat sehari-hari mempunyai nomenklatur yang tetap seperti ini :

Kingdom : Plantae (Kerajaan tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisi : Spermatopytha (tumbuhan menghasilkan biji)
Subdivisi : Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua atau biji belah)
Ordo (bangsa) : Corolliforea
Famili (keluarga) : Solanaceae
Genus (marga) : Capsicum
Spesies (jenis) : Capsicum frutescens L.

B. Ciri-ciri Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl.
Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas
bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal
menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga
keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan,
berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu.
Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok,
ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda
berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang. Bijinya
banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas,
yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba
(cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua
menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi
merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus
untuk lalap.Cabai rawit dapat diperbanyak dengan biji.
C. Deskripsi dan Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Secara morfologi, bagian-bagian atau organ-organ penting dari tanaman cabai rawit dapat di
deskripsikan sebagai berikut.
1. Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap,
berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan
terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30 cm – 45 cm. Cabang tanaman
beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daub dan tunas (cabang).
2. Daun
Daun cabai rawit bebentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak
bergerigi/berlekuk). Ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman cabai besar. Daun
merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai
tunggal yang melekat pada batang atau cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak
rimbun.
3. Akar
Tanaman cabai memiliki perakaran yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar serabut saja.
Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme.
Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi
sebagai akar tunggang semu.
4. Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang.
Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya
tumbuh pada ketiak daun, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan
biasanya terdapat 2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada
yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 — 20 mm. Bunga tanaman cabai
merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina.
Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga
tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di lahan dalam jumlah yang
banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman
cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10
— 20 km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan
penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik mendekati bunga tanaman cabai yang
menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya.
5. Buah dan biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak
variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano, cubanelle, cayenne, pimento, anaheim
chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho, banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah
cabai, di mana tipe elongate bell dan blocky bell dianggap sama.
Manfaat Cabai Rawit
1. Penyembuh Luka
Jika jari Anda secara tidak sengaja teriris pada saat memasak, pada umumnya Anda akan mencari obat merah
untuk menyembuhkannya. Namun walaupun Anda telah member obat merah pada luka, rasa sakit/nyeri tetap saja
berasa kuat.
obat merah yang tidak hanya mencegah infeksi tapi juga segera meredakan rasa nyeri dan pendarahan
sehingga mempercepat proses penyembuhan adalah cabe merah. Caranya, adalah cabe merah dikeringkan kemudian
ditumbuk sampai halus.
Setelah itu ditaburkan pada luka-luka. Bubuk cabai tersebut tidak akan membuat perih luka Anda. Justru
sebaliknya, cabe akan menghentikan dengan cepat nyeri dan pendarahan yang ada. Ini disebabkan karena adanya zat
capsaicin pada cabe merah yang menghilangkan rasa sakit.
2. Pereda Demam Tinggi
Dibandingkan dengan pengobatan konvensional, mengatasi demam tinggi dengan cabe merupakan solusi
alternatif yang mudah, murah dan cepat. Tapi yang dugunakan bukan buah cabenya tapi daunnya.
Caranya, pertama ambil segenggam daun cabai rawit, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan 1 sendok minyak
selada dan campurkan kedua bahan ini sampai rata. Setelah itu tempelkan ramuan pada ubun-ubun atau dibalurkan
pada seluruh badan.
Selimuti badan penderita dengan selimut yang tebal. Tak berapa lama, badan akan mengeluarkan keringat,
sehingga panas badan akan menurun dengan cepat.
3. Meredakan pilek dan hidung tersumbat
Karena cabe mengandung zat capsaicin yang dapat mengencerkan lender, sehingga lendir yang tersumbat
dalam rongga hidung akan menjadi encer dan keluar. Akibatnya, hidung menjadi tidak tersumbat lagi. Ini berlaku pada
sinusitis dan juga batuk berdahak.
4. Mencegah Stroke
Cabe dapat memperkecil risiko terserang stroke, penyumbatan pembuluh darah, impotensi, dan jantung
koroner. Karena, dengan mengkonsumsi capsaicin secara rutin darah akan tetap encer dan kerak lemak pada pembuluh
darah tidak akan terbentuk. Sehingga, darah akan mengalir dengan lancar. Jadi, cabe juga berkhasiat mengurangi
terjadinya penggumpalan darah (trombosis).
5. Meringankan sakit kepala dan nyeri sendi
Pernah dengar kan nasihat kalau pusing, makan yang pedas-pedas? Nasihat itu ada benarnya karena rasa pedas
yang ditimbulkan capsaicin dapat menghalangi aktivitas otak ketika menerima sinyak rasa sakit dari pusat sistem
saraf. Terhambatnya perjalanan sinyal ini akan mengurangi rasa sakit yang kita derita.
Selain itu cabe berkhasiat juga untuk meredakan migrain
6. Meningkatkan nafsu makan
Karena capsaicin dapat merangsang produksi hormon endorphin, hormon yang mampu membangkitkan rasa
nikmat dan kebahagiaan. Sehingga, nafsu makan menjadi bertambah.
7. Menurunkan kadar kolesterol dan sebagai antibiotik alami
8. Memiliki kandungan antioksidan
Yang dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses
penuaan
Dari semua khasiat tersebut akan kita dapatkan, Jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, karena jika tidak justru
cabe dapat mengakibatkan sakit perut yang dahsyat bagi pengkonsumsinya.

Penyiapan Benih Benih cabe dapat dibuat sendiri dengan cara sebagai berikut:
Pilih buah cabe yang matang (merah)
Bentuk sempurna, segar
Tidak cacat dan tidak terserang penyakit.
Kemudian keluarkan bijinya dengan mengiris buah secara memanjang
Cuci biji lalu dikeringkan.
Kemudian pilih biji yang bentuk, ukuran dan warna seragam, permukaan kulit bersih, tidak keriput dan tidak
cacat.

Bila kesulitan membuat sendiri, benih cabe dapat dibeli di took pertanian setempat.
Benih yang akan ditanam diseleksi dengan cara merendam dalam air, biji yang terapung
dibuang.
Persemaian
Sebelum tanam di tempat permanen, sebaiknya benih disemai dulu dalam wadah semai yang dapat berupa bak
plastik atau kayu dengan ketebalan sekitar 10 cm yang dilubangi bagian dasarnya untuk pengaturan
air(drainase).
Persiapannya adalah sebagai berikut:
1. Isikan dalam wadah semai media berupa tanah pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Untuk
menghilangkan gangguan hama berikan pestisida sistemik di tanah dengan takaran 10 gr/m2. Media ini
disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian benih.
2. Benih yang akan ditanam, sebelumnya direndam dalam air hangat (50 derajat Celcius) selama semalam,
Tambahkan MiG‐6PLUS saat perendaman dengan dosis 10ml : 1 liter air.
3. Tebarkan benih secara merata di media persemaian, bila mungkin beri jarak antar benih 5 x 5 cm sehingga
waktu tanaman dipindah/dicabut, akarnya tidak rusak. Usahakan waktu benih ditanam diatasnya ditutup
selapis tipis tanah. Kemudian letakkan wadah semai tersebut di tempat teduh dan lakukan penyiraman
secukupnya agar media semai tetap lembab.

Pembibitan
. Benih yang telah berkecambah atau bibit cabe umur 10‐14 hari (biasanya telah tumbuh sepasang daun)
sudah dapat dipindahkan ke tempat pembibitan.
. Siapkan tempat pembibitan berupa polybag ukuran 8 x 9 cm atau bumbungan dari bahan daun pisang
sehingga lebih murah harganya. Masukkan ke dalamnya campuran tanah, pasir dan pupuk kandang.
. Pindahkan bibit cabe ke wadah pembibitan dengan hati‐hati. Pada saat bibit ditanam di bumbungan,
tanah di sekitar akar tanaman ditekan‐tekan agar sedikit padat dan bibit berdiri tegak. Letakkan bibit di tempat
teduh dan sirami secukupnya untuk menjaga kelembabannya.

Pembibitan ini bertujuan untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat pemindahan ke
tempat terbuka di lapangan atau pada polybag Pemindahan bibit baru dapat dilakukan setelah berumur 30‐40
hari.
Persiapan Media Tanam dalam Polybag
1. Siapkan polybag tempat penanaman yang berlubang kiri kanannya untuk pengaturan air.
2. Masukkan media tanam ke dalamnya berupa campuran tanah dengan pupuk kandang 2 : 1 sebanyak 1/3
volume polybag. Tambahkan pestisida sistemik 2‐4 gr/tanaman untuk mematikan hama pengganggu dalam
media tanah.
3. Masukkan campuran tanah dan pupuk kandang ke dalam polybag setinggi 1/3 nya.
4. Tambahkan pupuk buatan sebagai pupuk dasar yaitu 10 gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 bagian dari campuran 10
gr Urea + 20 gr ZA per tanaman (2/3 bagiannya untuk pupuk susulan). Biarkan selama 3 hari, kemudian
siram dengan larutan pupuk hayati MiG‐6PLUS dengan dosis 10ml : 1 liter air.

245
Penanaman di Lapangan
. Siapkan bedengan yang dicampur dengan pupuk kandang
. Jika pH tanah rendah (4‐5) maka lakukan terlebih dahulu pengapuran. Pengapuran dilakukan bersamaan
dengan pembuatan bedengan sebarkan kapur, aduk rata, biarkan selama 3 minggu.
. Semprotkan larutan pupuk hayati MiG‐6PLUS merata pada permukaan bedengan. Tahap ini kebutuhan
pupuk hayati MiG‐6PLUS adalah 2 liter per hektar.
. Tutup bedengan dengan mulsa plastik.
. Gunakan kaleng yang diberi arang untuk melubanginya.
. Pindahkan hati‐hati bibit ke dalam lubang tanam.

Penanaman
1. Pilih bibit cabe yang baik yaitu pertumbuhannya tegar, warna daun hijau, tidak cacat/terkena hama
penyakit.
2. Tanam bibit tersebut di polybag penanaman. Wadah media bibit harus dibuka dulu sebelum ditanam.
Hati‐hati supaya tanah yang menggumpal akar tidak lepas. Bila wadah bibit memakai bumbungan pisang
langsung ditanam karena daun tersebut akan hancur sendiri. Tanam bibit bibit tepat di bagian tengah,
tambahkan media tanahnya hingga mencapai sekitar 2 cm bibir polybag.
3. Padatkan permukaan media tanah dan siram dengan air lalu letakkan di tempat terbuka yang terkena sinar
matahari langsung.
Pemeliharaan Penyiraman
Lakukan penyiraman secukupnya untuk menjaga kelembaban media tanah.
Pemupukan
Lakukan pemupukan susulan :
. Pupuk Kimia
Umur 30 hari setelah tanam : 5 gr Kcl per tanaman. Umur 30 dan 60 hari Setelah tanam : masing‐masing
1/3 bagian dari sisa campuran Urea dan ZA pada pemupukan dasar.
Pupuk hayati MiG‐6PLUS
Pengulangan pemberian pupuk hayati MiG‐6PLUS pada masa pemeliharaan adalah setiap 3 minggu
sekali dengan dosis yang di anjurkan adalah 2 liter MiG‐6PLUS per hektar.

Perompesan
Perompesan adalah pembuangan cabang daun di bawah cabang utama dan buang
bunga yang pertama kali muncul.
Pengendalian hama,penyakit,dan gulma
Hama
Untuk mengendalikan hama lalat buah penyebab busuk buah, pasang jebakan yang diberi Antraxtan. Sedang
untuk mengendalikan serangga pengisap daun seperti Thrips, Aphid dengan insektisida.
Jenis‐jenis hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun dan trips.Kutu daun menyerang
tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang terserang akan mengerut dan melingkar. Cairan manis yang
dikeluarkan kutu, membuat semut dan embun jelaga berdatangan. Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi
tanda tak langsung serangan kutu daun.
Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz) dengan memberikan pestisida sistemik pada tanah sebanyak
60‐90 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area.
Apabila tanaman sudah tumbuh semprotkan insektisida. Serangan hama trips amat berbahaya bagi tanaman
cabai, karena hama ini juga vector pembawa virus keriting daun.
Gejala serangannya berupa bercak‐bercak putih di daun karena hama ini mengisap cairan daun tersebut. Bercak
tersebut berubah menjadi kecokelatan dan mematikan daun. Serangan berat ditandai dengan keritingnya daun
dan tunas. Daun menggulung dan sering timbul benjolan seperti tumor.
Hama trips (Thrips tabaci) dapat dicegah dengan banyak cara
yaitu:
. Pemakaian mulsa jerami
. Pergiliran tanaman
. Penyiangan gulma atau rumputan pengganggu, dan menggenangi lahan dengan air selama beberapa
waktu.
. Pemberian pestisida sistemik pada waktu tanam seperti pada pencegahan kutu daun mampu mencegah
serangan hama trip juga. Akan tetapi, untuk tanaman yang sudah cukup besar, dapat disemprot dengan
insektisida.
Cabai rawit memang pedas. Namun, pendamping tempe goreng ini memiliki banyak khasiat pengobatan.
Bukan cuma rematik, radang beku atau frostbite yang sering terjadi di daerah ketinggian atau bersalju itu
pun bisa diatasi.

Cabai rawit kadang ditanam orang di pekarangan sebagai tanaman sayur atau tumbuh liar di tegalan dan
tanah kosong yang telantar. Tanaman budidaya ini berasal dari daerah Amerika tropis, lebih suka tumbuh di
daerah kering, serta ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m di atas permukaan laut.

Buahnya digunakan orang sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun mudanya biasa dikukus
untuk dijadikan lalap.

Tanaman bernama Latin Capsicum frutescens ini terdiri atas tiga varietas. Pertama, cengek leutik. Buahnya
kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya. Kedua, jenis cengek domba (cengek bodas).
Buahnya lebih besar dari cengek leutik, berwarna putih, dan menjadi jingga pada saat masak. Ketiga, ceplik.
Buahnya besar, berwarna hijau, dan menjadi merah pada saat tua.

Berdasarkan teori pengobatan Traditional Chinese Medicine (TCM), tanaman bernama Cina La jiao ini
mempunyai rasa pedas, sifatnya panas, dan masuk dalam meridian jantung dan pankreas.

Menurut Dr Budi Sugiarto Widjaja, TCM, dari Klinik Beijing, Jakarta, cabai rawit merah berkhasiat sebagai
tonik dan stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah, juga obat rematik. Gilingan cabai rawit dapat
menghancurkan bekuan darah (antikoagulan) dan mengatasi gangguan rematik dan radang beku. Cabai rawit
bisa meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit, peluruh kentut (karminatif), serta peluruh
keringat (diaforetik), air liur, dan air kencing (diuretik).

Mengandung Antioksidan
Menurut Dr Setiawan Dalimartha, anggota Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional
(SP3T) DKI Jakarta, di dalam buah cabai rawit terkandung kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid atsiri,
resin, minyak menguap, serta vitamin A dan C. Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat
melancarkan aliran darah serta sebagai pemati rasa kulit.

Biji tanaman bernama daerah lombok jempling (Madura), cabe rawit (Jawa), leudeu jarum (Gayo), rica
halus (Manado), metrek wakfoh (Papua) ini, kata Dr Setiawan, mengandung solanine, solamidine,
solamargine, solasodine, solasomine, dan steroid saponin (kapsisidin). Kandungan terakhir ini berkhasiat
sebagai antibiotik.
Saat disantap, rasa pedas di lidah dapat menimbulkan rangsangan ke otak untuk mengeluarkan endorfin
(opiate endogen). Hasilnya, rasa sakit hilang dan timbul perasaan lebih sehat. Pada sistem reproduksi,
sifatnya yang panas dapat mengurangi rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang buruk.

Salah satu hasil penelitian, kata Dr Setiawan, cabai rawit diketahui memiliki khasiat mengurangi terjadinya
penggumpalan darah (trombosis) dan menurunkan kadar kolestrol. Satu hal lagi, banyaknya kandungan zat
antioksidan (seperti vitamin C dan betakaroten), dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan
(infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan.

Masalahnya, tidak setiap orang boleh mengonsumsi cabai rawit secara berlebihan. Pengidap sakit
tenggorokan, sakit mata, dan penderita gangguan saluran pencernaan, kata Dr Setiawan, tidak dianjurkan
mengonsumsi cabai rawit.

Penelitian yang dilakukan Tyas Ekowati Prasetyoningsih dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Jawa
Timur, pada 1987, menyebutkan, ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan
jamur Candida albicans, yaitu jamur pada permukaan kulit. Daya hambat ekstrak cabai rawit 1 mg/ml setara
dengan 6,20 mcg/ml nistatin dalam formamid.

Dr Setiawan menambahkan, cabai rawit indikasinya digunakan untuk menambah nafsu makan,
menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, melegakan rasa hidung tersumbat pada sinusitis,
mengurangi batuk berdahak, dan meredakan migrain.

Empat Resep Ramuan La Jiao


Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan khasiat cabai rawit. Bisa dengan cara
merebusnya atau dibuat bubuk dan pil. Untuk pemakaian luar, cukup dengan merebusnya, lalu uapnya
dipakai memanaskan bagian tubuh yang sakit.

Cara lain, kata Dr Setiawan, dengan menggiling cabai rawit hingga halus, kemudian membalurkannya di
bagian yang sakit. Cara terakhir ini bisa digunakan untuk gangguan rematik dan frostbite (jari nyeri karena
kedinginan). Daunnya bisa digiling untuk dibalurkan di daerah yang sakit guna mengatasi sakit perut dan
bisul.

Berikut empat resep yang ditawarkan Dr Setiawan:


1. Rematik
Bahan: 15 cabai rawit, 1/2 sendok teh kapur sirih, 1 jeruk nipis
Pemakaian: Cabai rawit digiling hingga halus, jeruk nipis dibelah dua, ambil airnya. Campur gilingan cabai,
kapur sirih, dan perasan jeruk nipis, aduk hingga rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang
sakit. Lakukan hingga penyakit sembuh.

2. Sakit perut
Bahan: 15 gr daun muda cabai rawit, 1/2 sendok teh kapur sirih
Pemakaian: Cuci bersih daun cabai, giling hingga halus. Tambahkan kapur sirih, aduk hingga rata. Balurkan
ramuan pada bagian perut yang sakit. Lakukan pengobatan 1-2 kali saja.

3. Kaki dan tangan lemas (lumpuh)


Bahan: 2 bonggol akar cabai rawit, 15 pasang cakar ayam, 60 gr kacang tanah, 6 butir hungcao
Pemakaian: Bersihkan semua bahan, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan air dan arak sama
banyaknya hingga bahan-bahan terendam kira-kira 1 cm di atasnya. Ramuan tersebut dimasak dengan cara
ditim. Setelah dingin, saring airnya, minum sehari dua kali, masing-masing setengah dari ramuan tersebut.

4. Frostbite
Bahan: 5 cabai rawit segar
Pemakaian: Buang biji cabai rawit, giling hingga halus. Balurkan ke bagian yang sakit

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/30/12154246/Aneka.Khasiat.Cabai.Rawit

http://www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20Tanaman%20%20Cabe.pdf

Anda mungkin juga menyukai