Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil
yaitu dalam skala micrometer atau micron (µ) atau sepersejuta meter dan tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroalga adalah organisme tumbuhan paling
primitif berukuran seluler yang umumnya dikenal dengan sebutan nama
fitoplankton (Geo. F. Brooks, 2007). Kapang adalah sekelompok mikroba yang
tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium) (Nasrul,
2009). Khamir merupakan fungi uniseluler dan kebanyakan dari mereka termasuk
dalam divisio Ascomycotina. Sel khamir dapat berbentuk bola, oval atau silindris
dengan ukuran diameter bervariasi antara 3-5 μm (Barnett, J.A. dkk, 2000).
Mikroorganisme memiliki banyak jenis yang ada di alam dimana memiliki
bentuk morfologi, struktur, dan sifat-sifat yang khas dan berbeda-beda. Mikro
organisme dapat berdampak buruk ataupun dapat memberikan jasa (berdampak
baik) bagi manusia. Pentingnya pengetahuan untuk mengidentifikasi berbagai
mikroorganisme yang baik atau pathogen.
Selama pengamatan praktikum ini praktikan mengamati morfologi mikroalga
dan mengidentifikasi mikroalga yang terdapat dalam sampel air kolam. Selain itu,
untuk membedakan sel khamir yang hidup atau mati, dilakukan dengan
menggunakan metode pengecatan methylene blue, sedangkan pengamatan
morfologi kapang juga dilakukan dengan menggunakan metode pengecatan
lactophenol cotton blue,

B. Tujuan
1.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Mikroalga adalah organisme tumbuhan paling primitif berukuran seluler


yang umumnya dikenal dengan sebutan nama fitoplankton (Geo. F. Brooks, 2007).
Mikroalga dapat digolongkan ke dalam tumbuhan karena memiliki mekannisme
fotosintesis yang mirip. Mikro alga dan tumbuhan memiliki perbedaan struktur
dimana struktur mikroalga yang lebih sederhana (tidak memiliki akar, batang, dan
daun) dan tempat tinggal mikroalga yang di air, sehingga mempermudah mereka
dalam mengakses air, karbondioksida dan nutrient lainnya (Lay, W.B. ,1994).
Mikro alga menjadi penyumbang Oksigen 46% untuk manusia dan mikro
alga menjadi makanan utama hewan Crustacea atau pun hewan-hewan kecil.
Semua organisme eukariot fotosintetik yang termasuk dalam Protista adalah
Subkingdom alga. Alga adalah organisme uniseluler yang berkoloni, biasanya
bagian yang belum mengalami diferensiasi disebut talus. Alga juga memiliki
klorofil dan dapat melakukan fotosintesis untuk mengubah karbondioksida dan air
menjadi karbohidrat serta produk seluler lainnya, yang dilepaskan melalui oksigen.
Alga terdiri dari organisme multiseluler makroskopik dan mikroskopik (Bisen dkk.,
2012).
Menurut Bellinger dan Sigee (2015), alga yang hidup di air tawar
dibedakan berdasarkan divisinya antara lain:
1. Chrysophyta memiliki warna coklat kekuningan. Morfologi dari mikroalga
chrysophyta yaitu mikroskopik dan uniseluler atau colonial dan sebagian dari
spesies ini berflagela,
2. Euglenophyta memiliki warna yang sangat bervariasi. Morfologi dari
mikroalga euglenophyta adalah mikroskopik dan uniseluler. Mayoritas dari
mereka memiliki flagella.
3. Phaeophyta, berwarna coklat. Morfologi dari mikroalga phaeophyta yaitu
memiliki bantalan multiseluler serta crustose dan divisi ini tidak dapat bergerak
(non motile).
4. Chlorophyta memiliki warna hijau. Morfologi dari mikroalga chlorophyta
yaitu tampak (visible) dan umumnya uniseluler lalu berkoloni dan berflagela.
5. Rhodophyta memiliki warna merah. Morfologi dari mikroalga rhodophyta
yaitu tampak dan uniseluler atau kolonial. Divisi tidak memiliki system
pergerakan.
6. Cryptophyta memiliki warna yang bervariasi. Morfologi dari mikroalga
cryptophyta adalah mikroskopik dan uniseluler. Mayoritas dari divisi ini
memiliki flagela.
Berdasarkan praktikum ini beberapa genus mikro alga yang di dapat menurut
teori, sebagai berikut:
Gambar algae Keterangan
 Menurut Algaebase (2018), Elakatothrix
Viridis Termasuk dari Filum Charophyta,
Kelas Klebsormidiophyceae, ordo
Klebsormidiales family Elakatotrichaceae,
Gambar.1 Elakatothrix Genus Elakatothrix. Memiliki warna hijau
Viridis dan bentuk mengerucut di kedua sisi (tidak
(Algaebase,2018) memilik flagella dan tidak dapat bergerak)
 Menurut Algabase (2018), Temasuk dalam
Filum Chlorophyta, Kelas
Trebouxiophyceae, Ordo Chlorellales
Famili Chlorellaceae. Memiliki warna hijau
Gambar 2. berkoloni dan koloni berbentuk bulat atau
Dictyosphaerium sp tidak teratur. Bentuk sel bulat.
(algaebase,2018)
 Menurut Algabase (2018),
Filum Chlorophyta, kelas Chlorophyceae,
ordo Sphaeropleales,
famili Scenedesmaceae,Genus Scenedesmus.
Berwarna hijau, scenedesmus itu sendiri
sebagian anggota memiliki flagel dapat
Gambar 3. bergerak sedikit, bentuk flagel isokontae,
Scenedesmus jumlah dan letak sangat bervariasi (apikal,
quadricauda subapikal, lateral).
(Algaebase,2018)
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.

Menurut Nasrul. (2009), Kapang adalah sekelompok mikroba yang


tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang
memiliki ciri-ciri seperri mikroorganisme yang nonfotosintetik (tidak
berfotosintesis), mikroorganisme aerobik, memiliki cabang, mikroorganisme bersel
tunggal, memiliki filamen. Kapang memiliki lingkup hidup yang memiliki pH asam,
rendah nitrogen dan kadar air rendah. Menurut Benson (2001), Struktur Kapang
memiliki hifa dan miselium. filamen mikroskopik dari kapang disebut dengan hifa,
ada yang bersepta dan asepta. Hifa bersepta mempunyai bukaan pada tengah yang
memungkinkan adanya aliran sitoplasma dari satu kompartmen ke kompartmen
lainnya. Massa hifa yang saling berhubungan disebut dengan miselium.
Ganjar, I. dkk .(1999), Kapang jenis Rhizopus sp termasuk dalam
kelompok fungi Zygomycetes. Rhizopus adalah fungi saprofit dan banyak
ditemukan pada materi organik yang mengalami pembusukkan. Rhizopus sp
memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya
adalah hifa tidak bersepta dan sporangiofor tumbuh ke arah atas dan mengandung
ratusan spora. Menurut Susilowati dan Listyawati (2001), Mucor merupakan bagian
dari kelas Zygomycetes dan famili Mucoraceae. Morfologi dari koloni Mucor
memiliki ciri hifa seperti benang putih, bagian tertentu tampak sporangium dan
sporangiofor berupa titik-titik hitam seperti jarum pentul. Ciri mikroskopis dari
Mucor yang dapat diamati adalah hifa tanpa sekat dan terdapat sporangium dan
kolumela. Menurut Rachman Saadah D. dkk. (2016), Penicillium termasuk dalam
kelas Eurotiomycetes. Habitat dari Penicillium adalah daerah suhu rendah.Struktur
dari Penicillium mempunyai miselium yang dapat menembus substrat dan
menghasilkan hifa muda dan berkembang menjadi konidiofor.
Menurut Hafsari dan Asterina (2013), Kapang Aspergillus adalah
kelompok kapang filum Ascomycota dimana memiliki ciri struktur konidia
berbentuk bulat. filiad melekat pada bagian ujung konidiofor yang mengalami
pembengkakan. Filiad dapat melekat langsung pada vesikel (tipe sterigmata
uniseriat) atau melekat pada struktur metula (tipe sterigmata biseriat). Miselium
semula berwarna putih kemudia akan bersporangium menjadi warna coklat
kekuningan, hijau, atau kehitaman.
Menurut Herliyana, (2009), Kapang Monilia termasuk dalam golongan
Deuteromycetes. Miseliumnya berwarna putih atau abu-abu dibentuk dari hifa
bersepta. Konidia (spora aseksual) berwarna merah jambu, abu-abu, bersel satu,
dan akropetal. Menurut Aneja (2005), metode pengecatan kapang menggunakan
lactophenol cotton blue. Lactophenol cotton blue akan mewarnai sitoplasma dari
fungi dan memberikan warna biru. Lactophenol cotton blue memiliki komposisi
Fenol (pembunuh fungi). Lactat acid (clearing agent).Cotton blue, pewarna
sitoplasma fungi (biru) . Gliserin, berfungsi dalam mempertahankan pewarna.
Menurut Barnett J.A. dkk, (2000). Khamir merupakan fungi uniseluler dan
kebanyakan dari mereka termasuk dalam divisio Ascomycotina. Sel khamir dapat
berbentuk bola, oval atau silindris dengan ukuran diameter bervariasi antara 3-5
μm. Khamir memiliki manfaat yang besar sebagai agen fermentasi, dapat memberi
perubahan dalam rasa, aroma, maupun tekstur ada produk pangan. Selain itu,
khamir juga dapat digunakan dalam menentukan kecepatan dan arah proses
degradasi senyawa organik di dalam tanah, kosmetik, pembuatan makanan ternak,
dan antibiotik (Kanti, 2004).
Menurut Jumiyati dkk. (2012), Jenis Khamir Saccharomyces ini merupakan
termasuk dalam klasifikasi filum Ascomycota, kelas Saccharomycetes, ordo
Saccharomycetales, famili Saccharomycetaceae. Sel khamir dapat berbentuk bola,
oval atau silindris dengan ukuran diameter bervariasi antara 3-5 μm (Barnett J.A.
dkk ,2000).

Menurut Sediaoetama, A. D. 1989 Faktor - faktor yang mempengaruhi


pertumbuhan mikroorganisme khamir adalah:
1. Kandungan nutrisi dalam substrat
2. pH 4 – 4,5, tidak baik pada kondisi alkali
3. Suhu optimum (25 – 300C) maksimum (35 – 470C)
4. Oksigen (aerob), dapat tumbuh anaerob tetapi lambat.
5. Komponen penghambat seperti adanya parasite dan senyawa penghambat
khamir
Metode pewarnaan yang biasanya di gunakan berbeda dengan metode
pewarnaan kapang. Menurut Jay (2006), Metode yang di gunakan untuk
mewarnakan khamir adalah methylene blue. Metheylene blue di gunakan untuk
membedakan sel mati dan hidup .Metheylene blue menjadi tidak berwarna dengan
kehadiran enzim aktif, oleh karena itu, sel khamir yang hidup akan tampak
transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaan enzim aktif, metheylene blue akan tetap
berwarna biru.
III. METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah jarum ose, mikroskop
trinokuler, mikroskop, kaca preparat, sedgewick retter, pipet tetes dan lapu
spiritus. Bahan yang digunakan pada paktikum ini adalah biakan kapang,
kamir dan sampel air kolam, aquadest, alcohol, larutan LBC dan larutan MB.
B. Cara kerja
A. Mikro Alga
Pertama-tama sedgewick ratter disisapkan terlebih dahulu diisi dengan
air kolam ikan hingga penuh yang di tuang pada redgewick ratter. Kemudian
redgewick ditaruh di bawah lensa mikroskop trinokuler, kemudia preparat
tersebut diamati dan diidentifikasi.
B. Kapang
Kaca preparat disemprot oleh alcohol 70% kemudian dipanaskan diatas
lampu spiritus hingga kering. Gelas preparat diteteskan dengan akuadest
sebanyak 1 tetes dan ditaruh terlebih dahulu. Jarum ose dipanaskan dan
didiamkan sampaidingin. Kemdian, jarum ose dimasukan ke dalam medium
yang terkontaminasi (kapang). Kapang di ambil kemudian di spread
padagelas preparat dan dipanaskan di atas lampu spiritus. Lalu di teteskan
LCB dan didiamkan trlebih dahulu, dibersihkan dengan akuadest dan
dikeringkan dan di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x45.
C. Khamir
Kaca preparat disemprot oleh alcohol 70% kemudian dipanaskan di atas
lampu spiritus hingga kering. Gelas preparat ditetekan dengan akuades
debanyak 1kali danditaruh terlebih dahulu. Jarum ose dipanaskna dengan
spiritus dan didiamkan sampadingin. Kemudian, jarum ose dimasukan ke
dalam tabung teaksi biakan dan diambil khamir yang ada pada lingkaran
jarum ose di spread pada kaca preparat dan dipanaskan diatas lampu spiritus
dan ditetesi dengan MB dan didiamkan terlebih dahulu, dibersihkan dengan
akuades dan dikeringkan. Diamati di bawah mikroskop perbesaran 10x45.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Mikro Alga
B. Kapang

Menurut Nasrul. (2009), Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong


dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang memiliki ciri-
ciri seperri mikroorganisme yang nonfotosintetik (tidak berfotosintesis),
mikroorganisme aerobik, memiliki cabang, mikroorganisme bersel tunggal,
memiliki filamen. Kapang memiliki lingkup hidup yang memiliki pH asam, rendah
nitrogen dan kadar air rendah. Menurut Benson (2001), Struktur Kapang memiliki
hifa dan miselium. filamen mikroskopik dari kapang disebut dengan hifa, ada yang
bersepta dan asepta. Hifa bersepta mempunyai bukaan pada tengah yang
memungkinkan adanya aliran sitoplasma dari satu kompartmen ke kompartmen
lainnya. Massa hifa yang saling berhubungan disebut dengan miselium.
Untuk melakukan pengamatan beberapa jenis kapang pertama-tama hal yang
dilakukan sterilisasi kaca preparat dimana kaca preparat disemprot oleh alcohol
70% kemudian dipanaskan diatas lampu spiritus hingga kering. Gelas preparat
diteteskan dengan akuadest sebanyak 1 tetes dan ditaruh terlebih dahulu. Jarum ose
dipanaskan dan didiamkan sampaidingin. Kemdian, jarum ose dimasukan ke dalam
medium yang terkontaminasi (kapang). Kapang di ambil kemudian di spread
padagelas preparat dan dipanaskan di atas lampu spiritus. Lalu di teteskan LCB dan
didiamkan trlebih dahulu, dibersihkan dengan akuadest dan dikeringkan dan di
amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x45. Diamati mofologi dari
berbagai jenis kapang yang diamati.
Adapun fungsi perlakuan yang di lakukan seperti penyemprotan dengan
alcohol untuk mensterilisasi, difiksasi dan di beri akuades untuk memudakan
kapang menempel pada gelas benda, jarum ose dan mulut tabung reaksi untuk
menjaga agar tidak terjadi kontaminasi saat biakan di ambil dari medium, jarum
dipijar dan didinginkan agar biakan tidak mati terkena panas langsung, pemanasan
untuk mengeringkan danmemastikan kembali kapang menempel pada gelas benda
pewarnaan dengan LCB sebagai pemberi warna biru kepada kapang yang di amati,
pendiaman sampel dengan larutan LCB agar warna meresap dan pencucian
aquadest untuk mengilangkan warna yang ridak mewarnai sel sehingga terjadi
kontras yang baik pada bayangan dari mikroskop dan bagian sel muda diamati.

Gambar1. Kapang Rhizopus sp (Dokumentasi pribadi,2018)

Kapang jenis Rhizopus sp termasuk dalam kelompok fungi Zygomycetes.


Kapang yang diamati pertama adalah jenis Rhizopus sp dengan perbesaran 10x45
terdapat Nomer (1) sporangiofor, nomer (2) terdapat sporangium dan nomer (3)
merupakan hifa tidak bersepta. hasil dari pemangamatn ini berkaitan dengan teori
dimana terdapat hifa tidak bersepta dan sporangiofor tumbuh ke arah atas dan
mengandung ratusan spora pada Rhizopus sp (Ganjar, I. dkk ,1999).
1

Gambar 2. Kapang Mucor Perbesaran 10x45 (Dokumentasi pribadi,2018).

Mucor merupakan bagian dari kelas Zygomycetes dan famili Mucoraceae


Kapang yang di amati kedua adalah mucor dimana pada perbesaran 10x45 terlihat
adalah nomer (1) hifa yang tidak memiliki septa, nomer (2) sporangium dan nomer
(3) sporangiofor hai ini berkaitan dengan teori dimana Ciri dari Mucor adalah hifa
tidak bersepta dan sporangiofor tumbuh ke arah atas dan mengandung ratusan spora
lalu, Mucor yang dapat diamati adalah hifa tanpa sekat dan terdapat sporangium
dan kolumela (Susilowati dan Listyawati, 2001).

Gambar 3. Kapang Penicillium (Dokumentasi pribadi,2018)

Penicillium termasuk dalam kelas Eurotiomycetes. Habitat dari


Penicillium adalah daerah suhu rendah. Kapang yang di amati Ketiga adalah
Penicillium sp dimana pada perbesaran 10x45 terlihat adalah Nomer (1) Konidiofor
dan nomer 2 (hifa) hal ini berkaitan dengan teori dimana Struktur dari Penicillium
mempunyai miselium yang dapat menembus substrat dan menghasilkan hifa muda
dan berkembang menjadi konidiofor (Rachman Saadah D. dkk. ,2016).
Gambar 4. Kapang Aspergillus (Dokumentasi pribadi,2018)
Kapang Aspergillus adalah kelompok kapang filum Ascomycota. Kapang
yang di amati Keempat adalah Aspergillus dimana pada perbesaran 10x45 terlihat
adalah
Hasil dari pemangamatan ini berkaitan dengan teori dimana Aspergillus
memiliki ciri struktur konidia berbentuk bulat. filiad melekat pada bagian ujung
konidiofor yang mengalami pembengkakan. Filiad dapat melekat langsung pada
vesikel (tipe sterigmata uniseriat) atau melekat pada struktur metula (tipe sterigmata
biseriat). Miselium semula berwarna putih kemudia akan bersporangium menjadi
warna coklat kekuningan, hijau, atau kehitaman (Hafsari dan Asterina, 2013).

Gambar 5. Kapang Monilia (Dokumentasi pribadi, 2018)


Kapang Monilia termasuk dalam golongan Deuteromycetes. Kapang yang
di amati Kelima adalah Monilia dimana pada perbesaran 10x45 terlihat adalah
Miseliumnya berwarna putih atau abu-abu dibentuk dari hifa bersepta. Konidia
(spora aseksual) berwarna merah jambu, abu-abu, bersel satu, dan akropetal
(Herliyana, 2009).
Metode pengecatan kapang pada saat praktikum menggunakan
lactophenol cotton blue. Lactophenol cotton blue akan mewarnai sitoplasma dari
fungi dan memberikan warna biru. Lactophenol cotton blue memiliki komposisi
Fenol (pembunuh fungi). Lactat acid (clearing agent).Cotton blue, pewarna
sitoplasma fungi (biru). Gliserin, berfungsi dalam mempertahankan pewarna
(Aneja, 2005).
C. Khamir
Menurut Barnett J.A. dkk, (2000). Khamir merupakan fungi uniseluler dan
kebanyakan dari mereka termasuk dalam divisio Ascomycotina. Sel khamir dapat
berbentuk bola, oval atau silindris dengan ukuran diameter bervariasi antara 3-5
μm. Khamir memiliki manfaat yang besar sebagai agen fermentasi, dapat memberi
perubahan dalam rasa, aroma, maupun tekstur ada produk pangan. Selain itu,
khamir juga dapat digunakan dalam menentukan kecepatan dan arah proses
degradasi senyawa organik di dalam tanah, kosmetik, pembuatan makanan ternak,
dan antibiotik (Kanti, 2004).
Menurut Jumiyati dkk. (2012), Jenis Khamir Saccharomyces ini merupakan
termasuk dalam klasifikasi filum Ascomycota, kelas Saccharomycetes, ordo
Saccharomycetales, famili Saccharomycetaceae. Sel khamir dapat berbentuk bola,
oval atau silindris dengan ukuran diameter bervariasi antara 3-5 μm (Barnett J.A.
dkk ,2000).
Untuk melakukan pengamatan morfologi khamir Saccharomyces cerevisiae
Pertama-tama, kaca preparat disemprot oleh alcohol 70% kemudiandi sterilisasi
dengan lampu spiritus. Gelas preparat ditetekan dengan akuades debanyak 1 kali
dan ditaruh terlebih dahulu. Jarum ose dipanaskna dengan spiritus dan didiamkan
sampadingin. Kemudian, jarum ose dimasukan ke dalam tabung teaksi biakan dan
diambil khamir yang ada pada lingkaran jarum ose di spread pada kaca preparat
dan dipanaskan diatas lampu spiritus dan ditetesi dengan MB dan didiamkan
terlebih dahulu, dibersihkan dengan akuades dan dikeringkan. Diamati bentuk dari
khamir Saccharomyces cerevisiae di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x45.

1
Gambar. Saccharomyces cerevisiae perbesaran 10x45 (Dokumentasi
Pribadi,2018)
Khamir yang di gunakan pada praktikum mikroorganisme adalah
Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae merupakan jenis khamir
yang diamati morfologi sel. Digunakan perbesaran 10x45 untuk melihat morfologi
selnya. Pada pengamatan morfologi sel Saccharomyces cerevisiae terlihat bentuk
dari selnya bulat-bulat. Bentuk dari morfologi sel pada pengamatan sesuai dengan
teori Barnett J.A. dkk ,(2000) yang mengatakan bahwa Sel khamir dapat berbentuk
bola, oval atau silindris dengan ukuran diameter bervariasi antara 3-5 μm ().
Metode pewarnaan khamir adalah methylene blue. Menurut Jay (2006),
Metheylene blue di gunakan untuk membedakan sel mati dan hidup .Pada Gambar.
Saccharomyces cerevisiae didapatkan nomer 1 adalah sel mati yang berwarna biru
dan nomer 2 adalah sel hidup yang berwarnatrasparan hal ini berkaitan dengan teori
(Jay ,2006), yang mengatakan Metheylene blue menjadi tidak berwarna dengan
kehadiran enzim aktif, oleh karena itu, sel khamir yang hidup akan tampak
transparan. Sebaliknya, dengan ketiadaan enzim aktif, metheylene blue akan tetap
berwarna biru.

.
DAFTAR PUSTAKA

Algaebase.2018.Elakatothrix Viridis.
http://www.algaebase.org/search/species/detail/?species_id=gb
09e6dcd5b90abdc. Diakses tanggal 25 februari 2018
Algaebase.2018. Dictyosphaerium sp.
http://www.algaebase.org/search/genus/detail/?genus_id=P074
94f7b3b062eec. Diakses tanggal 25 februari 2018
Algaebase.2018. Scenedesmus quadricauda.
http://www.algaebase.org/search/species/detail/?species_id=B8
b3965089b6ba8c0 . Diakses tanggal 25 februari 2018
Barnett, J.A., Payne R.W. dan Yorrow D. 2000. Yeasts: Characteristics and
identification. Cambrige University Pess. England.
Ganjar, I., A. Samson, R., Karin, V.T.,Oetari, A., dan Santoso, I.
1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor
Indonesia.Jakarta
Geo. F. Brooks, Karen C. Carroll, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, Timothy
A. Mietzner Jawetz, Melnick, & Adelberg's. 2007. Medical
Microbiology, 25 th edition, The McGraw-Hill Companies. New York.
Lay, W.B. 1994. Analisis Mikrobia di Laboratorium. Raja Grafindo Perkasa,
Jakarta.
Nasrul & Maimun T. 2009. Pengaruh Penambahan Jamur Pelapuk Putih
(White Rot Fungi) pada Proses Pengomposan Tandan Kosong Kelapa
Sawit. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan 7( 4): 1-9
Rachman Saadah D., Safari A.,Fazli, Kamara S.D., Sidik A., Udin Z. L.,dan
Ishmayana S. .(2016). Produksi Penisilin Oleh Penicillium
Chrysogenum L112 Dengan Variasi Kecepatan Agitasi Pada
Fermentor 1L. Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(2):1-6.
Sediaoetama, A. D. 1989. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 2.
Dian Rakyat, Jakarta

tipus

Ambarwati. 2014. Identifikasi Fitoplankton dari Perairan Waduk Nadra Krenceng


Kota Cilegon Banten. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(4): 203-291.

Andayani, P., Wardani, A. K., dan Murtini, E. S. 2008. Isolasi dan identifikasi
mikrob dari tempe sorgum coklat (Sorgum bicolor) serta potensinya dalam
mendegradasi pati dan protein. Jurnal Teknologi Pertanian 9 (2): 95-105.

Aneja, K. R. 2005. Experiments in Microbiology, Plant Pathology, and


Biotechnology, Forth Edition. New Age International Limited Publisher,
New Delhi.

Barsanti, L. dan Gualtieri, P. 2014. Algae: Anatomy, Biochemistry, and


Biotechnology, Second Edition. Taylor & Francis Group, Boca Raton.

Batt, C. A. dan Tortorello, M. L. 2014. Encyclopedia of Food Microbiology.


Elsevier, San Diego.

Bellinger, E. G. dan Sigee, D. C. 2015. Freshwater Algae: Identification,


Enumeration, and Use as Bioindicators. John Wiley & Sons, New York.
Benson. 2001. Microbiological Applications, Laboratory Manual in General
Microbiology. McGraw-Hill Companies, New York.

Bisen, P. S., Debnath, M., dan Prasad, G. B. K. S. 2012. Microbes Concept and
Applications. John Wiley & Sons, New York.

Campbell, N. A., Reece, J. B., dan Mitchell, L. G. 2003. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Cole, G. A. dan Weihe, P. E. 2016. Textbook of Limnology, Fifth Edition. Waveland


Press, Illinois.

Demirbas, A. dan Demirbas, M. F. 2010. Algae Energy: Algae as A New Source of


Biodiesel. Springer, Switzerland.

Erkurt, H. A. 2013. Biodegradation of Azo Dyes. Springer, Switzerland.

Fugelsang, K. C. dan Edwards, C. G. 2007. Wine Microbiology: Practical


Applications and Procedures. Springer, Switzerland.

Hafsari, A. R. dan Asterina, I. 2013. Isolasi dan identifikasi kapang endofit dari
tanaman obat surian (Toona sinensis). Jurnal Istek 7 (2): 175-191.

Herliyana, E.N. 2009. Identifikasi jamur Mold dan Blue Strain pada rotan. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): 21-26.

Jay, J. 2006. Modern Food Microbiology, Sixth Edition. Aspen Publisher, Maryland.

Jenie, B. S. L. dan Rahayu, W. P. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.


Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Jumiyati, Bintari, S. H. dan Mubarok, I. 2012. Isolasi dan identifikasi khamir secara
morfologi di tanah kebun wisata pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Jurnal Biosaintifika 4 (1): 27-35.

Kanti, A. 2004. Identifikasi jenis khamir yang diisolasi dari Tanah Gambut Taman
Nasional Bukit Duabelas, Jambi. Jurnal Biosmart 6 (1): 10-14.

Kim, Y. J. dan Kim, H. S. 2012. Algal Flora of Korea. National Institute of


Biological Resources, Incheon.

Kudo, R. 1931. Handbook of Protozoology. Baltimore Publisher, Maryland.

Nakada, T., Soga, T., dan Tomita, M. 2010. Phylogenetic position of a rare loricated
green alga, Cephalomonas granulata N. L. Higinb. (Volvocales,
Chlorophyceae). Journal of Phycological Research 58: 62-68.

Necchi, O. 2016. River Algae. Springer, Switzerland.


Prakashan, N. 2008. Basic Microbiology: Nursing and Health Science. Rachana
Enterprises, Gultekadi.

Sandgren, C. D. 1998. Growth and Reproductive Strategies of Freshwater


Phytoplankton. Cambridge University Press, New York.

Seviour, R. J. dan Blackall, L. L. 1999. The Microbiology of Activated Sludge.


Springer, Switzerland.

Susilowati, A. dan Listyawati, S. 2001. Keanekaragaman jenis mikroorganisme


sumber kontaminasi kultur In vitro di Sub-Lab Biologi Laboratorium MIPA
Pusat UNS. Jurnal Biodiversitas 2 (1): 110-114.

Volk, W.A dan Wheeler, M.F. 1992. Mikrobiologi Dasar. Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai