Anda di halaman 1dari 23

ARTIKEL ILMU BAHAN MAKANAN

KERUSAKAN DAN PENANGANAN PASCA PANEN

CABAI

Guru

Pengampu :
Disusun oleh :
Dwi Astuti Farikha
22030111130033

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011
Asal-usul dan Peyebaran Cabai

Cabai adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang banyak disukai
karena mempunyai berbagai manfaat (1).

Setiap jenis cabai mempunyai

keistimewaan tersendiri (2). Cabai merah (Capsicum annum var. longum)


merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari (1). Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga sehari-hari, cabai banyak digunakan sebagai bahan baku industry
pangan dan farmasi (3). Karena alasan tersebut, orang pun tidak akan berhenti
menanam cabai, betapapun sulitnya (2).
Cabai rawit yang banyak ditanam masyarakat bukanlah tanaman asli
Indonesia, melainkan berasal dari Amerika Latin pada posisi 0-30 0 Lintang
Selatan dan 0-300 Lintang Utara (4). Berdasarkan asal usulnya, cabai (hot
pepper) berasal dari Peru. Namun ada yang menyebutkan bahwa bangsa
Meksiko kuno sudah menggemari cabai semenjak tahun 7000, jauh sebelum
Colombus menemukan benua Amerika (1942) yang kemudian menyebarkannya
hingga ke Spanyol. Bangsa Portugis mulai memperdagangkan cabai ke Makao
dan Goa pada tahun 1500-an, lalu masuk ke India, Cina, dan Thailand.
Kerajaan Turki Usmani menduduki wilayah Portugis di Hormuz, teluk Persia,
sekitar tahun 1513. Disinilah orang Turki mengenal cabai. Saat Turki menduduki
Hongaria, cabai pun memasyarakat di Hongaria (1).
Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan cabai
dibawa masuk ke Indonesia. Menurut dugaan, kemungkinan besar cabai
dibawa oleh saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber
lain menyebutkan bahwa cabai masuk ke Indonesia karena dibawa bangsa
Portugis (1).

Taksonomi dan Sifat Botani Tanaman Cabai

Dalam dunia tumbuh tumbuhan, tanaman cabai diklasifikasikan sebagai


berikut (5):
Divisi

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Subkelas

: Metachlamidae

Ordo

: Tubiflorae

Famili

: Solanaceae

Genus

: Capsicum

Spesies

: Capsicum annuum, L.

Cabai dapat hidup pada daerah yang memiliki ketinggian antara 01-200
m dpl, berati

tanaman ini toleran terhadap dataran tinggi maupun dataran

rendah (3). Tanaman cabai berbentuk perdu atau semak yang tumbuh pada
permukaan tanah dengan tinggi kurang dari 1,5 meter (5). Untuk pertumbuhan
dan produksi terbaik, sebaiknya ditanam pada tanah berstruktur remah atau
gembur dan kaya bahan organic, sedang pH tanah yang dikehendaki antara
6,0-7,0 (3).

Akar
Akar tumbuhan merupakan struktur tumbuhan yang terdapat didalam
tanah. Akar sebagai tempat masuknya mineral (zat zat hara) dari tanah
menuju seluruh bagian tumbuhan. Tanaman cabai mempunyai akar tunggang
yang menembus ke dalam tanah dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke
arah samping. Akar merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai
berikut (5):
a. Untuk menyerap air dan garam garam mineral dalam tanah
b. Untuk menunjang dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat
hidupnya
c. Pada beberapa jenis tanaman berfungsi sebagai alat bernafas,
misalnya pada tumbuhan bakau.

Batang

Bagian luar batang tumbuhan berbentuk persegi empat hingga bulat,


dengan posisi cenderung tegak, dan bercabang banyak. Batang tanaman pada
saat muda berwarna kehijauna sampai keunguan, dengan ruas berwarna hijau
atau ungu bergantung pada varietasnya dan mudah patah.
Secara umum batang pada tanaman cabai memiliki fungsi sebagai berikut (5) :
a. Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari akar ke daun
dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh
bagian tumbuhan
b. Batang merupakan organ pembentuk dan penyangga daun.

Daun
Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat
fotosintesis, transpirasi, dan sebagai alat pernapasan. Hasil fotosintesis berupa
gula (glukosa) dan oksigen. Glukosa hasil fotosintesis akan diangkut oleh
pembuluh tapis dan diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan. Oksigen
dikeluarkan melalui stomata daun dan sebagian digunakan untuk respirasi sel
sel di daun (5).

Bunga
Bunga tanaman cabai tersusun dalam rangkaian bunga yang jumlah
kuntum bunganya beragam sesuai dengan jenis varietasnya. Kuntum bunga
cabai terdiri atas bunga kelopak, helai mahkota, bakal buah, kepala putik,
tangkai putik, dan benang sari. Tiap bunga memiliki 5 daun buah dan 5-6 daun
mahkota yang berwarna putih dan ungu bergantung pada varietasnya.
Mempunyai putik dengan kepala bulat dan benang sari terdiri atas 5 6 buah
kepala sari lonjong. Serbuk sari terdapat dalam kantong sari, dan letaknya
seakan-akan menjadi satu sehingga membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik.
Sebagian besar bunga cabai menyerbuk sendiri, tetapi mudah juga dilakukan
persilangan. Pada umumnya, tanaman cabai menyerbuk silang dengan
perantara lebah madu, lalat hijau, dan semut hitam. Besarnya penyerbukan
silang 9% - 40%, namun penyerbukan sendiri masih sering terjadi yang
besarnya sampai kira kira 60% (5).

Buah
Tanaman cabai mempunyai buah yang bervariasi sesuai varietasnya.
Ada buah yang berbentuk bulat sampai bulat panjang dengan bagian ujung
meruncing, mempunyai 2 3 ruang yang berbiji banyak. Letak buah cabai

besar umumnya bergantung, sedang cabai kecil tegak. Warna buah yang muda
adalah hijau, putih kekuningan, dan ungu bergantung pada varietasnya.
Buah yang telah tua (matang) umumnya kuning sampai merah dengan aroma
yang berbeda sesuai dengan varietasnya. Bentuk biji cabai adalah kecil, bulat
pipih seperti ginjal, dengan warnanya yang kuning kecoklatan. Berat 1.000
buah biji cabai berkisar antara 3 6 gram. Proses penuan buah berlangsung
antara 50 6- hari sejak bunga mekar. Sedangkan tanaman cabai mulai
berbunga pada umur 60 75 hari setelah disemaikan (5).

Manfaat Cabai
Secara umum buah cabai memiliki banyak kandungan gizi yang masingmasing jenisnya akan berlainan. Table.1 menunjukkan kandungan gizi buah
dari beberapa jenis cabai, baik bentuk segar maupun kering (6).
Kandungan

Segar
Cabai

Cabai

Kering
Cabai

Cabai

Cabai

Cabai

Hijau

Merah

Rawit

Hijau

Merah

Rawit

Kalori (kal)

Besar
23

Besar
31

103

Besar
-

Besar
311

Protein (g)

0,7

4,7

15,9

15

Lemak (g)

0,3

0,3

2,4

6,2

11

Karbohidrat (g)

5,2

7,3

19,9

61,8

33

Kalsium (mg)

14

29

45

160

150

Fosfor (mg)

23

24

85

370

Besi (mg)

0,4

0,5

2,5

2,3

Vit. A (SI)

260

470

11.050

576

1.000

Vit. B1 (mg)

0,05

0,05

0,05

0,04

0,5

Vit. C (mg)

84

18

70

50

10

Air (g)

93,4

90,9

71,2

10

8 ml

b.d.d *) (%)

82

85

85

85

Selain berguna sebagai penyedap masakan, cabai juga mengandung


zat-zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan manusia (1). Cabai rawit yang
dikonsumsi segari-hari mengandung berbagai zat yang dibutuhkan tubuh.

Kandungan terbanyak dalam cabai rawit segar adalah vitamin A, yaitu 11.050
IU per 100 g bahan (4). Dengan kandungan vitamin A, B,dan C, cabai rawit
dapat dimanfaatkan untuk kesehatan mata dan sariawan, juga dapat
menyembuhkan sakit tenggorokkan (4,6).
Cabai rawit termasuk bahan pangan yang bermanfaat serba guna(multy
function) karena selain buahnya, daunnya pun dapat dimanfaatkan. Umumnya
buah cabai rawit dimanfaatkan sebagai sayur, sambal, bumbu dapur, bumbu
pecel, gado-gado, rujak, asinan, dan sebagainya. Buah yang masih mentah pun
umumnya dimanfaatkan sebagai pelengkap makan gorengan. Sementara daun
cabai rawit sering digunakan untuk obat luka(mengurangi rasa sakit yang
berkepanjangan) dan buang air besar(4).
Rasa pedas pada cabai ditimbulkan oleh zat capsaicin. Capsaicin
terdapat pada biji cabai dan pada plasenta, yaitu kulit cabai bagian daam yang
berwarna putih tempat melekatnya biji. Rasa pedas tersebut bermanfaat untuk
mengatur peredaran darah; memperkuat jantung. Nadi, dan saraf; mencegah
flu dan demam; membangkitkan semangat dalam tubuh (tanpa efek narkotik);
serta mengurangi nyeri encok dan rematik. Penelitian terakhir di Washington,
USA menyebutkan bahwa mengkonsumsi cabai secara teratur dapat menunda
kerentaan tubuh (1).
Zat capsaicin yang

terdapat dalam plasenta bermanfaat untuk

mempertajam lidah burung ocehan. Akibatnya burung ini akan menjadi lihai
untuk mempermainkan llidahnya. Bila cabai diberikan ke burung hias maka
pengeruhnya terhadap burung tersebut ialah bulunya akan lebih bercahaya dan
lebih menarik. Ayam yang enggan bertelur pun dapat tertolong bila pakannya
dicampuri cabai kering yang sudah ditumbuk halus menjadi bubuk (6).
Selain untuk campuran pakan, bubuk cabai dapat dimanfaatkan sebagai
bahan industry makanan dan minuman untuk menggantikan fungsi lada dan
sekaligus untuk memancing selera makam konsumen. Ekstraksi bubuk cabai ini
pun sering dipakai dalam pembuatan minuman ginger beer (6). Kandungan
capsaicin yang tinggi dalam bubuk cabai merah, selain mempunyai aktivitas
menghambat pertumbuhan mikroba, juga bersifat menghambat pertumbuhan
sel kanker (7).

Penelitian di Case Westren Reverse University, Cleveland, tahun 1991


menunjukkan bahwa penderita penyakit tulang dapat disembuhkan atau
berkurang rasa sakitnya setelah menggunakan krim capsaicin empat kali
sehari. Capsaicin juga mengandung zat ekspectoran yang aktif meredakan
batuk, mengencerkan lendir, dan meringankan penyakit asma. Sebuah
penelitian di Inggris menunjukkan bahwa masayarakat yang gemar masakan
pedas cenderung terhindar dari penyakit bronchitis (1).
Sedangkan zat oleoresin yang terdapat dalam cabai rawit, didapatkan
dengan cara mengekstrasi menggunakan pelaryt organic, misalnya alcohol dan
heksan.

Proses

pembuatan

oleorein

meliputi

penggilingan

(maserasi),

ekstraksi, penghilangan pelarut (destilasi), dan finishing atau bleeding. Dalam


industry farmasi, zat oleoresin dan zat-zat aktif (capsaicin) yang terdapat dalam
bentuk larutan capsicum adalah obat yang digunakan secara luas untuk
mengobati berbagai jenis penyakit, misalnya gangguan pada tulang, rematik,
sakit kepala, sakit pinggnag, bisul pada anak-anak, sakit perut, diare, kram,
sakit gigi, mulas, radang pada tenggorokkan, sesak napas, pegal-pegal,
penyakit kulit atau gatal-gatal, polio, penyakit mata, bronchitis, influenza, msuk
angin, sinusitis, dan asma, serta mencegah infeksi system pencernaan (8).
Cabai merah banyak mengandung vitamin C yang bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dan mengubah asupan folat menjadi folat
aktif sehingga mudah diserap tubuh. Selain itu, kandungan vitamin C dalam
cabi merah juga dapat memperkuat system imunitas dalam memerangi infeksi.
Meskipun bentuknya kecil, cabai merah dapat membantu mereka yang sedang
menjalankan program diet. Dalam satu buah cabai merah terkandung antivirus,
antikanker, antioksidan, karotenoid, dan beta karoten yang juga membantu
mencegah berbagai kerusakan yang disebabakan oleh racun dalam tubuh (9).
Cabai mengandung semacam minyak asiri, yaitu capsicol. Minyak asiri
ini dapat dimanfaatkan untuk menggantikan fungfi minyak kayu putih. Minyak ini
dapat mengurangi rasa pegal, rematik, sesak napas, dan gatal gatal (6).
Selain kegunaan tersebut, bubuk cabai pun dapat dimanfaatkan sebagai
bahan obat penenang. Bahkan kandungan bioflavonoids yang ada di dalamnya,

selain dapat menyembuhkan radang akibta udara dingin, juga dapat


menyembuhkan polio (6).
Meskipun banyak manfaatnya, cabai juga diduga mempunyai efek yang
kurang menguntungkan bagi kesehatan. Orang yang kondidi tubuhnya sangat
sensitif apabila memakan makanan pedas akan mudah mengalami kejang perut
dan diare. Menurut American Jurnal Epidemic tahun 1994, orang yang gemar
masakan pedas kemungkinan mendapatkan resiko kanker perut 5,5 kali lebih
besar dibandingkan dengan orang yang tidak memakan cabai. Oleh karena itu,
meskipun kondisi tubuh cukup kuat menerima masakan pedas, namun
konsumsi cabai yang berlebihan harus dikendalikan. Demikian pula apabila
kondisi tubuh tidak tahan menerima masakan pedas, jangan dipaksa makan
maskan yang terlalu pedas karena akan mengakibtakan fatal bagi kesehatan
(1).
Tanama cabai memiliki varietas yang jumlahnya sangat banyak. Berkat
kemajuan teknologi di bidang pembibitan telah banyak dihasilkan berbagai
varietas cabai unggul hibrida oleh berbagai Negara atau perusahaan benih di
dunia.

Cabai Keriting
Cabai keriting banyak ditanam oleh para petani, selain harganya
dipasaran lebih mahal, jenis cabai keriting lebih tahan penyakit. Selain itu, cabai
keriting memang cocok ditanam di daerah tinggi seperti kebun yang sering kena
hujan. Keuntungan lain dari tahan hujan, cabai keriting bisa ditanam sepanjang
tahun. Cabai keriting kurang cocok ditanam di daerah dataran rendah (5).

Gambar 1. Cabai keriting dalam pot (10)


Bentuk buah memanjang, mengikal atau mengeriting, dan bagian ujungnya
runcing. Rasanya pedas, bijinya relative banyak jika dibandingkan dengan
ukuran buahnya. Buah yang masih muda berwarna hijau, lalu coklat, dan
akhirnya setelah masak menjadi merah tua (2).

Cabai Merah Biasa


Untuk daerah rendah seperti Brebes, masyarakat lebih memilih
menanam cabai merah biasa (5). Bentuk buah pendek sampai panjang, dan
bagian ujungnya tumpul atau bulat. Rasa buah kurang pedas dan agak manis.
Kulit buah relatif lebih tebal dibandingkan dengan cabai keriting. Buah yang
masih muda berwarna hijau, lalu coklat, akhirnya setelah masak menjadi merah
tua (2). Pabrik-pabrik besar penghasil sambal botol, pada umumnya
menggunakan bahan baku cabai merah biasa (5).

Paprika (Capsicum longum L. Sendt)


Cabai ini sering disebut cabai lonceng (bell-pepper). Cabai paprika
belum banyak beredar di Indonesia, karena mahal harga benihnya (2).
Bertanam paprika agak sulit, tidak seperti bertanam cabai biasa. Perawatannya
harus lebih intensif, dan hasil panen setiap tanaman tidak banyak. Banyak
tanaman yang mati sebelum tanaman sempat berbuah. Di pasar kota-kota
besar, seperti Jakarta, paprika sudah banyak tersedia (5).
Buah paprika berbentuk bulat seperti lonceng, atau hampir berbentuk seperti
kubus. Rasanya tidak pedas dan agak manis. Kulit dan daging buah tebal,
bijinya sangat sedikit (2). . Paprika yang sudah banyak ditanam ada dua

macam, yaitu paprika hijau dan paprika merah. Menurut para petani, paprika
hijau jauh lebih banyak yang memesan daripada paprika merah (5).

Cabai Rawit (Capsicum frutescents L.)

Gambar 2. Cabai rawit (11)


Cabai rawit merupakan tanaman berumur pendek (1-2,5 tahun). Cabai
rawit disebut tanaman perdu karena tingginya hanya sekitar 50-135 cm dengan
arah pertumbuhantegak lurus. Cabai rawit memiliki beberapa varietas, seperti
cabai kecil yang rasanya sangat pedas dan beraroma merangsang karena
kadar minyak aetherisnya banyak, cabai putih yang pedas walaupun tak
sebanding pedasnya cabai kecil, dan cabai ceplik yang sering disebut cabai
hijau (2).

Cabai Keriting Hibrid


Cabai hybrid yang kita kenal selama ini adalah cabai merah biasa hybrid.
Penelitian dan penemuan cabai hybrid yang baru beredar adalah cabai keriting
hirid. Pembenihan dari Korea telah menciptakan cabai keriting hybrid
berpotensi tinggi. Cabai-cabai keriting tersebut adalah TM 999 dan TM 888 (5).

a. Cabai Keriting Hibrid TM 999


Cabai keriting hybrid TM 999 mempunyai penampilan yang sangat mirip
dengan cabai keriting dari Indonesia. Penampilan fisik dari TM ini memang
bagus. Pohonnya tinggi, mencapai 60 -90 cm. Batangnya kekar dan kuat
dengan tajuk lebar. Yang menarik dari cabai ini adalah pembungaannya

yang terus menerus. Hingga panen dapatberlangsung lama dan seolaholah tidak pernah berhenti. Sayangnya,umur panennya agak terlambat.
Pada umur 35 hari setelah tanam, bunga pertamasudah mulai
bermunculan, dan 40 hari kemudian panen perdanan sudah bias
dilakukan. Panen pertama seperti lazimnya maksimal hanya mendapat
sekitar 50 kg cabai keriting segar. Baru pada panen berikutnya produksi
bakal meningkat dengan pesat, dan puncaknya terjadi pada panen ke-10.
Pada saat itu, dari 1 ha dapat diperoleh sekitar 5 ton cabai keriting segar.
Panen akan habis 25 sampai 30 kali panen dengan rata-rata panen dua
kali seminggu.
Bunga cabai TM 999 rata-rata berukuran panjang sekitar 12,5 cm
dengan diameter 0,8 cm. Bobot perbuah hanya 5-6 gram saja. Sosok
buahnya tidak terlalu keriting,ramping, dan kurus dengan warna cerah
menarik. Keistimewaan TM 999 yang lain adalah tahan serangan bercak
daun, dan ia sangat cocok untuk dijual segar maupun digiling (5).
b. Cabai Keriting Hibrid TM 888
Dibanding TM999,cabai keriting hybrid TM888 mempunyai penampilan
fisik yang lebih besar, baik batang,maupun ukuran daunnya yang lebih
lebar. Sama seperti TM999 ia pun bertipe pertumbuhan kuat dan
mempunyai daya tahan sangat baik terhadap cuaca panas. Tinggi
tanaman sekitar 60 -90 cm, kadang kadang lebih dari 100 cm,
bergantung pada perawatannya. Tajuknya lebar,tahan terhadaan umur
panennya lebih cepat. Sebenarnya penampilan cabai TM 888 ini tidak
mirip cabai merah keriting, tetapi lebih menyerupai cabai merah biasa.,
karena buahnya tampak lebih gendut. Panjang buah rata-rata sekitar 13,5
cm dengan diameter 1,4 cm. Bobot per buah sekitar 7 8 gram. Umur
mulai berbunga tidak berbeda terlalu jauh dengan TM 999, hanya
pembungaannya tidak terus menerus dan umur panennya lebih cepat. TM
888 ini bisa dikelompokkan ke dalam cabai unggulan karena buahnya
besar, lebih besar daripada TM 999 dan bagus (5).

Panen

Gambar 3.Suasana panen cabai (12)


Panen cabai di Indonesia dilakukan secara manual dengan memotong
tangkai buah hingga terlepas dari batangnya (5). Buah cabai dipanen dengan
cara dipetik satu per satu menggunakan tanagan. Pemetikan dengan
tangkainya dilakukan secara hati-hati agar bunga yang baru tumbuh dari buah
muda tidak ikut rontok. Penanganan yang kasar saat pemetikan akan
memepengaruhi mutu hasil (11).
Panen cabai baik yang dilahan maupun yang diusahakan sangat
dipengaruhi oleh factor jenis atau varietasnya dan lingkungan tempat
penanaman (12). Untuk menentukan indeks panen biasanya pekebun hanya
dengan memeperhatikan perubahan fisik-kimia atau perubahan warna buah
cabai selama proses pematangan buah sebagai berikut (5) :

1. Warna merah muda


Panen cabai pada saat buah berwarna merah muda atau setengah
masak. Warna hijau pada cabai hamper sama dengan kuning, oranye,
atau merah.
2. Warna merah
Panen pada saat buah berwarna merah atau buah masak, permukaan
buah lebih banyak berwarna oranye, jingga, atau merah. Warna hijau
berangsur hanya sekilas.

Bersamaan dengan prose pematangan tersebut kandungan klorofil,


vitamin C, dan kekerasan menurun. Perubahan kimia selama proses
kematangan buah meliputi warna dari hijau ke merah, karbohidrat, dari
pati menjadi gula, dan asam organic yang kian turun.
Umumnya pemenenan bergantung pada tujuan penanganan dan
pengiriman. Untuk pengiriman jarak jauh dipilih buah dengan tingkat
kemasakan hijau tua. Untuk jarak dekat atau untuk bahan baku industry olahan
tingkat kemasakan yang dipilih adalah warna merah muda atau merah (5).
Di dataran rendah umumnya cabai mulai dipanen pada umur 75-80 hari
setelah tanam.sementara di dataran tinggi panen perdana dapat dimulai pada
umur 90-100 hari setelah tanam.
Umumnya panen cabai dapat dilakukan terus menerus hingga tanaman
berumur 6-7 bulan atau tergantung kondisi pertanaman (12).
Pada paprika, persyaratan layak panen adalah bila buahnya telah
mencapai ukuran maksimal, hampir matang, tetapi warnanya masih hijau (12).

Gambar 4. Paprika (12)

Penanganan Hasil Panen


Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari
pengumpulan hasil panen sampai pada tahap siap untuk dipasarkan.
1. Penyortiran
Setelah hasil panen terkumpul, tindakan selanjutnya adalah menyortir
buah cabai. Penyortiran biasanya dilakukan berdasarkan beberapa
criteria, antara lain berdasarkan besar kecilnya cabai dan tingkat
kematangan cabai sesuai dengan tujuan akhir hasil produksi. Para

pedagang keliling ada juga yang menetapkan sendiri tingkat kematangan


yang berbeda. Kadang-kadang di antara pasokan yang ada dapat kita
jupai tingkat kematangan mulai dari 50 % asmpai 90%. Cara tersebut
bertujuan

memperkecil

kerusakan

memperpanjang daya simpan.


Di Indonesia produsen umumnya

akibat

pengangkutan

menyortir

secara

dan

manual

mengandalkan pengalaman dan intuisi. Sebab pemanfaatan mesin sortir


belum lazim. Akibatnya, kadang terjadi perbedaan pendapat antar
pekebun sebagai produsen dan pedagang pengumpul. Tentu saja itu
berdampak pada harga yang diterima pekebun.
Proses penyortiran berdasarkan tingkat kematangan ini perlu mekanisme
agar mampu mengevaluasi mutu secara objektif dan diperoleh produk
seragam. Penggolongan tersebut bertujuan membuat keseragaman baik
warna, bentuk, maupun mutu buah (5).
2. Pengemasan
Pengemasan melindungi mutu dan sanitasi sehingga konsumen
menerima cabai lebih segar dan kualitas terjamin. Manfaat lain,
melindungi cabai dari kerusakan fisik, kadar air turun, dan penyinaran.
Selain itu, kemsan juga bermanfaat mempermudah pemasaran dan
distribusi. Sebaiknya pengemasan tidak mengganggu proses keluarnya
panas hasil respirasi. Namun, membutuhkan konstruksi kuat supaya bisa
ditumpuk.
Baham kemasan yang dapat digunkan antara lain keranjang bamboo,
kardus, dan karung. Kemasan keranjang bamboo berventilasi digunakan
untuk pengiriman jarak jauh dan dekat. Untuk jarak jauh bobot per peti
20 -30 kg (5).
3. Pengangkutan
Setelah pengemasan selesai, tugas berikutnya adalah pengiriman
sesuai tujuan masing-masing kemasan. Biasanya pengiriman sengaja
dilakukan pada dinihari ketika tempetarur belum tinggi. Jalanan juga
belum macet, sehingga waktu tempuh lebih singkat. Tujuannya untuk
menekan tingkat kerusakan.
Namun, tidak semua produsen langsung memberangkatkan cabai ke
konsumen. Mereka biasayna menyimpan untuk beberapa saat. Jika
demikian halnya, pilih tempat penyimpanan yang bersih dan berventilasi

untuk sirkulasi udara. Masalahnya, daya tahan simpan dipengaruhi suhu


dan kelembaban. Ruang penyimpanan butuh kelembabab tinggi,
mencapai 90%. Cabai yang dipetik ketika warnanya masih hijau menjadi
matang sempurna setelah sekitarb7 hari pada suhu 18 0C 200C (5).

4. Penyimpanan
Berbagai cara ditempuh untuk menjaga kesegaran cabai dalam
pengangkutan atau penyimpanan. Dari berbagai cara yang dilakukan
produsen, ada cara yang biasa diterapkan, yaitu pengatur atmosfir.
Pengatur atmosfir juga salah satu teknologi penyimpanan produk
holtikultura. Pengatur yang diartikan sebagai suatu keadaan ketika
komposisi udara di sekitar lahan yang disimpan berbeda dengan
komposisi

udara

atmosfir.

Perbedaan

itu

dimungkinkan

dengan

menanbah atau mengurangi konsentrasi gas di dalam kemasan. Selain


itu, hal tersebut juga mungkin terbentuk akibat repirasi dan metebolisme
bahan yang disimpan.
Pengntur atmosfir ini beda dengan control atmosfir dengan pengaturan
kandungan oksigen dan karbondioksida. Pada pengaturan atmosfir,
perubahan komposisi udara tidak dikendalikan. Proses itu berjalan
sendiri sampai tingkat keseimbanhan akibat respirasu hasil pertanian
serta daya tembus oksigen dan karbondioksida dari bahan (film)
kemasan. Oleh karena itu, memilih bahan (film) kemasan yang cocok
sangat penting (5).

Penanganan Pasca Panen


Salah satu cara memperpanjang usia simpan cabai adalah dengan
diawetkan. Cabai awetan ini bisa diolah menjadi saus, bumbu siap pakai, dan
yang populer dan banyak diperdagangkan adalah cabai awetan dalam bentuk
kering
Di Indonesia, ekspor cabai kering menyusut karena mutunya yang kalah
bersaing di pasaran dunia. Hal ini bisa dimaklumi, karena pengeringan cabai di

Indonesia dilakukan para petani secara sembrono, dijemur begitu saja di


lapangan menggunakan tikar (6).
Populernya perdagangan cabai kering di dunia memang bisa dimaklumi,
sebab selain sebagia bumbu dan menggeser kedudukan lada yang amat
mahal, cabai kering ini juga banyak digunakan dalam industry farmasi,
kosmetika, miniman dan industry makanan. Cleoresin dari cabai misalnya amat
dibutuhkan dalam industri makanan. Malah ekstraknya harus digunakan dalam
pembuatan minuman ginger beer.
Penggunaan cabai kering yang palin tersohor adalah dalam bidang
farmasi. Terutama untuk campuran obat gatal, pegal-pegal, rhematik, dan sesak
napas, misalnya koyo cabai. Ekstrak cabai konon sangat manjur sebagai
penghilang rasa lesu, yang banyak diperdagangkan secara bebas di took obat.
Halmenarik lainnya tentang manfaat cabai ini adalah berdasarkan suatu hasil
penelitian diperoleh bahwa cabai paprika yang bentuknya bulat itu amat kaya
vitamin C, melebihi kandungan vitamin C pada jeruk. Lebih dari itu, cabai juga
mengandung bioflavonoids yang berkhasiat menyembuhkan penyakit radang
akibat hawa dingin dan polio (5).
1. Mengeringkan cabai untuk diekspor
Membuat cabai kering berkualitas baik dan tahan lama, sebenarnya
tidaklah terlalu sulit, asal caranya diketahui dan dikerjakan sebagi berikut
:
a. Mula-mula dilakukan sortasi guna memilih cabai yang benar-benar
merah dan mulus
b. Cuci dengan air bersih dan sekaligus dibuang tangkainya.
c. Selanjutnya cabai dibelah satu per satu agar kandungan airnya cepat
menguap

dan

kualitasnya

lebih

sempurna.

Cabai

kemudian

dicelupkan dalam air sampai mendidih (90 0C) yang sebelumnya telah
dibubuhi zat pengawet, Kalium metabisulfit 0,2 % atau dosis 2 gram
per liter air.
d. Setelah selesai direndam selama 6 menit, cabai diangkat dan dicelup
sejenak dalam air dingin agar pemanasannya berhenti. Cabai
kemudian ditiriskan, sekaligus ditebar diatas nampan dari anyaman
bambu dan dijemur di panas terik matahari sampai kadar airnya

tinggal 10 % (kurang lebih 10 hari). Tapi jika dikeringkan dengan


pengering khusus, masa pengeringan cukup 10 - 20 jam.
Agar kualitasnya terjaga baik, cabai kering ini bisa disimpan dalam
kantong plastic kering. Bisa juga langsung digiling menjadi tepung cabai
yang siap diekspor (5).
2. Penyimpanan Hipobarik
Penyimpanan hipobarik adalah salah satu penyimpanan dalam udara
terkontrol dengan mengurangi tekanan udara pada system, selain
penurunan suhu dan pengaturan kelembaban pada ruang. Tekanan
udara yang dilakukan untuk penyimpanan hipobarik ini berkisar antara 4
400 mmHg.
Suhu rendah yang digunakan berkisar antara 2 hingga 15 0C, tergantung
pada jenis yang akan disimpan. Kelembaban dapat diatur sekitar 80
100% dan biasanya sekitar 90 95% sehingga tidak menyebabkan
adanya akumulasi air pada permukaan bahan yang memungkinkan
pertumbuhan

mikroba.

Kelembaban

yang

cukup

tinggi

dapat

menyebabkan susut dan kekeringan bahan.


Pada system ini, hal yang terpenting adalah pengeluaran gas etilen dari
bahan secara terus menerus dan konsentrasi oksigen yang cukup
rendah, namun cukup tinggi untuk menghindari respirasi anaerobic
Disarankan agar pengaturan suhu dilakukan diantar 7,2 10 0C.
Penyimpanan dibawah suhu 70C dapat menyebabkan kebusukan,
sedangkan bila diatas 100C dapat menyebabkan kematangan dan
bakteri lebih mudah tumbuh (5).

Penyebab Kerusakan pada Tanaman


Kerusakan pada suatu tanaman bisa disebabkan faktor biotis, seperti
sebangsa jalmur, bakteri, insekta, virus, dan gulma. Untuk memberantas jamur
digunakan fungisida, bakteri digunakan bakterisida,dan insekta menggunakan
insektisida. Untuk memberantas virus umumnya masih dilakukan dengan
pencabutan, kemudian dimusnahkan, sedangkan untuk memberantas gulma
digunakan herbisida.
Kerusakan pada suatu tanaman bisa disebabkan oleh faktor nonbiotis,
misalnya suhu, cahaya, oksigen, air,tanah, dan sebagainya.

Dalam

usaha

meningkatkan

produksi

pertanian,khususnya

penanaman,

pemerintah menganjurkan adanya suatu program yang disebut intensifikasi,


yaitu usaha untuk melipatgandakan hasil pertanian dengan cara menanam
pada setiap daerah dengan luas areal tertentu. Untuk menanggulangi hama
dan penyakit yang mengganggu kelestarian tanaman, secara garis besar dapat
ditempuh dua cara yaitu dengan cara preventif dan kuratif (5).
1. Cara Preventif
Cara preventif adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan
sebelum tanaman itu mendapat serangan hama, penyakit, dan
gulma. Pengendalian dengan cara preventif ini di antaranya:
Pengolahan tanah secara intensif
Menanam jenis yang resisten
Mendesinfeksi benih ke dalam larutan kimia
Mengadakan rotasi (giliran tanaman)
Menanan tepat pada waktunya
2. Cara Kuratif
Cara kuratif adalah suatu usaha atau tindakan yang dilakukan setelah
tanaman mengalami gangguan serangan hama, penyakit, dan gulma.
Cara kuratif ini meliputi:
Biologis, yaitu pemberantasan dengan menggunakan mahluk

hidup yang merupakan predatornya.


Kimiawi, yaitu suatu pemberantasan hama, penyakit, atau
gulma

dengan

menggunakan

pestisida.

Pemberantasan

secara kimiawi ini harus dilakukan secara hati-hati karena


pestisida dapat merusak kelestarian lingkungan setempat,
lebih lagi karena pestisida membawa efek yang sangat

berbahaya.
Mekanis, yaitu suatu cara pemberantasan langsung dengan

membunuhnya.
Fisis, yaitu suatu cara pemberantasan langsung dengan
mencabut tanaman, menumpuk, kemudian membakarnya
untuk membunuh hama penyakitnya.

Hama dan Pengendaliannya

Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanam karena
aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk memperoleh makanan. Hama
tanaman memiliki kemampuan merusak yang sangat hebat. Akibatnya,
tanaman dapat rusak atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali (5).
1. Hama Gurem
Hama gurem (Thrips atau Myten) biasanya menyerang daun, bunga, dan
buah pada tanaman cabai.
Gejalanya :
Mula mula daun berubah warna
Kemudian tulang daun berubah menjadi kelabu
Akhirnya berbercak dan mengering
Penanggulangannya :
Pembibitan / peesemaian disemprot dengan obat Dieldrin
Areal tetap atau lahan pertanaman dapat disemprot dengan
campuran antara copper fungisida dan Dieldrin
2. Ulat Penggulung Daun
Ulat penggulung daun biasanya menyerang atau merusak tunas,
daun, dan buah. Tanaman cabai yang terserang hama ulat ini
menyebabkan daun tanaman menggulung, dan ulat hidup di
dalamnya.
Pemberantasannya :
Dilakukan penyemprotan seminggu sekali dengan obat:
- Bayrusil0,2 %
- Nemagon disemprotkan pada tanah 20 3-liter/ha
- Furadan 3 G sebanyak 55 65 kg/ha
Secara preventif yaitu menanam jenis tanaman cabai yang
resisten serta tepat pada waktunya.
3. Hama Cacing (Melodogyna sp.)
Hama cacing atau nematode ini menyerang tanaman cabai pada
bagian akar, baik itu di lahan persemaian maupun pada lahan
pertanaman.
Tanaman yang terserang hama ini menunjukkan gejala gejala
serangan pada akar yang berbintil bintil. Untuk mencegah serangan
hama ini, maka diusahakan untuk tidak menanam pada tanah yang
asam. Selain itu, lahan persemaian harus disterilkan terlebih dahulu
sebelum digunakan.
Pemberantasan hama
menggunakan Nematisida.
4. Siput (Achatina fulica)

cacing

ini

dapat

dilakukan

dengan

Hama siput atau bekicot ini menyerang tanaman pada malam hari.
Gejala serangan:
Terdapat bekas gigitan pada daun yang terserang
Pada serangan berat, tanaman sampai binasa, terutama pada
lahan persemaian dan tanaman yang baru saja dipindahkan

dari persemaian.
Sekeliling tanaman yang terserang biasanya terdapat kotoran
siput yang berwarna hitam, bahkan kotoran tersebut juga

melekat pada tanaman.


Pemberantasannya:
Cara mekanik, yaitu dengan cara mencari siput yang

menyerang dan langsung dibunuh


Cara kuratif, yaitu dengan memberi umpan yang merupakan
campuran antara Metadex dan bekatul dengan perbandingan

1:20
Cara preventif, yaitu dengan membuat got keliling, dan got

tersebut harus ada airnya.


5. Lalat buah
Lalat buah biasanya menyerang buah muda atau buah yang agak
masak.
Gejala serangan :
Buah yang telah masak tidak berwarna merah menyala tetapi
berubah menjadi kehitam- hitaman dan mengeras
Sifat tidak menetap dan menyerang setelah berbuah
Pemberantasannya :
Penyemprotan dengan insektisida
Sebelum tanaman diserang hama ini sebaiknya secara teratur
disemprot dengan insektisida

Penyakit dan Pengendaliannya


Penyakit pada tanaman adalah gangguan pada tanaman yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut adalah virus,
bakteri, protozoa, jamur, dan cacing nematode (5).
1. Penyakit Keriting Daun
Penyakit keriting daun menyerang tanaman sejak masih kecil hingga
pertumbuhannya terhenti. Gejalanya daun mengering, tanaman pun

lalu

berhenti

tumbuh.

Akibatnya,

tanaman

menghasilkan buah.
Serangan keriting daun cepat sekali menular.

tidak

bisa

lagi

Bila satu tanaman

sudah terserang, maka tanaman lain di sekitarnya pasti sudah mulai


mengeriting daunnya. Bila tanaman cabai sudah terlanjur terserang,
susah mengatasinya.
Terjadi keriting daun pada cabai bisa karena ulah virus, bias juga
karena serangan hama penusuk / penghisap yang berupa kutu daun,
tungau, dan thrips.
2. Penyakit Antraknosa
Gejala awal penyakit ini berupa bintik bintik hitam pada buah,
biasanya buah yang sudah tua. Bintik bintik itu akan berkembang
menjadi bercak hitam yang cukup besar, yang selanjutnya akan
melingkari buah cabai. Pada stadia berikutnya, bagian buah yang
terserang akan tampak membusuk dan kering, yang berakhir dengan
rontoknya buah.
Cendawan penyebab antraknosa ini masih bisa hidup pada cabai
yang sudah dipanen dan disimpan. Bila cabai yang terserang itu
kemudian diambil bijinya untuk dijadikan bibit, maka tanaman
generasi berikutnya akan tertulari.
Mengatasi penyakit keriting daun :
a. Benih harus bebas cendawan
b. Pengaturan jarak tanam
c. Penggunaan pestisida secara dini
d. Pergiliran tanaman
e. Pemupukan yang cukup
3. Penyakit Virus (Mozaik)
Penyakit mozaik pada tanaman cabai disebabakan oleh virus.
Penyakit virus ini menyerang daun tanaman.
Gejalanya :
Tanaman yang terserang penyakit virus ini memperlihatkan gejala
mozaik, dan bintik- bintik klorotik pada permulaan serangan.
Selanjutnya daun berubah menggulung ke bawah dan samping tetapi
akhirnya daun daun berikutnya terserang berkerut dan rapuh.
Pencegahannya :
Untukmencegah tanaman terserang penyakit virus ini adalah dengan
cara menanam tanaman cabai tidakpadamusim penghujan.

Bila tanaman sudah sempat terserang penyakit virusini, segeralah


dicabut,kemudian dimusnahkan dengan cara membakarnya.
4. Penyakit Bakteri (Xanthomonas solanacearum)
Penyakit bakteri yang menyerang tanaman cabai
Xanthomonas solanacearum.
Gejalanya :
Bilatanaman
dicabut,

adalah

kemudianbatangbya

dipijit,akankeluarcairan sepertisusu
Tanaman seluruhnyalayu seperti tersiram air panas
Penanggulangan :
Mengadakan rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan

merupakan familinya
Di anjurkan untuk menanam jenis yang resisten
Tanaman yang sakit segera dicabut dan dimusnahkan

Gulma
Gulma adalah tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman
yang diusahakan manusia, sehingga manusia berusaha untuk mengatasinya.
Gulma perlu diberantas karena sangat mengganggu tanaman dan mengambil
makanan dari dalam tanah yang mengakibatkan penderitaan pada tumbuhan
pokok dan juga mengakibatkan turunnyahasil pertanian yang dibudidayakan.
Selain itu, juga dapat merugikan manusia karena sebagian gulma ada yang
mengandung racun.
Penyiangan pertama sebaiknya dilakukan pada saat tanaman cabai
berumur dua minggu. Penyiangan ini dapat dilakukan dua kali. Tujuannya
adalah menghilangkan gulma-gulma yang menjadi saingan dalam mencari zat
makanan dari dalam tanah. Selain itu, juga bertujuan menggemburkan tanah.
Penyiangan selanjutnya dapat dilakukan pada saat umur tanaman sudah
sekitar lima minggu (5).

DAFTAR PUSTAKA
1. Prajnanta, Final. Agribisnis Cabai Hibrida.2007.Depok : PT Penebar
Swadaya.
2. Tjahjadi, Nur.Ir. Bertanaman Cabai. 1991. Yogyakarta : PT Kanisius
3. Warsidi, Edi. Budidaya Cabai. 2008. Bandung : CV. Sanggabuana
4. Sarpian, T. Bertanam Cabai Rawit dalam Polybag. 2001. Depok : PT
Penebar Swadaya.
5. Tim Bina Karyatani. Pedoman Bertanam Cabai. 2088. Bandung : CV.
Yrama Widya.
6. Setiadi. Bertanam Cabai. 2006. Depok : PT penebar Swadaya.
7. Anwar,Faizal.Prof.,Dr.Ir.Khomsan, Ali.Prof.,Dr. Tepat makan Badan
Sehat.2009.Jakarta : PT Mizan Publika.
8. Cahyono,Bambang.Ir.Cabai Rawit, teknik Budidaya, & Analisis Usaha
Tani. 2003.Jogjakarta:Kanisius.
9. Jusup, Lenny. 50 Resep Makanan untuk Meningkatkan Daya Tahan
Tubuh. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
10. Redaksi Trubus. Bertanam Cabai Dalam Pot. Depok : Penebar Swadaya
11. Suyanti. Membuat Aneka Olahan Cabai. Depok : penebar Swadaya
12. Harpenas, Asep. Budidaya Cabai Unggul. Depok : Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai