5969 1 9623 1 10 20130717
5969 1 9623 1 10 20130717
ABSTRAK
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.), dikenal masyarakat sebagai tanaman yang dimanfaatkan untuk teh
dan berpotensi sebagai pewarna alami. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui laju degradasi
antosianin akibat pengaruh pemanasan dengan variasi suhu terhadap konsentrasi total dan kestabilan warna senyawa
antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L), (2) untuk mengetahui kestabilan antosianin akibat
pengaruh pH terhadap konsentrasi total senyawa antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L).
Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi sampel dengan pelarut asam sitrat 2%. Ekstrak pekat yang
diperoleh digunakan untuk uji stabilitas warna terhadap suhu pemanasan dan pH selama proses penyimpanan selama
± 30 hari dan perubahan warna.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L)
mengalami penurunan konsentrasi pada suhu 80°C. Laju degradasi konsentrasi antosianin adalah mengikuti
persamaan r = 0,014T – 1,169 dengan nilai konsentrasi terendah 32,916 mg/L.
ABSTRACT
Recently, Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) has been used for tea. Based on this background, research was
conducted with the aims: (1) To determine the rate of anthocyanin degradation heating of the roselle calyx extract
(Hibiscus sabdariffa L.), (2) To determine the effects of changes during storage on the stability and total
concentration of anthicyanin.
This research was conducted by extracting the sample with 2% citric acid. Concentrated extract was used to
test the stability upon heating temperature, pH during the storage process for ± 30 days.
The results of this study indicate that extracts of roselle calyx (Hibiscus sabdariffa L.) experienced a
decrease in concentration at 80°C. The anthocyanin degradation rate followed the equation of r = 0.014T – 1.169
with the lowest concentration of 32.916 mg / L.
138
ISSN 1907-9850
139
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147
Pengukuran total konsentrasi antosianin color reader. Data absorbansi yang diperoleh
ekstrak kelopak bunga rosella diambil dari selanjutnya dikonversi mengikuti rumus berikut,
sampel larutan hasil ekstraksi 50 g rosella dalam
500 mL pelarut dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis pada rentang panjang
gelombang 500-700 nm.
Disiapkan 2 sampel larutan, larutan Hasil total konsentrasi terendah pada
pertama adalah larutan untuk pH 1,0 salah satu suhu tersebut (30-80oC), selanjutnya
menggunakan buffer KCl dan larutan kedua diulangi dengan variasi lama pemanasan
untuk pH 4.5 menggunakan buffer Na-Asetat. kelipatan 5 menit selama 30 menit mulai dari 0
Diambil masing-masing 1 mL ekstrak kelopak menit. Selanjutnya, diukur absorbansi dan
bunga rosella dan diencerkan menggunakan dikonversi menjadi konsentrasi. Untuk
larutan buffer masing-masing sampai volume 10 mengetahui laju degradasi antosianin, maka
mL (Faktor pengenceran = 10). Sampel hasil dilakukan perhitungan dengan dicoba pada 3
pengenceran masing-masing dilakukan tingkatan orde, yaitu orde 0, 1, dan 2.
pengukuran absorbansi pada panjang gelombang
500-700 nm dan 700 nm. Untuk menentukan Uji Stabilitas Terhadap Perlakuan Buffer pH
nilai absorbansinya menggunakan persamaan (Nugrahan, 2007)
berikut: Proses pelaksanaan uji stabilitas
terhadap buffer pH sebagai berikut, mula-mula
A = (Aλ vis max – A 700) pH 1,0 – (Aλ vis max – A 700) pH 4,5 disiapkan ekstrak hasil maserasi. Disiapkan
larutan buffer dengan pH yang bervariasi, yaitu
dan untuk menentukan total konsentrasinya pH 1 sampai 7. Masing-masing diambil
dapat menggunakan persamaan berikut: sebanyak 10 mL, dimasukkan dalam tabung
reaksi dan ditutup dengan aluminium foil.
Ekstrak antosianin sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam tujuh tabung reaksi yang
telah berisi larutan buffer, ditutup dengan
alumunium foil dan dikocok-kocok hingga
Uji Stabilitas Terhadap Suhu Pemanasan benar-benar homogen. Ketujuh tabung reaksi
(Nugrahan, 2007) tersebut disimpan pada suhu ruang ± 27oC kedap
Mula-mula diambil 5 mL ekstrak hasil cahaya.
maserasi dan diencerkan dengan aquades dalam Penentuan total antosianin dilakukan
labu ukur 250 mL hingga tanda batas. Hasil dengan cara pengukuran absorbansi, diambil
pengenceran diambil 10 mL dan dimasukkan masing-masing ± 5 mL ektrak kelopak rosella.
dalam tiga tabung reaksi, masing –masing Sampel hasil pengenceran masing-masing
dengan volume yang sama yaitu 10 mL dan dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang
ditutup dengan alumunium foil. Proses gelombang maksimal dan 700 nm serta
pemanasan dilakukan dengan menggunakan dilakukan penentuan kecerahan warna dengan
waterbath pada suhu bervariasi yaitu 30, 40, 50, color reader. Kedua perlakuan tersebut
60, 70 dan 80oC dengan waktu pemanasan dilakukan setiap 3 hari, yaitu mulai hari ke-0
selama 30 menit dan dilakukan pengulangan sampai hari ke-30.
sebanyak tiga kali. Selanjutnya dilakukan
pengukuran absorbansi pada panjang gelombang Analisis Hasil
maksimal dan 700 nm dengan cara berikut, Analisa meliputi total konsentrasi
diambil masing-masing 1 mL sampel yang telah antosianin, pH, suhu dan intensitas cahaya. Data
dipanaskan dan diencerkan menggunakan larutan yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis
buffer yaitu, pH 1 dan pH 4,5 sampai volume 10 secara deskriptif menggunakan analisa statistik
mL (Faktor pengenceran = 50). Beriktnya rancangan acak lengkap satu arah (one way
dilakukan penentuan kecerahan warna dengan
140
ISSN 1907-9850
ANOVA) menggunakan aplikasi MINITAB 14 yang pecah sehingga pigmen antosianin yang
dan Microsoft Exel 2007. terekstrak semakin banyak.
Sebelum proses perendaman, hal yang
perlu dilakukan adalah mengukur pH untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN mengetahui kondisi pH pelarut sebelum dan pada
saat diinteraksikan dengan sampel rosella.
Preparasi Sampel Adapun nilai pH yang diperoleh dari hasil
Kelopak bunga rosella yang masih segar pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
disortasi dan dipisahkan dari bijinya. selanjutnya
dicuci dengan sedikit air untuk menghilangkan Tabel 1. Kondisi pH pelarut yang digunakan
kotoran dan ditiriskan. Sampel yang diinginkan sebelum dan saat ekstraksi
dalam penelitian ini adalah kelopak rosella yang pH
Volume Warna
kering. Selanjutnya dilakukan proses Ulangan
(mL) Ekstrak Sebelum Sesudah
pengeringan yaitu dioven selama kurang lebih 36
jam pada suhu 50oC untuk menghilangkan 1 250
Merah
2,24 2,51
sebagian kadar air yang terkandung dan hati pekat
diharapkan tidak merusak kandungan 2 250 Merah 2,24 2,48
senyawanya pada suhu tersebut.
Pengeringan dimaksudkan untuk Setelah pengocokan, sampel disaring
mengurangi kadar air, menghentikan reaksi dengan penyaring vakum, ekstrak yang
enzimatis, mencegah tumbuhnya jamur sehingga dihasilkan ditampung (ekstrak 1), sedangkan
dapat disimpan lebih lama dan tidak mudah residu hasil penyaringan dimaserasi/direndam
rusak serta komposisi kimianya tidak mengalami kembali dengan pelarut asam sitrat 2%. Ekstrak
perubahan. Kemudian dihaluskan menggunakan dari hasil maserasi pertama disentrifuge untuk
blender. mengendapkan partikel-partikel koloid dan
pengotor dengan kecepatan sentrifuge 2000 rpm
Ekstraksi Maserasi selama 10 menit. Hal serupa juga dilakukan pada
Ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi ekstrak hasil maserasi yang kedua, kemudian
maserasi, karena sampel yang digunakan tidak ekstrak 1 dan 2 digabung.
tahan panas dan pengerjaannya cukup sederhana.
Metode maserasi bertujuan untuk mengambil zat Uji Stabilitas Terhadap Pemanasan
atau senyawa aktif yang terdapat pada suatu Suhu memiliki peranan dan pengaruh
bahan menggunakan pelarut tertentu. Menurut yang sangat penting terhadap kestabilan
Rukmana (1997), dalam mengekstrak zat warna antosianin. Menurut Hendry dan Houghton
diperlukan metode yang sesuai dengan sifat (1996), suhu penyimpanan maupun suhu proses
bahan (sumber pigmen), agar dihasilkan pengolahan mempengaruhi degradasi antosianin.
rendemen dan stabilitas pigmen yang tinggi. Jadi, pada suhu pengolahan yang tinggi dan
Metode ini (maserasi) digunakan dengan selama penyimpanan akan menyebabkan
mempertimbangkan sifat senyawa (antosianin) degradasi antosianin.
yang relatif rentan terhadap panas sehingga Penetapan konsentrasi senyawa
dikhawatirkan akan merusak bahkan antosianin dilakukan dengan metode perbedaan
menghilangkan senyawa yang akan dianaliasa. pH (pH Differential) yaitu pH 1,0 dan pH 4,5.
Perbandingan jumlah sampel dan pelarut Penetapan konsentrasi antosianin dengan
pada proses maserasi sampel ini adalah 1 : 5, metode ini dikarenakan pada pH 1,0 antosianin
yaitu 50 g sampel dalam 250 mL pelarut asam membentuk senyawa oxonium (kation flavilium)
sitrat 2%. yang berwarna dan pada pH 4,5 berbentuk
Penggunaan asam sitrat sebagai pelarut karbinol/hemiketal tak berwarna (Giusti M. M.
karena kondisi pelarut yang semakin asam dapat and Wrolstad R. E., 2001). Kondisi inilah yang
menyebabkan banyaknya dinding sel vakuola akan dijadikan acuan untuk menentukan
absorbansi dengan menggunakan
141
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147
spektofotometer Uv-Vis dari masing-masing merah dibandingkan pH 4,5 yang kurang stabil
ekstrak yang dihasilkan. Perubahan warna pada dan hampir tidak berwarna.
antosianin dalam tingkatan pH tertentu Adapun struktur dan perubahan warna
disebabkan sifat antosianin yang memiliki pada antosianin karena perbedaan tingkatan pH
tingkat kestabilan yang berbeda. Misalnya, pada dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
pH 1,0 antosianin lebih stabil dan warna lebih
R1 R1
OH OH
HO O HO O
R2 -H+ R2
O gly O gly
O gly O gly
basa kuinoidal : biru kation flavilium (bentuk oksonium) :orange ke umgu
pH = 7 pH = 1
-H2O -H+
R1
OH
R1 OH
HO OH OH HO O
O gly R2
R2 O gly
O gly O O gly
Gambar 1. Struktur antosianin pada kondisi pH yang berbeda (Wrolstad dan Giusti, 2001)
142
ISSN 1907-9850
143
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147
Nilai R2 yang tertinggi merupakan orde yang Tabel 5. Perbandingan tingkatan orde dengan
sesuai dengan data konsentrasinya. nilai R2
Berdasarkan hasil penelitian, laju
degradasi penurunan total antosianin pada Orde R2
kelopak bunga rosella mengikuti orde reaksi 0 0,88
ke-1 dengan menggunakan persamaan 1 0,89
berikut. 2 0,899
3.50 3.49396
masing-masing buffer ternyata memberikan
intensitas warna ekstrak yang berbeda, seperti
pada Tabel 6.
3.45
0 5 10 15 20 25 30 Penetapan senyawa antosianin pada uji
waktu (menit)
stabilitas buffer ini dilakukan dengan mengukur
absorbansinya pada panjang gelombang
Gambar 4. Grafik uji kelinieran data maksimal dan panjang gelombang 700 nm.
konsentrasi dengan orde ke-1 Pengukuran pada daerah panjang gelombang
dilakukan karena aglikon pada antosianin (kation
Setelah melakukan uji terhadap orde 0, flavilium) mengandung ikatan rangkap
1, dan 2, maka diperoleh nilai koefisien terkonjugasi sehingga dapat diserap pada daerah
determinan dari masing-masing tingkatan orde panjang gelombang 500 nm.
sebagai berikut.
144
ISSN 1907-9850
Tabel 6. Warna Ekstrak Rosella setelah dengan panjang gelombang antara 200 – 700 nm.
ditambahkan buffer pada hari ke- 0 Dalam orbital molekul, elektron-elektron π
mengalami delokalisasi yang disebabkan oleh
Buffer adanya ikatan terkonjugasi atau ikatan rangkap
No. Warna Ekstrak berselang-seling dengan satu ikatan tunggal.
pH
1 Kontrol Merah pekat keunguan Adanya efek delokalisasi dari ikatan terkonjugasi
2 1 Merah bening keunguan tersebut dapat menyebabkan penurunan tingkat
3 2 Merah muda terang energi π*, sebagai konsekuensinya penjang
4 3 Merah muda terang gelombang akan mengalami pergeseran
5 4 Merah bening kekuningan batokromik (pergeseran ke panjang kelombang
6 5 Merah kecoklatan yang lebih besar).
7 6 Kuning kecoklatan Jenis transisi n → π pada molekul
8 7 Coklat senyawa antosianin terjadi akibat adanya
auksokrom yang terikat pada molekul.
Transisi elektron yang paling Auksokrom merupakan gugus fungsional yang
memungkin terjadi pada molekul senyawa mempunyai elektron bebas, seperti –OH; −O;
antosianin adalah π → π* dan n → π. Jenis dan –OCH3. Terikatnya gugus auksokrom pada
transisi π → π* terjadi pada molekul yang gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran
memiliki gugus fungsional yang tidak jenuh pita absorpsi ke panjang gelombang yang lebih
sehingga ikatan rangkap pada dalam gugus besar atau batokromik.
tersebut memberikan orbital π yang diperlukan
Sebagaimana hasil penelitian pada tabel menjadi bentuk kalkon yang tidak berwarna
di atas, diketahui bahwa seiring lamanya waktu (Mazza dan Minati, 1993).
penyimpanan, hasil pembacaan pada absorbansi Berdasarkan penelitian yang telah
untuk semua sampel (sampel dengan pH 1 dilakukan, perubahan yang terjadi setelah
sampai 7) mengalami pergeseran hipokromik hal penambahan larutan buffer 1 sampai 7 pada
ini disebabkan oleh banyaknya non-asilasi larutan sampel menunjukkan warna yang
antosianin yang dibuktikan dengan struktur yang berbeda-beda sebagaimana pada Tabel 8.
tidak berwarna sebagaimana pada Gambar 4. Perubahan warna dari merah pekat bergeser ke
Secara umum, dibawah pH 2 antosianin merah bening kecoklatan hingga warna coklat,
berada pada bentuk sebagai kation flavilium hal ini disebabkan oleh tingkat keasaman pelarut
merah. Pada pH > 2, terjadi pengurangan proton yang menurun.
dengan cepat berwarna merah atau quinonoidal Perubahan panjang gelombang dan nilai
biru. Selanjutnya, katio flavilium menjadi absorbansi sangat berpengaruh juga terhadap
terhidrasi menghasilkan karbinol tidak berwarna nilai konsentrasi antosianin yang terkandung
atau pseudobasa yang berkeseimbangan untuk pada sampel. Pengaruhan perlakuan buffer pH 1-
145
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147
146
ISSN 1907-9850
Roselle Using the Arrhenius, Eyring, and Khalil, K. E., Selim, K. A., Abdel-Bary, M. S.,
Ball Model, Journal of Agricultural and and Abdel-Azeim, N. A., 2008,
Food Chemistry, American Chemical Extraction, Encapsulation and
Society, 57 : 6285-6291 Utilization of Red Pigment from Rosella
Dowhan, A. and Paul, C. 2000, Colouring Our (Hibiscus sabdariffa L.) as Natural Food
Food in The Last dan Next Millenium, Colorants, Alex Journal Food, Science
Blackwell Science Ltd., London, and Technology, Special Volume
International Journal of Food Science Conferense, p. 7-20
and Technology, 35 : 5-22 Ketmaro, P., Muangsiri, W., and
Duangmal, et al., 2004, Roselle Anthocyanin As Werawatganone, P., 2010, UV
a Natural Food Colorant and Spectroscopy Characterization and
Improvement of its Colour Stability, Stabilities of Natural Colorants from
Chulalongkorn University, Thailand, Rosella Calyx, Lac Resin and Gardenia
International Color Association Fruit, Journal Health Res, 24 (1) : 7-13
Proceeding, 155-158 Maga, J. A. and Tu, A. T., 1994, Food Additive
Elbe, V. and Schwartz, 1996, Food Chemistry, Toxycology, Mancel Dekker Inc., New
Marcel Dekker Inc., New York York
Eskin, N. A. M., 1979, Plant, Pigment, Flavour, Markakis, P., 1982, Food Chemistry, editor oleh
and Texture, Academic Press, New York Fennema, 1996, Marcel Dekker Inc.,
Falcao, L. D., Falcao, A. P., and Gris, E. F., New York
2008, Spectrophotometric Study of the Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi
Stability of Anthocyanins from Cabarnet Flavonoid, Penerbit ITB, Bandung
Sauvignon Grape Skins in a Model Maryani dan Kristiana, 2005, Khasiat dan
System, Brazilian Journal of Food Manfaat Rosela, Agro Media Pustaka,
Technology, 11 : 63-69 Jakarta
Fennema, O. R., 1996, Food Chemistry 3th Mazza dan Miniati, 1993, Anthocyanins in
Edition, Marcel Dekker Inc., New York Fruits, Vegetables, and Grains, CRC
Francis, 1989, Food Colorants: Anthocyanin. Press, Boca Raton
Critical Reviews in Food Science and Nollet, 1996, Dalam Efektivitas Jenis Pelarut dan
Nutrition, 28: 273-314 Bentuk Pigmen Antosianin Bunga Kana
Giusti, M. M. dan Wrolstad R. E., 2001, (canna coccinea mill.) Serta Aplikasinya
Characterization and Measurement of pada Produk Pangan, Skripsi
Anthocyanins by UV-Visible Niendyah, H., 2004. Universitas Brawijaya
Spectroscopy, Journal of Current Malang, http://digilib.ti.itb.ac.id/go.php?
Protocols in Food Analytical id=jiptumm-gdl-s1-2004-niendyaha1533
Hendry, G. A. F. and Houghton, J. D., 1996, Diakses tanggal 27 Juni 2008
Natural Food Colorant, 2nd Edition, Rein, M., 2005, Copigmentation Reactions and
Blackie Academic and Professional, Color Stability of Berry Anthocyanin,
London Academic Dissertation, Helsinki:
Heath, and Reinessius, G., 1987, Flavor University of Heslinki
Chemistry and Technology, Van Wrolstad, R. E. and Giusti, M. M., 2001,
Norstand Reindhold Co., New York Characterization and Measurement of
Hosseinan, F. S., Li, W., and Beta, T., 2008, Anthocyanin by UV-Visible
Measurement of Anthocyanin and Other Spectroscopy: Current Protocols in
Phytochemical in Purpel Wheat, Food Food Analytical Chemistry, John Wiley
Chemistry, 109: 916-924 and Son, New York
147