Askep Imbalance Elektrolithh, Ghu
Askep Imbalance Elektrolithh, Ghu
DEFINISI Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang trjadi dalam
bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuhtetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah
satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. B. FISIOLOGI CAIRAN DAN
ELEKTROLIT Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam
sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu: 1. Difusi Merupakan proses di
mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Klecepatan
difusi di pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature. 2. Osmosis Merupakan
bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi
lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik. 3. Transport aktif Partikel bergerak
dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. C.
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT No Umur / BB (Kg) Kebutuhan cairan (mL/24 jam) 1 3 hari, 30 kg
250-300 2 1 tahun, 9,5 kg 1150-1300 3 2 tahun, 11,8 kg 1350-1500 4 6 tahun, 20,0 kg 1800-2000 5 10
tahun, 28,7 kg 2000-2500 6 14 tahun, 45,0 kg 2200-2700 7 18 tahu, 54,0 kg 2200-2700 Volume cairan
tubuh Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan
50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan di mana lemak pada wanita lebih banyak dari pria
sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana
makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Contoh: bayi baru lahir TBW nya 70-80% dari BB, usia 1
tahun 60% dari BB, usia puberitas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari
BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB, sedangkan pada usia di atas 60
tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB. D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1. Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari
usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan gangguan fungsi ginjal ataw
jantung. 2. Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per
hari. 3. Diet Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga
hal ini akan menyebabkan edema. 4. Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. 5. Kondisi sakit Kondisi sakit sangat
b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya: - Trauma seperti luka
bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. - Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. - Pasien dengan penurunan
tingkat kesadaran akan mengalami ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan
untuk memenuhinya secara mandiri. 6. Tindakan medis Banayak tindakan medis akan berpengaruh pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain. 7. Pengobatan Pengobatan
seperti pemberian dueretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh. 8.
Pembedahan pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggimengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan. E. MASALAH-
MASALAH GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 1. Hipovolemik Adalah suatu kondisi
akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia,
mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda
penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak
adanya penurunan jumlah air mata. 2. Hipervolemi Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat
terjadi pada saat: a) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air. b) Fungsi ginjal abnormal,
dengan penurunan ekskresi natrium dan air. c) Kelebihan pemberian cairan. d) Perpindahan cairan
interstisial ke plasma. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop. F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit adalah: 1. Devisit volume cairan NOC: · Fluid balance · Hydration · Nutritional Status
: Food and Fluid Intake Kriteria Hasil : Ø Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal, HT normal Ø Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Ø Tidak ada tanda
tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan NIC/ Intervensi Fluid management Ø Timbang popok/pembalut jika diperlukan Ø
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Ø Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Ø Monitor hasil lAb yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin ) Ø Monitor vital sign Ø Monitor masukan makanan /
cairan dan hitung intake kalori harian Ø Kolaborasi pemberian cairan IV Ø Monitor status nutrisi Ø
Berikan cairan Ø Berikan diuretik sesuai interuksi Ø Berikan cairan IV pada suhu ruangan Ø Dorong
masukan oral Ø Berikan penggantian nesogatrik sesuai output Ø Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan Ø Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Ø Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
muncul meburuk Ø Atur kemungkinan tranfusi Ø Persiapan untuk tranfusi 2. Kelebihan Volume Cairan
NOC : · Electrolit and acid base balance · Fluid balance · Hydration Kriteria Hasil: Ø Terbebas dari edema,
efusi, anaskara Ø Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu Ø Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular (+) Ø Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas normal Ø Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan Ø
Menjelaskanindikator kelebihan cairan NIC / Intervensi · Fluid management Ø Timbang popok/pembalut
jika diperlukan Ø Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Ø Pasang urin kateter jika
diperlukan Ø Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin ) Ø
Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP Ø Monitor vital sign Ø Monitor
indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites) Ø Kaji lokasi dan luas
edema Ø Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian Ø Monitor status nutrisi Ø
Berikan diuretik sesuai interuksi Ø Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan
serum Na < 130 mEq/l Ø Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk · Fluid
Monitoring Ø Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi Ø Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung,
diaporesis, disfungsi hati, dll ) Ø Monitor berat badan Ø Monitor serum dan elektrolit urine Ø Monitor
serum dan osmilalitas urine Ø Monitor BP, HR, dan RR Ø Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung Ø Monitor parameter hemodinamik infasif Ø Catat secara akutar intake dan
output Ø Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB Ø Monitor tanda
dan gejala dari odema Ø Beri obat yang dapat meningkatkan output urin Copy and WIN :
http://ow.ly/KNICZ
Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi
kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin
disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat bdan, mungkn ini
menunjukkan retensi cairan.
Tanda vital
Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan,
elektrolit, dan asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan
dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan
takikardia merupakan tanda pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan
cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada
kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin menunjukkan adanya
gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung meningkat pada kelebihan cairan
dan menurun pada kekurangan cairan.
Asupan dan haluaran
Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan dan
haluaran cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan
sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus memberikan
informasi pada klien, keluarga, dan seluruh tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan
asupan dan haluaran cairan yang akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per
oral, makanan, makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau
selang. Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer, muntahan,
keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari pernapasan yang cepat
dan dalam.
Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita dapat
melakukan beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24 jam dengan total
haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil pengukuran saat ini dengan
sebelumnya. Langkah ini terutama dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang besar, seperti
urine. Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume urine melebihi
kisaran tersebut, kemungkinan tubuh mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine
kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena tangan, dan sistem
neurologis.
Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor
terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali ke posisi normal
setelah dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit akan kembali datar dalam
jangka waktu yang lebih lama(hingga beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor
kulit paling baik dilakukan di atas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak,
pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha bagian tengah. Pada orang
tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan penimbangan berat badan untuk
mengukur status hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.
Iritabilitas neuromuskular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan
magnesium. Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau.
Pemeriksaan tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang
telinga). Jika pada saat diketuk terjadi refleks meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti
tanda chovstek positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan
test trousseau, pasang manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah
sistole selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya
hipokalsemia dan hipomagnesemia.
Pemeriksaan laboratorium
Elektrolit serum
Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium, kaliium ,
klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai
Na+adalah:
Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur – 142)
Na+serum terukur
Hitung darah
Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah merah.
Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh
jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau
hipovolemia cenderung meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami
overdehidrasi dapat menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan
perempuan 37%-47%. Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan peningkatan
kadar hematokrit.
Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)
Keterangan
Perbandingan air tubuh(PAT)
a) nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
b) nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni
Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam
serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.
Ph urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi
asidosis metabolik.
Berat jenis urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan
cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat
meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan
cairan. Nilai BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ urine
juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada pemberian dekstran, obat kontras
radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.
Diagnosis keperawatan
1.kekurangan volume cairan
Definsi
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau berisiko
mengalami dehidrasi vaskular, interstisial, atau intravaskular.
Batasan karakteristik
Mayor
ketidakcukupan asupan cairan per oral
balans negatif antara asupan dan haluaran
penurunan berat badan
kulit/membran mukosa kering(turgor menurun)
Minor
peningkatan natrium serum
penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan
urine pekat atau sering berkemih
penurunan turgor kulit
haus, mual/anoreksia
faktor yang berhubungan
berhubungan dengan haluaran urine berlebihan, sekunder akibat diabetes insipidus
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui
evaporasi akibat luka bakar
berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal
dari luka, diare
berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan
berhubungan dengan mual, muntah
berhubungan dengan penurunan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan
berhubungan dengan masalah diet
berhubungan dengan pemberian makan per slang dengan konsentrasi tinggi
berhubungan dengan kesulitan menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut
2. kelebihan volume cairan
Definisi
Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan beban cairan
intraseluler atau interstisial.
Batasan karakteristik
Mayor
edema
kulit tegang, mengilap
Minor
asupan melebihi haluaran
sesak napas
kenaikan berat badan
faktor yang berhubungan
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal
jantung
berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung
berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma yang rendah,
retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, sirosis hepatis, asites, dan kanke
berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, trombus,
imobilitas, flebitis kronis
berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroi
berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan
berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi
berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu lama.
Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus saat hamil
Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastektomi
3. gangguan keseimbangan elektrolit(K)
Definisi
Batasan karakteristik
Mayor
Perubahan kadar kalium
Minor
Aritmia
Kram tungkai
Mual
Hipotensi
Bradikardia
Kesemutan
Faktor yang berhubungan
Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas
Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebihan karena muntah, diare
Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal
Berhubungan dengan diet tinggi-kalium/rendah-kalium
Tindakan Keperawatan
Peningkatan Asupan Cairan Per Oral
Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau beresiko mengalami
kekurangan cairan (mis., klien yang menderita diare, demam tinggi, atau baru pulih dari
pemberian anestesia). Dalam pemberiannya, pasien umunya mendapat makanan/cairan dengan
konsentrasi rendah. Jika dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat makanan/minuman
dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang
diharapkan.
Pembatasan asupan per oral
Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang mengalami retensi cairan(mis.,
klien yang menderita gagal ginjal, gagal jantung, atau SIADH).
Pemberian makan
Pada kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan asupan makanan
yang sesuai kebutuhan diet guna memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sebagai
contoh, pada klien yang mendapat furosemit (diuretik), dapat diberikan banyak pisang dan jaruk
guna mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekurangan zat besi dapat diberikan
sayuran dan daging.
Pemberian terapi intravena
Terapi intravena merupakan metode yang efektif yang efisian untuk menyuplai
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan terapi
intravena, perawatan, serta pemantauan terapi intravena. Secara garis besar, prosedur
pemasangan terapi intravena adalah sebagai berikut.
Persiapan alat dan bahan
Infus set
Cairan infus
Standar infus
Sarung tangan bersih
Torniket
Jarum infus
Pengalas
Gunting dan plester
Pompa elektrolik (bila diperlukan)
Lidi kapas
Bethadine (povidon-iodin)
Alkohol
Kassa
Prosedur pelaksanaan
Persiapkan klien. Minta persetujuan klien setelah memberikan penjelasan mengenai
tujuan dan jenis prosedur
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
Siapkan lingkungan
Cuci tangan
Gantungkan botol cairan pada standar infus
Buka dan siapkan infus set
Buka slang dari plastik, jaga agar slang agar tidak terurai
Tutup klem
Buka botol, tusukkan pada jarum botol infus
Isikan cairan ke dalam tabung reservoir ( tabung penghitung tetes) dan slang infus. Buka
klem untuk mengisi slang dengan cairan infus. Jika telah terisi, klem ditutup kembali.
Keluarkan udara dari slang (jika ada)
Siapkan plester yang diperlukan (mis., empat potong)
Pakai sarung tangan bersih
Cari lokasi pemasangan (usahakan pada area paling distal pada ekstremitas yang
tidak dominan)
Pasang pengalas di bawah lengan yang akan dipasang infus.
Pasang torniker sekitar 8-15 cm proksimal dari lokasi pemasang
Perhatikan kondisi vena dan tentukan vena yang akan digunakan
Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan dipasangi infus
Buka penutup jarum dan tusukkan jarum ke dalam vena. Pastikan jarum telah masuk
ke dalam vena (2/3 jarum dimasukkan,mandrin ditarik sedikit untuk melihat ada tidaknyaaliran
darah)
Jika telah masuk, mandrin ditarik sekitar ½ panjang jaru, kemudian jarum didorong
hingga masuk seluruhnya ke dalam vena.
Dekatkan ujung infus set
Tekan daerah proksimal dari tempat pemasangan (sekitar 5 cm), buka ujung infus set,
tarik mandrin, dan segera masukkan ujung infus set pada jarum infus.
Buka klem untuk memastikan bahwa cairan infus dapat mengalir ke dalam pembuluh
darah dan pastikan tidak terjadi ekstravasasi (ditandai dengan aliran infus yang tidak lancar,
edema pada area pemasangan infus, nyeri yang sangat)
Apabila akses vena dipastikan lancar, lakukan fiksasi jarum infus
Tulis tanggal dan jam pemasangan infus
Atur tetesan infus
Bereskan alat – alat
Cuci tangan
Kateterisasi vena sentral
Kateterisasi vena sentral adalah pemasangan kateter ke dalam vena besar di tubuh.
Ujung kateter umumnya menjangkau vena besar (mis., vena kava inferior atau atrium kanan).
Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan dengan atau tanpa teknik pembedahan.
Pemasangan kateter vena sentral melalui teknik pembedahan dapat dilakukan dalam tiga cara,
yaitu pemasangan pada vena subklavia, vena jugularis interna, dan vena parifer. Pemasangan
dengan teknik intraklavikular (di bawah klavikula) memungkinkan tubuh untuk melakukan
ambulasi, namun tindakan ini beresiko menimbulkan pneumotoraks yang ditandai dengan nyeri
dada berat dan mendadak, sesak napas, hipotensi,sianosis, dan gelisah.
Mengobservasi terapi intravena
Hal-hal yang harus diobservasi dalam terapi intravena antara lain jenis cairan yang
diberikan; jumlah cairan yang telah, sedang, dan akan diberikan; serta kecepatan tetesan cairan
infus. Cairan yang diberikan secara cepat berpotensi menyebabkan gagal jantung dan edema
paru. Karenanya, kecepatan tetesan infus harus diobservasi setiap jam atau, jika cairan diberikan
secara cepat, observasi harus dilakukan lebih sering.
Di samping itu, kita juga perlu megobservasi area pemasangan infus untuk melihat
adanya ekstravasasi-cairan infus tidak lagi mengalir ke pembuluh darah tetapi masuk ke jaringan.
Untuk meyakinkan adanya infiltrasi (ekstravasasi), kita dapat menggunakan teknik palpasi. Jika
terdapat edema dan perubahan suhu di sekitar area pemasangan infus, bisa dipastikan terjadi
ekstravasasi. Selain itu, perawat juga perlu menginspeksi adanya plebitis pada area pemasangan.
Jika terjadi plebitis, infus harus segera dicabut dan dipasang kembali pada lokasi yang lain.
Selain upaya di atas, perawat juga perlu memberitahu klien untuk segera melaporkan
adanya bengkak pada area pemasangan; menghindari gerakan tiba – tiba pada ekstremitas yang
terpasang infus atau menekuk sendi ekstremitas yang terpasang infus; tidak menekan tabung
infus dan menjaga agar botol infus selalu lebih tingggi dari lokasi pemasangan; serta segera
memanggil perawat apabila aliran infus berhenti atau berubah, botol infus hampir kosong,
terdapat darah dalam slang infus, dan adanya nyeri pada lokasi pemasangan infus.
Melakukan penggantian balutan infus
Penggantian balutan infus dilakukan dalam waktu 24-72 jam. Penggantian balutan
(kassa atau pembalut transparan) dilakukan menurut prosedur berikut.
Persiapan alat dan bahan
Basin/bengkok
Pinset 2 buah
Sarung tangan bersih
Pengalas
Gunting plester
Kassa steril ukura 2x2
Povidon-iodin (bhetadine)
Lidi kapas
Plester
Kapas alkohol
Prosedur
Siapkan pasien dan lingkungan
Cuci tangan
Siapkan alat
- siapkan plester sesuai kebutuhan, gantung pada sisi meja troli
- pasang pengalas di bawah area pemasangan infus
- letakkan bengkok di dekat klien.
Pakai sarung tangan
Lepaskan balutan infus, bersihkan bekas plester dengan alkohol/bensin
Usapkan bhetadine pada area pemasangan infus
Pasang kassa yang baru dan plester
Bereskan alat
Cuci tangan
Transfusi darah umumnya dilakukan dengan menggunakan dua jenis set pemberian,
yaitu set Y dan set transfusi satu jalur. Set Y digunakan untuk memberikan whole blood sehingga
kita bisa menambahkan cairan NaCl pada jalur lainnya. Umumnya, salin normal (NaCl 0,9%)
diberikan sebelum transfusi darah karena dapat mengembalikan isotonisitas darah ke kondisi
semula. Adapun cairan lainnya, seperti Ringers, Dextrose, dan beberapa obat lain, dapat
menyebabkan hemolisis dan mengakibatkan penggumpalan sel darah merah. Karena sel darah
merah umumnya mengandung debris, set infus dilengkapi dengan filter sehingga makroagregat
dapat tersaring dan tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Secara umum, pemberian transfusi
darah dapat menyebabkan berbagai reaksi dalam tubuh.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama
tindakan keperawatan (mis., turgor , asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan)
di samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing
diagnosis telah tercapai atau belum. Jika kriteria hasil belum tercapai, perawat harus menggali
mengapa kriteria tersebut belum tercapai dengan mengajukan pertanyaan- prtanyaan berikut.
1. Mengapa belum terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit?
2. . Apa alasan yang diberikan oleh klien?
3. Apakah klien tidak mampu mengonsumsi cairan melalui oral?
4. Apakah klien merasa mual?
5. Adakah kehilangan cairan abnormal?
6. Apakah obat yang diberikan mempengaruhi asupan dan haluaran cairan?
BAB III
PENUTUP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
- Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral dan parenteral)
- Tanda umum masalah elektrolit
- Tanda kekurangan cairan seperti rasa dahaga, kulit kering, membrane mukosa kering,
konsentrasi urine dan urine output.
-Tanda kelebihan cairan: seperti kaki bengkak, kesulitan nafas dan BB meningkat.
- Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
- Status perkembangan seperti usia atau situasi social
b. Pengukuran klinik
- Berat badan : kehilangan / bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan. Perubahan berat badan :
Turun 2 % - 5 % Kekurangan volume cairan * ringan
Turun 5% - 10 % Kekurangan volume cairan * sedang
Turun 10 % - 15 % kekurangan volume cairan *berat
Turun 15 % - 20 % Kematian
Naik 2 % Kelebihan volume cairan ringan
Naik 5 % Kelebihan volume cairan sedang
Naik 8 % Kelebihan volume cairan berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
- Keadaan umum : pengukuran tanda vital seperti :
- suhu : kekurangan volume cairan : < 36 – 37 ° c
Kelebihan volume cairan : > 35 – 36 ºC
- tekanan darah : Kekurangan volume ciran : < 120/80
Kelebihan volume cairan : > 120/80 atau
tetap
- nadi : kekurangan vol cairan : < 60-100x/mnt
Kelebihan volume cairan : > 60-100 x /mnt
- pernapasan : kekurangan volume cairan : > 16 – 24 x/
menit
Kelebihan volume cairan : < 16 – 24 x/
menit
- Pengukuran pemasukan cairan : cairan oral (NGT dan oral), cairan parenteral
termasuk obat-obatan IV, makanan yang
cenderung mengandung air, irigasi kateter atau
NGT.
- Pengukuran pengeluaran cairan : urine (volume, kejernihan / kepekatan), feses
(jumlah dan konsistensi), muntah, tube
drainase, IWL.
- Ukur keseimbanagn cairan dengan akurat : normalnya sekitar +/- 200 cc.
b. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : mengkaji GCS
Kepala : mesocepal
Fontanel (Bayi) : Cekung (Kekurangan volume cairan) Menonjol (Kelebihan
volume cairan)
Mata : Cekung, konjungtiva anemis, air mata berkurang atau tidak ada
(kekurangan volume cairan) Edema periorbital, papiledema (kelebihan
volume cairan)
: bentuk simetris kanan dan kiri
n dan Mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan
kering, salvias menurun, lidah di bagian longitudinal menurun
(kekurangan volume cairan)
Sistem Kadiovaskuler
Inspeksi :
Kekurangan volume cairan : Vena leher datar
Kelebihan volume cairan : Vena leher distensi
Dependent body parts (Bagian-bagian tubuh yang
tertekan pada saat berbaring) : Tungkai, sacrum,
punggung, Lambatnya
Palpasi :
- Kelebihan volume cairan : Denyut nadi kuat, Edema (bagian tubuh
dependent : punggung,sacrum, tungkai)
- Kekurangan volume cairan : Denyut nadi lemah, kapiler
menurun
Auskultasi :
Kekurangan volume cairan, Hiponatremia, Hiperkalemia, Hipermagnesemia :
Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan, tekanan darah pada
posisi orthostatic
Kelebihan Volume cairan : Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Sistem Pernapasan
Inspeksi :
- Kelebihan Volume cairan : Peningkatan frekuensi napas, dispnea
Auskulatasi :
- Kelebihan volume cairan : krekels
Sistem Gastrointestinal
Inspeksi :
- Kekurangan volume cairan : Abdomen cekung
- Kekurangan volume cairan , hiperkalsemia, hiponatremia : muntah
- Hiponatremia : diare
Auskultasi :
- Kekurangan volume cairan, hipokalemia : hiperperistaltik disertai diare atau hipoperistaltik
Perkusi : Thympani
Palpasi : tidak ada pembesaran dan massa, ada nyeri tekan di perut bagian
kanan bawah
Sistem Ginjal
Inspeksi :
- Kekurangan volume cairan : oliguria atau anuria, berat jenis urine meningkat
- Kelebihan volume cairan : dieresis (jika ginjal normal), oliguria atau anuria, berat jenis urine
meningkat
-
Kulit
Suhu tubuh :
- Meningkat : hipernatremia, Ketidakseimbangan hiperosmolar, asidosis metabolic
- Menurun : Kekurangan volume cairan
Inspeksi :
- kekurangan volume caiaran, asidosis metabolik : kering, kemerahan
palpasi :
- Kekurangan volume cairan : turgor kulit tidak elastic, kulit dingin dan lembab
(Potter & Perry, 2005)
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
ketidakseimbangan cairan tubuh antara lain:
a. Kekurangan volume cairan b.d. gangguan mekanisme pengaturan.
b. Kelebihan volume cairan b.d. kelebihan intake cairan, kompensasi mekanisme pengaturan.
c. Risiko kekurangan volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan.
d. Resiko kelebihan cairan b/d kelebihan intake cairan
3. Perencanaan Intervensi
FISIOLOGI CAIRAN DAN ELEKTROLIT Cairan dan substansi yang ada di dalamnya
berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel
yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan
komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit
tubuh dengan beberapa cara yaitu: 1. Difusi Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di
dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Klecepatan difusi di
pengaruhi oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature. 2. Osmosis Merupakan
bergeraknya pelarut bersih seperti air, melaui membran semipermiabel dan larutan yang
berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang lebih tinggi yang sifat nya menarik. 3. Transport
aktif Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari
tubuh seperti pompa jantung. Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a) Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan
oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b) Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c) Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan
tubuh ikut berpindah.
Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah
dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini
karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila
konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu
larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang
volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan
air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan
seperti ini disebut dengan osmosis.
Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi
ini disebut tekanan hidrostatik.
Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara
pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih
tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan
konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus
membran kapiler dan sel, yaitu :
A) Permeabilitas membran kapiler dan sel
B) Konsenterasi
C) Potensial listrik
D) Perbedaan tekanan.
1. Standart infus
2. Set Infus (Infus Set)
3. Cairan infus sesuai dengan program medik
4. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai (Abbocath)
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas Alkohol
8. Plester
9. Gunting
10. Kasa steril
11. Betadine
12. Sarung tangan
Bab 3
Penutup
Kesimpulan
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan erektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia
seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia
dewasa. Kebutuhan cairan sangat di butuhkan tubuh dalam mengangkut zat makanan
kedalam sel,sisa metabolisme,sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,memelihara
suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping
kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, dan posfat) sangat
penting untuk menjaga keseimbangan asam basa, konduksi saraf, kontraksi mukular
dan osmolalitas.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan.
Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru
dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam
cairan tubuh.