Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH

ANALISIS SISTEM DAN RISET OPERASI

“ANALISIS SISTEM KEMACETAN LALU LINTAS


(STUDI KASUS KOTA BOGOR)”

Dosen Pengampu : Ir. Agus Prasetya, MEngSc, Ph. D

Oleh Kelompok III :

La Abdulah Laode NIM 405105


Lalu Saefullah NIM 405106
Deden Ependi NIM 405091

PROGRAM STUDI KETAHANAN NASIONAL


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
“ANALISIS SISTEM KEMACETAN LALU LINTAS
(STUDI KASUS KOTA BOGOR)”

Latar Belakang
Kemacetan merupakan salah satu masalah lalu lintas yang dihadapi oleh negara
berkembang seperti Indonesia dan biasa terjadi di daerah perkotaan yang padat. Dewasa
ini kemacetan sudah menjadi bagian dari ciri khas suatu kawasan pusat perkotaan tertentu
dikarenakan waktu terjadinya yang rutin terutama pada waktu-waktu puncak seperti yang
biasa dikenal dengan jam pergi kantor, jam pulang kantor, akhir pekan dan hari libur.

Banyak dampak yang dihasilkan oleh kemacetan dan bersifat negatif. Ditinjau dari
berbagai aspek, kemacetan menimbulkan banyak kerugian baik dari segi materi, waktu
dan tenaga. Seperti dari aspek ekonomi kemacetan menghambat proses produksi dan
distribusi sehingga laju perekonomian menjadi terganggu. Dari aspek kesehatan pun
kemacetan menyumbangkan dampak negatif yaitu mempengaruhi kondisi fisik dan psikis
para pengguna lalu lintas, terlebih lagi bagi mereka yang kemudian melakukan berbagai
aktivitas seperti bekerja, belajar dan lain sebagainya.

Tingginya angka kemacetan disebabkan oleh tingginya jumlah angkutan kota atau
sering disebut angkot yang memadati sepanjang jalan jalan strategis Kota Bogor,sehingga
Kota Bogor sering dikenal dengan “Kota Sejuta Angkot”. Kemacetan juga terjadi karena
jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat setiap tahunnya, banyaknya parkir liar
dan pedagang kaki lima yang memakan badan jalan serta diperparah dengan budaya tidak
disiplin lalu lintas para pengguna lalu lintas baik pengendara maupun pejalan kaki,
walaupun berbagai kebijakan yang telah dibuat dan diterapkan oleh pemerintah Kota
Bogor seperti Kebijakan Sistem Satu Arah (SSA) di sekitaran Kebun Raya Bogor (KRB),
pelebaran jalan dan peremajaan angkutan kota tetapi sampai saat ini belum mampu
mengatasi kemacetan di Kota Bogor

Untuk itu, perlu adanya langkah yang konkrit yang harus berani diambil agar
dapat menyelesaikan masalah tersebut sehingga dalam tugas karya tulis ini kami mencoba
membuat beberapa analisis-dan solusi untuk mengatasi kemacetan yang ada saat ini.
Sehingga diharapkan penulisan ini bisa menjadi saran dan masukan bagi pembuat dan
penentu kebijakan tentang permasalahan lalu lintas ini

1
Analisis Permasalahan Lalu Lintas di Kota Bogor

Pada penulisan ini akan kami bahas tentang beberapa analisis pemasalahan lalu
lintas di Kota Bogor dengan masalah kemacetan lalu lintasyang selalu mempunyai berapa
akar masalah. Akar masalah ini sangat penting diketahui untuk melakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan secara efektif terhadap fenomena kemacetan di Kota Bogor.

a. Mind Map

Gambar 1. Mind Map Kemacetan Lalu Lintas di Kota Bogor

Dalam menganalisis permasalahan di Kota Bogor dengan menggunakan mind map


maka pemetaan dalam berpikir hal yang utama dilihat adalah apa saja unsur-unsur yang
ada dipermasalahan kemacetan lalu lintas di Kota Bogor antara lain;

1. Fakta kemacetan Lalu Lintas di Kota Bogor

a) Kota Sejuta Angkot.

Kota Bogor yang dikenal dengan julukan “Kota Sejuta Angkot”


karena jumlah angkotan kota yang berwarna hijau sebanyak 3.412 buah ini

2
mendominasi di setiap jalan-jalan protokol dan strategis dengan melayani 23
jalur dengan trayek yang berbedadi Kota Bogor dibandingkan dengan
volume jalan dari tahun 2015 yang tidak bertambah dari tahun sebelumnya
sebesar 749.213 Km. Mayoritas masyarakat bergantung pada angkutan
umum untukmempermudah mobilitasnya karena beberapa faktor. Secara
umum, masyarakat yang melakukan pergerakan dengan tujuan yang berbeda
membutuhkan sarana penunjang pergerakan berupa angkutan pribadi (mobil,
motor) maupun angkutan umum (paratransit dan masstransit).

b) Aplikasi Waze : Urutan Nomor 2 di Dunia Sebagai Kota Terburuk


Bagi Pengendara

Pengelola perangkat lunak aplikasi navigasi Waze merilis indeks


tempat terbaik dan terburuk di dunia bagi pengendara. Dalam indeks itu
disebutkan Bogor sebagai kota terburuk kedua di dunia untuk pengendara
yang menggunakanWazesetelah Kota Cebu, Filipina.Indeks dirilis di laman
website resmi Waze dengan judulWaze Index Reveals Where in the World
are the Best and Worst Places to be a Driver. Ini merupakan indeks tahunan
kedua dengan mencantumkan enam indikator. Enam indikator itu yakni
kepadatan dan keparahan lalu lintas, keselamatan perjalanan, kualitas dan
infrastruktur jalan, kemudahan akses ke SPBU dan parkir, analisa dampak
sosial ekonomi, dan perasaan penggunaWaze. Dari enam indikator itu, Bogor
mendapat penilaian indeks terendah kedua dengan nilai 2,15 atau di posisi
185. Sementara Kota Cebu, Filipina, mendapat skor 1,15 sekaligus
mendapatkan predikat kota terburuk di dunia bagi pengendara versiWazedi
posisi 186.Indeks ini diambil berdasarkan survei di 186 kota dan 38 negara
dengan lebih dari 20 ribu penggunaWazeaktif bulanan. Ketentuan jumlah
pengguna dalam survei ditentukan untuk memastikan akurasi data dan
perbandingan pasar yang wajar.

c) Kota Bogor Sebagai Kota Destinasi Wisata dan Kuliner

Kota Bogor sebagai kota yang memiliki tempat wisata belanja,


kuliner, dan alam yang beragam menjadi salah satu tujuan wisata yang sering
dikunjungi oleh para wisatawan domestik maupun luar negeri sehingga
setiap akhir pekan banyak wisatawan yang berkunjung menggunakan
kendaraan umum dan pribadi ke tempat-tempat wisata dan kuliner yang

3
mengakibatkan Kota Bogor tidak pernah sepi dari kemacetan, menurut data
gerbang entry tol Kota Bogor rata-rata kendaraan masuk ke Kota Bogor
setiap pekan mencapai 27.522 kendaraan.

d) Bus Trans Pakuan Bangkrut

Bus Trans PakuanadalahBus rapid transitdi KotaBogoryang dikelola


oleh Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) yang merupakan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Bogor dan diresmikan pada tanggal3
Juni2007. Bus ini diharapkan akan mengurangi jumlahangkotdan solusi
kemacetan diKota Bogor. Namun saat ini Trans Pakuan saat ini mengalami
kebangkrutan dan terancam dibubarkan karena kesulitan keuangan Karena
etiap tahun mengalami defisit yang cukup besar yaitu Rp 150 juta per bulan
dan dampaknya modal pemerintah selama 7 tahun tergerus ditambahPDJT
belum bisa mengembangkan usaha lainnya seperti perbengkelan.

2. Jalan

Kondisi Jalan yang ada di Kota Bogor saat ini dengan Panjang Jalan
Nasional 30.199 Km, Kondisi baik sekali dan Kondisi baik 17.633 Km, Kondisi
sedang 10.150 Km,Kondisi buruk 2.416 Km, Panjang Jalan Propinsi 26.759 Km.
Kondisi Baik Sekali dan Kondisi Baik 10.596 KmKondisi Sedang 8.388 Km,
Kondisi Buruk 7.775 Km dan Panjang Jalan Kota 564.193 Km Kondisi Baik Sekali
dan Kondisi Baik 129.573 Km Kondisi Sedang 284.648 Km, Kondisi Buruk
73.878 Km.

Kondisi jalan sangat berpotensi terhadap kemacetan lalu lintas di Kota


Bogor karena banyaknya Jalan yang rusak atau buruk, pengaruh pedagang kaki
lima dan parkir liar yang memakan badan jalan, pusat bisnis, perdagangan dan
pusat pemerintahan yang sentral di jantung Kota Bogor, dan Jalan jalan di Kota
Bogor banyak dilewati oleh Jalur Kereta Apil Listrik (KRL) jurusan Bogor
-Sukabumi dan Bogor - Jakarta yang hampir setiap 30 menit keluar dan masuk
Kota Bogor.

3. Manusia

Faktor manusia sangat berpengaruh terhadap lalu lintas karena manusia


secara lahiriah mempunyai dua watak baik dan buruk dalam kehidupan sehari-
harinya, begitu juga dengan dalam hal menggunakan lalu lintas, baik yang

4
berkendara maupun pejalan kaki, ada yang disiplin dan tidak disiplin terhadap
aturan berlalu lintas, disamping itu ada orang yang memang secara sendirinya sadar
dan tidak sadar terhadap aturan lalu lintas. Di Negara Jepang, anak-anak sudah
diberikan edukasi tentang tata tertib berlalu lintas sehingga dari semenjak kecil
hingga pada saat dewasa mereka sudah terbiasa dengan tertib berlalu lintas di
sehingga manusia sangat berperan penting dalam mempengaruhi keadaan lalu
lintas.

4. Kendaraan

Kendaraan juga berperan besar dalam menentukan kemacetan di suatu kota


karena semakin banyak kendaraan otomatis akan menambah kemacetan kota dan
tentunya memperkecil volume jalan yang ada. Konsumen kendaraan di Kota Bogor
sangat tinggi baik secara kontan maupun kredit. Bagi orang yang mampu akan
begitu mudah membeli kendaraan secara kontan bahkan menjadi komsumtif
dengan jenis dan merek terbaru dari suatu kendaraan tertentu. Sedangkan pembeli
dengan angsuran kredit juga sangat tinggi karena dengan prosedur yang mudah dan
uang muka kecil, mereka bisa membawa pulang kendaraan baru.

Volume kendaraan di Kota Bogor yang cukup tinggi ini juga diperparah
dengan banyaknya kendaraan dari luar Kota Bogor yang memasuki Kota Bogor
dan kendaraan berplat luar Bogor namun pemiliknya bertempat tinggal di Kota
Bogor. Tinggi

Kemacetan di Kota Bogor juga dipengaruhi jumlah angkot yang tinggi dan
angkutan lain seperti dari trayek Kabupaten Bogor dan Sukabumi, yang rata-rata
banyak pengemudi angkutan yang tidak disiplin dengan aturan lalu lintas.

5. Peraturan

Sebenarnya peraturan lalu lintas yang dikeluarkan oleh Pemda Kota Bogor
melalui Peraturan Daerah (PERDA) Kota Bogor Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dan didalamnya
mengaturkewenanganPemerintah Kota Bogor dalam penyelenggaraan LLAJ,
namun perda belum sepenuhnya efektif untuk mengatasi kemacetan maupun dalam
mengatur lalu lintas, ini dikarenakan oleh ketidaktegasan aparat, kurangnya kontrol
dan pengawasan serta sering kali peraturan itu untuk suatu kepentingan oknum
tertentu.Dampak Kemacetan.

5
b. Fish Bone Analysis

Gambar 2. Diagram Fish Bone Analisys Kemacetan Lalu Lintas di Kota Bogor

Dalam analisis kemacetan lalu lintas di Kota Bogor dengan konsep fish bone
diagramsini kita bisa melihat secara sistematis dengan melihat efek dan penyebab
kemacetan lalu lintas yang membuat atau berkontribusi terhadap efek tersebut
karena fungsi diagram fishbone, dapat disebut sebagai diagram sebab-akibatuntuk
mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul
dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar penyebabnya.

Adapun yang menjadi masalah utamanya adalah kemacetan lalu lintas dengan
penyebab utamanya (primary cause) adalah sebagai berikut;

1. People yaitu masyarakat yang terkait dengan lalu lintas. Masyarakat yang
terkait dengan lalu lintas antara lain pejalan kaki, penumpang, pengemudi atau
pengendara, pembuat dan penentu kebijakan serta petugas lalu lintas dimana
masyarakat ini sangat berdampak terhadap kemacetan lalu lintas disebabkan
oleh budaya masyakat tersebut (secondary cause) antara lain;

a) Tidak disiplin. Masyarakat baik pengguna lalu lintas dalam aturan


ataupun petugas lalu lintas dalam bertugas sering sekali tidak disiplin
dalam berlalu lintas hal ini berpengaruh besar pada kemacetan.

b) Melanggar. Masyarakat terkadang sudah paham tentang aturan tetapi


terkadang tetap melanggar aturan berlalu lintas dengan secara maupun
tidak sadar.

6
c) Egoisme. Sifat egois masyakat sering sekali menjadi penyebab
kemacetan misalnya berhenti sembarangan, pengemudi angkot ngetem
sembarangan, parkir sembarangan dan lain-lain.

d) Komsumtif. Budaya komsumtif masyarakat Kota dalam pembelian


kendaraan tentunnya akan menambah volume kendaraan.

2. Method yaitu peraturan pemerintah yang terkait dengan kebijakan lalu lintas
maupun kebijakan lainnya yang berdampak terhadap kemacetan lalu lintas,
peraturan pemerintah ini berjalan disebabkan (secondary cause) oleh:
a) Tidak tegasnya petugas lalu lintas dalam menindak pelanggaran lalin.
b) Inkosistennya aturan sehingga peraturan hanya fakultatif.
c) Tidak produktifnya hasil kebijakan yang telah diterapkan
d) KKN, kadang-kadang kebijakan tersebut dimanfaatkan untuk Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme.

3. Measurement yaitu pengawasan


a) Kurangnya pengawasan dari aparat lalu lintas dan pembuat kebijakan.
b) Bahkan pengawasan tidang berfungsi sejauh bagaimana kebijakan
tersebut berdaya guna untuk mengatasi kemacetan.

4. Machine yaitu angkutan Kota


a) Banyaknya Angkot disebabkan masih banyaknya peminat dan trayek
b) Masih banyak angkot yang bodong seperti KIR mati, habis waktu
kelaikan, dan disinyalir belum mempunyai ijin trayek
c) Masih terdapat banyaknya angkot yang tidak laik.
d) Angkot selain banyak juga, rata – rata pengemudinya tidak disiplin dalam
berlalu lintas

5. Mother Nature yaitu volume kendaraan


a) Pajak Murah merupakan penyebab banyaknya orang membeli kendaraan,
sehingga masih banyak terdapat dalam satu keluarga memeliki dua
sampai tiga mobil
b) Kendaraan pribadi yang disebabkan (tersier cause) Transportasi yang
tidak nyaman
c) Kredit Ringan yang disebakan (tersier cause) oleh murahnya uang muka
dan mudahnya dalam pengurusan kredit pembelian kendaraan.

7
6. Materials yaitu volume jalan
a) PKL dan Parkir Liar merupakan penyebab sempitnya volume jalan di
Kota Bogor baik di jalan-jalan strategis maupun jalan umum.
b) Sempit dan terbatas karena luas Kota Bogor yang hanya 118,5
Km2dengan volume kendaraan, menurut Jasa Marga Kota Bogor 15.098
naik sekitar 32.,3 %

c. Causal Chain Analysis

Gambar 3. Causal Chain Analysis Kemacetan Kota Bogor

Dalam mengindentifikasikan masalah kemacetan lalu lintas di Kota Bogor


dengan menggunakan causal chain analisys kita mendapatkan sympthon lainnya
yaitu kecelakaan lalu lintas tapi kita akan fokuskan pada sympthon kemacetan lalu
lintas antara lain:

1. Volume Kendaraan semakin bertambah Karena disebabkan oleh:


a) Mudahnya mendapatkan kendaraan dengan uang muka kredit yang murah
b) Banyaknya angkutan kota yang disebabkan oleh banyak angkot yang
tidak laik misalnya bodong karena kir mati ataupun direcycle kembali
padahal sudah tidak laik

2. Volume Jalan
a) Keterbatasan lahan yang disebabkan luas Kota Bogor yang kecil dan
penambahan volume jalan akan membebani APBD

8
b) Parkir liar dan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang disebabkan oleh belum
adanya tempat relokasi PKLyang dianggap strategis.

3. Disiplin Pengguna Lalu Lintas disebabkan oleh


a) Prosedur surat ijin yang terkadang terlalu susah untuk didapatkan
sehingga mengakibatkan orang untuk mengurus dengan jalan pintas
sehingga tidak teruji dalam berlalu lintas ini disebabkan oleh kurangnya
edukasi dan penyuluhan dalam pengurusan surat ijin trayek, mengemudi
dan lain lain.
b) Kesadaran berlalu lintas masyarakat kita memang jauh dari apa yang kita
lihat dari luar negeri ini disebabkan tidak adanya edukasi sejak dini
sehingga kita terbiasa tidak disiplin dalam berlalu lintas

Sehingga dalam causal chain ini kita dapat menarik root causenya yaitu
kebijakan yang terpadu antara kebijakan ekonomi, transportasi dan model
pendidikan

d. Analisis SWOT

Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strengths),
Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan Ancaman (Threats) yang
mungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari kegiatan proyek/kegiatan usaha atau
institusi/lembaga dalam skala yang lebih luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian
dari aspek lingkungan baik yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal yang
mempengaruhi pola strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan.
1. Kekuatan (Strength)
a) Komitmen Walikota dalam memberantas Korupsi & pungli
b) APBD yang cukup besar
c) Keterbukaan Pemda dalam setiap program
d) Sistem Perijinan Online
2. Kelemahan (weakness)
a) Masih ada permainan oknum perijinan
b) Ketegasan para petugas dalam menidak pelanggaran
c) Transportasi massal dari pemda (trans Pakuan), belum optimal,
memberatkan APBD

9
d) Petugas yang berwenang tidak tegas.
e) Perijinan trayek dipermainkan oknum
f) Pembuatan surat ijin masih ada permainan oknum dan calo
g) Ketidakberdayaan Pemda dlm regulasi pembelian kendaraan baru
3. Peluang (Opportunity)
a) Keberdaan Istana Negara yang ditempati Presiden
b) Program TNI/Polri Masuk Sekolah
c) Transportasi Online
d) Investor pihak swasta
4. Ancaman (treaths)
a) Aksi protes dari para pengusaha angkot/msy thd kebijakan baru
b) PKL tidak mau direlokasi
c) Pembatasan jumlah angkot akan menyebabkan pengangguran baru
d) Kebijakan Pajak progresif dan tarif parkir mahal membebani msyarakat

e. Strategi Analisis SWOT

Untuk merumuskan strategi yang tepat bagi penanggulangan kemacetan lalu


lintas di Kota Bogor menggunakan analisis SWOT. SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities and Threats) Analysis adalah analisis yang dilakukan untuk dapat
melakukan identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan internal serta peluang dan ancaman yang berasal dari
lingkungan eksternal. Manfaat analisis ini sebagai bahan acuan untuk
memperkuat kekuatan dan memanfaatkan peluang serta meminimalkan kelemahan
dan menetralkan ancaman.

Sebagai langkah awal analisis dimulai dengan mengidentifikasikan berbagai


faktor strategi internal dan eksternal yang menunjang untuk mengatasi kemacetan
lalu lintas di Kota Bogor dan selanjutnya melakukan analisa atas berbagai faktor
strategi sesuai dengan tahap analisis SWOT sebagai berikut.

1. Analisis Lingkungan Internal

Analisis Lingkungan Internal (Internal Faktor Analisis Strategi-IFAS)


merupakan sejumlah data berkaitan dengan kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness) yang berasal dari dalam keluar, terkait dengan IFAS, berdasarkan
urgensinya adalah sebagai berikut:

10
a) Kekuatan (Strengths)
1) Komitmen Pemerintah Walikota dalam memberantas pungutan liar.
2) Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang cukup besar.
3) Keterbukaan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam setiap program.
4) Sistim perijinan online
b) Kelemahan (Weaknesses)
1) Masih ada pemain oknum perijinan.
2) Ketegasan para petugas dalam menindak pelanggaran
3) Transportasi massal dari pemda (Trans, Pakuan) belum optimal,
memberatkan APBD.
4) Petugas yang berwenang tidak tegas.
5) Perijinan trayek dipermainkan oknum.
6) Pembuatan Surat Ijin masih ada permainan oknum dan calo.
7) Ketidak berdayaan Pemda dalam Regulasi pembeliaan kendaraan
baru
2. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis Lingkungan Eksternal (Eksternal Faktor Analisis Strategi-
EFAS) merupakan sejumlah data berkaitan dengan peluang (opportunity) dan
ancaman (threat) yang berasal dari luar kedalam, terkait dengan EFAS,
berdasarkan urgensinya adalah sebagai berikut:
a) Peluang (Opportunities)
1) Keberadaan Istana Negara yang di tempati Presiden
2) Program TNI/Polri masuk sekolah
3) Transportasi online.
b) Tantangan/Ancaman (Threats)
1) Aksi Proses dari para pengusaha angkot/masyarakat terhadap
kebijakan baru.
2) Pedagang Kaki Lima (PKL) tidak mau di relokasi
3) Pembatasan angkot akan menyebabkan permasalahan baru.
4) Kebijakan pajak progresif dan tarif parkir mahal membebani
masyarakat.
Adapun langkah untuk mencapai strategi terhadap permasalahan kemacetan
lalu lintas di Kota Bogor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kekuatan (Strengths)- Peluang (Opportunities) (S-O)

11
1) Presiden yang mendiami Istana Bogor secara tidak langsung
memberikan efek akan terkait dengan kenyamanan berlalu lintas dlm
perjalanan presiden
2) Mengkaji ulang semua kebijakan yang terkait dengan perundang
undangan, peraturan pemerintah
3) Mensosialisasikan setiap kebijakan-kebijakan tersebut kepada
public.
4) APBD Kota Bgr yang cukup besar bisa untuk memfasilitasi program
TNI & Polri dlm penyuluhan keamanan dan tertib lalu lintas
5) Dengan adanya Komitmen Pemkot dalam memberantas korupsi dan
pungli serta transparasi program, akan mengundang investor swasta
dalam mengivestasikan modal

b) Kelemahan (Weaknesses)- Peluang (Opportunities) (W-O)


1) Diharapkan dengan adanya investor swasta bisa menggandeng
BUMD Trans Pakuan dalam pengelolaan Moda Transportasi
2) Membuat standar pelayanan masyarakat (SPM) dan SOP (Standar
Operasional Prosedur) untuk memberikan pelayanan.
3) Membangun Sistim informasi yang strategis
4) Masyarakat diharapkan memanfaatkan perijinan online untuk
menghindari pungli dan permainan oknum aparat.

c) Kekuatan (Strengths)- Tantangan/Ancaman (Threats) (S-T)


1) APBD yang cukup besar bisa untuk membeli lahan dan penataan
relokasi PKL dan Parkir Liar
2) Dengan adanya keterbukaan pemkot dalam setiap programnya
diharapkan PKL, Parkir Liar ataupun pengusaha angkot untuk
menyampaikan aspirasi dan menerima kebijakan tersebut tanpa
adanya penolakan atau unjuk rasa.
3) Melakukan pendekatan secara persuasif, dengan cara
bermusyawarah
4) Membuat Peraturan Daerah tersendiri tentang Perijinan dan pajak
progresif serta tarif parkir yang tidak membebani masyarakat

d) Kelemahan (Weaknesses)-Tantangan/Ancaman (Threats) (W-T)


1) Ketegasan Pemerintah Kota Bogor dalam mengambil keputusan

12
2) Pemerintah Kota berupaya menyiapkan tranportasi umum yang
aman dan nyaman terhadap pengguna transportasi.
3) Tindakan tegas secara hukum terhadap oknum aparatur dan
pelanggar lalu lintas dengan tidak memadang bulu kepada siapapun
yang melanggar.
4) Adanya edukasi secara simulatan kepada aparatur dan pengguna lalu
lintas

Dari hasil analisis menunjukkann bahwa penanggulangan kemacetan lalu


lintas di Kota Bogor menjadi sebuah keharusan. Upaya penanggulangan kemacetan
lalu lintas merupakan suatu pemenuhan kebutuhan masyarakat agar merasakan rasa
aman, tertib dan nyaman dalam berlalu lintas.

Penanggulangan kemacetan lalu lintas bisa dilaksanakan apabila bersinerginya


antara pemerintah dengan masyarakat yang didukung oleh kebijakan pemerintah
yang memadai. Selain upaya sinergitas dan integritas diantara pemerintah dan
masyarakat, juga memerlukan keterpaduan pengelolaan dalam sarana dan prasana.
Upaya penanggulangan kemacetan lalu lintas ini, memerlukan suatu penataan dan
pengaturan yang dapat lebih menjembatani keserasian dalam memprioritaskan
kepentingan penanggulangan kemacetan. Dengan menggunakan perangkat
pengaturan yang sederhana, tegas dan kenyal, serta wujud penanggulangan
kemacetan lalu lintas, dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi beraktivitas.

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang dapat dilakukan yaitu
melaksanakan strategi konsolidasi. Strategi tersebut berarti memanfaatkan peluang
yang ada seefektif mungkin untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki.

Kesimpulan Dan Saran


a. Kesimpulan
Dari hasil analisis terhadap permasalahan kemacetan lalu lintas di Kota Bogor
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

13
1. Kota Bogor dikenal sebagai "Kota Sejuta Angkutan Kota", ini terjadi karena
banyaknya angkutan kota yang memadati jalan-jalan di Kota Bogor dan selalu
menimbulkan kemacetan.
2. Sumber kemacetan lalu lintas adalah keterbatasan prasarana lalu lintas,
jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas, tingginya perkembangan dan aktivitas
penduduk.
3. Prioritas utama untuk mengatasi kemacetan di Kota Bogor adalah
pengurangan angkutan kota dan/atau penggantian moda. Hal ini karena jumlah
kendaraan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kebijakan berikutnya
dengan nilai yang relatif dekat yaitu kebijakan pengaturan trayek, artinya kebijakan
utama tersebut dapat dilaksanakan dengan di-back up kebijakan pengaturan trayek,
jika tidak maka kebijakan utama tidak akan optimal. Karena ada beberapa daerah
yang dilewati oleh lebih dari satu trayek.
4. Penanggulangan kemacetan lalu lintas bisa dilaksanakan apabila
bersinerginya antara pemerintah dengan masyarakat yang didukung oleh kebijakan
pemerintah yang memadai
5. Dari hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa strategi yang dapat dilakukan
yaitu melaksanakan strategi konsolidasi. Strategi tersebut berarti memanfaatkan
peluang yang ada seefektif mungkin untuk meminimalkan kelemahan yang
dimiliki.

b. Saran

Dari kesimpulan di atas dapat ditawarkan beberapa rekomendasi bagi


penanggulangan kemacatan lalu lintas di Kota Bogor yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah Kota Bogor agar segera membenahi setiap kebijakan


yang kontra produktif secara komprehensif bagi upaya masalah kemacatan lalu
lintas agar kendala-kendala yang menghambat upaya tersebut dapat diatasi dan
berhasil pada saat diimplementasikan.

2. Bagi Instansi yang ada di Kota Bogor diharapkan dapat lebih proaktif
untuk berperan dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.
3. Pemerintah Kota Bogor bersama-sama masyarakat untuk bersinergi
secara terintegrasi dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.

Daftar Pustaka

14
http://kotabogor.go.id/index.php/main
Indonesia, P. R. (2009). Undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009
tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Eko Jaya.
Nagai, T., & Suzuki, N. (2000). Isolation of collagen from fish waste material—
skin, bone and fins. Food Chemistry, 68(3), 277-281.
Sapta, R. D. (2009). Analisis dampak kemacetan lalu lintas terhadap sosial
ekonomi pengguna jalan dengan contingent valuation method (CVM)(Studi kasus: Kota
Bogor, Jawa Barat).
http://kotabogor.go.id/index.php/main
https://bogorkota.bps.go.id/
http://news.detik.com/berita/3300034/survei-waze-bogor-jadi-tempat-terburuk-
kedua-di-dunia-untuk-berkendara

15

Anda mungkin juga menyukai