Anda di halaman 1dari 6

STUDI KOMPOSISI , MORFOLOGI BULIR DAN SUSEPTIBILITAS MINERAL

MAGNETIK ABU RINGAN (FLY ASH) SISA PEMBAKARAN BATU BARA PADA PLTU
PT IPMOMI PAITON DAN PASARAN

Nono Agus Santoso, Siti Zulaikah , Nandang Mufti


Jurusan Fisika, Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Pembakaran batu bara menghasilkan dua jenis limbah yaitu abu ringan (Fly Ash) dan
abu berat (Bottom Ash). Fly Ash adalah limbah padat hasil dari proses pembakaran pada PLTU
yang kemudian terbawa keluar oleh aliran gas pembakaran serta di tangkap dengan mengunakan
elektrostatik precipitator.
Di penelitian ini peneliti mengunakan metode kuantitatif eksperimental. Penelitian
dimulai dengan preparasi sampel, karakteristik komposisi sampel Fly Ash dengan XRF,
karakteristik morfologi sampel dengan SEM, identifikasi macam-macam mineral magnetik
dengan XRD, dan mengukur sifat magnetik dengan Susceptibilitymeter.
Hasil penelitian menunjukkan, Fly Ash PT IPMOMI mengandung unsur Fe (42.3%),
Ca (37%), Si (9.5%) dan unsur lainnya. Fly Ash Pasaran mengandung Fe (41.92%), Ca (16.1%),
Si (24.2%) dan unsur lainnya. Sedangkan jenis mineral magnetiknya adalah magnetite dan
hematite yang mempunyai bentuk bulat dengan ukuran bulir berkisar antara 4.489 – 66.88µm
untuk mineral magnetik Fly Ash PT IPMOMI dan berkisar antara 5.324 – 119.9 µm untuk
mineral magnetik Fly Ash Pasaran. Hasil uji sifat magnetik secara keseluruhan nilai suseptibilitas
Fly Ash PT IPMOMI pada frekuensi rendah memiliki rata-rata sebesar 2963.82 x 10 -8 m3/kg dan
frekuensi tinggi memiliki rata-rata sebesar 2890.74 x 10-8 m3/kg. Sedangkan , nilai Suseptibilitas
Fly Ash Pasaran secara keseluruhan pada frekuensi rendah memiliki rata-rata sebesar 3149.58 x
10-8 m3/kg dan frekuensi tinggi rata-rata sebesar 3098.8 x 10-8 m3/kg.

Kata Kunci: Fly Ash, Komposisi, Morfologi, Suseptibilitas

PENDAHULUAN mana mengkontribusi untuk pencemaran


lingkungan (Jadhao,2008)
Fly Ash atau abu ringan merupakan Ada tiga type pembakaran batubara
abu sisa pembakaran batu bara. Pembakaran pada industri listrik yaitu dry bottom boilers,
batu bara menghasilkan dua jenis limbah wet-bottom boilers dan cyclon furnace.
yaitu abu ringan (Fly Ash) dan abu berat Pembakaran batubara dibakar dengan type
(Bottom Ash). Fly Ash adalah abu yang dry bottom boiler, menghasilkan kurang
terbawa oleh aliran gas pembakaran dan lebih 80% abu pembakaran sebagai fly ash,
dikumpulkan di economizer air heater dan yang kemudian masuk ke dalam corong gas.
penampung atau precipitator hopper Pembakaran batubara dengan wet-bottom
(Hosenainy, 2011). Fly Ash merupakan boiler, menghasilkan 50% abu tertinggal
limbah yang dihasilkan oleh PLTU yang dan 50% lainnya masuk dalam corong gas.
Pada cyclon furnace, di mana potongan
batubara digunakan sebagai bahan bakar, masyarakat luas salah satunya dipakai
70-80 % dari abu tertahan sebagai boiler sebagai bahan baku toner.
slag dan hanya 20-30% meninggalkan Dalam penelitian ini akan dilakukan
pembakaran sebagai dry ash pada corong uji komposisi, bentuk bulir dan suseptibilitas
gas (Wardani,2008). magnetik pada Fly Ash PT IPMOMI dan
Keberadaan Fly Ash yang semula Pasaran yang kemudian dibandingkan untuk
masih dianggap sebagai polutan, kini telah mengetahui Fly Ash mana yang lebih cocok
mengalami pergeseran fungsi. Pada era digunakan sebagai bahan dasar Toner. Uji
modern ini Fly Ash banyak diteliti baik sifat komposisi mengunakan XRF dan SEM
fisik maupun kimiawi untuk dapat EDAX,SEM untuk mengetahui bentuk dan
dimanfaatkan keberadaaanya . Fly ash ukuran bulir Fly Ash , XRD untuk
dimanfaatkan sebagai pengganti Semen mengetahui jenis mineral magnetik dan Uji
Portland,batu bata , beton ringan ,material Suseptibilitas Magnetik untuk mengetahui
konstuksi jalan, material pekerjaan tanah nilai suseptibilitas Fly Ash menggunakan
(Wardani,2008). Selain itu Fly Ash juga Suseptibilitymeter Bartington MS-2 sensor.
dimanfaatkan sebagai bahan baku keramik,
refraktori,bahan penggosok (polisher) filler
aspal, bahan baku semen aditif dalam
pengolahan limbah , adsorben METODE PENELITIAN
(Acosta,2009), filler di aluminium alloy
Dalam penelitian ini metode yang
(Sulardjaka, 2010) dan pozolana di beton
digunakan adalah kuantitatif eksperimental.
(Aggarwal,2010).
Penelitian diawali dengan studi pustaka,
Fly Ash dihasilkan oleh berbagai
pengambilan sampel di lapangan, dan
industri salah satunya yaitu PLTU. PT
diteruskan dengan preparasi sampel di
IPMOMI adalah salah satu cabang dari
laboratorium.
PLTU Paiton yang saat ini merupakan
PLTU yang berkapasitas terbesar di Tahap pertama dalam penelitian ini
Indonesia yaitu 815 MW. PLTU ini adalah ekstraksi sampel (Fly Ash PT
menghabiskan batu bara sekitar 3,5 juta IPMOMI dan Pasaran). Ekstraksi dilakukan
ton/tahun untuk memproduksi listrik. untuk memisahkan mineral magnetik dalam
Dengan banyak batu bara yang digunakan bahan dengan campuran lain yang ada di
maka banyak Fly Ash yang dihasilkan dari dalam bahan. Pemisahan dilakukan dengan
proses pembakaran batu bara tersebut. alat magnetik separator maupun dengan
Dengan semakin banyaknya Fly Ash maka cara ekstraksi biasa menggunakan magnet
semakin banyak limbah industri yang permanen, mineral magnetik diekstrak
dihasilkan. Sementara itu Fly Ash juga menggunakan sebuah magnet agar semua
banyak ditemui di Pasaran seperti Toko mineral magnetik yang memiliki sifat
Bangunan. Angka 3,5 juta ton/tahun batu magnetik kuat dan lemah dapat ditarik
bara yang digunakan PLTU sehingga seluruhnya setelah itu dilakukan
menghasilkan Fly Ash yang cukup banyak penggoyangan pada magnet agar mineral
dianggap sangat potensial untuk magnetik (Fe) tertinggal dimagnet.
dimanfaatkan dan dilakukan penelitian lebih
lanjut agar tidak mencemari lingkungan, Tahap kedua dalam penelitian ini
maka dari itu perlu dilakukan penelitian adalah uji XRF. Uji ini dilakukan untuk
yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh mengetahui kandungan unsure dalam bahan.
Uji XRF dilakukan pada sampel non ekstrak
dan sampel ekstrak. Pengambilan dua
sampel yang berbeda bertujuan untuk Pasaran. Kandungan Ca inilah yang
melihat kandungan unsur dalam sampel mempengaruhi tingkat kecerahan dari warna
sebelum di ekstrak dan sesudah di Fly Ash.
ekstrak.Setelah pengujian XRF selesai,
kemudian bahan diuji dengan menggunakan Tabel 1. Perbandingan kandungan Fly Ash PT
SEM-EDAX untuk melihat komposisi dan IPMOMI dan Pasaran
morfologi mineral magnetik. Setelah uji Persentase Fly Ash PT IPMOMI Fly Ash Pasaran
SEM EDAX selesai, dilakukan uji XRD Unsur Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
untuk mengetahui jenis mineral magnetik (%) diekstrak diekstrak diekstrak diekstrak
pada bahan. Fe 42.3 77.41 41.92 77.45
Ca 37 11.8 16.1 8.02
Tahap ketiga dalam penelitian ini Si 9.5 4.7 24.2 6.5
adalah uji suseptibilitas magnetik. Sebelum Al 3.5 2.2 11 4.5
pengujian suseptibilitas sampel diletakkan
Lain 7.7 3.89 6.78 3.53
didalam wadah sampel atau holder yang
terbuat dari plastik berbentuk silinder
dengan tinggi 2.2 cm dan diameter 2.54 cm
(sesuai wadah standart internasional). Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat
Sampel terdiri dari sampel Fly Ash Non perbandingan persentase kandungan Fly Ash
Ekstrak, sampel Fly Ash Ekstrak dan PT IPMOMI dan Paiton. Sebelum
Campuran Fly Ash Carbon. Uji suseptibilitas diekstraksi, persentase kandungan unsure Fe
menggunakan suseptibilimeter bartington Fly Ash baik PT IPMOMI maupun Pasaran
(MS2B). hamper sama. Sedangkan untuk kandungan
unsure Ca, persentase terbesar dimiliki oleh
Fly Ash PT IPMOMI. Untuk kandungan Si
dan Al, persentase terbesarnya dimiliki oleh
HASIL PENELITIAN DAN Fly Ash Pasaran. Sedangkan untuk
PEMBAHASAN persentase unsur lainnya, baik Fly Ash PT
IPMOMI dan Pasaran memiliki persentase
Fly Ash merupakan limbah padat unsur lain kurang dari 10%.
hasil dari proses pembakaran pada PLTU Setelah diekstraksi dengan magnet
yang kemudian terbawa keluar oleh aliran permanen, persentase unsure Fe Fly Ash PT
gas pembakaran serta ditangkap dengan IPMOMI dan Pasaran hampir sama .
mengunakan elektrostatic precipitator Sedangkan untuk kandungan unsur lain, baik
(Acosta, 2009). Warna fly ash adalah abu- Fly Ash PT IPMOMI maupun Pasaran
abu sampai coklat, tergantung pada memiliki kandungan unsur lain dibawah 5%.
kandungan Fe, Ca dan karbon. Jika Berdasarkan hasil Uji XRD
warnanya lebih cerah biasanya memiliki didapatkan bahwa mineral magnetik yang
persentase kalsium oksida yang lebih besar dikandung Fly Ash baik PT IPMOMI
(Cockrell et al, 1970 dalam Lolypoly, 2012). maupun Pasaran adalah magnetite dan
Berdasarkan hasil pengamatan hematite. Berdasarkan hasil uji SEM ,
secara langsung, Fly Ash PT IPMOMI lebih bentuk morfologi mineral magnetik Fly Ash
cerah daripada Fly Ash Pasaran .Setelah PT IPMOMI dan Pasaran bentuknya bulat
dilakukan uji komposisi unsur dengan (spheruls) seperti gambar dibawah:
menggunakan XRF, diketahui bahwa Fly
Ash PT IPMOMI mempunyai kandungan
Ca yang lebih besar daripada Fly Ash
dan seragam daripada Bottom Ash. Ukuran
bulir yang kecil ini mereduksi proses milling
sedangkan dengan bulir seragam maka akan
lebih homogen jika dilakukan pencampuran
(milling) . Bottom Ash mempunyai ukuran
bulir yang lebih besar daripada Fly Ash
Gambar 1. Foto SEM bulir mineral magnetik Fly Ash (Santoso,2003) dan tingkat keseragaman
PT IPMOMI (kiri) perbesaran 2000x bulirnya tidak seragam. Selain itu,
dan Pasaran (kanan) perbesaran 2000x perbandingan komposisi Fe dan C pada Fly
Ash hampir sama dengan komposisi Fe dan
Sedangkan Bottom Ash bentuknya C pada toner. Jika dibuat toner, Fly Ash
bervariasi (Kurniawan,2012). yang lebih cocok digunakan sebagai bahan
Ukuran bulir mineral magnetik Fly Ash dasar toner daripada Bottom Ash. Baik dari
PT IPMOMI berkisar antara 4.489 – segi ukuran, keseragaman bulir dan
66.88µm. perbandingan komposisi Fe dan C .
Berdasarkan hasil Uji Suseptibilitas,
secara keseluruhan nilai rata-rata
suseptibilitas campuran Fly Ash dan Carbon
FC27 pada frekuensi rendah sebesar 740.1 x
10-8 m3/kg dan frekuensi tinggi sebesar
724.2 x 10-8 m3/kg. Sedangkan nilai
suseptibilitas rata-rata campuran Fly Ash
Gambar 2. Foto SEM ukuran bulir mineral magnetik dan Carbon FC36 secara keseluruhan pada
Fly Ash PT IPMOMI perbesaran 2000x frekuensi rendah sebesar 997.3 x 10-8 m3/kg
dan frekuensi tinggi sebesar 971.7 x 10-8
Fly Ash Pasaran mempunyai ukuran bulir
m3/kg. Toner bekas memiliki nilai
mineral magnetiknya berkisar antara 5.324 –
suseptibilitas pada frekuensi rendah sebesar
119.9 µm.
809.1x 10-8 m3/kg dan frekuensi tinggi
sebesar 695.8 10-8 m3/kg. Sedangkan, Toner
HP Laser Jet 15A mempunyai nilai
suseptibilitas pada frekuensi rendah sebesar
1065.3 x 10-8 m3/kg dan frekuensi tinggi
sebesar 1037.4 x 10-8 m3/kg. Jika
dibandingkan campuran Fly Ash Carbon dan
Toner, nilai suseptibilitas campuran Fly Ash
Carbon FC27 hampir sama dengan Toner
Bekas. Sedangkan nilai suseptibilitas
Gambar 3. Foto SEM ukuran bulir mineral magnetik campuran Fly Ash-Carbon FC36 hampir
Fly Ash Pasaran perbesaran 5000x sama dengan Toner HP Laser Jet 15A.
Berdasarkan penelitian yang
Sedangkan Bottom Ash berkisar antara 127 dilakukan Kurniawan (2012) pada Bottom
µm – 38.1 mm (Santoso,2003). Ukuran bulir Ash, Bottom Ash memiliki frekuensi
Bottom Ash lebih besar daripada ukuran dependent antara 0.61 - 2.52% diidentifikasi
bulir Fly Ash. sebagai polutan magnetik . Sedangkan, Fly
Dilihat dari segi ukuran bulir, Fly Ash PT IPMOMI mempunyai frekuensi
Ash memiliki ukuran bulir yang lebih kencil dependent antara 2.33 – 2.61% dan Fly Ash
Pasaran mempunyai frekuensi dependent Dilihat dari segi ukuran, Fly Ash PT
sebesar 1.51 – 1.88 %. Baik Fly Ash Pasaran IPMOMI memiliki ukuran bulir mineral
maupun Fly Ash PT IPMOMI diidentifikasi magnetik rata-rata sebesar 22 µm. Fly Ash
sebagai polutan magnetik. Pasaran memiliki ukuran bulir mineral
Jika Fly Ash dimungkinkan bisa magnetik rata-rata sebesar 64 µm.
menjadi bahan baku toner, maka harus Sedangkan toner memiliki ukuran bulir
dicermati perbandingan komposisi antara berkisar antara 1.68 – 23.41 µm. Dapat
toner dan fly ash. Berdasarkan hasil dilihat kalau ukuran bulir Fly Ash PT
penelitian awal terhadap toner, diperoleh IPMOMI masuk dalam interval ukuran bulir
informasi toner Canon IR5000 mempunyai Toner.
kandungan unsur Fe sebesar 95.01%. Fly Ash PT IPMOMI lebih cocok
Sedangkan Fly Ash sebelum diekstrak digunakan sebagai bahan dasar toner
memiliki kandungan unsur Fe sebesar 42% daripada Fly Ash Pasaran baik dari segi
dan setelah diekstrak memiliki kandungan perbandingan Fe-C dan ukuran bulir.
77.4%. Jika kandungan unsur Fe Fly Ash Sementara itu, jika Fly Ash Ekstrak PT
setelah diekstrak diselisihkan dengan Toner, IPMOMI dibandingkan dengan Fly Ash PT
selisihnya 17.61%. Masih perlu peningkatan IPMOMI. Fly Ash Ekstrak PT IPMOMI
sekitar 17.61% agar kandungan unsur Fe Fly lebih cocok digunakan sebagai bahan dasar
Ash sama dengan toner. toner dikarenakan persentase komposisi Fe
Fly Ash Ekstrak PT IPMOMI hampir sama
Tabel 2. Perbandingan persentase Fe dan C pada Fly dengan persentase komposisi Fe pada Toner
Ash dan Toner Canon berdasarkan hasil SEM EDAX (berdasarkan hasil SEM EDAX).
Sampel Persentase (%)
Fe C
Fly Ash PT IPMOMI 5.1 17.15
Fly Ash Pasaran 13.42 9.34 KESIMPULAN
Fly Ash EkstrakPT IPMOMI 20.20 11.64
Fly Ash Ekstrak Pasaran 32.07 8.27 Fly Ash PT IPMOMI mengandung
Toner Canon IR 50000 25.07 62.70 unsur Fe (42.3%), Ca (37%), Si (9.5%) dan
unsur lainnya. Fly Ash Pasaran mengandung
Jika dilihat pada tabel 2, Fly Ash PT Fe (41.92%), Ca (16.1%), Si (24.2%) dan
IPMOMI memiliki perbandingan unsur Fe unsur lainnya. Jenis mineral magnetiknya
dan C sebesar 1 : 3.4. Fly Ash Pasaran adalah magnetite dan hematite yang
memiliki perbandingan unsur Fe dan C mempunyai bentuk bulat dengan ukuran
sebesar 1 : 0.7. Sedangkan toner Canon bulir mineral magnetik berkisar antara 4.489
IR5000 memiliki perbandingan Fe dan C – 66.88µm untuk Fly Ash PT IPMOMI dan
sebesar 1 : 2.5. Perbandingan Fe dan C Fly berkisar antara 5.324 – 119.9 µm untuk Fly
Ash PT IPMOMI hampir sama dengan toner Ash Pasaran. Hasil uji sifat magnetic, secara
Canon IR5000. Sedangkan Fly Ash Pasaran keseluruhan nilai suseptibilitas Fly Ash PT
masih perlu penambahan unsur karbon. Jika IPMOMI pada frekuensi rendah memiliki
bahan dasar toner dibuat dari Fly Ash rata-rata sebesar 2963.82 x 10-8 m3/kg dan
Ekstrak, maka yang perlu dilakukan hanya frekuensi tinggi memiliki rata-rata sebesar
menambah Fly Ash dengan karbon karena 2890.74 x 10-8 m3/kg. Sedangkan , nilai
komposisi Fe Fly Ash Ekstrak sudah hampir Suseptibilitas Fly Ash Pasaran secara
sama dengan komposisi Fe Toner. keseluruhan pada frekuensi rendah memiliki
Penambahan karbon dapat dilakukkan rata-rata sebesar 3149.58 x 10-8 m3/kg dan
dengan menambahkan polimer dan karbon frekuensi tinggi rata-rata sebesar 3098.8 x
murni.
10-8 m3/kg. Fly Ash diidentifikasi sebagai Adsorpstion Application. Leornardo
polutan magnetik. Agar tidak mencemari Electronic Journal of Practices and
lingkungan, sebaiknya limbah industri (Fly Technologies.
Ash) dapat dimanfaatkan keberadaaannya. Santoso,Indriani et. all. 2003. Pengaruh
Salah satunya dimanfaatkan sebagai bahan penggunaan Bottom Ash Terhadap
dasar toner. karakteristik campuran aspal beton.
Jurnal : Jurusan Teknik
Sipil,Universitas Kristen Petra.
DAFTAR RUJUKAN Sulardjaka dkk.2010. Wear Resisistance of
Carbothermally Reduced of Fly ash
Acosta, Dafi.2009. Pemanfaatan Fly
Reinforced Aluminium
As(Abu Terbang) Dari Pembakaran
Composite.International Journal of
Batubara Pada PLTU Suralaya Sebagai
Mechanichal and Mechatronic
Bahan Baku Pembuatan Refraktori Cor
Engineering IJMME-IJENS vol:10
Aggarwal,Vanita dkk.2010. Concrete
No:06.
Durability Through High Volume Fly Ash
Upadhyay,Ankur
Cocrete (HVFC) a Literature review.
dkk.2007.Characterization and
International Journal of Engineering
Utilization of Fly Ash.Orissa:
Science and Techgies vol 2
Department of Mining Engineering
Bentz, DP dkk.2011.Thermal properties of
National Institute of Tnology Rourkela.
high-volume fly ash mortars and
Wardani, Sri Prabandiyani Retno. 2008.
concretes. Journal of Building Physics
Pemanfaatan limbah batubara (Fly
Evans, M.E. and Heller, F. 2003.
Ash) untuk stabilisasi tanah maupun
Environmental magnetism: Principles
keperluan teknik sipil lainnya dalam
and Aplications of Enviromagnetics.
mengurangi pencemaran lingkungan.
Academic Press.
Jurnal: Fakultas Teknik Universitas
Hosenainy, Desy dkk. 2011. Proses dan
Diponegoro.
sistem kontrol di pt pjb unit 1 dan 2
paiton (1 juni – 30 juni 2011). Laporan
Praktek tidak diterbitkan. Malang:FMIPA
Huliselan,Estevanus K & Bijaksana. 2007.
Identifikasi Mineral Magnetik pada Lindi
(Leachate). Jurnal Geofisika: ITB
Jadhao,Pradip D dkk. 2008. Influence f
Polypropylene Fibers on Engineering
of Soil- Fly Ash Mixtures for Road
Contruction. EJGE vol.13, Bund.C
Kurniawan, Husni C.2012. Studi Komposisi,
Bentuk Bulir dan Suseptibilitas Mineral
Magnetik Abu Berat ( Bottom Ash) Sisa
Pembakaran Batu Bara.Malang:
Universitas Negeri Malang
Lolypoly.2012.Sifat Fisik dan Kimia Fly
Ash. The Global Source Summaries and
Review.
Oluwaseyi, Samson dkk.2008. Evaluation
and Treatment of Coal Fly Ash for

Anda mungkin juga menyukai