Nanda Masriani
Musliardi
Atikah Alawiyah Tansara
ABSTRAK
Variabel
No Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Indepennden
Sanitasi Merupakan status atau
1 Lingkungan kondisi lingkungan yang
memenuhi standar
kesehatan meliputi,
pengolahan sampah, Observasi 1. Baik jika Ordinal
persediaan air bersih, jawaban
pembuangan air limbah benar ≥ 75%
2. Buruk jika
jawaban
benar < 75%
Dependen Infeksi saluran
Kejadian ISPA pernafasan yang terjadi Observasi 1. ISPA Ringan = Nominal
pada balita pada balita usia 1-5 batuk, pilek,
tahun diperoleh dari demam
data rekam medis 2. ISPA Sedang
puskesmas terapung =Pernafasan
(puspelkes) cepat
Keluhan gangguan pada 3. ISPA Berat=
saluran pernafasan yang sianosis,
dialami oleh balita usia kejang, nafas
1-5 tahun dengan gejala cuping hidung
batuk pilek
pengeloaan Sampah tempat sampah
HASIL PENELITIAN DAN tertutup,Tempat sampah
PEMBAHASAN konstruksinya kuat, pengelolaan
limbah apakah limbah mencemari
4.1 Gambaran Tempat Penelitian sumber air bersih dan menimbulkan
Penelitian ini dilakukan di bau sebagai variabel independen (X)
Pusat Pelayanan Kesehatan dan data kejadian ISPA pada Balita
Terapung. Sebelah Barat berbatasan sebagai variabel dependen (Y).
dengan Kecamatan Medang Deras, Langkah berikutnya
sebelah timur berbatasan dengan dilakukan teknik analisis data dengan
Kabupaten Asahan. Pada daerah menggunakan análisis chi square
selatan berbatasan dengan untuk mengetahui hubungan sanitasi
Kecamatan Talawi dan sebelah lingkungan dengan kejadian infeksi
Utara berbatasan dengan Selat saluran pernapasan akut (ISPA) pada
Malaka. Di Pusat Pelayanan balita di Pusat Pelayanan Kesehatan
Kesehatan Terapung ini banyak Terapung Kabupaten Batubara
terdapat balita yang menderita ISPA. Tahun 2014.
Di sekitar daerah di Pusat Pelayanan
Kesehatan Terapung tidak banyak
persediaan air bersih dan pengelolaan
sampah yang tidak baik sehingga 4.2 Data Demografi 33
menyebabkan udara yang tercemar 4.2.1 Hasil Penelitian
berakibat banyak balita yang terkena Berdasarkan hasil penelitian
ISPA. yang diperoleh dari 36 responden
Data hasil penelitian ini dan hasilnya disajikan dalam bentuk
meliputi data sanitasi lingkungan tabel di bawah ini :
yang terdiri dari penyediaan air
bersih berwarna atau berbau,
Tabel 4.1
Data Karakteristik Responden di Pusat Pelayanan Kesehatan Terapung
Kabupaten Batubara Tahun 2014 34
No Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Responden
1 Pendidikan
SD 13 36.1
SMP 10 27.7
SMA 8 22.2
PT 5 13.8
Jumlah 36 100
2 Pekerjaan
Bekerja 23 63,8
Tidak bekerja 13 36,1
Jumlah 36 100
3 Jenis Kelamin balita
Perempuan 16 44,4
Laki-laki 20 55,6
Jumlah 36 100
4 Umur Balita
2 tahun 13 36,1
3 tahun 10 27,8
4 tahun 7 19,4
5 tahun 6 16,7
Jumlah 36 100
Distribusi Frekuensi Sanitasi
Berdasarkan tabel 4.1, dapat Lingkungan di Pusat Pelayanan
dilihat bahwa mayoritas balita yang Kesehatan Terapung Kabupaten
mengalamai ISPA di Pusat Batubara Tahun 2014 35
Pelayanan Kesehatan Terapung
Kabupaten Batubara Tahun 2015 Sanitasi
berjenis kelamin laki-laki sebanyak No lingkungan f %
20 orang (55.6%) dengan usia balita 1 Baik 4 11.1
2 tahun sebanyak 13 orang (36.). 2 Buruk 32 88.8
Responden berpendidikan SD Jumlah 36 100
sebanyak 13 orang (36.1%), bekerja
sebanyak 23 orang (63.8%). Berdasarkan tabel 4.2
4.2.2 Sanitasi Lingkungan di Pusat diketahui sanitasi lingkungan di
Pelayanan Kesehatan Pusat Pelayanan Kesehatan Terapung
Terapung Kabupaten Kabupaten Batubara Tahun 2014
Batubara Tahun 2014 mayoritas buruk sebanyak 32 orang
Sanitasi lingkungan yang (88.8%).
menjadi faktor penyebab ISPA dapat 4.2.3 Kejadian ISPA pada balita di
dilihat berdasarkan tabel dibawah ini: Pusat Pelayanan Kesehatan
Tabel 4.2 Terapung Kabupaten
Batubara Tahun 2014
Kejadian ISPA pada balita Berdasarkan tabel di atas
berdasarkan hasil rekam medis yang diketahui kejadian ISPA pada balita
ada di pusat pelayanan kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan
terapung kabupaten batubara tahun Terapung Kabupaten Batubara
2015 dapat dilihat pada tabel mayoritas mengalami ISPA berat
dibawah ini: yaitu sebanyak 16 responden
Tabel 4.3 (44.4%).
Distribusi Frekuensi Data 4.2.4 Hubungan Sanitasi
Kejadian ISPA Pada Balita di Lingkungan dengan
Pusat Pelayanan Kesehatan Kejadian ISPA Pada Balita
Terapung Kabupaten Batubara di Pusat Pelayanan
Tahun 2014 35 Kesehatan Terapung Tahun
2014 36
Kejadian ISPA Hasil tabulasi silang
No Pada Balita f (%) hubungan sanitasi lingkungan
1 ISPA Ringan 6 16.6 dengan Kejadian ISPA pada Balita di
2 ISPA Sedang 14 38.8 Pusat Pelayanan Kesehatan Terapung
3 ISPA Berat 16 44.4 Kabupaten Batubara Tahun 2015
Jumlah 36 100 dapat dilihat pada tabulasi silang
berikut:
Tabel 4.4
Tabulasi Silang Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian ISPA
Pada Balita usia 1-5 tahun di Pusat Pelayanan Kesehatan Terapung
Kabupaten Batubara Tahun 2014 36
ISPA Pada Balita
Total
Sanitasi lingkungan Ringan Sedang Berat p value
f % F % F % F %
Baik 2 5.5 2 5.5 0 0 4 11.1
0,018
Buruk 4 11.1 12 33.3 16 44.4 32 88.8
Total 6 16.6 14 38.8 16 44.4 36 100
Berdasarkan uji chi-square
Berdasarkan tabel di atas untuk melihat hubungan variabel
dapat dilihat bahwa dari 32 orang independen dan dependendiperoleh
(88.8%) yang memiliki sanitasi nilai p : 0,018 (p < α (0,05) artinya
lingkungan buruk, terdapat 16 balita hipotesis penelitian diterima, ada
(44.4%) yang mengalami ISPA berat hubungan yang signifikan antara
dan 12 orang (33.3%) mengalami sanitasi lingkungan dengan kejadian
ISPA sedang Sedangkan dari 4 orang ISPA di Pust Pelayanan Kesehatan
(11.1%) yang memiliki sanitasi terapung Kabupaten Batubara Tahun
lingkungan baik terdapat 2 balita 2015. Selanjutnya diperoleh nilai x2
(5.5%) mengalami ISPA sedang, 2 sebesar 31.792, artinya balita dengan
orang (5.5%) ISPA ringan. sanitasi lingkungan buruk memiliki
peluang 31.792 kali untuk (2011:43), sarana air bersih
mengalami ISPA berat dibandingkan merupakan salah satu sarana sanitasi
dengan yang memiliki sanitasi baik. yang tidak kalah pentingnya
berkaitan dengan kejadian ISPA.
4.3 Pembahasan Pemakaian air minum yang tercemar
4.3.1 Sanitasi Lingkungan di Pusat kuman secara massal sering
Pelayanan Kesehatan Terapung bertanggung jawab terhadap
Kabupaten Batubara Tahun terjadinya ISPA.
2015 4.3.2 Kejadian ISPA pada Balita
Menurut tabel 4.3 sanitasi di Pusat Pelayanan
lingkungan di di Pusat Pelayanan Kesehatan Terapung
Kesehatan Terapung Kabupaten Kabupaten Batubara Tahun
Batubara Tahun 2014 mayoritas 2014
buruk. Hasil penelitian yang Menurut tabel 4.2 balita di
diperoleh dari pengisian data Pusat Pelayanan Kesehatan Terapung
observasi sanitasi lingkungan, masih Kabupaten Batubara mayoritas
terdapat sarana air bersih yang tidak menderita ISPA dengan tingkatan
memenuhi syarat kesehatan. Selain sedang. Hal ini terlihat dari pengisian
itu juga masih terdapat warga yang data observasi terdapat keluhan
memiliki tempat pembuangan batuk, pilek, demam dan sesak pada
sampah yang tidak memenuhi syarat balita yang berobat di pusat
yaitu tempat pembuangan sampah pelayanan kesehatan terapung
yang tidak tertutup serta bocor, dan kabupaten Batubara Tahun 2015.
pembuangan limbah yang langsung Kejadian ISPA bisa
dialirkan ke sungai. Hal ini tentu saja dikategorikan sebagai ISPA ringan,
dapat sebagai media penyebaran sedang, berat dengan keluhan yang
berbagai penyakit terutama ISPA, bermacam-macam penyebabnya dan
media berkembangbiaknya bisa dipengaruhi oleh sanitasi
mikroorganisme patogen, tempat lingkungan.
berkembangbiaknya nyamuk, Menurut klinikita (2007)
menimbulkan bau yang tidak enak ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
serta pemandangan yang tidak sedap, Akut) penyakit yang terbanyak
sebagai sumber pencemaran air diderita oleh anak- anak, baik
permukaan tanah dan lingkungan dinegara berkembang maupun di
hidup lainnya. Tempat pembuangan negara maju dan sudah mampu dan
sampah yang paling lazim banyak dari mereka perlu masuk
diantaranya Tempat Pembuangan Rumah Sakit karena penyakitnya
Sampah (TPS) dan lahan kosong di cukup gawat. Penyakit-penyakit
pinggir jalan sungai. Pada musim saluran pernapasan pada masa bayi
hujan, sampah-sampah berserakan di dan anak-anak dapat pula memberi
saluran drainase dan potensial sekali kecacatan sampai pada masa dewasa.
sebagai media pertumbuhan berbagai ISPA dapat ditularkan
kuman penyakit. melalui air ludah, darah, bersin,
Menurut Widoyono udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang berada dalam urutan 10 besar
sehat kesaluran pernapasannya. penyakit terbanyak.
Infeksi saluran pernapasan bagian Sedangkan di indonesia
atas terutama yang disebabkan oleh penyakit saluran nafas banyak
virus, sering terjadi pada semua ditemukan secara luas dan
golongan masyarakat pada bulan- berhubungan erat dengan polusi
bulan musim dingin.Tetapi ISPA udara yang bersumber dari sampah
yang berlanjut menjadi pneumonia dan pembuangan limbah yang tidak
sering terjadi pada balita terutama memenuhi syarat tertentu karena
apabila terdapat gizi kurang dan pada dasarnya saluran pernafasan
dikombinasi dengan keadaan merupakan salah satu bagian yang
lingkungan yang tidak hygiene. paling mudah terpapar oleh bahan-
Risiko terutama terjadi pada anak- bahan yang mudah terhirup yang
anak karena meningkatnya terdapat di lingkungan. Debu yang
kemungkinan infeksi silang, beban terhirup oleh balita menyebabkan
immunologisnya terlalu besar karena timbulnya reaksi mekanisme
dipakai untuk penyakit parasit dan pertahanan nonspesifik berupa batuk,
cacing, serta tidak tersedianya atau bersin, gangguan transport
berlebihannya pemakaian antibiotik. mukosilier dan fagositosis oleh
1.3.3 Hubungan Sanitasi makrofag.
Lingkungan dengan Menurut penelitian Sari
Kejadian ISPA Pada Balita Utami (2013) Universitas Negeri
di Pusat Pelayanan semarang penyakit ISPA dan
Terapung Tahun 2014 Tuberkulosis yang erat kaitannya
Berdasarkan tabel 4.4 dengan kondisi sanitasi lingkungan
mayoritas dari sanitasi yang buruk yang merupakan penyebab kematian
dengan mayoritas balita mengalami nomor 2 di Indonesia. Faktor risiko
ISPA sedang di pusat pelayanan lingkungan dari pengelolaan sampah
kesehatan terapung kabupaten yang kurang tepat dapat
batubara. mempengaruhi kejadian gejala
Menurut Chandra (2007) penyakit ISPA seperti demam, batuk,
Sanitasi lingkungan sangat erat pilek, cuping.
kaitannya dengan angka kesakitan Sanitasi lingkungan yang
penyakit menular, terutama ISPA. berasal dari penyediaan air bersih,
Lingkungan sangat berpengaruh pada tempat pembuangan sampah dan
terjadinya ISPA. Hubungan antara pembuangan limbah yang tidak
lingkungan dengan kondisi kesehatan memenuhi syarat kesehatan
sudah diketahui. Pada komunitas mengakibatkan memburuknya
aborigin prevalensi penyakit yang kualitas udara. Sekitar 80 % polusi
tinggi disebabkan oleh sanitasi yang udara disebabkan oleh sampah yang
buruk, kepadatan yang tinggi dan menumpuk serta bau yang
penyediaan air bersih yang tidak menyengat. Masih banyak warga
memadai. Penyakit ISPA merupakan yang kurang memerhatikan
salah satu penyakit yang selalu kebersihan lingkungan seperti tempat
penyediaan air bersih, pembuangan
sampah dan pembuangan limbah 5.1 Kesimpulan
sehingga menyebabkan polusi udara Berdasarkan data yang
yang tidak baik langsung terhirup diperoleh dari hasil penelitian,
dan penyebaran peyakit ISPA dapat analisis data dan pembahasan dapat
terjadi di masyarakat khususnya disimpulkan sebagai berikut :
balita. 1. Sanitasi lingkungan di Pusat
Maka dapat disimpulkan Pelayanan Kesehatan Terapung
bahwa sudah ada kesesuaian antara Kabupaten Batubara Tahun 2014
fakta dan teori bahwa sanitasi mayoritas buruk.
lingkungan berhubungan dengan 2. Kejadian ISPA pada balita di
kejadian ISPA pada balita. Pusat Pelayanan Kesehatan
Diharapkan kepada msyarakat desa Terapung Kabupaten Batubara
disekitar pusat pelayanan terapung mayoritas mengalami ISPA berat
untuk selalu menjaga kebersihan 3. Terdapat hubungan yang
lingkungannya dengan baik. signifikan antara sanitasi
lingkungan dengan kejadian
ISPA pada balita di Pusat
Pelayanan Terapung Kabupaten
4.4 Keterbatasan Penelitian Batubara Tahun 2014.
Dalam penelitian ini peneliti
telah berupaya semaksimal mungkin 5.2 Saran
untuk memperoleh data yang Penelitian yang telah
sebenarnya dan mengontrol kondisi dilakukan di pusat pelayanan
yang berkaitan dengan proses dan terapung kabupaten batubara tahun
hasil penelitian yang optimal, namun 2014 maka kesimpulan yang ditarik
kendala yang ditemui tidak terlalu tentu mempunyai saran dalam bidang
membatasi dalam melaksanakan kesehatan dan juga penulisan-
penelitian ini, sehingga berbagai penulisan selanjutnya, sehubungan
kelemahan dan keterbatasan pada dengan hal tersebut maka sarannya
saat melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut :
antara lain yaitu : dalam 1. Bagi Tempat Penelitian
melaksanakan penelitian ini Diharapkan bagi tempat
menggunakan observasi tentang penelitian terutama bagi Tenaga
golongan ISPA pada balita yang Kesehatan di pusat pelayanan
disebarkan kepada responden dalam terapung kabupaten batubara
mengungkapkan keadaan yang supaya melakukan penyuluhan
sebenarnya, sehingga perlu untuk mencegah terjadinya ISPA
dijelaskan kepada responden bahwa pada balita sehingga dapat
penelitian dilakukan untuk menjaga kesehatan balita dari
mengembangkan ilmu namun segala bakteri yang dihasilkan oleh42
rahasia tentang diri responden tetap buruknya sanitasi lingkungan.
dijaga kerahasiaannya. 2. Bagi Instansi Pendidikan
KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk mata kuliah tertentu yang
berhubungan dengan sanitasi Kementerian Kesehatan RI 2010.
diharapkan membuat program Profil Kesehatan Indonesia
dengan penyuluhan tentang 2009. Jakarta: Kementerian
bagaimana kondisi lingkungan Kesehatan Republik
yang baik sehingga dapat Indonesia
mengurangi timbulnya penyakit
ISPA yang diderita oleh balita Machmud, R, 2006. Pneumonia
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Balita Di Indonesia dan
Diharapkan kepada peneliti Peranan Kabupaten dalam
selanjutnya agar dapat Penanggulangannya.
mengembangkan penelitian Yogyakarta: Andalas
selanjutnya terkait dengan University Press.
sanitasi lingkungan dengan
sampel dan variabel yang Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi
berbeda dan populasi yang lebih Penelitian Kesehatan. Jakarta :
luas. Rineka Cipta