OLEH
KELOMPOK O 17
A. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronik adalah Gangguan fungsi ginjal menahun yang bersifat
cepat dan tidak bisa pulih. Dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan
metabolisme tubuh dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Brunner and Suddarth,
edisi 2 volume 8) . Gagal ginjal kronik adalah Kegagalan ginjal dalam melakukan
fungsi-fungsi vitalnya dan akan menimbulkan keadaan yang di sebut uremia atau
bisa di sebut juga gagal ginjal stadium akhir (Price, 2005).
Menurut Badan Kesehatan Dunia, secara global lebih dari 500 juta jiwa
telah mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Kurang lebih 1,5 juta jiwa harus
menjalani hidup dengan bergantung pada hemodialisis (WHO, 2007). Menurut data
dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia, jumlah penderita gangguan fungsi ginjal di
Indonesia sudah mencapai 100.000 jiwa dan disetiap tahunnya diperkirakan
bertambah 2.700 jiwa yang mengalami gangguan fungsi ginjal. Saat ini sekitar
40.000 jiwa penduduk indonesia yang menjalani hemodialisis (Peneftri, 2014).
Penyakit gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang memerlukan
perawatan dan penanganan seumur hidup. Banyak penderita gagal ginjal kronik
keluar masuk rumah sakit untuk melakukan pengobatan dan dialisis. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak hanya pelayanan rumah sakit seperti dokter dan perawat
yang merawat pasien dengan gagal ginjal kronik, namun keluarga juga ikut andil
dalam pemeliharaan kesehatan pasien gagal ginjal kronik saat pasien dirumah atau
keluar dari rumah sakit. Edukasi dan informasi mengenai gagal ginjal kronik, cara
perawatan dan pembatasan cairan dan diit pasien gagal ginjal kronik sangat
dibutuhkan oleh keluarga untuk merawat pasien gagal ginjal kronik dirumah.
Ruang Interne Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil, berdasarkan observasi
selama satu minggu ditemukan bahwa lebih dari 50 % adalah pasien dengan gagal
ginjal kronik yang akan melakukan terapi hemodialisa atau bahkan telah melakukan
hemodialisa beberapa kali. . Banyak pasien dan keluarga yang masih belum
memahami apa gagal ginjal kronik tersebut, bagaimana cara perawatannya dan
bagaimana pembatasan cairan serta diitnya. Berdasarkan observasi pasien ataupun
keluarga hanya mengetahui bahwa gagal ginjal kronik adalah ginjal yang sudah
rusak dan tidak boleh mendapatkan asupan cairan seperti minum dan infus terlalu
banyak. Oleh karena alasan tersebut, perawat perlu memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga pasien. Sehingga saat pasien diperbolehkan pulang
keluarga sudah memahami apa itu gagal ginjal kronik, bagaimana cara merawat dan
bagaimana batasan cairan dan diit pasien.
B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien dan keluarga di ruang interne
penyakit dalam RSUP Dr. M.Djamil mengerti apa, bagaimana
penatalaksanaan diit pasien dengan gagal ginjal kronik.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga mampu:
a. Mampu menyebutkan pengertian penyakit gagal ginjal kronis.
b. Mampu menyebutkan penatalaksanaan diit pasien dengan gagal ginjal
kronik.
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Pengenalan dan cara perawatan serta pembatasa cairan dan diit pasien gagal
ginjal kronik di rumah
2. Sasaran/Target
Keluarga pasien dengan gagal ginjal kronik di ruang interne penyakit dalam
RSUP M.Djamil Padang.
3. Metoda
Ceramah dan diskusi
4. Media dan Alat
- Laptop
- LCD
- Leaflet
Keterangan :
: Moderator
: Fasilitator
: Observer
: pasien dan keluarga pasien
: Presentator
F. PENGORGANISASIAN
Pembimbing Akademik : Hema Malini, S.Kp, MN, PhD
Pembimbing Lapangan :
Presentator : Mefri Zanti, S.Kep
Moderator : Alya Syafkoriana, S.Kep
Observer : Mutia Hasrati, S.Kep
Fasilitator : Wira Syukriani, S.Kep
Dhoni Satria, S.Kep
Nelfiza, S.Kep
Pembagian tugas
a. Peran Moderator
a) Membuka dan menutup acara.
b) Memperkenalkan diri.
c) Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
d) Menjaga kelancaran acara.
e) Memimpin diskusi.
f) Menanyakan bahasa yang digunakan
g) Menyampaikan kontrak waktu
h) Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
b. Peran Presentator
a) Menyampaikan materi penyuluhan
c. Peran observer
a) Mengamati jalannya kegiatan.
b) Mengevaluasi kegiatan.
c) Mencatat prilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.
d. Peran fasilitator
a) Bersama moderator menjalin kerja sama dalam menyajikan materi
penyuluhan.
b) Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya.
c) Menjadi contoh dalam kegiatan.
G. EVALUASI PROSES
1. Evaluasi Struktur:
a. Penggunaan media yang lengkap, kondisi tempat yang kondusif.
b. Penyuluh menguasai materi dan mampu menyampaikan informasi
kesehatan kepada peserta
c. Peserta berperan aktif selama proses penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat terlaksana sesuai dengan perencaan
b. Peserta aktif dalam penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
90 % dari materi penyuluhan dapat dijelaskan oleh Pasien dan keluarga
Materi
A. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Chronic kidney disease (CKD) adalah kerusakan ginjal yang irreversibel
dimana ginjal gagal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh (Smeltzer & Bare 2005). Gagal ginjal kronis adalah kerusakan fungsi ginjal
secara tiba-tiba dan berlangsung lama, yang menyebabkan ginjal tidak dapat
mengekskresikan sisa metabolisme tubuh seperti ureum dan kreatinin yang
kemudian menumpuk dalam darah (Grace, 2006).Gagal gijal kronis merupakan
keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari
berbagai penyebab (Price, 2005)
B. Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Secara garis besar dikategorikan infeksi yang berulang dan keadaan ginjal
yang memburuk. Penyumbatan saluran kemih, kerusakan pembuluh darah akibat
diabetes (penyakit kencing manis) dan tekanan darah tinggi. Bekas luka pada
jaringan dan trauma langsung pada ginjal (Brunner and Suddarth, edisi 2 volume
8). Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney Foundation, 2015).
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya adalah
penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik,
malformasi saat perkembangan janin dalam rahim ibu, lupus, obstruksi akibat batu
ginjal, tumor atau pembesaran kelenjar prostat, dan infeksi saluran kemih yang
berulang (Wilson, 2005).
C. Tanda dan Gejala
1. Kelainan darah : Anemia
2. Kelainan saluran cerna : mual, muntah, anoreksia, konstipasi, perdarahan saluran
cerna.
3. Kelainan mata : saraf mata terganggu
4. Kulit : kering, bersisik, gatal-gatal, kuku tipis dan rapuh, serta rambut tipis dan
kasar
5. Persyarafan : lemah dan letih, kejang, perubahan pada perilaku
6. Jantung dan paru : hipertensi, edema paru, bengkak daerah sekitar mata
7. Tulang : nyeri tulang, kelemahan otot dan kram
8. Reproduksi : infertil, penurunan libido, impotensi, tidak teratur atau haid
berhenti.
D. Penatalaksanaan Diit Pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik
1. Tujuan Diet
a. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan
sisa fungsi ginjal, agar tidak memperberat kerja ginjal.
b. Membantu menurunkan kadar ureum dan kreatinin darah.
c. Mengurangi atau mencegah gejala sindrome uremik.
d. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit (Sulistyorini, dkk, 2007).
2. Syarat Diet
a. Energi tinggi untuk mencegah katabolisme.
b. Protein rendah: 0.6-0.75 gr/kg BBA berupa protein dengan nilai biologi tinggi.
c. Lemak cukup: 20-30% dari kebutuhan energi total diutamakan lemak tidak
jenuh ganda.
d. Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total.
e. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, uliguria.
f. Kalium dibatasi apabila ada hiperkalemia.
g. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin
C dan vitamin D.
h. Cairan dibatasi sebagai pengganti cairan yang keluar melalui urine, muntah,
diare + 500 ml
i. Bila kemampuan makan rendah, makanan diberikan bentuk formula enteral
dan parenteral (Sulistyorini, dkk, 2007).
3. Bahan Makanan yang Dianjurkan
Sumber Karbohidrat : nasi, bihun, mie, makaroni, jagung, roti, kentang,
tepung-tepungan, madu, sirup, permen, dan gula.
Sumber Protein Hewani : telur, susu, daging, ikan, ayam.
Bahan Makanan Pengganti Protein Hewani :
Hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele, dapat
dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai sebagai
variasi menu atau untuk pasien vegetarian asalkan kebutuhan protein tetap
diperhitungkan.
Sumber Lemak : minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarine
rendah garam, mentega.
Sumber Vitamin dan Mineral
Semua sayur dan buah, kecuali jika pasien mengalami hiperkalemi perlu
menghindari buah dan sayur tinggi kalium dan perlu pengelolaan khusus yaitu
dengan cara merendam sayur dan buah dalam air hangat selama 2 jam, setelah
itu air rendaman dibuang, sayur/buah dicuci kembali dengan air yang mengalir
dan untuk buah dapat dimasak menjadi stup buah/coktail buah.
3. Bahan Makanan yang Dihindari
Sumber Vitamin dan Mineral
Hindari sayur dan buah tinggi kalium jika pasien mengalami hiperkalemi.
Bahan makanan tinggi kalium diantaranya adalah bayam, daun singkong, leci,
daun pepaya, kelapa muda, durian, dan nangka.
Hindari/batasi makanan tinggi natrium jika pasien hipertensi, udema dan
asites. Bahan makanan tinggi natrium diantaranya adalah garam, vetsin,
penyedap rasa/kaldu kering, makanan yang diawetkan, dikalengkan dan
diasinkan.
3. Kebutuhan Zat Gizi pada Pasien Penyakit Gagal Ginjal Kronik dengan
Hemodialisa dan CAPD
Konservatif
Zat Gizi Hemodialisa CAPD
(CKD St II-V)
35 ( <60 tahun) 35 ( <60 tahun)
Energi 35 ( >60
30-35 (>60 30-35 (>60
(Kal/kgBB/hari) tahun)
tahun) tahun)
Protein
0,6 - 0,75 1,2 1,2 - 1,3
(gr/kgBB/hari)
20-25 % Pasien cenderung mempunyai resiko
Lemak dari % terhadap penyakit cardiovaskuler, lebih penting pada
total energi pemilihan lemak PUFA dan MUFA, kolesterol 250-
300 mg/hari
Karbohidrat
Sisa dari perhitungan protein dan lemak berkisar
dari % total
antara 60-70% total energi
energi
Tergantung pada
K (mg/hari) hasil analisa 2000-3000 3000-4000
elektrolit (lab)
Tergantung pada
P (mg/hari) hasil analisa 800-1000 800-1000
elektrolit (lab)
Tidak terbatas
(500-1000) + 1500-2000
Cairan bila produksi
produksi urine (monitoring)
urine normal
Berman, A., et al. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5. Jakarta :
EGC
Kozier., et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, &
Praktik, Edisi 7, Volume 2. Jakarta : EGC.
Reeves, Charlene J. 2001. Buku Satu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba
Medika
Soeparman A. Sarwono Waspadjo. 1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta :
Salemba Medika
Sri, Utami Elis, dkk. 2011. Perhitungan Kebutuhan Gizi. RSU Dr Saiful Anwar Kota
Malang.
Sulistyorini, dkk. 2007. Buku Pedoman Diet. RSU Dr Saiful Anwar Kota Malang.
DAFTAR HADIR