Makalah Surveilans Epid Fixed
Makalah Surveilans Epid Fixed
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar Epidemiologi
Yang dibina oleh Ibu drg. Rara Warih Gayatri, M.PH.
Oleh :
Kelompok 7
Alinda Rahmani (170612634055)
Dhita Eka Pramesti (170612634065)
Isti Masyfufah (170612634090)
Nailul Izzah Mahrusah (170612634077)
Surma Elisa Manihuruk (170612634024)
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Surveilans”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman. Amin…
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari surveilans epidemiologi ?
2. Apa tujuan dan manfaat pelaksanaan surveilans epidemiologi ?
3. Apa saja sumber data surveilans epidemiologi ?
4. Apa saja jenis-jenis surveilans epidemiologi ?
5. Apa saja metode-metode yang digunakan dalam surveilans epidemiologi ?
6. Apa saja langkah-langkah dalam surveilans epidemiologi ?
7. Bagaimana aplikasi pelaksanaan surveilans epidemiologi ?
8. Bagaimana penilaian surveilans epidemiologi?
9. Apa saja kendala dan keterbatasan dalam pelaksanaan surveilans
epidemiologi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari surveilans epidemiologi.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pelaksanaan surveilans epidemiologi.
3. Untuk mengetahui sumber data surveilans epidemiologi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis surveilans epidemiologi.
5. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam surveilans
epidemiologi.
6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam surveilans epideiologi.
7. Untuk mengetahui aplikasi pelaksanaan surveilans.
8. Untuk mengetahui penilaian surveilans epidemiologi.
9. Untuk mengetahui kendala dan keterbatasan dalam pelaksanaan surveilans
epidemiologi.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
5. Untuk memonitoring kecenderungan (tren) perkembangan situasi kesehatan
maupun penyakit dalam masyarakat.
4
laporan ini berharga untuk surveilans kecelakaan yang disengaja atau tidak
disengaja dan kematian yang tidak diketahui penyebabnya.
5
dengan telepon untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan merokok,
minum alcohol, penggunaan seat belt, hipertensi, berat badan, dan faktor lain
yang berpengaruh terhadap kesehatan.
10. Informasi reservoir dan vektor
6
petugas terbagi dengan tanggung jawab utama memberikan pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem
tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.
3. Surveilans Sentinel
Sistem surveilans sentinel diaplikasikan ketika daya dengan kualitas
tinggi dibutuhkan mengenai penyakit tertentu yang tidak bias diperoleh dari
surveilans pasif. Sistem sentinel membutuhkan jaringan atau pusat titik
pelaporan kasus yang terpilih. Penggunaan situasi sentinel telah menjadi
pendekatan yang lebih disukai untuk human immunodeficiency
virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS). Pendekatan ini
didasarkan pada survey serologi perodik dilakukan di lokasi yang dipilih
dengan subkelompok populasi yang terdefinisi dengan baik (misalnya, klinik
prenatal). Dalam strategi ini, pejabat kesehatan menentukan subkelompok
populasi dan daerah untuk belajar dan kemudian mengidentifikasi sarana
pelayanan kesehatan yang melayani para penduduk yang mampu dan
bersedia untuk berpartisipasi. Fasilitas ini kemudian melakukan survei
serologi setidaknya setiap tahun untuk memberikan perkiraan statistik yang
valid dari prevalensi HIV.
7
vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program
surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi
efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya
gagal, karena pemerintah kekurangan biaya.
3. Surveilans Sindromik
Surveilans sindromik (syndromic surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi
indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati
sebelum diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator
individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan
laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat
dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang
mirip influenza berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam
surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah
kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total
kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka
penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks,
sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai
instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al.,
2004; Sloan et al., 2006).
4. Surveilans berbasis Laboratorium
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan
melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium
sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi
wabah penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang
mengandalkan pelaporan sindroma (kumpulan gejala) dari klinik-klinik
(DCP2, 2008).
5. Surveilnas Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi
(negara/provinsi/kabupaten/kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama.
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: (1) Memandang surveilans
8
sebagai pelayanan bersama (common services); (2) Menggunakan
pendekatan solusi majemuk; (3) Menggunakan pendekatan fungsional,
bukan struktural; (4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,
pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung
surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium,
komunikasi, manajemen sumber daya); (5) Mendekatkan fungsi surveilans
dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan
terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit yang berbeda
memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut
dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan
para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional
untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-
batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global,
baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases),
maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases),
seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang
komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan
pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008).
9
lainnya. Dengan cara ini maka tim pengendali infeksi rumah sakit dapat
mengetahui secara lebih rinci masalah infeksi nosocomial di masing-masing
unit pelayanan.
10
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat
disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Penyebarluasan data atau
informasi dilakukan dalam tiga arah yang meliputi: (1) ditujukan untuk
tingkat informasi yang lebih tinggi sebagai informasi untuk dapat
menentukan kebijakan selanjutnya; (2) dikirim kepada instansi pelapor atau
ke tingkat administrasi yang lebih rendah dan berfugsi sebagai pengumpul
dan pelapor data dalam bentuk umpan balik; dan (3) disebarluaskan kepada
instansi terkait dan kepada masyarakat luas.
e. Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya, untuk
kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-
perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan
evaluasi atau penilaian hasil kegiatan.
11
Sebagai suatu system EWARS maka waktu pelaporan kasus didesain
per minggu. Hal ini bertujuan agar data yang didapat selalu up to date dan
sesuai dengan kondisi kesehatan masyarakat pada waktu tersebut. Berikut
digambarkan format laporan Mingguan (W2) dalam EWARS
Puskesmas/Pustu/Bidan ……………….
Kecamatan ……………
Kabupaten/kota ………
Periode pelaporan dari MInggu tanggal …/…/… sampai
Sabtu tanggal …/…/…
Contoh penulisan SMS 2, pustu sukoharjo, A10, B15, H3, T4, X110.
Artinya
Minggu epidemiologi ke-2, nama unit pelapor adalah pustu
sukoharjo, jumlah kasus diare = 10, kasus malaria = 15, kasus
chikungunya = 3, kasus klaster penyakit tidak lazim = 4, Jumlah
Kunjungan = 110.
12
Contoh aplikasi STEPS adalah pada pendekatan bertahap surveilans
stroke internasional (STEPwise-stroke). STEPwise-stroke mengidentifikasi
tida kelompok yang berbeda dari pasien stroke yang menimbulkan beban
stroke dalam komunitas atau populasi tertentu. Urutan identifikasinya
didasarkan pada kompleksitasnya meliputi: Informasi tentang pasien stroke
dirawat di fasilitas kesehatan (langkah 1), Identifikasi kejadian stroke fatal
yang berbasis masyarakat (langkah 2), Perkiraan kejadian stroke non-fatal
berbasis masyarakat (langkah 3).
13
2.9 Kendala dan Keterbatasan dalam Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi
Dalam pelaksanaan program epidemiologi surveilans, seringkali dialami
berbagai kendala dan keterbatasan, antara lain (Noor, 2008:152) :
a. Untuk melaksanakan berbagai kegiatan suatu sistem surveilans, dibutuhkan
sejumlah tenaga khusus dengan kegiatan yang cukup intensif.
b. Untuk mendapatkan hasil analisis dibutuhkan waktu untuk tabulasi dan
analisis data.
c. Masih terbatasnya indikator kunci untuk berbagai nilai-nilai tertentu dari
hasil analisis sehingga sering mengalami kesulitan dalam membuat
kesimpulan hasil analisis, umpamanya indikator kunci tentang peran aktif
masyarakat, tingkat pengetahuan dan motivasi masyarakat terhadap
kehidupan sehat dan lain-lain.
d. Untuk dapat melakukan analisis kecenderungan suatu proses dalam
masyarakat dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk pengumpulan data. Data
yang terbatas hanya satu atau dua tahun saja, sulit untuk dijadikan patokan
dalam membuat analisis kecenderungan.
e. Untuk melakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan suatu program,
biasanya, mengalami kesulitan bila dilakukan pada populasi yang jumlahnya
kecil, atau bila tidak ada populasi atau kelompok pembanding (kontrol).
f. Seringkali diperoleh laporan hasil surveilans yang kurang lengkap sehingga
sulit membuat analisis maupun kesimpulan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Dedi dan Muliawati, Ratna.2013. Pilar Dasar Kesehatan Masyarakat
.Yogyakarta: Nuha Medika.
Amiruddin, Ridwan.2017. Surveilans Kesehtan Masyarakat.Jakarta: Trans Info
Media.
Budiarto, Eko dan Anggraeni, Dewi. 2003. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Hikmawati, Isna. 2011.Buku Ajar Epidemiologi.Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 45 Tahun
2014 (Online)
http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20141001102656.permenkes_ri_no_45_tahun
_2014_tentang_penyelenggaraan_surveilans_kesehatan.pdf diakses tanggal 15 April
2018
Murti, Bhisma. 2010. Surveilans Kesehatan Masyarakat, (Online)
http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf diakses tanggal
15 April 2018
Najmah. 2015. Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Natalia, Aryanti. 2012. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi Penyakit
Demam Berdarah Dengue Ditinjau Dari Aspek Petugas di Tingkat Puskesmas Kota
Semarang Tahun 2011, (Online) http://eprints.undip.ac.id/38321/ diakses tanggal 18
April 2018
Noor, Nur Nasry.2008. Epidemiologi.Jakarta: Rineka Cipta.
Subaris, dkk. 2004. Manajemen Epidemiologi.Yogyakarta: Media Pressindo.
World Health Organization. 2003. STEPS: A Framework for Surveillance,
(Online) http://www.who.int/ncd_surveillance/en/steps_framework_dec03.pdf
diakses tanggal 16 April 2018.
16