1. Pengertian
Marquis dan Huston (1998) mendefinisikan
konflik sebagai masalah internal dan eksternal
yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan
pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang
atau lebih. Littlefield (1995) mengatakan bahwa
konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian
atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi
akibat ketidaksetujuan antara dua orang atau
organisasi yang merasa kepentingannya terancam.
2. Penyelesaian Konflik
Langkah-langkah
Vestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan
suatu konflik meliputi pengkajian, identifikasi, dan intervensi.
a) Pengkajian
• Analisis situasi.
Identifikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang
perlukan, setelah dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi
semua perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam.
• Analisis dan mematikan isu yang berkembang.
Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi.
• Menyusun tujuan.
Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.
b) Identifikasi
• Mengelola perasaan.
Hindari respons emosional: marah, sebab setiap orang
mempunyai respons yang berbeda terhadap kata-kata,
ekspresi dam tindakan.
c) Intervensi
• Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan
dengan baik. Selanjutnya identifikasi hasil yang positif
yang akan terjadi.
• Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik.
Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang
berbeda-beda. Seleksi metode yang paling sesuai untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi.
C. Strategi Penyelesaian
Konflik
a) Kompromi atau negosiasi.
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua
yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada
keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini
sering diartikan sebagai lose-lose situation.
Kedua unsur yang terlibat meyerah dan
menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam
manajemen keperawatan, strategi ini sering
digunakan oleh middle dan top manajer
keperwatan. (Nursalam, 2009:127)
b) Kompetisi.
Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation.
Penyelesaian ini memerlukan hanya ada satu orang atau kelompok
yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat
negatif dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa, dan
keinginan untuk perbaikan di masa mendatang. (Nursalam,
2009:127)
c) Akomodasi.
Istilah lain yang sering digunakan adalah “cooperative”. konflik
ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini seseorang
berusaha mengakomodasi permasalahan, dan memberi
kesempatan pada orang lain untuk menang. Masalah utama pada
strategi ini sebenarnya tidak terselesaikan strategi ini biasanya
digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan
berbagai konsekuensinya. (Nursalam, 2009:127).
d) Smoothing.
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara
mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada
strategi ini. Individu yang terlibat dalam konflik
berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan
dengan penuh kesadaran dan inspeksi diri
e) Menghindar.
Seseorang mungkin mengakui adanya konflik namun ia
ingin menarik diri atau menekannya. Contoh-contoh dari
perilaku meghindar (avaiding) adalah mencoba
mengabaikan sesuatu konflik dan menghindari orang lain
yang tidak bersepakat dengan anda. (Robbins,
2008:182).
f) Kolaborasi.
Strategi ini merupakan strategi win-win solution.
Dalam kolaborasi, kedua pihak yang terlibat menentukan
tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu
tujuan. Strategi ini merupakan strategi “win-win
solution”. Dalam kolaborasi, kedua unsur yang terlibat
menentukan tujuan bersama dan bekerjasama dalam
mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan
tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-
masing meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa
berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian dari
situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai
kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan tidak
adanya kepercayaan dari kedua kelompok atau
seseorang. (Nursalam, 2009:128)