Anda di halaman 1dari 22

“Peningkatan Kemampuan Berbahasa Pada Peserta Didik Melalui Metode

Bercerita Menggunakan Gambar Di Kelompok B Tk Sekar Arum Desa


Wonokerso Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang tahun Ajaran
2013/2014”
ABSTRAK

Bercerita menggunakan gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa peserta


didik adalah suatu usaha agar kegiatan pembelajaran tidak monoton, membosankan dan
menjenuhkan. Dalam kenyataannya kegiatan pembelajaran masih tekstual sehingga bentuk-
bentuk analogi yang harus dikembangkan secara kontekstual masih terkesan stagnasi. Akibat
dari pembelajaran seperti itu, untuk menstimulasi anak supaya mampu berbahasa,
mengkomunikasikan apa yang diinginkan / dirasakan kepada orang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pembelajaran bercerita
menggunakan gambar di TK Sekar Arum Wonokerso Kandeman Batang; 2) untuk mengetahui
kemampuan berbahasa peserta didik TK Kelompok B TK Sekar Arum Wonokerso Kandeman
Batang; 3) untuk mengetahui sejauh mana metode bercerita menggunakan gambar dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik Kelompok B di TK Sekar Arum Wonokerso
Kandeman Batang.
Adapun pendekatan metode ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dan
menggunakan pendekatan kuantitatif yang didalamnyamengutamakan deskriptif analitik untuk
memecahkan konsep-konsep dan juga menggunakan konsep-konsep numerik statistik.
Dalam pelaksanaannya penelitian ini terbagi atas dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Siklus I memberikan pengajaran secara umum dan siklus II berkenaan dengan perumusan
materi pembelajaran.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah metode
pembelajaranbercerita menggunakan gambar yang dilakukan pada anak Kelompok B diTK
Sekar Arum Wonokerso Kandeman Batang dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa peserta didik adalah suatu pilihan yang tepat dan cermat. Hal ini dapat dilihat dari
paparan data perkembangan dari siklus I ke siklus berikutnya yang terdapat perkembangan
secara signifikan. Dapat dilihat dengan jelas darikemampuan berbahasa peserta didik yang
mula-mula hanya mencapai 26% dengan penggunaan metode tepat dan cermat akhirnya
merubah menjadi79%.

Kata kunci : bercerita, berbahasa, gambar

(Kontak Person : 085385084555 Email: ifanajjah@gmail.com)


Diposkan oleh Ifan Prasetiyo di 00.02

Reaksi:
3 komentar: Link ke posting ini

JUDUL-JUDUL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


UPAYA MENINGKATKAN KREATIFITAS MELIPAT KERTAS
MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA KELOMPOK A SEMESTER
I TK. AISYIYAH DESA TEGALSARI KECAMATAN KANDEMAN
KABUPATEN BATANG

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PENGENALAN KONSEP


BILANGAN MELALUI MEDIA BALOK BERANGKA 1 SAMPAI 5 PADA PESERTA
DIDIK KELOMPOK A
DI TAMAN KANAK-KANAK MEKAR SARI KANDEMAN KECAMATAN KANDEMAN
KABUPATEN BATANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA PESERTA


DIDIK MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN GAMBAR
DI KELOMPOK B TK SEKAR ARUM DESA WONOKERSO
KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG

UPAYA MENINGKATKAN DAYA KREATIVITAS MENGGAMBAR


EKSPRESI MELALUI PENSIL WARNA PADA PESERTA DIDIK TK
SEJAHTERA KELOMPOK B DESA SOJOMERTO KECAMATAN REBAN
KABUPATEN BATANG

UPAYA MENINGKATKAN KOGNITIF ANAK DALAM PENGEMBANGAN KONSEP


BILANGAN DAN LAMBANG BILANGAN
DENGAN METODE BERMAIN MELALUI MEDIA GAMBAR
PADA ANAK KELOMPOK B SEMESTER I TK ASY-SYIFA’ KARANGGENENG
KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG

MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA PADA


PESERTA DIDIK MELALUI METODE MENYIMAK CERITA
TK SEKAR ARUM KELOMPOK A DESA WONOKERSO
KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG

(Kontak Person 085385084555 Email: ifanajjah@gmail.com)


Diposkan oleh Ifan Prasetiyo di 00.00

Reaksi:
Tidak ada komentar: Link ke posting ini
SELASA, 23 JUNI 2015
PENERAPAN MEDIA BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN MENGANYAM DI KELOMPOK B1 TK MELATI DESA
KENCONOREJO KECAMATAN TULIS KABUPATEN BATANG
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan anak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan

ketrampilan anak dalam bergerak. Sementara secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan

fisik akan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dirinya sendiri dan cara pandang anak terhadap

orang lain, perkembangan fisik berjalan seiring dengan perkembangan motorik.

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui

kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Oleh karena itu, perkembangan fisik dan

motorik tidak dapat di pisahkan karena keduanya saling mendukung satu sama lain.

Kemampuan motorik halus merupakan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan yang

melibatkan koordinasi antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan, lengan

yang digunakan untuk aktifitas seni seperti menggunting, melukis, dan mewarnai.

Salah satu tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan kita adalah mampu menciptakan

manusia yang memiliki kemampuan dalam bidang ketrampilan atau seni. Keinginan ini tidak bisa

diindahkan begitu saja oleh dunia pendidikan kita, begitu pula dengan lembaga formal taman kanak-

kanak. Taman kanak-kanak sebagai lembaga formal terendah juga harus mampu menciptakan anak-anak

yang berkemampuan ketrampilan yang baik yang mempunyai jiwa seni yang baik pula. Akan tetapi juga

tidak boleh mengesampingkan prinsip belajar di Taman Kanak-kanak “belajar sambil bermain, bermain

seraya belajar” dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak juga

tidak boleh menargetkan pada suatu hasil tapi pada prosesnya. Jika prosesnya benar dan baik, secara

otomatis hasilnya juga akan baik.

Berdasarkan kurikulum yang mengharuskan di dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak

ada dua aspek yang harus dikembangkan yaitu pembentukan sikap perilaku dan pembentukan
kemampuan dasar. Dari dua aspek perkembangan tersebut peneliti melakukan pengamatan di TK Melati

Kecamatan Tulis Kabupaten Batang khususnya kelompok B1 yaitu pada perkembangan motorik

halus. Dari hasil pengamatan tersebut terdapat hal yang menarik bahwa ketika pembelajaran menganyam

ketrampilan anak-anak di TK Melati Kecamatan Tulis Kabupaten Batang masih kurang. Hal tersebut di

tandai dengan belum rapinya hasil karya anak dalam kegiatan tersebut. Kemudian saat pembelajaran

terlihat anak-anak kurang antusias dalam mengerjakan kegiatan dan terkesan lambat saat menyelesaikan

pekerjaan.

Masalah yang terjadi tidak terlepas dari kurangnya wawasan guru dalam memilih dan

menerapkan media yang tepat untuk digunakan dalam mengembangkan ketrampilan menganyam anak.

Kondisi seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena jika penerapan proses awal salah, hal ini bisa

dipastikan bahwa proses selanjutnya juga akan mengalami kegagalan. Maka dalam hal ini harus diadakan

perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan adanya permasalahan diatas, peneliti mencoba untuk menerapkan

penggunaan media bahan alam dalam meningkatkanketrampilan menganyam di Kelompok B1 TK Melati

Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Media bahan alam merupakan bahan-bahan yang terdapat di sekitar

lingkungan TK dan banyak ditemukan di sekitar tempat tinggal anak. Karena TK Pertiwi Ranting

Taraweang berada di desa yang memang melimpah dengan bahan-bahan tersebut.

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah


1. Rumusan Masalah

Setelah membaca latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan

permasalahannya sebagai berikut :

a. Apakah penerapan media bahan alam bisa digunakan untuk meningkatkan keterampilan menganyam di

kelompok B1 TK Melati Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?

b. Bagaimanakah penerapan bahan alam dalam meningkatkanketrampilan menganyam di kelompok B1 TK

Melati Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?

2. Pemecahan Masalah
Melihat rumusan masalah di atas maka peneliti berusaha untuk memecahkan masalah sebagai

berikut :

a. Menganyam adalah membuat suatu karya seni kriya dengan cara melilitkan suatu bahan secara berselang-

seling menggunakan tangan dimana bahan di atur secara tindih menindih dan silang-menyilang.

b. Media bahan alam dapat meningkatkan ketetampilan menganyamkarena media ini sangat banyak di

lingkungan anak dan sejak kecil anak sudah mengenal dan bergelut dengan bahan-bahan tersebut. Anak

sudah terbiasa megenal dan bermain dengan bahan tersebut sehingga bahan tersebut cocok digunakan

untuk meningkatkan ketrampilan menganyam. Indikator peningkatan keterampilan menganyam

adalah anak dapat menyelesaikan tugas sampai selesai, menganyam dengan benar, hasil anyaman

rapi danselesai tepat waktu.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan pemecahan masalah yang dikemukakan maka peneliti

mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan keterampilan menganyam di Kelompok B1 Melati Kecamatan Tulis Kabupaten

Batang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan menganyam dapat di tingkatkan melalui penerapan

media bahan alam.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah cakrawala atau khasanah pengetahuan tentang pengembangan ketrampilan

menganyam melalui penggunaan media gbahan alam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru
1) Sebagai wujud nyata usaha guru dalam rangka mengembangkan ketrampilan

menganyam melaluipenggunaan media bahan alam.

2) Sebagai bahan perbandingan dan introspeksi diri terhadap segala bentuk kekurangan dan kelemahan guru

dalam hal pembelajaran motorik halus sehingga dapat ditekan sejak dini kesalahannya.

3) Sebagai motivasi guru agar selalu kreatif dan inovatif dalam setiap pembelajaran.

4) Sebagai bahan tambahan media pembelajaran dalam bidang kemampuan motorik halus khusunya

menganyam.

b. Bagi Siswa

1) Kegiatan menganyam merupakan life skill yang harus diketahui dan dimiliki anak karena suatu saat nanti

hal ini akan berguna dalam kehidupan mereka.

2) Menumbuhkan perasaan senang terhadap kegiatan menganyam.

3) Meningkatkan motivasi belajar anak didik agar lebih percaya diri.

4) Mengenalkan lebih dekat pada anak tentang penggunaan bahan alam dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Sekolah

1) Proses kegiatan belajar mengajar jadi lancar karena anakdalam keadaan senang.

2) Program-program yang diselenggarakan sekolah juga akan berjalan sesuai yang diharapkan.

3) Kegiatan belajar mengajar semakin meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

4) Meningkatkan mutu pembelajaran sehingga bisa lebih menarik minat peserta didik untuk angkatan

selanjutnya.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,


DAN HIPOTESIS TNDAKAN

A. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat Menganyam
Anyaman adalah serat yang dirangkaikan hingga membentuk benda yang kaku, biasanya untuk
membuat keranjang atau perabot (wikipedia indonesia, 2015). ............................dst

B. KERANGKA BERPIKIR
Kegiatan menganyam di Kelompok B1 TK Melati Kecamatan Tulis Kabupaten

Batang masih kurang dan belum sesuai harapan. Hal ini ditandai dengan belum rapinya hasil karya anak

dalam kegiatan tersebut. Kemudian saat pembelajaran terlihat anak-anak kurang antusias dalam

mengerjakan kegiatan dan terkesan lambat saat menyelesaikan pekerjaan. Penerapan media bahan alam

di pandang dapat meningkatkan ketrampilan menganyam karena bahan alam merupakan bahan-bahan

yang terdapat di sekitar lingkungan TK dan banyak ditemukan di sekitar tempat tinggal anak.

Setiap kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga media yang

baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Media bahan alam

dipandang dapat melibatkan anak secara fisik, intelektual maupun mental dalam

pembelajaran menganyam karena faktor keterdekatan anak dalam mengenal bahan-bahan tersebut

sebelumnya. Guru juga mempertimbangkan teknologi yang tersedia dan kemudahan dalam

penggunaannya dalam pembelajaran, seperti alat bantu utuk menganyam dll.

C. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan uraian di atas dapat diajukan suatu hipotesis bahwa keterampilan menganyam
dapat di tingkatkan melalui penerapan media bahan alam di Kelompok B1 TK Melati
Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.
Diposkan oleh Ifan Prasetiyo di 09.57

Reaksi:
3 komentar: Link ke posting ini
SENIN, 13 MEI 2013
SABTU, 30 OKTOBER 2010

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR MELALUI


PENDEKATAN CONTEXTUAL LEARNING DI KELOMPOK B TK MELATI
DESA KENCONOREJO KECAMATAN TULIS KABUPATEN
BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejak usia dini anak sudah dikenalkan menggambar. Dalam pembelajaran di TK kebanyakan
guru kurang memperhatikan hasil belajar anak terhadap pembelajaran yang satu ini. Guru
sering menggunakan menggambar sebagai pembelajaran relaksasi pada anak tanpa
memperhatikan hasil karya anak sehingga didapati hasil karya anak dalam pembelajaran
menggambar terkesan tanpa arahan.
Pada prinsipnya kegiatan menggambar yang dilakukan oleh anak merupakan kegiatan naluriah,
seperti halnya kegiatan makan, minum, berbicara, dan bercerita kepada orang lain. Kegiatan
menggambar bersamaan dengan kegiatan orang lain seperti memilih dan mengenakan pakaian
yang dilakukan oleh anak. Rasa seni dimulai dengan bagaimana anak bisa menata benda-
benda disekitarnya. Jika hal tersebut tidak dilakukan oleh anak, maka pendidik perlu segera
mendidik dan membimbingnya.
Ditjen Dikdasmen, (2006), tentang standar kompetensi kelompok B, menyebutkan bahwa anak
mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan, imajinasi dan
menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Kemudian dalam hasil belajar
anak, diharapkan agar dapat menggambar sederhana dengan berbagai media seperti arang,
kapur, crayon, pensil warna, pastel dan lain-lain. Untuk saat ini tuntutan dari kurikulum tersebut
belum bisa direalisasikan di TK Melati
Khusus dalam pembelajaran menggambar di TK Melati anak masih kurang kreatif dalam
menggambar. Hal ini terlihat dari hasil karya anak dalam menggambar. Coretan yang dihasilkan
anak masih berkesan umum dan menampilkan gambar yang sama setiap pengerjaan tugas
menggambar. Misal: anak hanya menggambar rumah saja, anak menggambar gunung saja,
atau anak menggambar pohon saja. Selain itu ketika anak diberikan tugas untuk mengambar
suasana kelas sering ramai, anak sering jalan-jalan sendiri dan tidak serius dalam
menggambar.
Melihat kondisi yang seperti ini penulis mencoba meningkatkan kreatifitas anak dalam
menggambar melalui pendekatan kontekstual learning. Kepada anak akan diperlihatkan bentuk
asli dalam pembelajaran menggambar. Pendekatan ini dirasa perlu diterapkan untuk mengganti
metode konvensional dalam pembelajaran menggambar di TK Melati.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah penelitian: ”Apakah pendekatan
kontekstual learning dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas menggambar di kelompok
B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang?”.

C. Tujuan Perbaikan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kreatifitas anak dalam
menggambar dapat ditingkatkan melalui pendekatan contexstual learning di anak didik
kelompok B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang.

D. Manfaat Perbaikan

1. Anak mampu meningkatkan kreatifitas menggambar yang muaranya tertuju pada


peningkatan fungsi otot-otot motorik halus anak.
2. Anak mampu menuangkan ide dan gagasan pada kertas gambar secara baik.
3. Menumbuhkan jiwa seni pada diri anak sejak dini.
4. Guru dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam memecahkan masalah
menggambar.
5. Sekolah mempunyai cara baru dalam melaksanakan pembelajaran menggambar bebas di
TK.

BAB. II
KAJIAN PUSTAKA

Untuk mewujudkan pembelajaran menggambar yang efektif, guru TK harus memahami dengan
baik arti menggambar dan penerapannya dalam contextual learning. Selanjutnya, konsep
menggambar dan contexstual learning dibahas seperti di bawah ini.

A. Pengertian Menggambar

Kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau
hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.(Wikipedia Indonesia, 2009).
Kreativitas adalah proses timbulnya ide baru, sedangkan inovasi adalah pengimplementasian
ide itu sehingga dapat merubah dunia (Tanadi Santoso, 2009).
Dalam melakukan sesuatu seperti menggambar dibutuhkan kreativitas karena kreativitas
mampu membelah batasan dan asumsi dan membuat koneksi pada hal lama yang tidak
berhubungan menjadi sesuatu yang baru. Menggambar tidak hanya sekedar kegiatan membuat
sebuah gambar namun lebih dari itu yaitu sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-
anak. Kegiatan untuk menyalurkan ide dan gagasan kedalam kertas gambar.
Menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencoret,
menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain dan memberi warna, sehingga
menimbulkan gambar (Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi S, 2008).
Menggambar adalah kegiatan-kegiatan membentuk imajinasi, dengan menggunakan banyak
pilihan tehnik dan alat. Bisa pula menggambar berarti membuat tanda-tanda tertentu di atas
permukaan dengan mengolah goresan dari alat gambar (Wikipedia Indonesia, 2009).
Kegiatan menggambar dilakukan dengan kesadaran penuh berupa maksud dan tujuan tertentu
maupun sekedar membuat gambar tanpa arti. Kegiatan ini dimulai dari menggerakkan tangan
untuk mewujudkan sesuatu bentuk gambar secara tidak segaja, sampai dengan menggambar
untuk maksud tertentu. Anak-anak akan merasa senang setelah menggambar karena hal itu
menjadi suatu cara berkomunikasi kepada orang lain. Apalagi, ketika gambar anak tersebut
ditanggapi oleh orang tua dengan pertanyaan tentang makna dan arti bentuk gambar yang
dihasilkan.

B. Contextual Learning

Bagi anak normal ketika melihat suatu gambar maka terjadi proses berpikir, dimana cita-cita
dan angan-angannya akan tumbuh terus. Pada saat ini gambar berfungsi sebagai stimulasi
munculnya ide, pikiran maupun gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya mendorong anak untuk
berbuat, mengikuti pola berpikir seperti gambar atau justru muncul ide baru dan menggugah
rasa. Proses ini kadangkala tidak disadari oleh orang tua, sehingga kritikan atau evaluasi
diberikan kepada anak seolah-olah diberikan kepada orang dewasa.
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru
sebagai sumber utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam
menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan pengetahuan awal anak. Untuk itu
diperlukan suatu pendekatan belajar yang memberdayakan anak didik. Salah satu pendekatan
yang memberdayakan anak didik adalah pendekatan kontektual learning.
Contektual learning dikembangkan oleh The Washington State Concortium for Contextual
Teaching And Learning yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-
lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya
adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia
untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat SLTP Depdiknas.
Pendekatan contextual learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya degan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education) (dikutip Depdiknas,
2006).
Dalam konteks ini anak perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa
mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini anak akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Sehingga akan membuat mereka memposisikan
sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan
anak akan berusaha untuk menanggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran contextual adalah membantu anak dalam mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru
bagi anak. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered.
Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :
1. Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh anak.
2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup anak melalui proses pengkajian secara
seksama.
3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal anak yang selanjutnya memilih dan
mengiyakan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual.
4. Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan
mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki anak dan lingkungan hidup mereka.
5. Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman anak, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan
refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.

Depdiknas, (2006), dalam pengajaran contextual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar
yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying),
kerjasama (coorperating) dan mentransfer (transfering).
1. Mengaitkan (relating) adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme.
Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah
dikenal anak. Jadi dengan demikian mengkaitkan apa yang sudah diketahui anak dengan
informasi baru.
2. Mengalami (experiencing) merupakan inti belajar contextual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun mengetahui sebelumnya. Belajar
dapat terjadi lebih cepat ketika anak dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan
bentuk-betuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan (applying), anak menerapkan suatu konsep ketika ia melakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi anak dengan memberikan latihan yang realistik
dan relevan.
4. Kerjasama (coorperating), anak yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya anak yang bekerja secara kelompok sering dapat
mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya
membantu anak mempelajari bahan ajar tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer (transfering), peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar
dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.

Menurut Blanchard (dikutip Depdiknas, 2006) ciri-ciri contextual adalah :


1. Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
2. Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks.
3. Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar anak dapat belajar mandiri.
4. Mendorong anak untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri
5. Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan anak yang berbeda-beda
6. Menggunakan penilaian otentik.

Menurut Rachmadiarti (2002), suatu proses kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan
berorientasi pada kontekstual learning apabila mempunyai tujuh pilar yaitu :
1. Inkuiri (inquiry)
2. Bertanya (questioning)
3. Kontruktivisme (contruktivism)
4. Masyarakat belajar (learning community)
5. Penilaian autentik (autentic assesment)
6. Refleksi (reflection)
7. Permodelan (modelling)

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan contextual memiliki tujuh komponen


utama yaitu: konstruktivisme (contruktivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai
berikut :

1. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir contextual learning and teaching (CTL), yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi
merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental
membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimiliki.

2. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis konstektual karena
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh anak diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry)
merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
(conclusion).

3. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi
utama pembelajaran berbasis contextual. Kegiatan bertanya berguna untuk menggali informasi,
menggali pemahaman anak, membangkitkan respon kepada anak, mengetahui sejauh mana
keingintahuan anak, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui anak, memfokuskan perhatian
pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari anak
untuk menyegarkan kembali pengetahuan anak.

4. Masyarakat Belajar (learning community)


Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama
dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ’sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar
yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah,
dua kelompok atau lebih yag terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5. Permodelan (modelling)
Permodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru
menginginkan anak didiknya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar anak
didiknya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model
dapat dirancang dengan melibatkan anak dan juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran,
guru menyisakan waktu sejenak agar anak didik melakukan refleksi yang berupa pernyataan
langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya (autentic assesment)


Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai
perkembangan belajar anak. Dalam pembelajaran berbasis kontekstual, gambaran
perkembangan belajar anak didik perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa anak
mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang
relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

BAB. III
PELAKSAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelompok B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan


Tulis Kabupaten Batang tahun pelajaran 2009/2010. Anak didik kelompok B terdiri dari 14 anak
yang terbagi menjadi 7 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Sekolah terletak di pinggir utara
Kota Batang yang penduduknya bekerja sebagai buruh tani. Kondisi ini menyebabkan perhatian
orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya kurang dan motivasi belajar anak rendah.
Disamping itu fasilitas belajar di sekolah juga kurang memadai. Peneliti adalah guru Kelompok
B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang dan pengamat adalah
saudara Ifan Prasetiyo rekan guru dan mahasiswa S1 PG PAUD.

B. Deskripsi Per Siklus

Penulis merencanakan kegiatan perbaikan dengan membuat jadwal kegiatan perbaikan


sebagai berikut :

Siklus I
1 SKH 1 dilaksanakan tanggal 27 Oktober 2009
2 SKH 2 dilaksanakan tanggal 28 Oktober 2009
3 SKH 3 dilaksanakan tanggal 29 Oktober 2009
4 SKH 4 dilaksanakan tanggal 30 Oktober 2009
5 SKH 5 dilaksanakan tanggal 31 Oktober 2009

Siklus II
1 SKH 1 dilaksanakan tanggal 03 Nopember 2009
2 SKH 2 dilaksanakan tanggal 04 Nopember 2009
3 SKH 3 dilaksanakan tanggal 05 Nopember 2009
4 SKH 4 dilaksanakan tanggal 06 Nopember 2009
5 SKH 5 dilaksanakan tanggal 07 Nopember 2009

Setelah rencana perbaikan pembelajaran siklus I disetujui oleh supervisor, penulis meminta izin
ke kepala sekolah untuk melakukan perbaikan pembelajaran. Untuk mengumpulkan data,
penulis meminta bantuan rekan sejawat. Untuk menyamakan persepsi guru peneliti dan
pengamat, sebelum pelaksanaan perbaikan dimulai, guru peneliti, dan pengamat
membicarakan aspek-aspek perbaikan yang perlu diperhatikan. Dalam pelaksanaannya rekan
sejawat duduk di belakang dan mengamati seluruh jalannya perbaikan pembelajaran. Untuk
mencatat informasi mengenai penampilan perbaikan pembelajaran ini, pengamat mengisi
lembar observasi dan lembar penilaian (terlampir).
Secara umum prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan melalui tahap-tahap
kegiatan awal (apersepsi), kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Secara khusus, kegiatan perbaikan
pembelajaran dilakukan melalui serentetan aktivitas yang tercantum dalam kegiatan inti RPP I
dan RPP II (terlampir). Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I, penulis melakukan
aktivitas-aktivitas sebagai berikut :
SKH 1
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman Taman Kanak-Kanak.
3. Guru meminta anak-anak mengamati suasana pagi hari di sekitar lingkungan TK.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman TK

SKH 2
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar matahari.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman Taman Kanak-Kanak.
3. Guru meminta anak-anak untuk melihat matahari sebentar.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman TK

SKH 3
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke dekat pasar.
3. Guru meminta anak-anak mengamati suasana siang hari didekat pasar .
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di dekat pasar.

SKH 4
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar di dekat sawah.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke sawah.
3. Guru meminta anak-anak mengamati suasana di sawah.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di lingkungan dekat sawah.
SKH 5
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar buah apel.
2. Guru meletakkan buah apel merah dan hijau di meja agar dilihat anak-anak.
3. Guru meminta anak-anak mengamati buah apel tersebut.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar buah apel.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kelas.
Pada siklus II penulis menyusun aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran sebagai perbaikan
atau peningkatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I. Aktivitas-aktivitas perbaikan
pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut :
SKH 1
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar bunga matahari.
2. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman Rumah Pak Tarto.
3. Guru meminta anak-anak mengamati bunga matahari di halaman rumah Pak Tarto.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar bunga matahari.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman rumah Pak Tarto.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.

SKH 2
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar roti donat.
2. Guru memperlihatkan kepada anak-anak roti donat dan meminta anak-anak untuk mencicipi
sedikit.
3. Anak-anak mengamati roti donat yang telah di makan.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar roti donat.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kelas.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.

SKH 3
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar pohon cemara.
2. Guru mengajak anak-anak ke kebun Pak Kardi.
3. Anak-anak mengamati pohon cemara di kebun.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar pohon cemara.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kebun.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.

SKH 4
Aktivitas-aktivitas perbaikan :
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar televisi.
2. Guru mengajak anak-anak ke rumah Bu Wati.
3. Anak-anak mengamati televisi di rumah Bu Wati.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar televisi.
5. Kegiatan menggambar dilaksanakan di ruang tengah rumah Bu Wati.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.

SKH 5
Aktivitas-aktivitas perbaikan:
1. Guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar suasana di sawah.
2. Guru mengajak anak-anak ke sawah di depan TK.
3. Anak-anak mengamati sawah yang saat ini kering.
4. Setelah dirasa cukup anak-anak mulai menggambar sawah.
5. Kegiatan menggambar di sekitar area pesawahan.
6. Guru menungui anak-anak saat menggambar.

Setelah perbaikan pembelajaran pada masing-masing siklus selesai, penulis dan pengamat
melakukan dialog mengenai pelaksanaan perbaikan. Hasil dialog ini menjadi bahan refleksi bagi
penulis. Penampilan aktivitas perbaikan yang telah baik dipertahankan dan yang belum baik
ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Pada siklus I, penampilan aktivitas perbaikan yang telah baik meliputi :
1. Menggambar suasana pagi hari, nilai 4.
2. Menggambar matahari, nilai 4.
3. Menggambar suasana siang hari, nilai 4.
4. Menggambar suasana di sawah, nilai 4.
5. Menggambar Apel, nilai 4.

Sedangkan aktivitas yang menjadi pusat perbaikan pada siklus II adalah:


1. Menggambar bunga matahari, nilai 4.
2. Menggambar roti donat, nilai 4.
3. Menggambar pohon cemara, nilai 4.
4. Menggambar televisi, nilai 4.
5. Menggambar suasana di Sawah, nilai 5.

Pada akhir siklus II, ditemukan pelaksanaan aktivitas-aktivitas telah berjalan dengan baik,
dengan nilai rata-rata 4,2 (dalam skala1-5). Oleh karena itu perbaikan pembelajaran dianggap
selesai.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus selanjutnya disampaikan
hasil perbaikan pada masing-masing siklus yang akan mencakup penilaian penampilan
perbaikan pembelajaran dan hasil belajar anak.

A. Deskripsi Per Siklus


1. Siklus I
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan
baik, dengan nilai rata-rata 4 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa baik dengan nilai
rata-rata 8 pada SKH1, nilai rata-rata 8,2 pada SKH 2, nilai rata-rata 8 pada SKH 3, nilai rata-
rata 8,1 pada SKH 4, dan nilai rata-rata 8,2 pada SKH 5.
a. Hasil Pengolahan Data
Pada SKH 1 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar. Anak-anak
diminta mengikuti guru ke halaman TK, kemudian anak-anak mengamati suasana pagi hari
disekitar lingkungan TK. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana pagi hari. Kegiatan
menggambar dilaksanakan di halaman TK. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati
kegiatan anak.
Pada SKH 2 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar matahari.
Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman TK, kemudian anak-anak melihat ke langit dan
melihat matahari sebentar. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar matahari. Kegiatan
menggambar dilaksanakan di halaman TK. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati
kegiatan anak.
Pada SKH 3 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar. Anak-anak
diminta mengikuti guru ke pasar, kemudian anak-anak mengamati suasana siang hari disekitar
pasar. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana siang hari. Kegiatan menggambar
dilaksanakan di dekat pasar. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 4 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar suasana di
sawah. Anak-anak diminta mengikuti guru ke sawah di depan TK, kemudian anak-anak
mengamati suasana di sawah. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana di sawah.
Kegiatan menggambar dilaksanakan di dekat sawah. Selama kegiatan guru menunggui dan
mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 5 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar buah apel.
Guru memperlihatkan 2 buah apel, kemudian anak-anak mengamati 2 buah apel tersebut.
Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar buah apel. Kegiatan menggambar dilaksanakan di
kelas. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Di bawah ini kualitas pelaksanaaan aktivitas perbaikan pembelajaran menggambar dengan
pendekatan contextual learning pada siklus I di kelompok B TK Melati.

Tabel 1
Prestasi Belajar Anak Dalam Menggambar Dengan Pendekatan Contextual Learning
No. Variabel
( Aktivitas – aktivitas Perbaikan Pembelajaran ) Nilai
12345
1. Menggambar suasana pagi hari V
2. Menggambar matahari V
3. Menggambar suasana siang hari V
4. Menggambar suasana di sawah V
5. Mengambar buah apel V
Jumlah 5
Nilai rata - rata 4

Keterangan :
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali

Hasil belajar anak dalam perbaikan pembelajaran menggambar di kelompok B TK Melati Desa
Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang siklus I dicantumkan di bawah ini. Hasil
belajar anak dalam Siklus I SKH 1 dicantumkan dalam Tabel 2.
Tabel 2
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 1

X f fX
9 2 19
8 10 80
7 2 14
600
8
Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 2 dicantumkan dalam Tabel 3.
Tabel 3
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 2

X f fX
9 3 27
8 10 80
717
600
8,1
Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 3 dicantumkan dalam Tabel 4.
Tabel 4
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 3

X f fX
9 2 18
8 10 80
7 2 14
600
8

Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 4 dicantumkan dalam Tabel 5.

Tabel 5
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 4

X f fX
9 2 18
8 11 88
717
600
8,1

Hasil belajar anak dalam Siklus I SKH 5 dicantumkan dalam Tabel 6.

Tabel 6
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 1 SKH 5

X f fX
9 4 36
8 9 72
717
600
8,2

Dari hasil belajar anak dalam Tabel 2-6 diketahui rata-rata nilai anak (8+8,1+8+8,1+8,2):5 =
40.4:5=8,08. nilai ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran berhasil menghantarkan
anak pada prestasi baik.

b. Deskripsi Temuan
Pelaksanaan tiap-tiap aktivitas perbaikan pembelajaran yang menjadi pusat perhatian dalam
observasi dapat dideskripsikan sebagaimana di bawah ini :
1. Menggambar suasana pagi hari
Anak-anak dapat mengambarkan suasana pagi yang ada disekitar TK ke dalam kertas.
Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8, anak dapat menggambar sekaligus mewarnai
gambar sesuai dengan keinginan. Anak mampu menuangkan suasana pagi hari ke dalam
kertas gambar. Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
2. Menggambar matahari
Dalam SKH 2 ini nilai rata-rata kelas 8,1 dalam menggambar matahari. Gambar matahari
sangat variatif ada yang memberi warna merah, kuning, dan putih. Ada yang besar dan kecil
ada pula yang menggambar 2 matahari.
3. Menggambar suasana siang hari
Anak-anak dapat mengambar suasana siang hari yang ada disekitar pasar ke dalam kertas.
Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8, anak dapat menggambar sekaligus mewarnai
gambar sesuai dengan keinginan anak. Anak mampu menuangkan suasana siang di pasar
sesuai dengan keinginan anak. Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
4. Menggambar suasana di sawah
Anak-anak dapat mengambar suasana di sawah yang ada di depan TK ke dalam kertas.
Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8,1 dan anak dapat menggambar sekaligus
mewarnai gambar sesuai dengan keinginan anak. Gambar anak-anak bagus, variatif, dan
ekspresif.
5. Menggambar buah apel
Dalam menggambar buah apel anak-anak lebih variatif. Kreatifitas anak-anak benar-benar
muncul, mereka menggambar bermacam-macam apel dari 2 buah apel yang dilihat oleh anak-
anak. Ada apel merah, apel hijau, dan penggabungan dari dua apel. Kemampuan menggambar
anak pada kegiatan ini baik nilai rata-rata anak 8,2.

2. Siklus II
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan
baik, dengan nilai rata-rata 4,2 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa baik dengan nilai
rata-rata 8,2 pada SKH 1, nilai rata-rata 8,2 pada SKH 2, nilai rata-rata 8,2 pada SKH 3, nilai
rata-rata 8,3 pada SKH 4, dan nilai rata-rata 8,4 pada SKH 5.
a. Hasil Pengolahan Data
Pada SKH 1 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar bunga
matahari. Anak-anak diminta mengikuti guru ke halaman rumah Pak Tarto, kemudian anak-
anak mengamati bunga matahari di halaman rumah Pak Tarto. Dilanjutkan dengan kegiatan
menggambar bunga tersebut. Kegiatan menggambar dilaksanakan di halaman rumah. Selama
kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 2 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar donat.
Guru memperlihatkan donat dan anak-anak mengamati bentuk donat tersebut. Dilanjutkan
dengan kegiatan menggambar donat. Kegiatan menggambar dilaksanakan di kelas. Selama
kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 3 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar pohon
cemara. Anak-anak diminta mengikuti guru ke kebun Pak Kardi, kemudian anak-anak
mengamati pohon cemara. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar pohon cemara. Kegiatan
menggambar dilaksanakan di kebun. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati
kegiatan anak.
Pada SKH 4 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar televisi.
Anak-anak diminta mengikuti guru ke rumah Bu Wati, kemudian anak-anak mengamati televisi.
Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar televisi. Kegiatan menggambar dilaksanakan di
ruang tengah rumah Bu Wati. Selama kegiatan guru menunggui dan mengamati kegiatan anak.
Pada SKH 5 guru mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini akan menggambar suasana di
sawah. Guru mengajak anak ke sawah. Dilanjutkan dengan kegiatan menggambar suasana di
sawah. Kegiatan menggambar dilaksanakan di dekat sawah. Selama kegiatan guru menunggui
dan mengamati kegiatan anak.
Di bawah ini kualitas pelaksanaaan aktivitas perbaikan pembelajaran menggambar dengan
pendekatan contexstual learning pada siklus II di kelompok B TK Melati.

Tabel 7
Prestasi Belajar Anak Dalam Menggambar Dengan Pendekatan Contextual Learning

No. Variabel
( Aktivitas – aktivitas Perbaikan Pembelajaran ) Nilai
12345
1. Menggambar bunga matahari V
2. Menggambar roti donat V
3. Menggambar pohon cemara V
4. Menggambar televisi V
5. Mengambar suasana di sawah V
Jumlah 4 1
Nilai rata - rata 4,2

Keterangan :
1 = kurang sekali
2 = kurang
3 = cukup
4 = baik
5 = baik sekali

Hasil belajar anak dalam perbaikan pembelajaran menggambar di kelompok B TK Melati Desa
Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang siklus 2 dicantumkan di bawah ini. Hasil
belajar anak dalam Siklus 2 SKH 1 dicantumkan dalam Tabel 8.

Tabel 8
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 1

X f fX
9 4 36
8 9 72
717
600
8,2

Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 2 dicantumkan dalam Tabel 9.


Tabel 9
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 2

X f fX
9 4 36
8 9 72
717
600
8,2

Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 3 dicantumkan dalam Tabel 10.

Tabel 10
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 3

X f fX
9 4 36
8 9 72
717
600
8,2

Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 4 dicantumkan dalam Tabel 11.

Tabel 11
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 4

X f fX
9 4 36
8 10 80
700
600
8,3

Hasil belajar anak dalam Siklus 2 SKH 5 dicantumkan dalam Tabel 12.

Tabel 12
Hasil perbaikan pembelajaran menggambar siklus 2 SKH 5

X f fX
9 5 45
8 9 72
700
600
8,4

Dari hasil belajar anak dalam Tabel 8-12 diketahui rata-rata nilai anak (8,2+8,2+8,2+8,3+8,2):5
= 41,3:5=8,26. nilai ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran berhasil menghantarkan
anak pada prestasi baik.

b. Deskripsi Temuan
Pelaksanaan tiap-tiap aktivitas perbaikan pembelajaran yang menjadi pusat perhatian dalam
observasi dapat dideskripsikan sebagaimana di bawah ini :
1. Menggambar bunga matahari
Anak-anak dapat mengambar bunga matahari ke dalam kertas. Kemampuan anak baik nilai
rata-rata 8,2 dan anak dapat menggambar sekaligus mewarnai gambar sesuai dengan
keinginan anak. Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
2. Menggambar roti donat
Dalam SKH 2 ini rata-rata kelas 8,2 dalam menggambar donat. Gambar sangat variatif ada
yang memberi warna merah, kuning, dan putih. Ada yang besar dan kecil ada pula yang
menggambar 2 buah donat.
3. Menggambar suasana pohon cemara
Anak-anak dapat mengambar pohon cemara. Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8,2
dan anak dapat menggambar sekaligus mewarnai gambar sesuai dengan keinginan anak.
Gambar anak-anak bagus, variatif, dan ekspresif.
4. Menggambar televisi
Anak-anak dapat mengambar televisi. Kemampuan anak baik nilai rata-rata kelas 8,3 dan anak
dapat menggambar sekaligus mewarnai gambar sesuai dengan keinginan. Gambar anak-anak
bagus, variatif, dan ekspresif.
5. Menggambar suasana di sawah
Dalam menggambar buah apel anak-anak lebih variatif. Kreatifitas anak-anak benar-benar
muncul, mereka menggambar bermacam-macam kegiatan yang ada disawah. Kemampuan
menggambar anak pada kegiatan ini baik nilai rata-rata anak 8,4.

B. Pembahasan Dari Setiap Siklus

Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tugas anak yang ditemukan
dalam penelitian di kelompok B TK Melati Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten
Batang, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu
prestasi belajar anak juga meningkat. Pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik, dengan
nilai 4 (skala 1-5) pada siklus I dan meningkat lebih baik lagi dengan nilai 4,2 (skala 1-5) pada
siklus II. Prestasi belajar anak meningkat dari kurang (nilai 5) sebelum perbaikan pembelajaran,
menjadi baik (nilai 8,08) pada perbaikan siklus I dan lebih baik lagi (nilai 8,26) pada siklus II.
Tiap siklus dalam pelaksanaan perbaikan selalu menunjukkan hasil yang baik, di bawah ini
grafik rata-rata nilai anak yang menunjukkan peningkatan kreatifitas anak dalam menggambar
melalui pendekatan contexstual learning.

Gambar 1. Grafik peningkatan kreativitas anak dalam menggambar

Dengan memberikan pengalaman secara langsung kepada anak dengan mengenalkan konteks
asli dari suatu benda, anak-anak membangun sendiri dunianya. Guru bukan merupakan sumber
utama pengetahuan namun sebagai fasilitator dalam proses belajar (Depdiknas, 2006).

BAB. V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Dari hasil-hasil penelitian yang dibeberkan di muka, dapat disimpulkan bahwa perbaikan
pembelajaran menggambar dengan pendekatan contextual learning di kelompok B TK Melati
Desa Kenconorejo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang berjalan dengan baik dan karenanya
kreativitas anak dalam menggambar meningkat. Secara rinci :
1. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan baik, dengan nilai 4 (dalam skala 1-5)
pada siklus I, meningkat menjadi lebih baik lagi dengan nilai 4,2 (dalam skala 1-5) pada siklus
II.
2. Prestasi belajar anak meningkat dari kurang (nilai 5) sebelum perbaikan pembelajaran,
menjadi baik (nilai 8,08) pada perbaikan siklus I dan lebih baik lagi (nilai 8,26) pada siklus II.
3. Prestasi belajar anak meningkat melalui aktivitas-aktivitas menggambar : 1) suasana pagi
hari, matahari, 2) suasana siang hari, 3) suasana sawah, 4) apel, 5) bunga matahari, 6) roti
donat, 7) pohon cemara, 8) televisi, dan 9) suasana di sawah.

B. Saran

Bertolak dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran kepada rekan-
rekan guru. Dalam pembelajaran menggambar supaya kreativitas anak baik, guru hendaknya :
1. Mengajak anak melihat bentuk asli dari benda yang akan digambar.
2. Mengajak anak untuk mengamati bentuk yang akan digambar dengan seksama dan teliti.
3. Berikan kebebasan kepada anak dalam menggambar dan memilih warna.
4. Bawa anak keluar dari kelas dan biarkan mereka menggambar di tempat terbuka.
5. Bebaskan anak memilih bentuk gambar walaupun guru telah menentukan tema gambar.

Disamping itu, karena terbukti penelitian tindakan kelas (PTK) dapat meningkatkan kreativitas
menggambar anak, penulis menyarankan rekan-rekan guru mempelajari dan menerapkan PTK
di kelasnya masing-masing. Pemahaman PTK ini dapat ditempuh melalui pertemuan KKG
(Kelompok Kerja Guru).

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kooperativ learning dan contextual learning dalam
pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta : Pengarang.
Derektorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. 2006. Standar Kompetensi Taman
Kanak-Kanak Dan Raudlatul Athfal. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Pamadi, Hajar dan Sukardi S, Evan. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta : UT Press.
Rachmadiarti. (2002). Pendekatan kontekstual dalam Pembelajaran Di Kelas. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, Tanadi. (2009). Seni Dan Kreativitas Manusia Tiada Batas : Jakarta : Duta press.

Websites:
http://www.wikipidia.indonesia/kreativitas.shtml, Pengertian Kreativitas.

Anda mungkin juga menyukai