Anda di halaman 1dari 19

PRESENTASI KELOMPOK 2

MATERI PERTAMA :
Pendelegasian Supervisi

MATERI KEDUA
MANAJEMEN KONFLIK, KOLABORASI,
dan NEGOSIASI
Pendelegasian dan Supervisi
Pendelegasian dapat diartikan sebagai
pelimpahan suatu tugas kepada seseorang
atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan
organisasi (Marquis dan Huston, 1998: 274).
Pendelegasian/pelimpahan asuhan
keperawatan kepada pasien oleh perawat
tidak mudah dilakukan karena menyangkut
pemberian suatu perintah kepada orang
lain untuk menyelesaikan tugas yang
diemban.
Ketidak Efektifan dalam Pendelegasian

Pendelegasian dalam praktik


keperawatan profesional sering
ditemukan mengalami masalah, di mana
proses pendelegasian tidak dilaksanakan
secara efektif. Ketidakefektifan atau
kesalahan yang sering ditemukan dapat
dibedakan menjadi tiga hal, yaitu
under-delegation, over-delegation, dan
improper-delegation.
Pendelegasian yang terlalu sedikit (Under-delegation)

Manajer keperawatan sering berasumsi bahwa jika


mereka melakukannya sendiri, maka akan menjadi
lebih baik dan lebih cepat daripada didelegasikan
ke orang lain.
Misalnya, manajer sering berpikir Saya bisa
mengerjakan ini lebih baik, bila staf yang
mengerjakan akan memerlukan waktu yang lama.
Keadan ini berdampak terhadap proses
pendelegasian wewenang, dimana orang-orang yang
menerima tugas hanya diberikan wewenang yang
sangat terbatas dan sering terjadi
ketidakjelasan wewenang yang harus dilakukan,
sehingga tugas tersebut tidak dapat diselesaikan
dengan baik.
Lanjutan. . .

Masalah lain adalah kekhawatiran


seseorang bahwa mereka tidak mampu
melakukan seperti apa yang dilakukan
staf/orang yang didelegasikan, karena
tanggung jawab yang diberikan hanya
sedikit dan sering merasa bosan, malas, dan
tidak efektif. Pendelegasian yang tepat
akan dapat meningkatkan kepuasan
kerja dan meningkatan hubungan yang
kondusif antara manjer dan staf.
Pendelegasian yang Berlebihan (Over-delegation)

Pendelegasian yang berlebihan kepada staf,


akan berdampak terhadap penggunaan waktu
yang sia-sia. Hal ini disebabkan keterbatasan
manajer untuk memonitor dan menghabiskan
waktu dalam tugas organisasi. Staf akan
merasa terbebani dan sering ditemukan
penyalahgunaan wewenang yang diberikan.
Misalnya staf sering bertanya, Saya tidak tahu
apa yang manajer harapkan atau Saya lebih
senang bantuan supervisi dari manajer terus-
menerus.
Pendelegasian yang Tidak Tepat (Improper-delegation)

Pendelegasian menjadi tidak efektif


bila diberikan kepada orang yang tidak
tepat karena alasan faktor suka/tidak
suka. Pendelegasian tersebut tidak akan
meperoleh hasil yang baik karena
adanya kecenderungan manajer menilai
pekerjaan staf berdasarkan unsur
subjektivitas.
Konsep Pendelegasian
Lanjutan. . .
Pendelegasian yang baik bergantung pada
keseimbangan antara tiga komponen utama, yaitu
tangggung jawab, kemampuan, dan wewenang.
Tangggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa
tanggung jawab terhadap penerimaan suatu tugas.
Kemampuan (accountability) adalah kemampuan
seseorang dalam melaksanakan tugas yang
didelegasikan. Wewenang (authority) adalah
pemberian hak dan kekuasan kepada delegasi untuk
mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang
dilimpahkan.
Konsep Dasar Pendelegasian yang Efektif

1. Pendelegasian bukan suatu sistem untuk


mengurangi tanggung jawab. Tetapi suatu cara
untuk membuat tanggung jawab menjadi
bermakna

2. Tanggung jawab dan otoritas harus


didelegasikan secara seimbang. Perawat primer
menyusun tujuan tindakan keperawatan. Tanggung
jawab untuk melaksanakan tujuan/rencana
didelegasikan kepada staf yang sesuai atau
menguasai kasus yang dilimpahkan. Kemudian PP
memberikan wewenang kepada PA untuk mengambil
semua keputusan menyangkut keadaan klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Proses pelimpahan membuat seseorang
melaksanakan tanggung jawabnya, mengembangkan
wewenang yang dilimpahkan, dan
mengembangkan kemampuan dalam mencapai tujuan
organisasi.
4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada
semua anggota. Dukungan yang penting adalah
menciptakan suasana yang asertif. Setelah PA
melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus
menunjukkan rasa percaya diri kepada PA maka PP harus
selalu menanyakan
Apa yang bisa kita lakukan? Empowering meliputi
pemberian wewenang seseorang untuk melaksanakan
tugas secara kritis otonomi, menciptakan kemudahan
dalam melaksanakan tugas , serta membangun rasa
kebersamaan dan hubungan yang serasi.
Lanjutan . . .

5. Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia


harus dapat menganalisis otonomi yang
dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif.
Keterbukaan akan mempermudah
komunikasi antara PP dan PA.
MANAJEMEN KONFLIK, KOLABORASI, dan NEGOSIASI

Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah


internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat,
nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan
asuhan keperawatan.
Oleh karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar tentang
konflik.
Asumsi dasar yang pertama adalah konflik merupakan hal yang tidak dapat
dihindari dalam suatau organisasi.
Asumsi yang kedua adalah jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka
dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang kreatif dan berkualitas,
sehingga berdampak terhadap suatu peningkatan dan pengembangan
produksi.
Kategori Konflik

1. Konflik Intrapersonal
Konflik yang terjadi pada individu sendiri.
Keadaan ini merupakan masalah internal untuk
mengklarifikasi nilai dan keinginan dari konflik
yang terjadi.
2. Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang
atau lebih di mana nilai, tujuan, dan keyakinan
berbeda
3. Konflik Antarkelompok (Intergroup)
Konflik terjadi antara dua atau lebih, kelompok,
departemen, atau organisasi.
Langkah-Langkah
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik
meliputi pengkajian, identifikasi, dan intervensi:
A. Pengkajian
1. Analisis situasi
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan,
setelah dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan
melalui pengkajian lebih mendalam.
2. Analisis dan menetukan isu yang berkembang
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi.
3. Menyusun tujuan
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai
B. Identifikasi
1. Hindari respon emosional: marah, sebab setiap orang mempunyai respons
yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.
C. Intervensi
1. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik
2. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik
memerlukan strategi yang berbeda-beda.
Strategi Penyelesaian Konflik
1. Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama.
2. Kompetisi.
Penyelesaian ini menekankan hanya ada satu orang atau kelompok yang
menang tanpa mempertimbangkan yang kalah.
3. Akomodasi
Pada strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan, dan
memberi kesempatan pada orang lain untuk menang.
4. Smoothing
Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya mecapai
kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan
introspeksi diri
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah
yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan
masalah.
6. Kolaborasi
Dalam kolaborasi, kedua pihak yang terlbat menentukan tujuan bersama dan
bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya yakin akan
tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan.
NEGOSIASI

1. Pada umumnya sama dengan kolaborasi.


2. Pada organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu
pendekatan yang kompetitif (Marquis and Huston, 1998).
Terdapat tiga kriteria ysng harus dilakukan sebelum
melaksanakan negosiasi adalah sebagai berikut.
a. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin.
b. Di mana manajer harus memulai. Karena tugas manajer adalah
melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan
yang utama..
c. Efisiensi dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran, dan
pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer.
Kunci Sukses dalam Melakukan Negosiasi

Lakukan
1. Pastikan bahwa anda mengetahui keinginan orang lain.
2. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
3. Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang
dapatditerima, jika Anda dapat menyajikan sesuatu dengan baik dan
menarik.
4. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak.
Perhatikan gerakan tubuhnya.
5. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak terbelit-belit.
6. Antisipasi penolakan.
7. Tahu apa yang dapat Anda berikan.
8. Tunjukan beberapa alternative pilihan.
9. Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap
pendapat Anda.
10.Bersikaplah asertif, bukan agresif.
11.Hati-hati, Anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan
12.Pergunakan gerakan tubuh, jika Anda menyetujui atau tidak berharap
suatu pendapat.
13.Konsisten terhadap apa yang Anda anggap benar.
Lanjutan...
Hindari
1. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar,
dan menyepelekan.
2. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
3. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
4. Tidak berurutan.
5. Membuat hanya satu pilihan.
6. Memaksakan kehendak.
7. Berusaha menekankan pada suatu
pendapat.

Anda mungkin juga menyukai