NEGOSIASI
NEGOSIASI
PENDAHULUAN
Kekuasaan dapat menciptakan banyak cara yang berbeda dengan banyak konteks
yang berbeda, dan sebuah sumber yang memengaruhi dapat berpindah dari satu kategori
ke kategori lainnya setiap waktu.
b. Kekuatan Rujukan
Kekuatan rujukan berasal dari penghormatan atau kekaguman salah satu perintah
karena atribut, seperti kepribadian, integritas, gaya interpersonal, dan sejenisnya.
A dikatakan memiliki kekuatan rujukan atas B apabila B mengidentifikasi dengan
atau ingin berhubungan erat dengan A. Kekuatan rujukan sering didasarkan pada
d. Kekuatan Ikatan
Konten ini merupakan indikasi dari kekuatan atau kualitas hubungan dengan
orang lain. Kualitas dapat diukur dengan seberapa dekat Anda, berapa banyak
infomasi pribadi yang Anda bagi dengan orang lain, atau berapa banyak orang
yang bersedia untuk pergi keluar dari caranya untuk orang lain. Kekuatan ikatan
antara individu dapat ditentukan dengan seberapa sering mereka berinteraksi,
berapa lama mereka telah mengenal satu sama lain, seberapa dekat hubungan
pribadi atau mutualitas yang ada dalam hubungan, sehingga masing-masing
memberikan kontribusi yang sama dalam proses memberi dan menerima.
Kekuatan ikatan dengan orang lain biasanya mengindikasi kekuatan yang lebih
besar dalam medapat kesepakatan dengan orang lain.
2.4 Berurusan dengan Pihak Lain yang Memiliki Kekuatan Lebih Besar
Sejauh ini kita telah fokus pada berbagai cara yang dapat dikerahkan negosiator
dan menggunakan kekuatan untuk keuntungan mereka dalam sebuah negosiasi. Meskipun
demikian, negosiator sering kali merupakan penerima terakhir kekuatan tersebut. Sangat
sedikit penelitian yang telah meneliti bagaimana pihak berurusan dengan pihak lain yang
memiliki kekuatan lebih besar. Secara spesifik fokus pada negosiasi “mismatches” dan
bagaimana pihak dengan kekuatan rendah dapat menghadapi pihak yang lebih berkuasa
yang menggunakan stiategi dan taktik yang mempersulit mereka. Watkins (2002) dan
yang lainnya secara spesifik menamai masalah tersebut sebagai “menari dengan gajah”
(mengajukan persetujuan dengan lawan yang lebih besar dari anda) dan menyoroti cara-
cara yang dapat dilakukan pihak yang berkekuatan rendah dalam menghadapi pemain
besar dalam perjanjian bisnis dan kemitraan. Berikut ini adalah beberapa saran tersebut :
- Jangan pernah melakukan perjanjian ambil atau tidak sama sekali.
Mengandalkan satu pihak dan membuat kesepakatan ambil atau tidak dengan
mereka membuat pihak yang berkekuatan rendah menjadi sangat rapuh. Misalnya,
bisnis kecil yang setuju membiarkan Wall Mart menjadi satu-satunya pelanggan
berisiko untuk dikendalikan sepenuhnya oleh Wall-Mart. Pihak yang
berkekuasaan rendah harus berusaha memvariasikan risiko mereka dengan
memasuki kesepakatan dengan pihak-pihak lain yang berbeda, sehingga tidak ada
satu pihak tertentu yang berkekuasaan besar dapat menekan pihak yang
bekekuasaan rendah.
- Buat pihak lain lebih kecil
Dalam berurusan dengan pihak yang berkekuasaan tinggi, terutama jika pihak
tersebut sebuah kelompok atau organisasi, seseorang harus mengupayakan untuk
membangun beberapa hubungan dan terlibat dalam beberapa negosiasi. Dengan
berhubungan dengan berbagai individu dan departemen yang berbeda dalam
pihak yang berkekuasaan besar, seseorang dapat “membagi dan menaklukan”
dengan melakukan diversifikasi hubungan dan beberapa kepentingan yang
mungkin disajikan dalam bekerja dengan subkelompok yang berbeda.
3.1 Kesimpulan
Bernegosiasi dianggap penting karena dapat memberikan manfaat bagi negosiator
yang diperoleh dari pihak lain. Negosiator yang memperoleh manfaat tersebut biasanya
menggunakannya untuk memberikan basil yang aman atau memperoleh solusi yang lebih
disukai. Terdapat dua cara utama untuk mendifinisikan kekuasaan yaitu kekuatan
berlebih merupakan kekuasaan secara fundamental mendominasi dan memaksa, serta
kekuatan bersama merupakan kekuasaan dibagi bersama-sama dengan pihak lain untuk
membangun tujuan bersama. Terdapat lima sumber kekuatan yaitu sumber informsional
kekuatan, sumber personal kekuatan, sumber berdasarkan posisi kekuatan dalam
organisasi, sumber kekuatan berdasarkan hubungan, dan sumber kontekstual dari
kekuatan.
Lewicki, Roy J., Bruce Barry, & David M. Saunders. 2012. Negosiasi. Edisi 6. Jakarta:
Salemba Humanika.