Laporan Diskusi p2 KV
Laporan Diskusi p2 KV
MODUL KARDIOVASKULAR
PEMICU 2
KELOMPOK DISKUSI 1
C. Kata Kunci
1. Laki-laki 50 tahun
2. Nyeri dada
3. Merasa tertindih beban berat pada dadanya
4. Nyeri menghilang saat istirahat
5. Makanan cepat saji
6. Pasien tampak lemas
7.
D. Rumusan Masalah
Apa yang menyebabkan keluhan pada laki-laki 50 tahun itu ?
E. Analisis Masalah
Laki-laki 50 tahun
Nyeri Dada
F. Hipotesis
G. Learning Issue
1. Myocardium Infarction
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Klasifikasi
e. Manifestasi Klinik
f. Faktor Resiko
g. Diagnosis
h. Tata laksana
2. Penyakit Jantung Koroner
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Klasifikasi
e. Manifestasi Klinik
f. Faktor Resiko
g. Diagnosis
h. Tatalaksana
3. Angina Pectoris
a. Definisi
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Manifestasi Klinik
e. Faktor Resiko
f. Tatalaksana
4. Apakah terdapat pengaruh antara diet makanan cepat saji dan
kebiasaan kerja lembur dengan nyeri dada yang dialami pasien ?
5. Jelaskan mengenai aterosklerosis ?
6. Jelaskan mengenai iskemia jantung ?
7. Jelaskkan mengenai trombus ?
8. Klasifikasi hipertensi ?
9. Hubungan hipertensi terhadap keluhan pasien ?
10. Mengapa keluhan pasien berkurang saat beristirahat ?
11. Edukasi untuk pasien tersebut ?
12. EKG
a. Cara pemeriksaan
b. Interpretasi hasil EKG
BAB II
PEMBAHASAN
1. Myocardium Infarction
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Klasifikasi
e. Manifestasi Klinik
f. Faktor Resiko
g. Diagnosis
h. Tata laksana
Jantung terletak di bawah tulang rusuk, di tengah dada, antara paru kanan
dan kiri. Dinding jantung yang berotot berkontraksi, memompa darah ke seluruh
bagian tubuh. Ukuran jantung dapat bervariasi tergantung pada usia, ukuran, dan
kondisi jantung. Sebuah jantung dewasa yang normal dan sehat biasanya seukuran
sebuah kepalan tangan orang dewasa rata-rata.1
CO = SV x HR
Gambar 2.3 Anatomi kontrol saraf simpatis dari sirkulasi darah. Hal ini
ditunjukkan oleh garis putus-putus merah yaitu saraf vagus yang membawa sinyal
parasimpatis ke jantung8
Gambar di atas menunjukkan anatomi dari sistem saraf otonom dalam
mengontrol sirkulasi. Serat saraf simpatis meninggalkan spinal cord melalui
seluruh saraf spinal thorakal dan melalui satu atau dua serat saraf lumbal yang
kemudian memasuki rantai simpatis yang setiap sisinya terdapat pada kolumna
vertebralis. Terdapat 2 rute untuk memasuki sirkulasi, pertama adalah melalui
jalur saraf simpatis yang langsung menginervasi vaskularisasi pada organ-organ
viseral dan jantung dan yang kedua adalah melalui bagian peripheral dari saraf
spinal yang memvaskularisasi daerah-daerah perifer. Pada gambar berikutnya,
ditunjukkan bahwa distribusi saraf simpatis pada pembuluh darah mencakup
arteri, arteriola, vena dan venula. Inervasi pada arteri kecil dan arteriola
menyebabkan saraf simpatis mampu menstimulasi pembuluh darah arteri untuk
meningkatkan resistensi pada aliran darah dan selanjutnya menurunkan aliran
darah menuju ke jaringan.Inervasi pada pembuluh darah vena, memungkinkan
stimulasi saraf simpatis untuk mengurangi volume pada pembuluh darah ini. Hal
ini akan menyebabkan darah terdorong ke dalam jantung dan selanjutnya berperan
dalam proses pengaturan pompa jantung, yang akan dibahas selanjutnya. Saraf
simpatis pada jantung berperan dalam meningkatkan aktivitas jantung, baik dalam
hal meningkatkan detak jantung, meningkatkan kekuatan dan volume untuk
memompa. 8
Meskipun sistem saraf parasimpatis berperan sangat penting dalam
pengaturan banyak fungsi autonom dalam tubuh, sebagai contoh untuk
mengontrol sistem gastrointestinal, parasimpatis juga memiliki peran pada
regulasi sirkulasi, meskipun tidak sedominan sistem saraf simpatis. Salah satu
efek terpentingnya pada sirkulasi adalah mengontrol detak jantung melalui nervus
vagus, yang berjalan dari batang otak langsung menuju ke jantung. Sistem
parasimpatik akan menyebabkan penurunan pada detak jantung dan sedikit
penurunan pada kontraktilitas otot jantung. 8
Pengaturan Sistem Syaraf Otonom Pada Jantung
Jantung merupakan organ muskular yang berongga, berukuran sebesar
kepalan tinju dan berlokasi di rongga dada, pada garis tengah tubuh dengan
sternum pada bagian depan dan vertebra thoracalis pada bagian belakang.
Walaupun secara anatomi jantung manusia hanya ada satu, namun sisi kanan dan
sisi kiri jantung berfungsi sebagai dua pompa yang terpisah. Jantung terbagi
menjadi dua bagian, kanan dan kiri dengan empat ruang di dalamnya. Dua
ruangan di atas disebut dengan atrium dan dua ruangan di bawah disebut dengan
ventrikel. Pembuluh darah yang membawa darah dari jaringan kembali ke jantung
disebut dengan vena dan yang membawa darah dari jantung ke jaringan disebut
dengan arteri.8
Jantung diinervasi oleh dua divisi dari sistem saraf otonom, yang dapat
mengubah kecepatan (dan juga kekuatan) kontraksi, walaupun rangsangan saraf
tidak dibutuhkan untuk memulai kontraksi. Saraf parasimpatis jantung, nervus
vagus, mempersarafi atrium terutama SA node dan AV node. Persarafan
parasimpatis untuk ventrikel hanya sedikit. Saraf simpatis jantung juga
mempersarafi atrium termasuk SA node dan AV node dan juga secara dominan
mempersarafi ventrikel. 8
Sistem Hantaran Jantung
Dengan sistem hantaran jantung, maka irama denyut jantung dapat
dikendalikan agar tetap dalam batas-batas normal. Sistem hantaran jantung
diawali pada simpul sinoatrial atau simpul sinus yang terdapat di bagian atrium
kanan, di dekat muara vena cava superior. Simpul sinus normal merupakan
“primary cardiac pacemaker” tetapi dalam kondisi tertentu maka pacu jantung
(“cardiac pacemaker”) yang terdapat di dalam simpul atrioventrikular atau di
sepanjang sistem hantaran jantung dapat tetap berdenyut. 9
Sistem hantaran jantung tersebut terdiri dari simpul sinus, preferential
internodal pathways, simpul atrioventrikular, berkas His dan sistem Purkinje yang
dapat dipelajari pada gambar berikut ini.
4. Fisiologi kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah
kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,
tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja
serta ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan berperan dalam
menjaga homeostatis tubuh.
Kelelahan otot adalah suatu keadaan saat otot tidak dapat berkontraksi secara
cepat dan kuat atau bahkan tidak dapat berkontraksi sama sekali. Kelelahan otot suatu
saat pasti akan terjadi, terutama pada seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang
padat setiap harinya.
Lama waktu otot quadriceps saat melakukan gerakan maksimal dalam latihan
hanya sampai 30 menit. Kelelahan otot juga berguna sebagai tanda bahaya, bahwa
otot tidak dapat menerima perintah untuk berkontraksi. Selain itu, kelelahan otot juga
memberi sinyal bagi tubuh kita agar beristirahat sejenak untuk mengembalikan
keadaan otot setelah terjadi kontraksi yang cukup lama.
Kelelahan Pusat
Kelelahan pusat disebabkan karena kegagalan sistem saraf pusat merekrut
jumlah dan mengaktifkan motor unit yang dilibatkan dalam kontraksi otot. Padahal
kedua hal tersebut berperan dalam besarnya potensial yang dihasilkan selama
kontraksi otot. Dengan demikian, berkurangnya jumlah motor unit dan frekuensi
pengaktifan motor unit menyebabkan berkurangkan kemampuan kontraksi otot.
Rekruitmen jumlah motor unit juga dipengaruhi oleh motivasi. Pada perangsangan
elektrik pada otot yang lelah masih dapat mengembangkan kekuatan kontraksi otot.
Hal ini membuktikan bahwa pengembangan kekuatan otot tersebut dapat dipengaruhi
oleh aspek psikologis. Selain itu ada penelitan lain mengenai pengaruh motivasi
terhadap performance. Seorang yang memiliki motivasi yang rendah akan mudah
lelah dibandingkan dengan seorang yang memiliki motivasi tinggi. Dengan demikian,
diyakini bahwa rendahnya motivasi pada sistem saraf pusat akan menurunkan
rekruitmen jumlah motor unit sehingga terjadi kelelahan pusat.
Kelelahan Perifer
Kelelahan perifer merupakan kelelahan yang disebabkan karena faktor di luar
sistem saraf pusat. Kelelahan perifer tersebut disebabkan ketidakmampuan otot untuk
melakukan kontraksi dengan maksimal yang disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah gangguan pada kemampuan saraf, kemampuan mekanik kontraksi
otot, dan kesediaan energi untuk kontraksi.
Kelelahan pada gangguan saraf merupakan gangguan neuromuscular junction,
ketidakmampuan sarcolemma mempertahankan konsentrasi Na+ dan K+ sehingga
menurunkan depolarisasi sel dan amplitudo potensial aksi. Gangguan pada saraf
tersebut akan berdampak pada berkurangnya kemampuan perambatan impuls dan
ketidakmampuan membran otot untuk mengkonduksi potensial aksi. Gangguan
perambatan impuls sehingga menuntut frekuensi stimulus yang tinggi. Stimulus yang
berulang pada membran otot (sarkolemma) dapat berakibat blok impuls pada T
tubule. Padahal proses terpicunya kontraksi karena impuls yang dihantarkan ke
seluruh fibril dalam serat otot melalui T tubule. Blok impuls pada T tubule akan
menyebabkan berkurangnya pelepasan Ca++ dari sarcoplasmic retikulum karena
impuls di T tubule berperan dalam pelepasan ion Ca2+ dari sister terminal, yaitu
kantung lateral reticulum sarkoplasmik yang bersebelahan dengan T tubule.
Peran Ca2+ adalah memicu terjadinya kontraksi otot dalam proses sliding
mechanism. Kemampuan menghasilkan gaya pada sliding mechanism termasuk
dalam faktor mekanik pada kontraksi otot. Pada keadaan otot yang istirahat, troponin
I terikat erat pada aktin, dan tropomiosin menutupi tempat-tempat untuk mengikat
kepala miosin di molekul aktin. Jadi, kompleks troponin-tropomiosin membentuk
“protein relaksan” yang menghambat interaksi aktin dengan miosin. Bila ion Ca2+
yang dilepaskan oleh potensial aksi kemudian akan diikat oleh troponin C, ikatan
antara troponin I dengan aktin menjadi melemah, sehingga memungkinkan
tropomiosin bergerak ke lateral. Gerakan ini membuka tempat-tempat pengikatan
kepala-kepala miosin sehingga terjadi kontraksi (proses sliding). Proses sliding juga
dapat terhambat karena meningkatnya kadar H+ akibat akumulasi asam laktat.
Tingginya ion H+ pada otot akan menghambat pelepasan Ca+2 dari sarkoplasmic
Reticulum, dan menginterfensi ikatan Ca+2 dengan troponin, sehingga proses
kontraksi otot terganggu. Dengan demikian, gangguan pada pelepasan Ca2+ dan
peningkatan H+ akan menimbulkan berkurangnya force pada setiap cross-
brigde sehingga terjadi kelelahan. Kelelahan tersebut disebabkan gangguan pada
faktor mekanik kontraksi otot.
Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Otot
Telah diketahui bahwa kelelahan otot merupakan ketidakmampuan otot untuk
berkontraksi secara cepat dan kuat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kelelahan
otot. Berikut adalah penyebab dari kelelahan otot :
a. Pengososan ATP-CP
ATP merupakan sumber energi kontraksi otot dan PC untuk resintesa protein
secepatnya. Jika ATP dan PC digunakan untuk kontraksi terus maka terjadi
pengosongan fosfagen intraselular sehingga mengakibatkan kelelahan. Selain itu
ada peningkatan konsentrasi ion H+ di dalam intraselular yang diakibatkan
penumpukan asam laktat.
5. Fisiologi olahraga
Tubuh manusia merupakan sesuatu mesin yang luar biasa di mana aktivitas
tubuh yang terkoordinasi sempurna terjadi secara simultan. Peristiwa-peristiwa tubuh
ini memungkinkan fungsi kompleks tubuh seperti mendengar, melihat, bernapas serta
pengolahan informasi tanpa upaya kesadaran. Apabila seseorang melakukan aktivitas
seperti berjalan, dia akan menggeser sistem tubuh dari keadaan istirahat kepada
keadaan aktif. Jika aktivitas itu dilakukan beberapa kali, tubuhnya akan beradaptasi
terhadap aktivitas tersebut. Aktivitas yang dilakukan tadi disebut “aktivitas
fisik‟. Aktivitas fisik ini merupakan proses yang rumit dimana pelatih perlu
mengawasi perubahan pada subjek setiap menit sewaktu aktivitas. Oleh itu, jika
seseorang itu ingin menjadi atlet, dia perlu mempunyai tingkat aktivitas fisik
yang lebih tinggi dibanding dengan populasi normal.13
Perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila
aktivitas fisik atau latihan olahraga yang berterusan dilakukan. Oleh karena itu,
tanggapan tehadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap
ligkungan stress. Salah satunya adalah respon jangka pendek iaitu serangan tunggal
setelah sesekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua
adalah respon jangka panjang yaitu setelah olahraga teratur yang
mempermudahkan latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Adaptasi
terhadap latihan kronik ini disebut “training‟.1 4
Respon jangka pendek serta jangka panjang ini memenuhi kebutuhan
energi. Kenaikan pesat dalam kebutuhan energi sewaktu latihan memerlukan
penyesuaian peredaran darah yang seimbang untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan oksigen, nutrisi serta mengeliminasi produk akhir metabolisme seperti
karbon dioksida dan asam laktat dan membebaskan panas berlebihan. Pergeseran
metabolisme tubuh terjadi melalui kegiatan terkoordinasi dari semua sistem
tubuh iaitu neuromuskuler, respiratori, kardiovaskular, metabolik, dan hormonal. 13
Memahami dasar anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler, seseorang
dapat melihat secara khusus bagaimana sistem ini merespon terhadap peningkatan
tuntutan tubuh sewaktu pelatihan. Selama latihan, permintaan oksigen di otot aktif
meningkat, lebih banyak nutrisi digunakan dan proses metabolisme dipercepatkan
serta menghasilkan sisa metabolisme. Jadi, untuk memberikan lebih banyak
nutrisi dan untuk menghilangkan sisa metabolisme, sistem kardiovaskuler harus
beradaptasi untuk memenuhi tuntutan sistem muskuloskeletal selama latihan. 14
Respon akut atau langsung yang terlihat sewaktu latihan adalah
peningkatan kontraktilitas miokard, peningkatan curah jantung, peningkatan
denyut jantung, tekanan darah dan respon perifer termasuk vasokonstriksi umum
pada otot-otot dalam keadaan istirahat, ginjal, hati, limpa dan daerah splanknikus ke
otot-otot kerja dan juga ada peningkatan tekanan darah sistolik akibat curah jantung
yang meningkat. Dengan pelatihan yang ada akan ditandai penurunan denyut nadi
dan pengurangan tekanan darah saat istirahat dengan peningkatan volume darah
dan hemoglobin. 6
Selama tenaga digunakan, akan masih terjadi penurunan denyut nadi,
peningkatan stroke volume, peningkatan curah jantung dan peningkatan ekstraksi
oksigen oleh otot bekerja karena perubahan enzimatik dan biokimia pada otot serta
peningkatan konsumsi oksigen maksimal untuk setiap intensitas latihan yang
diberikan.8
6. Peranan sistem kardiovaskular terhadap homeostasis
Sistem kardiovaskular bekerja menjaga homeostasis tubuh. Berbagai faktor
dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskular ini. Faktor- faktor tersebut dikenali
dan dikendalikan oleh tubuh melalui refleks baroreseptor arterial dan mekanisme
pengaturan keseimbangan cairan oleh ginjal (perubahan tekanan darah arteri). Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskular diantaranya adalah
gravitasi, olahraga, usia, jenis kelamin, akselerasi, dan aktivitas respirasi.
Sistem sirkulasi memiliki tiga komponen dasar:
1. Jantung berfungsi sebagai pompa yang memberi tekanan pada darah untuk
menghasilkan gradien tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke
jaringan. Seperti semua cairan, darah mengair menuruni gradien tekanan dari
daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan rendah.
2. Pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan menyebarkan
darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian dikembalikan ke jantung.
3. Darah adalah medium pengangkut tempat larut atau tersuspensinya bahan-bahan
(misalnya O2, CO2, nutrien, zat sisa, elektrolit, dan hormon) yang akan diangkut
jarak jauh ke berbagai bagian tubuh.
Fungsi komponen sistem sirkulasi tersebut berperan penting dalam
homeostasis tubuh dengan mengangkut bahan-bahan (misalnya O2, CO2, nutrien, zat
sisa, elektrolit, dan hormon) yang diperlukan oleh sel-sel tubuh manusia. Homeostasis
penting bagi kelangsungan hidup sel- sel. Sel- sel akan membentuk sistem tubuh.7
Pengaruh Olahraga
a. Pengaruh olahraga akut
Olahraga fisik merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi sistem
kardiovaskuler. Perubahan tersebut juga dipengaruhi tipe olahraga fisik (apakah
dominan olahraga dinamik-ritmik-isotonik atau statik-isometrik), intensitas dan
durasi olahraga, umur individu, dan tingkat kebugaran individu. Dalam gambar 8.2
ditunukkan bahwa denyut jantung dan curah jantung sangat meningkat selama
olahraga dan tekanan arteri rata-rata serta tekanan darah juga meningkat secara
signifikan. Perubahan ini memperlihatkan kebutuhan metabolik otot rangka dengan
meningkatkan aliran darah ke otot rangka. Sebagai tambahan, otot yang
berkontraksi dapat mengkompresi pembuluh darah jika kontraksinya melebihi 10%
tegangan maksimum. Jika tegangan lebih dari 70%, maka aliran darah akan terhenti
sama sekali. Namun diantara kontraksi, aliran darah akan sangat meningkat
sehingga aliran darah per satuan waktu di suatu otot yang berkontraksi secara ritmik
meningkat hingga 30 kali lipat.
Mekanisme lokal yang mempertahankan sejumlah besar aliran darah otot
saat berolahraga adalah penurunan PO2 jaringan , peningkatan PCO2 dan akumulasi
K+ serta metabolit vasodilator lain, suhu yang meningkat pada otot yang aktif juga
berperan memvasodilatasikan pembuluh darah. Dilatasi sfingter prakapiler dan
arteriol menyebabkan peningkatan 10-100 kali lipat jumlah kapiler yang terbuka,
dan jarak rerata antar darah dan sel aktif dan juga jarak difusi O2 akan sangat
berkurang.
Pengaruh Umur
Variabel usia juga mempengaruhi sistem kardiovaskular. Neonatus normal
memiliki denyut jantung istirahat (resting heart rate) yang tinggi (rata- rata
140/menit) dan tekanan darah arteri yang rendah (rata- rata 60/35 mmHg).
Perubahan yang cepat terjadi hingga tahun pertama, yaitu denyut jantung 120/menit
dan tekanan darah arteri 100/65 mmHg. Perubahan juga terjadi pada pembuluh
darah, diantaranya berkurangnya densitas kapiler di beberapa jaringan dan
meningkatnya total resisten pembuluh darah perifer. Perubahan- perubahan ini
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dan tekanan darah arteri rata- rata.
Perubahan tekanan darah yang diinduksi oleh baroreseptor arterial akan
berkurang fungsinya seiring bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan berkurangnya
akitivitas aferen dari baroreseptor arterial karena kekakuan arteri (arterial rigidity)
yang meningkat. Selain itu, jumlah norepinefrin yang bekerja di saraf simpatis juga
akan berkurang semakin bertambahnya umur.
Pengaruh Jenis Kelamin
Pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap sistem kardiovaskular hanya
sedikit didokumentasikan. Perempuan yang premenopause memiliki masa ventrikel
kiri yang lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki pada umur yang sama, yang
berarti, merefleksikan cardiac afterload yang lebih rendah. Hal ini terjadi akibat
tekanan darah arterial yang rendah, aortic compliance lebih besar, dan kemampuan
untuk menginduksi vasodilator lebih tinggi. Perbedaan ini diperkirakan
dihubungkan dengan efek protekif dari estrogen dan dapat menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular pada perempuan premenopause. Setelah menopause,
perbedaan tersebut tidak berarti lagi, karena kenyataannya pada perempuan tua
dengan penyakit jantung iskemi sering menunjukkan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan laki-laki. Terdapat juga perbedaan yang dihubungkan dengan jenis
kelamin dalam hal elektrik kardia. Yaitu pada perempuan memiliki denyut jantung
intrinsik yang lebih rendah dan interval QT yang lebih panjang dibanding laki-laki.
Perempuan seperti itu lebih memiliki risiko yang besar berkembang menjadi
sindrom QT panjang dan torsades de pointes. Selain itu, perempuan juga memiliki
risiko dua kali lebih besar dibanding laki-laki dalam atrioventrikular nodal re-entry
tachycardias.
Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa dalam proses
fisiologik kardiovaskular yang paling dasar, tidak terlalu dipengaruhi oleh
perbedaan jenis kelamin. Jadi, individu yang berbeda memiliki respon dasar
fisiologis yang sama.16
Pengaruh Aktivitas Respirasi
Aktivitas fisik yang berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi
mempunyai efek yang besar pada aliran darah balik dan curah jantung (cardiac
output). Selama inspirasi normal, tekanan intratoraks berkisar 7 mmHg, dimana
diafragma berkontraksi dan rongga dada mengembang.1 Tekanan ini meningkat
dengan jumlah yang sama selama ekspirasi. Selama pernapasan berlangsung, tidak
hanya pergerakan udara keluar masuk paru yang terjadi, namun tekanan yang
dihasilkan juga ditransmisikan ke dinding- dinding vena besar di rongga dada dan
mempengaruhi aliran balik vena dari perifer ke jantung. Fenomena ini disebut juga
pompa respirasi (respiratory pump).
Selama inspirasi, tekanan intratoraks berkurang sehingga tekanan di vena
sentral juga berkurang. Hal ini menyebabkan aliran balik vena (vena return) dan
volume vena sentral meningkat sehingga pengisian jantung kanan meningkat.
Sesuai hukum Starling, keadaan ini juga meningkatkan stroke volume dan cardiac
output di jantung kiri. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah arteri dan
merangsang baroreseptor arterial. Proses inspirasi yang mengurangi tekanan
intratoraks juga merangsang baroreseptor di pembuluh darah dan dinding jantung.
Rangsangan yang diterima oleh kedua reseptor akan mengaktivasi medullary
cardiovascular centers untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan
meningkatkan kerja parasimpatis dan menurunkan kerja simpatis.