Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan

belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik

kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spritual. Masa anak merupakan masa

pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia

bermain/ todler (1-2,5tahun), prasekolah (2,5-5 tahun), usiasekolah (5 – 11

tahun), remaja (11-18 tahun) (Hidayat, 2005).

Masalah kesehatan anak di negara berkembang termasuk Indonesia

diantaranya terjadi karena interaksi antara infeksi, diare dan gizi. Pada

umumnya penyakit infeksi dan diare merupakan penyakit anak yang selalu

diikuti gangguan pertumbuhan, sehingga keduanya selalu membuka peluang

timbulnya malnutrisi. Penyakit infeksi pada umumnya menyebabkan

berkurangnya masukan nutrient baik karena mual, muntah dan turunnya nafsu

makan (anoreksia) ( Hidayat, 2005).

Umumnya anoreksia diartikan sebagai turunnya atau hilangnya nafsu

makan serta tidak tertarik akan makanan untuk menyantapnya. Timbulnya

anoreksia pada umumnya sangat berhubungan dengan faktor-faktor biopsiko

sosiokulturalspiritual. Faktor penyakit sistemik biologis baik sebagai infeksi,

noninfeksi dan penyakit keganasan sebagai faktor yang sering melandasi

timbulnya anoreksia (Hidayat, 2005).

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Anoreksia dengan penurunan berat badan yang sering menyertai

kejadian infeksi mempunyai mekanisme yang belum jelas. Beberapa hormon

mempengaruhi pengaturan nafsu makan, diantaranya adalah kolesistokinin,

prostaglandin, glukagon, insulin dan kortikosteroid (Hidayat, 2005). Dari

penjelasan di atas ditemukan bahwa anoreksia dapat menyebabkan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara

zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah

seperti tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang sering dijumpai pada anak-

anak khususnya bagi mereka yang sakit. Masalah dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau

makan, dan tidak mampu makan padahal makanan yang tidak disukai tersebut

justru lebih banyak mengandung zat gizi yang seimbang. Oleh karena itu

terkadang harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi, dan seimbang

tidak terlaksana sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat

(Hidayat, 2005).

Ketidakseimbangan nutrisi adalah suatu keadaan terganggunya

kemampuan fungsional, atau defisiensi integritas struktural atau

perkembangan yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara suplai nutrisi

esensial untuk jaringan tubuh dengan kebutuhan biologis spesifik (Supariasa,

2002). Sedangkan menurut NANDA (2007-2008), faktor yang dapat

menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi yaitu ketidakmampuan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi zat-zat gizi

berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat

disebabkan karena adanya anoreksia. Menurut Hidayat (2005) faktor penyakit

sistemik biologis baik sebagai infeksi, noninfeksi dan penyakit keganasan

sebagai faktor yang sering melandasi timbulnya anoreksia.

Angka kematian tertinggi di Indonesia adalah disebabkan oleh

penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu 26,3 %, penyakit infeksi

menempati urutan ke-2 yaitu 22,9%, diikuti penyakit pernapasan penyebab

ke-3 yaitu 12,7%. Penyakit infeksi disebabkan oleh mikroba (germ) yang

terdapat di alam bebas termasuk di tubuh manusia. Salah satu penyakit infeksi

yaitu meningoensefalitis (Widagdo, 2011).

Infeksi akut sistem saraf sentral merupakan penyebab demam yang

paling sering yang disertai dengan tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit

sistem saraf sentral pada anak. Infeksi sebenarnya dapat disebabkan oleh

mikroba apapun, pathogen spesifik yang dipengaruhi oleh umur dan status

imun hospes dan epidemiologi pathogen (Nelson, 2010).

Penyebaran infeksi secara anatomis dapat difus atau setempat.

Meningitis dan ensefalitis merupakan contoh infeksi difus. Meningitis

menunjukkan secara tidak langsung keterlibatan primer meningen, sedang

ensefalitis menunjukkan keterlibatan parenkim otak. Karena batas anatomi

sering tidak jelas, banyak penderita mempunyai bukti keterlibatan meningen

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
maupun parenkim dan harus dipikirkan menderita meningoensefalitis. Abses

otak adalah contoh terbaik infeksi SSS setempat. Ungkapan neurologis

infeksi ini ditentukan oleh tempat dan luasnya abses (Nelson, 2010). Menurut

Nelson (2010), meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput

yang menutupi otak dan medulla spinalis). Encephalitis adalah infeksi virus

pada otak (Elizabeth, 2009). Jadi dapat disimpulkan meningoencephalitis

adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan otak.

WHO (2005) melaporkan adanya 7.078 kasus meningitis yang

disebabkan oleh bakteri terjadi di Niamey – Nigeria pada tahun 1991 – 1996

dengan penyebab Neisseria Meningitidis (57,7%), Streptococcus Pneumoniae

(13,2%) dan Haemophilus influenzae (9,5%).

Menurut WHO, pada tahun 2005 terjadi 111 kasus meningitis di

Delhi-India dengan 15 kematian (CFR=13,5%). Data Southeast Asian

Medical Information Center (SEAMIC) Health Statistic (2002) melaporkan

bahwa pada tahun 2000 di Malaysia terdapat 206 kematian karena meningitis

dengan Cause Spesific Death Rate (CSDR) 9,3 per 1000.000 penduduk. Di

Thailand pada tahun 2000 terdapat 2.161 kematian dengan CSDR 35 per

1000.000 penduduk. Di Indonesia pada tahun 2000 dan 2001 terdapat

masing-masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian dengan CSDR 9,4 dan 8 per

1000.000 penduduk. Tahun 1997 di Indonesia, khususnya Jakarta, meningitis

purulenta merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan pada bayi dan

anak-anak yaitu pada umur 2 bulan – 2 tahun dengan mortalitas 47,8%.

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Angka kejadian meningoensefalitis selama 6 bulan terakhir di RSUD

Banyumas, tercatat di ruang rawat inap anak Kanthil, kasus balita dan anak

penderita meningoensefalitis dalam bulan Desember 2012 sampai dengan

Mei 2013 mencapai 1,13%, dengan jumlah 9 balita atau anak dari total 793

balita atau anak yang di rawat.

Berdasarkan permasalahan diatas dapat diambil garis besar bahwa

kesehatan pada anak memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mencoba menelaah dan membahas lebih lanjut mengenai

permasalahan yang terjadi dengan judul “Ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh pada An. N dengan meningoensefalitis di Ruang

Kanthil RSUD Banyumas”.

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan hasil kelolaan penulis pada “Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pada An. N

dengan Meningoencepalitistis akut di Ruang Kanthil RSUD Banyumas”.

2. Tujuan Khusus

a. Menggali informasi pasien melalui pengkajian secara komprehensif.

b. Mengkaji riwayat kesehatan pasien secara komprehensif khususnya

pada pasien dengan Meningoencepalitis.

c. Merumuskan masalah keperawatan sesuai pengelompokkan data yang

diperoleh pada kasus Meningoencepalitis.

d. Membuat rencana tindakan untuk mengatasi masalah keperawatan

dengan Menigoencepalitis.

e. Melakukan implementasi sesuai rencana tindakan yang sudah

direncanakan dan melakukan evaluasi akhir.

f. Membahas kesenjangan antara teori dan kondisi nyata kasus yang

dilaporkan tentang risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada kasus meningoencepalitis.

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
C. Manfaat Penulisan

Hasil laporan kasus ini penulis berharap dapat memberikan manfaat :

1. Bagi peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan

di Perguruan Tinggi dengan melakukan asuhan keperawatan anak pada

kasus meningoensefalitis dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh secara tepat dan komprehensif.

2. Bagi perawat

Praktis dalam keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam

pengelolaan kasus Meningoencepalitis dengan prioritas masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu juga

bisa menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam

pengelolaan kasus yang bersangkutan

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan keperawatan, memberikan

referensi asuhan keperawatan dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh pada anak dengan meningoensefalitis secara

tepat dan komprehensif.

4. Bagi mahasiswa

Memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tetang

pasien-pasien dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada anak dengan meningoensefalitis dan diharapkan

dapat meningkatkan kemampuan untuk merawat pasien dengan masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh secara

komperhensif dan tepat.

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang..., PIPIT ERLIN KUSLECHA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Anda mungkin juga menyukai