Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147

KONSENTRASI TOTAL SENYAWA ANTOSIANIN EKSTRAK KELOPAK


BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) : PENGARUH TEMPERATUR DAN pH

Hayati, E.K.1), Budi, U.S.2), Hermawan, R.1)


1)
Jurusan Kimia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
2)
BALITTAS

ABSTRAK

Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.), dikenal masyarakat sebagai tanaman yang dimanfaatkan untuk teh
dan berpotensi sebagai pewarna alami. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui laju degradasi
antosianin akibat pengaruh pemanasan dengan variasi suhu terhadap konsentrasi total dan kestabilan warna senyawa
antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L), (2) untuk mengetahui kestabilan antosianin akibat
pengaruh pH terhadap konsentrasi total senyawa antosianin ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L).
Penelitian ini dilakukan dengan mengekstraksi sampel dengan pelarut asam sitrat 2%. Ekstrak pekat yang
diperoleh digunakan untuk uji stabilitas warna terhadap suhu pemanasan dan pH selama proses penyimpanan selama
± 30 hari dan perubahan warna.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L)
mengalami penurunan konsentrasi pada suhu 80°C. Laju degradasi konsentrasi antosianin adalah mengikuti
persamaan r = 0,014T – 1,169 dengan nilai konsentrasi terendah 32,916 mg/L.

Kata Kunci : Rosella (Hibiscus sabdariffa L.), antosianin, degradasi, suhu, pH

ABSTRACT

Recently, Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) has been used for tea. Based on this background, research was
conducted with the aims: (1) To determine the rate of anthocyanin degradation heating of the roselle calyx extract
(Hibiscus sabdariffa L.), (2) To determine the effects of changes during storage on the stability and total
concentration of anthicyanin.
This research was conducted by extracting the sample with 2% citric acid. Concentrated extract was used to
test the stability upon heating temperature, pH during the storage process for ± 30 days.
The results of this study indicate that extracts of roselle calyx (Hibiscus sabdariffa L.) experienced a
decrease in concentration at 80°C. The anthocyanin degradation rate followed the equation of r = 0.014T – 1.169
with the lowest concentration of 32.916 mg / L.

Keywords : Roselle (Hibiscus sabdariffa L.), anthocyanins, degradation, temperature, pH

PENDAHULUAN (Winarno, 2004). Hampir semua bahan makanan


olahan saat ini menggunakan pewarna, yang
Penentuan bahan makanan pada tanpa kita sadari pewarna tersebut banyak
umumnya sangat bergantung pada beberapa berasal dari bahan-bahan kimia dan
faktor antara lain cita rasa, warna, tekstur, dan menimbulkan dampak negatif terhadap tubuh.
nilai gizi dan mikrobiologis. Tetapi, faktor yang Pada dasarnya, banyak tanaman ataupun
paling mudah diamati secara visual dan kadang- tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai
kadang sangat menentukan adalah warna pewarna alami, salah satunya adalah bunga

138
ISSN 1907-9850

rosella. Senyawa antosianin merupakan sumber Bahan-bahan kimia yang digunakan


pewarna alami yang terdapat pada kelopak bunga adalah aquadest, asam sitrat, HCl, KCl, Na-
rosella dan hampir pada semua tumbuhan yang Sitrat, Na-Asetat anhidrat, Na2HPO4.2H2O dan
memberikan pigmen berwarna kuat dan apabila Asam Sitrat.
dilarukan dalam air akan menimbulkan warna
merah, jingga, ungu, dan biru (Nollet, 1996). Peralatan
Antosianin merupakan salah satu Alat-alat yang digunakan dalam
senyawa yang terkandung pada kelopak bunga penelitian ini adalah, seperangkat alat gelas,
rosella dan perlu dikaji lebih mendalam baik pisau atau alat pemotong, blender, timbangan
fungsi dan kegunaannya bagi tubuh ataupun zat- analitik, kertas saring, sentrifuge, shaker, oven,
zat makanan. Kestabilan warna senyawa waterbath, Spektrofotometer UV-Vis Varian
antosianin dipengaruhi oleh pH atau tingkat Cary 50, dan Color reader Minolta CR 10, pH
keasaman, dan akan lebih stabil apabila dalan meter.
suasana asam atau pH yang rendah (Belitz and
Grosch, 1999). Cara Kerja
Kestabilan antosianin juga dipengaruhi
oleh suhu. Laju kerusakan (degradasi) antosianin Preparasi Sampel
cenderung meningkat selama proses Sampel kelopak bunga rosella yang akan
penyimpanan yang diiringi dengan kenaikan dianalisis sebelumnya dilakukan sortasi atau
suhu. Degradasi termal menyebabkan hilangnya pemilihan. Kelopak bunga rosella yang masih
warna pada antosianin yang akhirnya terjadi baik selanjutnya dicuci pada air yang mengalir
pencoklatan. Laju termal degradasi mengikuti hingga diperkirakan kotoran (tanah, debu dan
kinetika orde pertama. Kenaikan suhu bersamaan sebagainya) sudah hilang. Selanjutnya ditiriskan
dengan pH menyebabkan degradasi antosianin dan dikeringkan pada suhu 50oC selama 36 jam.
pada buah cherri (Rein, 2005).
Berdasarkan latar belakang tersebut, Ekstraksi Sampel Kelopak Bunga Rosella
peneliti melakukan penelitian tentang analisis Menggunakan Metode Maserasi (Saona dan
konsentrasi dan kestabilan warna antosianin Wrolstad, 2001)
yang terdapat pada ekstrak bunga rosella. Sampel kering diblender selama 5 menit
Penelitian ini terfokus pada pengaruh temperatur dan ditimbang sebanyak 50 g. Dilakukan
dan pH terhadap total konsentrasi dan kestabilan maserasi dalam beaker gelas 500 mL dengan
warna senyawa antosianin ekstrak kelopak bunga pelarut asam sitrat 2%. Pengocokan dilakukan
rosella (Hibiscus sabdariffa L.). pada kecepatan 200 rpm dan dibiarkan selama 10
jam pada ruang gelap dan suhu ruangan
memucat. Sebelum dan setelah penambahan
MATERI DAN METODE sampel, pelarut diukur keasamannya dengan pH
meter. Sampel selanjutnya disaring dengan
Pelaksanaan Penelitian corong Buchner. Ekstrak yang diperoleh
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan disentrifuges dengan kecepatan 2000 rpm selama
Agustus sampai November tahun 2010 di 10 menit. Residu yang tersisa dimaserasi
Laboratorium Jurusan Kimia UIN Maulana kembali dengan perlakuan yang sama sampai
Malik Ibrahim, BALITTAS, dan THP benar-benar pucat dan warnanya memudar.
Brawijaya. Ekstrak maserasi pertama yang telah
disentrifugasi dapat dicampurkan dengan ekstrak
Bahan maserasi kedua yang telah disentrifuge.
Bahan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kelopak bunga Rosella Pengukuran Total Antosianin Ekstrak Bunga
(Hibiscus sabdariffa L) dari perkebunan Rosela dengan Spektrofotometri UV-Visible
BALITTAS, Karang Ploso yang sudah (Guisti dan Wrolstad, 2001 dan Hosseinian,
dikeringkan. 2008)

139
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147

Pengukuran total konsentrasi antosianin color reader. Data absorbansi yang diperoleh
ekstrak kelopak bunga rosella diambil dari selanjutnya dikonversi mengikuti rumus berikut,
sampel larutan hasil ekstraksi 50 g rosella dalam
500 mL pelarut dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis pada rentang panjang
gelombang 500-700 nm.
Disiapkan 2 sampel larutan, larutan Hasil total konsentrasi terendah pada
pertama adalah larutan untuk pH 1,0 salah satu suhu tersebut (30-80oC), selanjutnya
menggunakan buffer KCl dan larutan kedua diulangi dengan variasi lama pemanasan
untuk pH 4.5 menggunakan buffer Na-Asetat. kelipatan 5 menit selama 30 menit mulai dari 0
Diambil masing-masing 1 mL ekstrak kelopak menit. Selanjutnya, diukur absorbansi dan
bunga rosella dan diencerkan menggunakan dikonversi menjadi konsentrasi. Untuk
larutan buffer masing-masing sampai volume 10 mengetahui laju degradasi antosianin, maka
mL (Faktor pengenceran = 10). Sampel hasil dilakukan perhitungan dengan dicoba pada 3
pengenceran masing-masing dilakukan tingkatan orde, yaitu orde 0, 1, dan 2.
pengukuran absorbansi pada panjang gelombang
500-700 nm dan 700 nm. Untuk menentukan Uji Stabilitas Terhadap Perlakuan Buffer pH
nilai absorbansinya menggunakan persamaan (Nugrahan, 2007)
berikut: Proses pelaksanaan uji stabilitas
terhadap buffer pH sebagai berikut, mula-mula
A = (Aλ vis max – A 700) pH 1,0 – (Aλ vis max – A 700) pH 4,5 disiapkan ekstrak hasil maserasi. Disiapkan
larutan buffer dengan pH yang bervariasi, yaitu
dan untuk menentukan total konsentrasinya pH 1 sampai 7. Masing-masing diambil
dapat menggunakan persamaan berikut: sebanyak 10 mL, dimasukkan dalam tabung
reaksi dan ditutup dengan aluminium foil.
Ekstrak antosianin sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam tujuh tabung reaksi yang
telah berisi larutan buffer, ditutup dengan
alumunium foil dan dikocok-kocok hingga
Uji Stabilitas Terhadap Suhu Pemanasan benar-benar homogen. Ketujuh tabung reaksi
(Nugrahan, 2007) tersebut disimpan pada suhu ruang ± 27oC kedap
Mula-mula diambil 5 mL ekstrak hasil cahaya.
maserasi dan diencerkan dengan aquades dalam Penentuan total antosianin dilakukan
labu ukur 250 mL hingga tanda batas. Hasil dengan cara pengukuran absorbansi, diambil
pengenceran diambil 10 mL dan dimasukkan masing-masing ± 5 mL ektrak kelopak rosella.
dalam tiga tabung reaksi, masing –masing Sampel hasil pengenceran masing-masing
dengan volume yang sama yaitu 10 mL dan dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang
ditutup dengan alumunium foil. Proses gelombang maksimal dan 700 nm serta
pemanasan dilakukan dengan menggunakan dilakukan penentuan kecerahan warna dengan
waterbath pada suhu bervariasi yaitu 30, 40, 50, color reader. Kedua perlakuan tersebut
60, 70 dan 80oC dengan waktu pemanasan dilakukan setiap 3 hari, yaitu mulai hari ke-0
selama 30 menit dan dilakukan pengulangan sampai hari ke-30.
sebanyak tiga kali. Selanjutnya dilakukan
pengukuran absorbansi pada panjang gelombang Analisis Hasil
maksimal dan 700 nm dengan cara berikut, Analisa meliputi total konsentrasi
diambil masing-masing 1 mL sampel yang telah antosianin, pH, suhu dan intensitas cahaya. Data
dipanaskan dan diencerkan menggunakan larutan yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis
buffer yaitu, pH 1 dan pH 4,5 sampai volume 10 secara deskriptif menggunakan analisa statistik
mL (Faktor pengenceran = 50). Beriktnya rancangan acak lengkap satu arah (one way
dilakukan penentuan kecerahan warna dengan

140
ISSN 1907-9850

ANOVA) menggunakan aplikasi MINITAB 14 yang pecah sehingga pigmen antosianin yang
dan Microsoft Exel 2007. terekstrak semakin banyak.
Sebelum proses perendaman, hal yang
perlu dilakukan adalah mengukur pH untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN mengetahui kondisi pH pelarut sebelum dan pada
saat diinteraksikan dengan sampel rosella.
Preparasi Sampel Adapun nilai pH yang diperoleh dari hasil
Kelopak bunga rosella yang masih segar pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
disortasi dan dipisahkan dari bijinya. selanjutnya
dicuci dengan sedikit air untuk menghilangkan Tabel 1. Kondisi pH pelarut yang digunakan
kotoran dan ditiriskan. Sampel yang diinginkan sebelum dan saat ekstraksi
dalam penelitian ini adalah kelopak rosella yang pH
Volume Warna
kering. Selanjutnya dilakukan proses Ulangan
(mL) Ekstrak Sebelum Sesudah
pengeringan yaitu dioven selama kurang lebih 36
jam pada suhu 50oC untuk menghilangkan 1 250
Merah
2,24 2,51
sebagian kadar air yang terkandung dan hati pekat
diharapkan tidak merusak kandungan 2 250 Merah 2,24 2,48
senyawanya pada suhu tersebut.
Pengeringan dimaksudkan untuk Setelah pengocokan, sampel disaring
mengurangi kadar air, menghentikan reaksi dengan penyaring vakum, ekstrak yang
enzimatis, mencegah tumbuhnya jamur sehingga dihasilkan ditampung (ekstrak 1), sedangkan
dapat disimpan lebih lama dan tidak mudah residu hasil penyaringan dimaserasi/direndam
rusak serta komposisi kimianya tidak mengalami kembali dengan pelarut asam sitrat 2%. Ekstrak
perubahan. Kemudian dihaluskan menggunakan dari hasil maserasi pertama disentrifuge untuk
blender. mengendapkan partikel-partikel koloid dan
pengotor dengan kecepatan sentrifuge 2000 rpm
Ekstraksi Maserasi selama 10 menit. Hal serupa juga dilakukan pada
Ekstraksi yang digunakan yaitu ekstraksi ekstrak hasil maserasi yang kedua, kemudian
maserasi, karena sampel yang digunakan tidak ekstrak 1 dan 2 digabung.
tahan panas dan pengerjaannya cukup sederhana.
Metode maserasi bertujuan untuk mengambil zat Uji Stabilitas Terhadap Pemanasan
atau senyawa aktif yang terdapat pada suatu Suhu memiliki peranan dan pengaruh
bahan menggunakan pelarut tertentu. Menurut yang sangat penting terhadap kestabilan
Rukmana (1997), dalam mengekstrak zat warna antosianin. Menurut Hendry dan Houghton
diperlukan metode yang sesuai dengan sifat (1996), suhu penyimpanan maupun suhu proses
bahan (sumber pigmen), agar dihasilkan pengolahan mempengaruhi degradasi antosianin.
rendemen dan stabilitas pigmen yang tinggi. Jadi, pada suhu pengolahan yang tinggi dan
Metode ini (maserasi) digunakan dengan selama penyimpanan akan menyebabkan
mempertimbangkan sifat senyawa (antosianin) degradasi antosianin.
yang relatif rentan terhadap panas sehingga Penetapan konsentrasi senyawa
dikhawatirkan akan merusak bahkan antosianin dilakukan dengan metode perbedaan
menghilangkan senyawa yang akan dianaliasa. pH (pH Differential) yaitu pH 1,0 dan pH 4,5.
Perbandingan jumlah sampel dan pelarut Penetapan konsentrasi antosianin dengan
pada proses maserasi sampel ini adalah 1 : 5, metode ini dikarenakan pada pH 1,0 antosianin
yaitu 50 g sampel dalam 250 mL pelarut asam membentuk senyawa oxonium (kation flavilium)
sitrat 2%. yang berwarna dan pada pH 4,5 berbentuk
Penggunaan asam sitrat sebagai pelarut karbinol/hemiketal tak berwarna (Giusti M. M.
karena kondisi pelarut yang semakin asam dapat and Wrolstad R. E., 2001). Kondisi inilah yang
menyebabkan banyaknya dinding sel vakuola akan dijadikan acuan untuk menentukan
absorbansi dengan menggunakan

141
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147

spektofotometer Uv-Vis dari masing-masing merah dibandingkan pH 4,5 yang kurang stabil
ekstrak yang dihasilkan. Perubahan warna pada dan hampir tidak berwarna.
antosianin dalam tingkatan pH tertentu Adapun struktur dan perubahan warna
disebabkan sifat antosianin yang memiliki pada antosianin karena perbedaan tingkatan pH
tingkat kestabilan yang berbeda. Misalnya, pada dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
pH 1,0 antosianin lebih stabil dan warna lebih

R1 R1
OH OH

HO O HO O
R2 -H+ R2

O gly O gly
O gly O gly
basa kuinoidal : biru kation flavilium (bentuk oksonium) :orange ke umgu
pH = 7 pH = 1

-H2O -H+
R1
OH
R1 OH

HO OH OH HO O
O gly R2

R2 O gly
O gly O O gly

kalkon : tidak berwarna karbinol pseudobasa (bentuk hemiketal) : tidak berwarna


pH = 4.5 pH = 4.5

Gambar 1. Struktur antosianin pada kondisi pH yang berbeda (Wrolstad dan Giusti, 2001)

Berdasarkan Gambar di atas, glikosidik. Aglikon yang dihasilkan kurang stabil


menjelaskan bahwa dalam media air asam, dan menyebabkan hilangnya warna pada
antosianin berada dalam empat jenis antosianin.
kesetimbangan, yaitu base kuinonoidal, kation
flavilium atau bentuk oxonium, karbinol atau
pseudobase, dan kalkon. Menurut Francis et al, Tabel 2. Konsentrasi senyawa antosianin setiap
(1985) bentuk pigmen antosianin pada kondisi suhu pemanasan selama 30 menit
asam adalah kation flavilium, sementara inti
kation flavilium dari pigmen antosianin Konsentrasi (mg/L)
kekurangan elektron sehingga sangat reaktif. No Suhu (°C)
Rata-rata
Dari hasil penetapan senyawa antosianin 1 30 75,164
dengan metode perbedaan pH (pH Differential) 2 40 71,079
spektroskopi UV-Vis, maka diperoleh data 3 50 61,866
sebagaimana tertera pada Tabel 2. 4 60 59,749
Suhu berpengaruh terhadap kestabilan 5 70 59,183
warna ekstrak rosella. Semakin meningkatnya 6 80 56,231
suhu pemanasan dapat menyebabkan hilangnya
glikosil pada antosianin dengan hidrolisis ikatan

142
ISSN 1907-9850

Berdasarkan Tabel 2 tampak bahwa Tabel 3. Konsentrasi senyawa antosianin setiap


terjadi penurunan nilai konsentrasi. Laju waktu dengan suhu pemanasan 80 °C
degradasi penurunan konsentrasi tersebut
mengikuti persamaan r = d[antosianin]/dt = Waktu Konsentrasi (mg/L)
0,014T – 1,169. Dimana r adalah konsentrasi dan No
(menit) Rata-rata
T adalah suhu. Grafik degradasi konsentarsi 1 0 39,088
sebagaimana pada Gambar 2. 2 5 37,597
3 10 35,391
4 15 34,019
5 20 33,512
6 25 33,453
7 30 32,916

Berdasarkan Tabel 3, tampak bahwa


terjadi penurunan nilai konsentrasi setiap 5
menit. Laju degradasi penurunan konsentrasi
tersebut mengikuti persamaan r =
d[antosianin]/dt = 0,016t – 0,458. Dimana r
adalah konsentrasi dan t adalah waktu. Grafik
degradasi konsentarsi sebagaimana pada Gambar
3.

Gambar 2. Grafik degradasi konsentrasi


antosianin pada berbagai suhu

Berdasarkan nilai konsentrasi rata-rata


pada Tabel 2, suhu 80°C memiliki konsentarsi
yang terendah 56,231 mg/L. Oleh karena itu,
nilai konsentrasi terendah pada suhu 80°C
dijadikan acuan uji selanjutnya. Uji selanjutnya
tahap kedua dilakukan untuk mengetahui laju
degradasi senyawa antosianin akibat pemanasan
persatuan menit. Pemanasan dilakukan suhu
tetap yaitu 80 °C dengan waktu pemanasan yang
bervariasi yaitu, 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30
menit. Proses percobaan ini dilakukan dengan
Gambar 3. Grafik degradasi konsentrasi
memipet 10 mL larutan stok ekstrak rosella,
antosianin setiap waktu pada
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
suhupemanasan 80°C
reaksi, selanjutnya dipanaskan pada suhu 80°C
dengan waktu pemanasan yang bervariasi. Setiap
Kebergantungan laju degradasi
perlakuan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali.
penurunan konsentrasi tehadap konsentrasi
Hasil pemanasan tersebut selanjutnya ditentukan
spesies dalam reaksi juga dapat ditentukan
nilai konsentrasinya dengan menggunakan
melalui orde reaksinya dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dan diperoleh data
metode grafik yang dicoba pada 3 tingkatan orde
pada Tabel 3 sebagai berikut.
mulai dari 0, 1, dan 2. Penentuan orde reaksi
dilakukan dengan membandingkan nilai R2 nya.

143
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147

Nilai R2 yang tertinggi merupakan orde yang Tabel 5. Perbandingan tingkatan orde dengan
sesuai dengan data konsentrasinya. nilai R2
Berdasarkan hasil penelitian, laju
degradasi penurunan total antosianin pada Orde R2
kelopak bunga rosella mengikuti orde reaksi 0 0,88
ke-1 dengan menggunakan persamaan 1 0,89
berikut. 2 0,899

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa


orde ke-2 memiliki nilai koefisien determinan
Tabel 4. Data konsentrasi pada orde ke-1 lebih besar dimana orde ke-2 > orde ke-1 > orde
ke-0, yaitu 0,899; 0,89; dan 0,88. Perbedaan nilai
t ln[A] R2 yang tidak terlalu signifikan antara orde 1 dan
0 3,666 2, dapat diasumsikan bahwa laju reasi mengikuti
5 3,627 orde 1.
10 3,566
15 3,527 Uji Stabilitas Terhadap Buffer pH
20 3,512 Salah satu faktor yang sangat
25 3,510 berpengaruh terhadap kestabilan antosianin
30 3,494 adalah pH dari pelarut antosianin. Untuk
mengetahui stabilitas antosianin terhadap pH,
maka pada penelitian ini dilakukan perlakuan
Berdasarkan uji terhadap orde ke-1, dengan variasi pH yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
maka diperoleh nilai koefisien determinan (R2) Mula-mula dipipet 1 mL ekstrak rosella (larutan
sebesar 0,89 dengan grafik kelinieran data stok) dimasukkan dalam 7 tabung reaksi dan
sebagai berikut. ditambah 10 mL larutan buffer masing-masing.
Ditutup dan dikocok-kocok hingga benar-benar
homogen, selanjutnya disimpan pada suhu ruang
± selama 30 hari dan diukur absorbansi pada
3.66581
panjang gelombang maksimal dan 700 nm.
3.65
3.62692
Proses pengukuran dilakukan setiap 3 hari sekali
selama ± 30 hari, yaitu mulai dari hari ke- 0, 3,
3.60 6, 9, 12, 15, 18, dan 21. Setiap perlakuan pada
3.56645 penelitian ini dilakukan dengan ulangan
ln [A]

3.55 sebanyak tiga kali.


3.52692
Ekstrak rosella yang telah ditambahkan
3.51191 3.51013

3.50 3.49396
masing-masing buffer ternyata memberikan
intensitas warna ekstrak yang berbeda, seperti
pada Tabel 6.
3.45
0 5 10 15 20 25 30 Penetapan senyawa antosianin pada uji
waktu (menit)
stabilitas buffer ini dilakukan dengan mengukur
absorbansinya pada panjang gelombang
Gambar 4. Grafik uji kelinieran data maksimal dan panjang gelombang 700 nm.
konsentrasi dengan orde ke-1 Pengukuran pada daerah panjang gelombang
dilakukan karena aglikon pada antosianin (kation
Setelah melakukan uji terhadap orde 0, flavilium) mengandung ikatan rangkap
1, dan 2, maka diperoleh nilai koefisien terkonjugasi sehingga dapat diserap pada daerah
determinan dari masing-masing tingkatan orde panjang gelombang 500 nm.
sebagai berikut.

144
ISSN 1907-9850

Tabel 6. Warna Ekstrak Rosella setelah dengan panjang gelombang antara 200 – 700 nm.
ditambahkan buffer pada hari ke- 0 Dalam orbital molekul, elektron-elektron π
mengalami delokalisasi yang disebabkan oleh
Buffer adanya ikatan terkonjugasi atau ikatan rangkap
No. Warna Ekstrak berselang-seling dengan satu ikatan tunggal.
pH
1 Kontrol Merah pekat keunguan Adanya efek delokalisasi dari ikatan terkonjugasi
2 1 Merah bening keunguan tersebut dapat menyebabkan penurunan tingkat
3 2 Merah muda terang energi π*, sebagai konsekuensinya penjang
4 3 Merah muda terang gelombang akan mengalami pergeseran
5 4 Merah bening kekuningan batokromik (pergeseran ke panjang kelombang
6 5 Merah kecoklatan yang lebih besar).
7 6 Kuning kecoklatan Jenis transisi n → π pada molekul
8 7 Coklat senyawa antosianin terjadi akibat adanya
auksokrom yang terikat pada molekul.
Transisi elektron yang paling Auksokrom merupakan gugus fungsional yang
memungkin terjadi pada molekul senyawa mempunyai elektron bebas, seperti –OH; −O;
antosianin adalah π → π* dan n → π. Jenis dan –OCH3. Terikatnya gugus auksokrom pada
transisi π → π* terjadi pada molekul yang gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran
memiliki gugus fungsional yang tidak jenuh pita absorpsi ke panjang gelombang yang lebih
sehingga ikatan rangkap pada dalam gugus besar atau batokromik.
tersebut memberikan orbital π yang diperlukan

Tabel 7. Hasil pembacaan panjang gelombang dan absorbasi rata-rata

Panjang Gelombang dan Absorbansi


pH Hari ke-0 Hari ke-21
Panjang Gelombang Absorbansi Panjang Gelombang Absorbansi
1 516 0,181 514 0,190
2 514 0,157 512 1,155
3 506 0,359 505 0,246
4 500,3 0,410 500,3 0,238
5 500,3 0,287 500,3 0,222
6 500,3 0,311 500,3 0,324
7 500,3 0,318 500,3 0,494

Sebagaimana hasil penelitian pada tabel menjadi bentuk kalkon yang tidak berwarna
di atas, diketahui bahwa seiring lamanya waktu (Mazza dan Minati, 1993).
penyimpanan, hasil pembacaan pada absorbansi Berdasarkan penelitian yang telah
untuk semua sampel (sampel dengan pH 1 dilakukan, perubahan yang terjadi setelah
sampai 7) mengalami pergeseran hipokromik hal penambahan larutan buffer 1 sampai 7 pada
ini disebabkan oleh banyaknya non-asilasi larutan sampel menunjukkan warna yang
antosianin yang dibuktikan dengan struktur yang berbeda-beda sebagaimana pada Tabel 8.
tidak berwarna sebagaimana pada Gambar 4. Perubahan warna dari merah pekat bergeser ke
Secara umum, dibawah pH 2 antosianin merah bening kecoklatan hingga warna coklat,
berada pada bentuk sebagai kation flavilium hal ini disebabkan oleh tingkat keasaman pelarut
merah. Pada pH > 2, terjadi pengurangan proton yang menurun.
dengan cepat berwarna merah atau quinonoidal Perubahan panjang gelombang dan nilai
biru. Selanjutnya, katio flavilium menjadi absorbansi sangat berpengaruh juga terhadap
terhidrasi menghasilkan karbinol tidak berwarna nilai konsentrasi antosianin yang terkandung
atau pseudobasa yang berkeseimbangan untuk pada sampel. Pengaruhan perlakuan buffer pH 1-

145
JURNAL KIMIA 6 (2), JULI 2012 : 138-147

7 terhadap konsentrasi senyawa antosianin pada selama proses penyimpanan mengalami


sampel juga diperkuat oleh analisis statistik penurunan seiring dengan bertambahnya lama
dengan metode One-Way ANOVA (analysis of penimpanan dan berkurangnya tingkat
variance) menggunakan aplikasi MINITAB 14. keasaman sampel
Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan
menunjukkan pengaruh yang singnifikan selama Saran
selama ± 30 hari penyimpanan, hal ini Berdasarkan penelitian yang telah
dibuktikan dengan nilai R2 pada P < 0,05 sebagai dilakukan, pemanasan ekstrak kelopak bunga
berikut rosella baik dilakukan pada suhu < 60°C dan
pada pH < 3.
Tabel 8. Signifikansi pengaruh perlakuan Diperlukan penelitian lanjutan mengenai
buffer terhadap konsentrasi antosianin suhu yang cocok untuk penyimpanan, pengaruh
setiap pH cahaya terhadap kestabilan senyawa antosianin,
dan aplikasi pemanfaatan senyawa antosianin
Signifikansi yang terdapat pada rosella bahan pewarna pada
pH R2 P hitung makanan dan minuman.
( )
1 93,46 % 96,67 % 0,000
2 74,19 % 86,13 % 0,001 UCAPAN TERIMA KASIH
3 98,50 % 99,25 % 0,000
4 97,70 % 98,84 % 0,000 Penulis mengucapkan terima kasih
5 56,81 % 98,52 % 0,032 kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
6 94,41 % 75,37 % 0,000 penyusunan tulisan ini.
7 98,80 % 99,06 % 0,000
DAFTAR PUSTAKA
Menurut analisa statistik apabila nilai P
≤ α, maka data tersebut memiliki pengaruh dan Adam, J. B and Ongley, M. H., 1972, Food
perbedaan yang nyata. Derajat kepercayaan ( α ) Preservation, Research Association
yang digunakan adalah 5%. Hal ini juga Technology, USA
dibuktikan dengan tingginya nilai koefisien Anonymous, 2008, CIE L*a*b* Color Scale,
determinannya (R2) ≥ 50%. Insight on Color: Application Note, 8 (7)
Arthey, D. and Ashurst, P. R., 2001, Fruit
Prossecing, Nutrition Product, and
SIMPULAN DAN SARAN Quality Management, 2nd Edition, An
Aspen Publication Maryland
Belitz, H. D. and Grosch, W., 1999, Food
Simpulan
1. Laju degradasi senyawa antosianin ekstrak Chemistry, 2nd Edition, Springer, Germany
kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) Casals and Zevallos, 2004, Stability of
akibat pemanasan dengan variasi suhu Anthocyanin-based Aqueous Extracts of
terhadap total mengikuti persamaan r = Adean Purpel Corn and Red-flesh Sweet
d[antosianin]/dt = 0,014T – 1,169 dengan Potato Compare to Syntetic an Natural
konsentrasi terendah terdapat pada pemanasan Colorants, Elsevier, Food Chemistry, 86 :
dengan suhu 80 °C, yaitu 56,231 mg/L dan 69-77
memiliki pengaruh yang sangat signifikan Charley, H., 1970, Food Science, John Willey
dengan R2 56,81 - 98,80 %. and Sons Inc., New York
2. Kestabilan senyawa antosianin akibat Cisse, M., Vaillant, F., Acosta, O., Mayer, C.D.,
pengaruh pH terhadap total dan warna ekstrak and Dornier, M., 2009, Thermal
kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) Degradation Kinetik of Anthocyanins
from Blood Orange, Blackberry, and

146
ISSN 1907-9850

Roselle Using the Arrhenius, Eyring, and Khalil, K. E., Selim, K. A., Abdel-Bary, M. S.,
Ball Model, Journal of Agricultural and and Abdel-Azeim, N. A., 2008,
Food Chemistry, American Chemical Extraction, Encapsulation and
Society, 57 : 6285-6291 Utilization of Red Pigment from Rosella
Dowhan, A. and Paul, C. 2000, Colouring Our (Hibiscus sabdariffa L.) as Natural Food
Food in The Last dan Next Millenium, Colorants, Alex Journal Food, Science
Blackwell Science Ltd., London, and Technology, Special Volume
International Journal of Food Science Conferense, p. 7-20
and Technology, 35 : 5-22 Ketmaro, P., Muangsiri, W., and
Duangmal, et al., 2004, Roselle Anthocyanin As Werawatganone, P., 2010, UV
a Natural Food Colorant and Spectroscopy Characterization and
Improvement of its Colour Stability, Stabilities of Natural Colorants from
Chulalongkorn University, Thailand, Rosella Calyx, Lac Resin and Gardenia
International Color Association Fruit, Journal Health Res, 24 (1) : 7-13
Proceeding, 155-158 Maga, J. A. and Tu, A. T., 1994, Food Additive
Elbe, V. and Schwartz, 1996, Food Chemistry, Toxycology, Mancel Dekker Inc., New
Marcel Dekker Inc., New York York
Eskin, N. A. M., 1979, Plant, Pigment, Flavour, Markakis, P., 1982, Food Chemistry, editor oleh
and Texture, Academic Press, New York Fennema, 1996, Marcel Dekker Inc.,
Falcao, L. D., Falcao, A. P., and Gris, E. F., New York
2008, Spectrophotometric Study of the Markham, 1988, Cara Mengidentifikasi
Stability of Anthocyanins from Cabarnet Flavonoid, Penerbit ITB, Bandung
Sauvignon Grape Skins in a Model Maryani dan Kristiana, 2005, Khasiat dan
System, Brazilian Journal of Food Manfaat Rosela, Agro Media Pustaka,
Technology, 11 : 63-69 Jakarta
Fennema, O. R., 1996, Food Chemistry 3th Mazza dan Miniati, 1993, Anthocyanins in
Edition, Marcel Dekker Inc., New York Fruits, Vegetables, and Grains, CRC
Francis, 1989, Food Colorants: Anthocyanin. Press, Boca Raton
Critical Reviews in Food Science and Nollet, 1996, Dalam Efektivitas Jenis Pelarut dan
Nutrition, 28: 273-314 Bentuk Pigmen Antosianin Bunga Kana
Giusti, M. M. dan Wrolstad R. E., 2001, (canna coccinea mill.) Serta Aplikasinya
Characterization and Measurement of pada Produk Pangan, Skripsi
Anthocyanins by UV-Visible Niendyah, H., 2004. Universitas Brawijaya
Spectroscopy, Journal of Current Malang, http://digilib.ti.itb.ac.id/go.php?
Protocols in Food Analytical id=jiptumm-gdl-s1-2004-niendyaha1533
Hendry, G. A. F. and Houghton, J. D., 1996, Diakses tanggal 27 Juni 2008
Natural Food Colorant, 2nd Edition, Rein, M., 2005, Copigmentation Reactions and
Blackie Academic and Professional, Color Stability of Berry Anthocyanin,
London Academic Dissertation, Helsinki:
Heath, and Reinessius, G., 1987, Flavor University of Heslinki
Chemistry and Technology, Van Wrolstad, R. E. and Giusti, M. M., 2001,
Norstand Reindhold Co., New York Characterization and Measurement of
Hosseinan, F. S., Li, W., and Beta, T., 2008, Anthocyanin by UV-Visible
Measurement of Anthocyanin and Other Spectroscopy: Current Protocols in
Phytochemical in Purpel Wheat, Food Food Analytical Chemistry, John Wiley
Chemistry, 109: 916-924 and Son, New York

147

Anda mungkin juga menyukai