Anda di halaman 1dari 44

A.

DEFINISI Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang trjadi dalam
bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuhtetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. B. FISIOLOGI CAIRAN DAN
ELEKTROLIT Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam
sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu: 1. Difusi Merupakan proses di
mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Klecepatan
difusi di pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature. 2. Osmosis Merupakan
bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi
lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik. 3. Transport aktif Partikel bergerak
dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. C.
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam) 1 3 hari, 30 kg
250-300 2 1 tahun, 9,5 kg 1150-1300 3 2 tahun, 11,8 kg 1350-1500 4 6 tahun, 20,0 kg 1800-2000 5 10
tahun, 28,7 kg 2000-2500 6 14 tahun, 45,0 kg 2200-2700 7 18 tahu, 54,0 kg 2200-2700 Volume cairan
tubuh Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan
50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di mana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana
makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1
tahun 60% dari BB, usia puberitas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari
BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia di atas 60
tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB. D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1. Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari
usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan fungsi ginjal ataw
jantung. 2. Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per
hari. 3. Diet Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema. 4. Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. 5. Kondisi sakit Kondisi sakit sangat
b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya: - Trauma seperti luka
bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. - Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. - Pasien dengan penurunan
tingkat kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan
untuk memenuhinya secara mandiri. 6. Tindakan medis Banayak tindakan medis akan berpengaruh pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain. 7. Pengobatan Pengobatan
seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh. 8.
Pembedahan pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan. E. MASALAH-
MASALAH GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1. Hipovolemik Adalah suatu kondisi
akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia,
mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda
penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak
adanya penurunan jumlah air mata. 2. Hipervolemi Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat
terjadi pada saat: a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air. b) Fungsi ginjal abnormal,
dengan penurunan ekskresi natrium dan air. c) Kelebihan pemberian cairan. d) Perpindahan cairan
interstisial ke plasma. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop. F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah: 1. Devisit volume cairan NOC: · Fluid balance · Hydration · Nutritional Status
: Food and Fluid Intake Kriteria Hasil : Ø Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal Ø Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Ø Tidak ada tanda
tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan NIC/ Intervensi Fluid management Ø Timbang popok/pembalut jika diperlukan Ø
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Ø Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Ø Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin ) Ø Monitor vital sign Ø Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori harian Ø Kolaborasi pemberian cairan IV Ø Monitor status nutrisi Ø
Berikan cairan Ø Berikan diuretik sesuai interuksi Ø Berikan cairan IV pada suhu ruangan Ø Dorong
masukan oral Ø Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Ø Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan Ø Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Ø Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk Ø Atur kemungkinan tranfusi Ø Persiapan untuk tranfusi 2. Kelebihan Volume Cairan
NOC : · Electrolit and acid base balance · Fluid balance · Hydration Kriteria Hasil: Ø Terbebas dari edema,
efusi, anaskara Ø Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu Ø Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular (+) Ø Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas normal Ø Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan Ø
Menjelaskanindikator kelebihan cairan NIC / Intervensi · Fluid management Ø Timbang popok/pembalut
jika diperlukan Ø Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Ø Pasang urin kateter jika
diperlukan Ø Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin ) Ø
Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP Ø Monitor vital sign Ø Monitor
indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites) Ø Kaji lokasi dan luas
edema Ø Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Ø Monitor status nutrisi Ø
Berikan diuretik sesuai interuksi Ø Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/l Ø Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk · Fluid
Monitoring Ø Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi Ø Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll ) Ø Monitor berat badan Ø Monitor serum dan elektrolit urine Ø Monitor
serum dan osmilalitas urine Ø Monitor BP, HR, dan RR Ø Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung Ø Monitor parameter hemodinamik infasif Ø Catat secara akutar intake dan
output Ø Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB Ø Monitor tanda
dan gejala dari odema Ø Beri obat yang dapat meningkatkan output urin Copy and WIN :
http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Defisit Volume Cairan


Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan
pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam
saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko
1. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
tanda klinis : kehilangan berat badan
2. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi)
tanda klinis : penurunan tekanan darah
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan
cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama
natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas,
serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang
vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons
haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam
tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami
kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah
solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit
dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan
cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d. Kelebihan steroid.
e. Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :
1.Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
2. Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
6.Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering
terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung
pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan produksi cairan
interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena) yang
menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan
dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema
jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan
oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

2.3 Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit


1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi
dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan
orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga
lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak
juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan
yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible
water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam
situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL).
Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah
dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.
Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat
kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa
berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada
ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4.Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi
urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel
atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga
dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro
intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh
akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan
beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya,
urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit
serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi
cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya,
dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya,
saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi
urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
8.Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh.
Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam
tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih
melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-
obat anastesia.

2.4 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit


Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi
pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat badan harian, tanda vital,
serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk
mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran
cairan, tanda–tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan
elektrolit, penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan.
Pengukuran klinis
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah pengukuran
berat badan harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan.
Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat tentang
status cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya perubahan cairan akut. Setiap
penurunan berat badan satu kilogram menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak satu liter.
Perubahan berat badan menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen
tubuh. Apabila kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari total berat badan, ini
mengindikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat. Untuk
memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan standardisasi alat ukur yang
digunakan sebelun dan sesudah penimbangan. Selain itu, penimbangan berat badan sebaiknya
dilakukan pada waktu yang sama (mis., sebelum sarapan atau setelah buang air besar) dan
dengan mengenakan pakaian yang sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung
dengan rumus berikut.
Kehilangan air= berat badan normal – berat badan sekarang

Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi
kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin
disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat bdan, mungkn ini
menunjukkan retensi cairan.
Tanda vital
Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan,
elektrolit, dan asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan
dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan
takikardia merupakan tanda pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan
cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada
kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin menunjukkan adanya
gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung meningkat pada kelebihan cairan
dan menurun pada kekurangan cairan.
Asupan dan haluaran
Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan dan
haluaran cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan
sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus memberikan
informasi pada klien, keluarga, dan seluruh tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan
asupan dan haluaran cairan yang akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per
oral, makanan, makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau
selang. Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer, muntahan,
keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari pernapasan yang cepat
dan dalam.
Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita dapat
melakukan beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24 jam dengan total
haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil pengukuran saat ini dengan
sebelumnya. Langkah ini terutama dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang besar, seperti
urine. Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume urine melebihi
kisaran tersebut, kemungkinan tubuh mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine
kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena tangan, dan sistem
neurologis.
Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor
terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali ke posisi normal
setelah dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit akan kembali datar dalam
jangka waktu yang lebih lama(hingga beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor
kulit paling baik dilakukan di atas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak,
pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha bagian tengah. Pada orang
tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan penimbangan berat badan untuk
mengukur status hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.
Iritabilitas neuromuskular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan
magnesium. Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau.
Pemeriksaan tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang
telinga). Jika pada saat diketuk terjadi refleks meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti
tanda chovstek positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan
test trousseau, pasang manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah
sistole selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya
hipokalsemia dan hipomagnesemia.
Pemeriksaan laboratorium
Elektrolit serum
Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium, kaliium ,
klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai
Na+adalah:
Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur – 142)
Na+serum terukur

Hitung darah
Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah merah.
Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh
jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau
hipovolemia cenderung meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami
overdehidrasi dapat menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan
perempuan 37%-47%. Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan peningkatan
kadar hematokrit.
Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)

Keterangan
Perbandingan air tubuh(PAT)
a) nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
b) nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni
Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam
serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.
Ph urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi
asidosis metabolik.
Berat jenis urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan
cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat
meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan
cairan. Nilai BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ urine
juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada pemberian dekstran, obat kontras
radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.
Diagnosis keperawatan
1.kekurangan volume cairan
Definsi
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau berisiko
mengalami dehidrasi vaskular, interstisial, atau intravaskular.
Batasan karakteristik
Mayor
 ketidakcukupan asupan cairan per oral
 balans negatif antara asupan dan haluaran
 penurunan berat badan
 kulit/membran mukosa kering(turgor menurun)
Minor
 peningkatan natrium serum
 penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan
 urine pekat atau sering berkemih
 penurunan turgor kulit
 haus, mual/anoreksia
faktor yang berhubungan
 berhubungan dengan haluaran urine berlebihan, sekunder akibat diabetes insipidus
 berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui
evaporasi akibat luka bakar
 berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal
dari luka, diare
 berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan
 berhubungan dengan mual, muntah
 berhubungan dengan penurunan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan
 berhubungan dengan masalah diet
 berhubungan dengan pemberian makan per slang dengan konsentrasi tinggi
 berhubungan dengan kesulitan menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut
2. kelebihan volume cairan
Definisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
Batasan karakteristik
Mayor
 edema
 kulit tegang, mengilap
Minor
 asupan melebihi haluaran
 sesak napas
 kenaikan berat badan
faktor yang berhubungan
 berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal
jantung
  berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung
 berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma yang rendah,
retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, sirosis hepatis, asites, dan kanke
 berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, trombus,
imobilitas, flebitis kronis
 berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroi
 berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan
 berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi
 berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu lama.
 Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus saat hamil
 Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastektomi
3. gangguan keseimbangan elektrolit(K)
Definisi
Batasan karakteristik
Mayor
 Perubahan kadar kalium
Minor
 Aritmia
 Kram tungkai
 Mual
 Hipotensi
 Bradikardia
 Kesemutan
Faktor yang berhubungan
 Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas
 Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebihan karena muntah, diare
 Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal
 Berhubungan dengan diet tinggi-kalium/rendah-kalium

Rencana dan Implementasi Keperawatan


1.kekurangan volume cairan
Kriteria hasil
 Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari(kecuali ada kontra
indikasi)
 Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stres atau cuaca panas
 Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
 Tidak menunjukkan adanya tanda atau gejala dehidrasi
Intervensi
 Kaji cairan yang disukai klien dalam batasan diet
 Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, misalnya siang 1000 ml,
sore 800 ml, dan malam 200 m
 Kaji pemahaman klien tentang alasan/pentingnya mempertahankan hidrasi yang adekuat
dan metode yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat
 Catat asupan dan haluaran
 Pantau asupan cairan per oral, minimal 1500 ml/24 jam
 Pantau haluaran cairan, minimal 1000-1500 ml/24 jam. Pantau penurunan berat jenis
urine
 Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan mengenakan
pakaian yang sama.
. Penurunan BB 2%-4% menunjukkan dehidrasi ringan; penurunan 5%-9% menunjukkan
dehidrasi sedang
 Pantau kadar elektrolit urine dan serum, BUN, dan osmolalitas, kreatinin, hematokrit,
dan hemoglobin
 Jelaskan bahwa kopi, teh dan jus buah anggur merupakan diuretik dan dapat
menyebabkan kehilangan cairan
 Untuk drainase luka, dapat dilakukan pengukuran jumlah dan jenis drainase, bila perlu
dengan menimbang balutan. Balut luka untuk meminimalkan kehilangan cairan
2.kelebihan volume cairan
Kriteria hasil
 Klien akan menyebutkan faktor penyebab dan metode pencegahan edema
 Klien memperlihatkan penurunan edema
Intervensi
 Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan
 Anjurkan klien untuk menurunkan konsusi garam
 Anjurkan klien untuk:
- menghindari makanan gurih, makanan kaleng, dan makanan beku;
- mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma (lemon,
kemangi, mint);
- menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop, rebusan, dll.
 Kaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang
menggantung
 Posisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung, bila
memungkinkan (kecuali ada kontra indikasi)
 Untuk drainase limfatik yang tidak adekuat
-tinggikan ekstemitas dengan menggunakan bantal
- ukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit
- jangan memberikan suntikan/infus pada lengan yang sakit
- lindungi lengan yang sakit dari cidera
-ingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban berat, memegang rokok,
mencabut kutikula atau bintil kuku, menyentuh kompor panas, mengenakan perhiasan atau jam
tangan
- lindungi kulit yang edema dari cidera
3.gangguan keseimbangan elektrolit (kalium)
Kriteria hasil
 Klien menjelaskan diet yang sesuai untuk mempertahankan kadar kalium dalam batas
normal
 Klien berpartisipasi untuk melaporkan tanda-tanda klinis hipokalenia/hiperkalenia
 Kadar kalium dalam batas normal/dapat ditoleransi
Intervensi
Penurunan kadar kalium
 Observasi tanda dan gejala hipokalenian(mis., vertigo, hipotensi, aritmia, mual, muntah,
diare, distensi abdomen, penurunan peristalsis, kelemahan otot, dan kram tungkai)
 Catatan asupan dan haluaran (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran kalium
secara berlebihan).
 Tentukan status hidrase klien bila terjadi hipokalemia (kelebihan cairan dapat
menyebabkan penurunan kadar kalium serum).
 Kenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda-tanda hipokalemia. Nilai kalium
yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental.
 Anjurkan klien dan keluarga untuk mengonsumsi makanan tinggi-kalium (mis.,
buah-buahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacang-kacangan, teh, kopi, dan kola).
 Laporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresi segmen ST, dan
gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia.
 Encerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air atau sari buah
untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.
 Pantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretik dan steroid.
(steroid kortison dapat menyebabkan retensi natrium dan ekskresi kalium).
 Kaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat golongan
digitalais dan diuretik atau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja
digitalis).
Peningkatan kadar kalium
 Observasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis., bradikardia, kram abdomen, oliguria,
kesemutan, dan kebas pada ekstremitas)
 Kaji haluaran urine. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari. (haluaran urine yang sedikit
dapat menyebabkan hiperkalemia).
 Laporkan nilai kalium serum yang melebihi 5mEq/l. Batasi asupan kalium jika perlu.
(nilai kaliu lebih dari 7mEq/l dapat menyebabkan henti jantung).
 Pantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi
yang merupakan tanda hiperkalemia.

Tindakan Keperawatan
Peningkatan Asupan Cairan Per Oral
Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau beresiko mengalami
kekurangan cairan (mis., klien yang menderita diare, demam tinggi, atau baru pulih dari
pemberian anestesia). Dalam pemberiannya, pasien umunya mendapat makanan/cairan dengan
konsentrasi rendah. Jika dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat makanan/minuman
dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang
diharapkan.
Pembatasan asupan per oral
Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang mengalami retensi cairan(mis.,
klien yang menderita gagal ginjal, gagal jantung, atau SIADH).
Pemberian makan
Pada kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan asupan makanan
yang sesuai kebutuhan diet guna memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sebagai
contoh, pada klien yang mendapat furosemit (diuretik), dapat diberikan banyak pisang dan jaruk
guna mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekurangan zat besi dapat diberikan
sayuran dan daging.
Pemberian terapi intravena
Terapi intravena merupakan metode yang efektif yang efisian untuk menyuplai
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan terapi
intravena, perawatan, serta pemantauan terapi intravena. Secara garis besar, prosedur
pemasangan terapi intravena adalah sebagai berikut.
Persiapan alat dan bahan
 Infus set
 Cairan infus
 Standar infus
 Sarung tangan bersih
 Torniket
 Jarum infus
 Pengalas
 Gunting dan plester
 Pompa elektrolik (bila diperlukan)
 Lidi kapas
 Bethadine (povidon-iodin)
 Alkohol
 Kassa
Prosedur pelaksanaan
 Persiapkan klien. Minta persetujuan klien setelah memberikan penjelasan mengenai
tujuan dan jenis prosedur
 Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
 Siapkan lingkungan
 Cuci tangan
 Gantungkan botol cairan pada standar infus
 Buka dan siapkan infus set
 Buka slang dari plastik, jaga agar slang agar tidak terurai
 Tutup klem
 Buka botol, tusukkan pada jarum botol infus
 Isikan cairan ke dalam tabung reservoir ( tabung penghitung tetes) dan slang infus. Buka
klem untuk mengisi slang dengan cairan infus. Jika telah terisi, klem ditutup kembali.
 Keluarkan udara dari slang (jika ada)
 Siapkan plester yang diperlukan (mis., empat potong)
 Pakai sarung tangan bersih
 Cari lokasi pemasangan (usahakan pada area paling distal pada ekstremitas yang
tidak dominan)
 Pasang pengalas di bawah lengan yang akan dipasang infus.
 Pasang torniker sekitar 8-15 cm proksimal dari lokasi pemasang
 Perhatikan kondisi vena dan tentukan vena yang akan digunakan
 Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan dipasangi infus
 Buka penutup jarum dan tusukkan jarum ke dalam vena. Pastikan jarum telah masuk
ke dalam vena (2/3 jarum dimasukkan,mandrin ditarik sedikit untuk melihat ada tidaknyaaliran
darah)
 Jika telah masuk, mandrin ditarik sekitar ½ panjang jaru, kemudian jarum didorong
hingga masuk seluruhnya ke dalam vena.
 Dekatkan ujung infus set
 Tekan daerah proksimal dari tempat pemasangan (sekitar 5 cm), buka ujung infus set,
tarik mandrin, dan segera masukkan ujung infus set pada jarum infus.
 Buka klem untuk memastikan bahwa cairan infus dapat mengalir ke dalam pembuluh
darah dan pastikan tidak terjadi ekstravasasi (ditandai dengan aliran infus yang tidak lancar,
edema pada area pemasangan infus, nyeri yang sangat)
 Apabila akses vena dipastikan lancar, lakukan fiksasi jarum infus
 Tulis tanggal dan jam pemasangan infus
 Atur tetesan infus
 Bereskan alat – alat
 Cuci tangan
Kateterisasi vena sentral
Kateterisasi vena sentral adalah pemasangan kateter ke dalam vena besar di tubuh.
Ujung kateter umumnya menjangkau vena besar (mis., vena kava inferior atau atrium kanan).
Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan dengan atau tanpa teknik pembedahan.
Pemasangan kateter vena sentral melalui teknik pembedahan dapat dilakukan dalam tiga cara,
yaitu pemasangan pada vena subklavia, vena jugularis interna, dan vena parifer. Pemasangan
dengan teknik intraklavikular (di bawah klavikula) memungkinkan tubuh untuk melakukan
ambulasi, namun tindakan ini beresiko menimbulkan pneumotoraks yang ditandai dengan nyeri
dada berat dan mendadak, sesak napas, hipotensi,sianosis, dan gelisah.
Mengobservasi terapi intravena
Hal-hal yang harus diobservasi dalam terapi intravena antara lain jenis cairan yang
diberikan; jumlah cairan yang telah, sedang, dan akan diberikan; serta kecepatan tetesan cairan
infus. Cairan yang diberikan secara cepat berpotensi menyebabkan gagal jantung dan edema
paru. Karenanya, kecepatan tetesan infus harus diobservasi setiap jam atau, jika cairan diberikan
secara cepat, observasi harus dilakukan lebih sering.
Di samping itu, kita juga perlu megobservasi area pemasangan infus untuk melihat
adanya ekstravasasi-cairan infus tidak lagi mengalir ke pembuluh darah tetapi masuk ke jaringan.
Untuk meyakinkan adanya infiltrasi (ekstravasasi), kita dapat menggunakan teknik palpasi. Jika
terdapat edema dan perubahan suhu di sekitar area pemasangan infus, bisa dipastikan terjadi
ekstravasasi. Selain itu, perawat juga perlu menginspeksi adanya plebitis pada area pemasangan.
Jika terjadi plebitis, infus harus segera dicabut dan dipasang kembali pada lokasi yang lain.
Selain upaya di atas, perawat juga perlu memberitahu klien untuk segera melaporkan
adanya bengkak pada area pemasangan; menghindari gerakan tiba – tiba pada ekstremitas yang
terpasang infus atau menekuk sendi ekstremitas yang terpasang infus; tidak menekan tabung
infus dan menjaga agar botol infus selalu lebih tingggi dari lokasi pemasangan; serta segera
memanggil perawat apabila aliran infus berhenti atau berubah, botol infus hampir kosong,
terdapat darah dalam slang infus, dan adanya nyeri pada lokasi pemasangan infus.
Melakukan penggantian balutan infus
Penggantian balutan infus dilakukan dalam waktu 24-72 jam. Penggantian balutan
(kassa atau pembalut transparan) dilakukan menurut prosedur berikut.
Persiapan alat dan bahan
 Basin/bengkok
 Pinset 2 buah
 Sarung tangan bersih
 Pengalas
 Gunting plester
 Kassa steril ukura 2x2
 Povidon-iodin (bhetadine)
 Lidi kapas
 Plester
 Kapas alkohol
Prosedur
 Siapkan pasien dan lingkungan
 Cuci tangan
 Siapkan alat
- siapkan plester sesuai kebutuhan, gantung pada sisi meja troli
- pasang pengalas di bawah area pemasangan infus
- letakkan bengkok di dekat klien.
 Pakai sarung tangan
 Lepaskan balutan infus, bersihkan bekas plester dengan alkohol/bensin
 Usapkan bhetadine pada area pemasangan infus
 Pasang kassa yang baru dan plester
 Bereskan alat
 Cuci tangan
Transfusi darah umumnya dilakukan dengan menggunakan dua jenis set pemberian,
yaitu set Y dan set transfusi satu jalur. Set Y digunakan untuk memberikan whole blood sehingga
kita bisa menambahkan cairan NaCl pada jalur lainnya. Umumnya, salin normal (NaCl 0,9%)
diberikan sebelum transfusi darah karena dapat mengembalikan isotonisitas darah ke kondisi
semula. Adapun cairan lainnya, seperti Ringers, Dextrose, dan beberapa obat lain, dapat
menyebabkan hemolisis dan mengakibatkan penggumpalan sel darah merah. Karena sel darah
merah umumnya mengandung debris, set infus dilengkapi dengan filter sehingga makroagregat
dapat tersaring dan tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Secara umum, pemberian transfusi
darah dapat menyebabkan berbagai reaksi dalam tubuh.

Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama
tindakan keperawatan (mis., turgor , asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan)
di samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing
diagnosis telah tercapai atau belum. Jika kriteria hasil belum tercapai, perawat harus menggali
mengapa kriteria tersebut belum tercapai dengan mengajukan pertanyaan- prtanyaan berikut.
1.  Mengapa belum terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit?
2. . Apa alasan yang diberikan oleh klien?
3. Apakah klien tidak mampu mengonsumsi cairan melalui oral?
4. Apakah klien merasa mual?
5. Adakah kehilangan cairan abnormal?
6. Apakah obat yang diberikan mempengaruhi asupan dan haluaran cairan?

BAB III
PENUTUP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering,
konsentrasi urine dan urine output.
-Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat.
- Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
- Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b. Pengukuran klinik
- Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang
Turun 10 % - 15 % kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20 % Kematian
Naik 2 % Kelebihan volume cairan ringan
Naik 5 % Kelebihan volume cairan sedang
Naik 8 % Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
- Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
- suhu : kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c
Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
- tekanan darah : Kekurangan volume ciran : < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau
tetap
- nadi : kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
- pernapasan : kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/
menit
Kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/
menit
- Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral
termasuk obat-obatan IV, makanan yang
cenderung mengandung air, irigasi kateter atau
NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses
(jumlah dan konsistensi), muntah, tube
drainase, IWL.
- Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.

b. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : mengkaji GCS
Kepala : mesocepal
Fontanel (Bayi) : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol (Kelebihan
volume cairan)
Mata : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau tidak ada
(kekurangan volume cairan) Edema periorbital, papiledema (kelebihan
volume cairan)
: bentuk simetris kanan dan kiri
n dan Mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan
kering, salvias menurun, lidah di bagian longitudinal menurun
(kekurangan volume cairan)

Sistem Kadiovaskuler
Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang
tertekan pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum,
punggung, Lambatnya
Palpasi :
- Kelebihan volume cairan : Denyut nadi kuat, Edema (bagian tubuh
dependent : punggung,sacrum, tungkai)
- Kekurangan volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler
menurun
Auskultasi :
Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia, Hipermagnesemia :
Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan, tekanan darah pada
posisi orthostatic
Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Sistem Pernapasan
Inspeksi :
- Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea
Auskulatasi :
- Kelebihan volume cairan : krekels

Sistem Gastrointestinal
Inspeksi :
- Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung
- Kekurangan volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah
- Hiponatremia : diare
Auskultasi :
- Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik
Perkusi : Thympani
Palpasi : tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di perut bagian
kanan bawah

Sistem Ginjal
Inspeksi :
- Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
- Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria, berat jenis urine
meningkat
-
Kulit
Suhu tubuh :
- Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis metabolic
- Menurun : Kekurangan volume cairan
Inspeksi :
- kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering, kemerahan
palpasi :
- Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan lembab
(Potter & Perry, 2005)

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
ketidakseimbangan cairan tubuh antara lain:
a. Kekurangan volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
b. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
c. Risiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
d. Resiko kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan

3. Perencanaan Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


keperawatan Hasil
1 kekurangan volume NOC : keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan b.d. gangguan cairan, - Ukur intake dan output cairan
mekanisme Setelah dilakukan tindakan serta timbang berat badan setiap
pengaturan. keperawatan selama 3 x 24 hari.
jam, di harapkan volume - Pasang kateter urin, jika ada.
cairan kembali normal - Monitor status hidrasi (misalnya
dengan kriteria hasil: kelembaban membran mukosa, nadi,
-Tekanan darah, nadi, suhu dan tekanan darah ortostatik).
dalam batas normal - Monitor hasil laboratorium yang
- Nadi perifer dapat teraba berhubungan dengan retensi cairan
-Keseimbangan intake dan - Monitor TTV
output selama 24 jam - Pasang IV line, sesuai dengan
-Tidak terdapat rasa haus yang diresepkan.
yang abnormal - Berikan cairan
-Elektrolit serum dan - Atur kemungkinan tranfusi
hematokrit dbn - Persiapan untuk tranfusi
2 Kelebihan volume NOC : Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
cairan b.d. kelebihan cairan, - Ukur intake dan output cairan serta
intake cairan, Setelah di lakukan tindakan timbang berat badan setiap hari.
kompensasi selama 3x24 jam di - Monitor hasil laboratorium yang
mekanisme harapkan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
pengaturan. kembali normal dengan cairan
kriteria hasil: - Kaji lokasi dan luas edema
-Tekanan darah dalam - Lakukan pemberian diuretik sesuai
batas normal resep
-Berat badan stabil - Monitor TTV
-Tidak terdapat asites - Pasang IV line, sesuai dengan yang
-Tidak terdapat distensi diresepkan.
vena jugularis - Batasi masukan cairan pada
-Tidak terdapat edema keadaan hiponatrermi dilusi dengan
perifer serum Na < 130 mEq/l
-Elektrolit serum dalam
batas normal
3 Risiko kekurangan NOC: Keseimbangan NIC : Manajemen cairan
volume cairan b/d cairan, - Ukur intake dan output cairan serta
kegagalan mekanisme Setelah di lakukan tindakan timbang berat badan setiap hari.
pengaturan keperawatan selama 3x24 - Pasang kateter urin, jika ada.
jam di harapkan volume - Monitor status hidrasi (misalnya
cairan dalam batas normal kelembaban membran mukosa, nadi,
dengan dengan kriteria dan tekanan darah ortostatik).
hasil: - Pasang IV line, sesuai dengan yang
-Tekanan darah dalam diresepkan.
batas normal - Monitor indikasi terjadinya retensi
-Nadi perifer dapat teraba cairan (bunyi nafas crackles,
-Keseimbangan intake dan peningkatan CVP, dan peningkatan
output selama 24 jam osmolalitas urin)
-Tidak terdapat suara nafas
tambahan
-Tidak terdapat rasa haus
yang abnormal
-Hidrasi kulit adekuat
-Membran mukosa lembab
-Elektrolit serum dan
hematokrit dalam batas
normal
Resiko kelebihan NOC : Keseimbangan NIC : Manajement cairan
3 cairan
cairan b/d kelebihan
Setelah di lakukan tindakan
intake cairan keperawatan selama 3x24
jam, di harapkan intake dan
output cairan dalam batas
normal dengan criteria
hasil :

FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT Cairan dan substansi yang ada di dalamnya
berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel
yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan
komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit
tubuh dengan beberapa cara yaitu: 1. Difusi Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di
dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Klecepatan difusi di
pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature. 2. Osmosis Merupakan
bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran semipermiabel dan larutan yang
berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik. 3. Transport
aktif Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari
tubuh seperti pompa jantung. Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Konsep Dasar Anatomi dan Fisiologi


1. Pengertian
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan
tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan
ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20%
CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES
atau 5% dari total berat badan.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler,
cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler
adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan
sekresi saluran cerna.
2. Komposisi Cairan Tubuh
Pada orang dewasa kira-kira 40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di
dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat
badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yaig terbagi dalam 15 % cairan interstitial, 5
% cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
Persentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain : Umur, Kondisi lemak tubuh, Sex.
Perhatikan uraian berikut ini :
a. Bayi (baru lahir) 75 %
b. Dewasa :
a) Pria (20-40 tahun) 60 %
b) Wanita (20-40 tahun) 50 %
c. Usia Lanjut 45-50 %

3. Elektrolit Utama Tubuh Manusia


Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit.
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan
listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam
organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium
(Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat
(SO42-).
Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian
yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum
netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan
jumlah muatan-muatan positif.
Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intraseluler maupun pada plasma
terinci dalam tabel di bawah ini :
Plasma Interstitial
a. Kation :
Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg ++)
b. Anion :
Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO42-), Sulfat (SO42-), Protein

4. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a) Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b) Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c) Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.

Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :


Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung
menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah
sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti
ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai
dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.


2. Peningkatan permeabilitas.
3. Peningkatan luas permukaan difusi.
4. Berat molekul substansi.
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.

Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini
karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang
volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan
air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi
ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih
tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus
membran kapiler dan sel, yaitu :
A) Permeabilitas membran kapiler dan sel
B) Konsenterasi
C) Potensial listrik
D) Perbedaan tekanan.

5. Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia
dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi
normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit
dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn cairan
antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine), ekresi
pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500
ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga
kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama
proses metabolisme.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,
perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri.
Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal.
b. Output Cairan :
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
1) Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar
1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada
orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila
aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2) IWL (Invisible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-
400 ml per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
3) Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum
tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4) Feses :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

6. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


a. Pengaturan volume cairan ekstrasel
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri
dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume
plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah
jangka panjang.
1) Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi
karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan
lingkungan luarnya.
2) Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan
keluarannya.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
a) Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
b) Mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal

b. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel


Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin
rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang
konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
1. Perubahan osmolaritas di nefron
Disepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang
pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh
secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik
di tubulus proksimal (300 mosm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat
permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler
peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus
menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable
terhadap air dan secara aktif memindahkan nacl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan
reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan
duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus
koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine
yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter
juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
2. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mosm) akan merangsang
osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron
hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis
posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen.
Ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya
aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan
aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik
atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.

c. Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit
diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi
adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus
aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau
reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang
berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron,
dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika
terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan
meningkatkan eksresi volume natrium dan air.

7. Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain :
a. Umur :
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal
atau jantung.
b. Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet :
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh Misalnya :
1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g. Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

B. Konsep Dasar Gangguan Volume Cairan


1. HIPOVOLEMIA (Kekurangan Volume Cairan)
a) Pengertian
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang
sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum
terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
(CES).
Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES).
b) Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dan
lain-lain.
3) Perdarahan.
c) Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi
ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi
saluran pencernaan.
d) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia
antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung pada jenis kehilangan cairan
hipovolemia dapat disertai dengan ketidak seimbangan asam basa, osmolar atau
elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik
(kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone antideuritik
(ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama dapat menimbulkan
gagal ginjal akut.
e) Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.
f) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan penunjang.
Penurunan tekanan darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi ortostatik);
peningkatan frekwensi jantung (FJ); turgor kulit buruk; lidah kering dan kasar; mata
cekung; vena leher kempes; peningkatan suhu dan penurunan berat badan akut.
Bayi dan anak-anak : penurunan air mata, depresi fontanel anterior.
Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan haus;
hipotensi terlentang dan oliguria.
Tabel. 1. Penurunan berat badan sebagai indikator dari kekurangan CES pada orang
dewasa dan anak-anak.
2) Tabel. 2. Pengkajian perubahan pada hipovolemia 4
Riwayat kesehatan.
3) Evalusi status volume cairan.
4) Kadar Nitrogen Urea dalam darah (BUN) > 25mg/ 100 ml.
5) Peningkatan kadar Hematokrit > 50%.
6) Berat jenis urine > 1,025.
g) Penatalaksanaan Medis
1) Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan
elektrolit.
2) Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
3) Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan intravena sesuai
pesanan / order dari medis.Catatan : Rehidrasi pada kecepatan yang berlebihan dapat
menyebabkan GJK (gagal ginjal jantung kongestif)
4) Tindakan terhadap penyebab dasar.

2. HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)


a) Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan
intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada
perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang
abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal
berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium
tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner &
Suddarth. 2002).
b) Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
c) Patofisiologi
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi
cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan / adanya gangguan mekanisme homeostatis pada
proses regulasi keseimbangan cairan.
d) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia
antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi
hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan
peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan
aldosteron dan ADH.
Abnormalitas pada homeostatisis elektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas
sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan
edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
e) Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
1) Gagal ginjal, akut atau kronik
2) Berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung
3) Infark miokard
4) Gagal jantung kongestif
5) Gagal jantung kiri
6) Penyakit katup
7) Takikardi/aritmia
Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, retensi
natrium
8) Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker
9) Berhubungan dengan kerusakan arus balik vena
10) Varikose vena
11) Penyakit vaskuler perifer
12) Flebitis kronis
f) Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Fisik
Oedema, peningkatan berat badan, peningkatan TD (penurunan TD saat jantung gagal)
nadi kuat, asites, krekles (rales). Ronkhi, mengi, distensi vena leher, kulit lembab,
takikardia, irama gallop.
2) Protein rendah
3) Anemia
4) Retensi air yang berlebihan
5) Peningkatan natrium dalam urine
g) Penatalaksanaan Medis
Tujuan terapi adalah mengatasi masalah pencetus dan mengembalikan CES pada
normal. Tindakan dapat berupa hal berikut :
1) Pembatasan natrium dan air.
2) Diuretik.
3) Dialisi atau hemofiltrasi arteriovena kontinue : pada gagal ginjal atau kelebihan beban
cairan yang mengancam hidup.

C. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Prosedur Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Cairan dan Elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan
tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda
dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih tinggi mengingat
permukaan tubuh yang relatif luas dan persentase air lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa.
Disamping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan
fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa, konduksi saraf,
kontraksi muskuler dan osmolalitas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal
Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang, maka
pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian
per-oral atau intravena
Pemberian Cairan Melalui Infus
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan
cairan melalui intra vena (Infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien
yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan
kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian
cairan melalui infus dengan memasukkan kedalam vena(Pembuluh darah pasien)
diantaranya vena lengan (Vena cefalica basilica dan mediana cubitti), atau vena yang
ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak). Selain
pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat
dilakukan pada pasien syock, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi
darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. Tujuan Prosedur
Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit adalah untuk memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit dan infus pengobatan dan pemberian nutrisi.
Alat dan Bahan Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Standart infus
2. Set Infus (Infus Set)
3. Cairan infus sesuai dengan program medik
4. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai (Abbocath)
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas Alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan

Prosedur Kerja Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

1. Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan


2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan ke bagian karet atau akses
slang ke botol infus
4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang
keluar
5. Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10 - 20 cm di atas
tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan
sirkuler (bila sadar)
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah
vena dan posisi jarum (abbocath) mengarah keatas
10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abbocath / sorflo). Apabila saat
penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abbocath / sorflo) maka
tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tususkan ke dalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/ dikeluarkan, tahan bagian atas
vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar.
Kemudian bagian infus di hubungkan/ disambungkan dengan slang infus
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang di berikan
13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum infus
yang digunakan
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum infus

Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan erektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia
seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia
dewasa. Kebutuhan cairan sangat di butuhkan tubuh dalam mengangkut zat makanan
kedalam sel,sisa metabolisme,sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,memelihara
suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping
kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, dan posfat) sangat
penting untuk menjaga keseimbangan asam basa, konduksi saraf, kontraksi mukular
dan osmolalitas.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan.
Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai