“Betul, beban kami jadi makin berat,” timpal Resti yang ditugaskan
sebagai koordinator bidan transportasi.
“Tidak tahu, dok, setiap saya undang PakRomi tidak perah memberi
kabar,” jawab Ns. Ratih. “Hari ini pun beliau tidak memberi kabar
bahwa beliau tidak bisa hadir.”
Pak Romi adalah pengelola program promosi kesehatan puskesmas,
ia telah bekerja di Puskesmas Segar Sehat selama 21 tahun.
“Iya, ya, sepertinya sepertinya memang seperti itu,” balas Ranti sambil
tersenyum.
“Pak Romi pernah mengeluhkan cara Ns. Ratih yang terkesan bossy
saat mengundang panitia. Seperti kepada junior saja: besok rapat
koordinasi, siapkan update bidang perlengkapan melalui WhatsApp,”.
Cara yang efektif untuk mencegah terjadinya konflik, yaitu dengan memahami
mekanisme terjadinya konflik.
05
Anger management
You can describe the topic of the section here
Anger management
● Kemarahan bukan sesuatu yang tidak normal dan selalu negatif.
● Kemarahan dapat menjadi tanda bahwa ada hubungan, sumber
daya, situasu, atau prosedur yang memerlukan perbaikan.
● Secara umum, kemarahan yang terjadi pada lingkungan kerja
dapat dikategorikan menjadi, antara lain (Gibson dan Tulgan,
2002)
1. Kemarahan terhadap sistem, di dalam dunia kerja banyak faktor
yang berada di luar kontrol sehingga dapat menimbulkan
kemarahan.
2. Persepsi terhadap keadilan, manusia memiliki kecenderungan
untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Saat kondisir
orang lain terlebih lebih baik, terkadang timbul persepsi
ketidakadilan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemarahan.
3. Sasaran yang terhambat, setiap orang memiliki sasaran pribadi
dan dalam dunia kerja terdapat sasarn terkait pekerjaan. Sasaran
yang terhambat karena keberadaan orang lain dapat memicu
kemarahan.
4. Perbedaan Nilai-Nilai, ditempat kerja, sebagian besar orang
menganut nilai kompetensi, kerja keras, dan integritas. Orang yang
menganut nilai yang berkebalikan dengan ketiga nilai tersebut dapat
memicu timbulnya kemarahan.
5. Hubungan dengan atasan, organisasi diatur berdasarkan hierarki
dan kekuasaan (power), kemarahan seorang atasan akan mudah
terpicu jika bawahan mempertanyakan kekuasaannya. Sedangkan
kemarahan bawahan terhadap atasan akan timbul jika atasan
memegang kendali terhadap ketakutan bawahan. Kemarahan
bawahan jarang diekspresikan langsung kepada atasan, sebagai
gantinya seorang bawahan yang memendam kemarahan kepada
atasan akan mengekspresikan kemarahan kepada teman sejawat
atau pegawai yang lebih junior.
Mengelola kemarahan sendiri
1. Hindari kemarahan
Salah satu cara menghindari kemarahan adalah mengenali
hal-hal yang dapat menimbulkan kemaarhaan dan mencari cara
untuk menghindari penyebab tersebut.
2. Redakan tanda-tanda fisik kemarahan yang terjadi
3. Berpikir logis
Setelah meredakan tanda-tanda fisik berusahalah untuk berpikir
logis. Penyebab kemarahan perlu dianalisis secara lebih logis.
4. Ekspresikan perasaan secara efektif dan sesuai
Untuk dapat mengekspresikan perasaan yang efektif, seseorang
harus mengetahui perasaan yang muncul, apa yang sebenarnya
terjadi,dan apa yang diinginkan
5. Temukan solusi dari masalah yang menyebabkan kemarahan
Solusi dapat ditentukan jika penyebabnya teah diketahui. Untuk
menemukan solusi yang tepat, tanyakan kepada diri sendiri apakah
penyebab kemarahan dapat diubah oleh diri sendiri, lalu buat
rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.
6. Let Go
Biarkan masalah yang menyebabkan kemaarahan pergi dari pikiran.
Mengelola kemarahan orang lain
1. Mulai dari diri sendiri
Mengelola ataupun menghadapi orang lain yang sedang marah harus dimulai dengan
mengetahui perasaan kita saat itu, dan bagaimana perasaan tersebut berpengaruh terhadap
interaksi dengan orang lain.
2. Kumpulkan Informasi
Pada langkah ini perlu dicari tahu penyebab kemarahan yang terjadi
3. Jadwalkan pertemuan
Sebaiknya kemarahan tidak dilakukan pada saat kemarahan baru timbul.
4. Engage with the person
Persiapkan diri untuk menjadi pendengar aktif, kumpulkan informasi sebanyak mungkin, dan
cobalah berempati.
5. Evaluasi dan ambil sikap
Evaluasi perlu dilakukan terkait dua hal, yaitu: cara mengekspresikan kemarahan dan
sumber/penyebab kemaarahan kemudian berikan umpan balik mengenai cara
mengekspresikan kemarahan lalu diskusikan solusi masalah yang mendasari kemarahan.
Referensi
Greer, L. L., et al. (2012). Conflict in Medical Teams: Opportunity or Danger?. Medical Education, 46(10)
: 935 - 942.
Harolds, J., dan B. P. Wood. (2006) Conflict Management and Resolution. Journal of The America
College of Radiology, 3(3) : 200-206.
Soemantri, D., Sari, S., dan Ayubi,,D. n.d. Kolaborasi dan Kerja Sama Tim Kesehatan. Universitas
Indonesia