Makalah Agama
Makalah Agama
Disusun oleh :
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Agama Islam. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Abdul Chalim, S.Ag., M.Pd.I selaku dosen Mata Kuliah Umum Agama
Islam Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah ini
dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua kami yang selama ini memberi dorongan motivasi dan materi
kepada kami.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan
Membangun Masyarakat Profesional berbasis akhlakul karimah, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Politeknik Negeri Malang. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
س ُه ْو ِل ٍة َويُس ٍْر ِم ْن َغي ِْر َحا َج ٍة إِلَى فِ ْك ٍر َو ُرؤْ يَ ٍة ْ َ ارة ٌ َع ْن َه ْيئ َ ٍة فِى النَّ ْف ِس َرا ِسخَة ٌ َع ْن َها ت
ُ ِصد ُُر اْأل َ ْفعَا ُل ب َ َِعب
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan,
baik atau buruk, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
Seiring dengan perkembangan zaman, di mana setiap manusia kini tengah disibukkan
dengan urusan duniawi, sehingga melalaikan kehidupan yang lebih kekal, yaitu
akhirat.Oleh karena itu timbullah gejala-gejala kemerosotan moral akhlak yang telah
sampai pada titik yang sangat mencemaskan, antara lain dengan Bertambahnya aneka
sumber kemaksiatan secara mencolok. Kenakalan remaja pun semakin meningkat. Hal
ini ditandai semakin banyaknya terjadi dikalangan remaja perbuatan-perbuatan yang
menjurus kepada kriminalitas,seks bebas, perkelahian antar pelajar, korban narkoba dan
dekadensi moral lainnya. Jika para kaum muda sebagai aset negara sudah terbiasa dengan
hal – hal tercela atau “madzmumah” bagaimana orientasi kedepan, jangankan melakukan
hal yg buruk sopan santun yang begitu sederhana saja pada masa ini sepertinya sudah tidak
di lupakan, saat kita berhadapan langsung dengan orang yang lebih tua,saat
berbicara,berjalan,dan lain sebagainya seperti sudah tidak ada bedanya antara teman
sebaya dengan orang yang lebih tua dari kita.
Dewasa ini di dalam dunia pekerjaan hanya segelintir orang yang memperhatikan
profesionalisme kerja mereka kebanyakan menganggap profesionalisme hanya menambah
kerepotan, orang yang memiliki jiwa profesional akan memiliki suatu keterampilan khusus
sesuai bidang yang mereka jalani, mereka memiliki kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan selalu peka pada suatu masalah yg terjadi, orang yang profesional juga selalu
berorentasi kedepan dan melakukan segala persiapan jika ada masalah yang akan di
hadapi, selain itu orang yang profesional juga memiliki sifat mandiri dan percaya akan
kemampuannya sendiri, akan tetapi tetap terbuka dengan pendapat orang lain, dan mampu
memilih apa yang terbaik bagi dirinya. Semua sikap dan sifat yang dimilik orang yang
profesional adalah sifat terpuji atau “akhlakul kharimah’. Orang yang profsional pasti
sudah bisa memahami mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus di lakukan
dan mana yang tidak seharusnya di lakukan. Salah satu faktor dalam bertingkah laku ialah
“kebiasaan” atau “adat kebiasaan”. Yang di maksud dengan kebiasaan adalah perbuatan
yang selalu diulang – ulang sehingga mudah untuk di kerjakan.
Sebagai contoh:
1. Terlambat, suatu kebiasaan bagi orang yang tidak memiliki jiwa profsional,mereka
akan senang datang terlambat dari jam yang suah di tentukan, meskipun tidak ada
urusan yang mendesak.jika terlambat ini di lakukan secara berulang – ulang maka
akan menjadi suatu kebiasaan buruk yang sulit untuk ditnggalkan.
2. Bekerja keras, tidak semua orang memiliki kebiasaan kerja keras dalam melakukan
setiap pekerjaan, akan terasa berat jika biasanya kita mengerjakan sesuatu secara
biasa – biasa saja kemudian kita harus mengerjakan secara maksimal,akan tetapi
bagi orang yang sudah terbiasa mengerjakan suatu hal dengan kerja keras hal itu
akan menjadi mudah bahkan menyenangkan karna hasil yang ia dapat juga akan
maksimal.
Jadi akhlak sangat erat kaitannya dengan keprofesionalan seseorang, karena untuk
mejadi seseorag yang profesional kita harus berakhlakul kharimah terlebih dahulu.
2.2 Pandangan Islam Tentang Profesionalisme
Pekerjaan atau profesi menurut islam harus dilakukan karena Allah. “Karena Allah”
maksudnya adalah karena diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam islam harus dijalani
karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah, karna setiap usaha kita dalam hal kebaiakn
itu adalah ibadah. Akan tetapi dalam kenyataanya banyak orang yang menjalankan
pekerjaan karna hal lain,misalnya karna orang lain, meskipun niat yang mendasarinya
karna Allah. Hal tersebut berarti bahwa sesorang bekerja di tujukan untuk dua hal.
Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus
dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah
mengatakan bahwa bila suatu urusan tidak dilakukan orang yang ahli, maka tunggulah
kehancuran. “Kehancuran” dalam hadis itu dapat diartikan secara terbatas dan dapat juga
diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang
“hancur” adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak
mempunyai murid lagi, murid itu kelak berkrya, kedua-duanya dilakukan dengan tidak
benar dan terjadilah sebuah kehancuran yang berlanjut, inilah yang ternmasuk dalam
pengertian yang luas. Maka benarlah yang diajarkan oleh nabi, setiap pekerjaan harus
dilakukan oleh orang yang ahli. Karena Allah saja tidaklah cukup untuk melakukan suatu
pekerjaan. Yang mencukupi ialah “karena allah dan keahlian” .
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (Al-A’raaf: 199)
Ayat ini menurut Az-Zamaksyari dan Ibnu Asyur termasuk kategori “Ajma’u Ayatin
fi Makarimil Akhlak”, ayat yang paling komprehensif dan lengkap tentang bangunan
akhlak yang mulia, karena bangunan sebuah akhlak yang terpuji tidak lepas dari tiga hal
yang disebutkan oleh ayat diatas, yaitu mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak
terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta
berpaling dari tindakan yang tidak patut.
Sedangkan dalam surat Ali Imran: 159, Allah menggambarkan rahasia sukses
dakwah Rasulullah saw yang dianugerahi nikmat yang teragung dari Allah swt yaitu
nikmat senantiasa bersikap lemah lembut, lapang dada dan mema’afkan terhadap perilaku
kasar orang lain ,
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS Ali Imran:159).
Akhlak sebenarnya merupakan sifat dasar manusia yang telah ada pada diri manusia
sejak ketika dia lahir dan akan terus melekat pada jiwa manusia untuk mendorongnya
melakukan tindakan-tindakan yang tidak melalui pertimbangan fikiran terlebih
dahulu.
Jika sifat hatinya baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al-akhlaq al-
karimah) dan sebaliknya jika sifat hatinya tidak baik maka akan muncul akhlak yang buruk
dalam perilakunya (al-akhlaq al-mazmumah). Hamzah Ya’qub (1996: 11) memberikan
karakteristik etika Islam sebagai berikut:
Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan
menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.Etika Islam menetapkan bahwa yang
menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran
Allah SWT.
Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur
dan meluruskan perbuatan manusia. Perwujudan akhlak dalam kehidupan manusia
mengalami perbedaan.
Hal ini dipengaruhi dua faktor utama (menurut Thohir Luth, 2005:119-133):
- Faktor Internal, yakni sifat-sifat bawaan atau yang dibawa sejak lahir.
- Faktor Eksternal, merupakan pengaruh yang terjadi di luar diri manusia karena
adanya suatu aksi dan interaksi.
1. Instink ( Naluri )
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri
(instink).Naluri adalah tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan tabiat
yang dibawa manusia sejak lahir.Ada yang mendefinisikan bahwa naluri ialah sifat
yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan tujuan dengan terpikir
terlebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan. Hal tersebut
merupakan bidang pembahasan psikologi, pengertian tentang naluri sangat penting
sebab para ahli etika tidak merasa hanya menyelidiki tindak tanduk lahir manusia saja
, tetapi merasa perlu menyelidiki faktor - faktor pendorong dari dalam jiwa pelakunya
yang bersumber dari suatu naluri yaitu naluri ingin makan dan mempertahankan
kelanjutan hidupnya. Dalam hubungan ini, ahli – ahli psikologi menerangkan
berbagai naluri yang ada apada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya
diantaranya :
a. Naluri makan (nutritive instinct). Begitu lahir manusia telah membawa suatu hasrat
makan tanpa didorong oleh orang lain.
b. Naluri berjodoh (sexual instinct). Laki – laki menginginkan wanita dan sebaliknya.
Dalam Al – Qur’an dijelaskan bahwa : “ Manusia itu diberi hasrat (keinginan) kepada
wanita, anak-anak dan kekayaan yang melimpah – limpah.” (Ali Imran:14)
c. Naluri keibu-bapakan (paternal instinct), yaitu tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak pada orang tuanya.
d. Naluri berjuang (combative instinct), tabiat manusia yang cenderung mempertahankan
diri dari gangguan dan tantangan.
e. Naluri ber-Tuhan, tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang
mengatur dan memberikan nikmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam hidup
beragama.
Selain dari kelima instink tersebut, masih banyak lagi instink yang
dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya : instink memiliki, instink ingin tahu
dan memberitahu, instink takut, instink suka bergaul, instink meniru. Naluri itu
laksana “pedang bermata dua”, dapat merusak diri sendriri dan dapat mendatangkan
manfaat sebesar-besarnya. Hal ini bergantung pada cara penyalurannya.
Nutritive Instink misalnya : jika diperturutkan begitu saja dengan makan apa
saja tanpa batas sesuai dengan panggilan hawa nafsu, maka pastilah akan merusak diri
sendiri. Islam mengajarkan agar naluri ini disalurkan dengan makan atau minum
barang yang baik, halal dan suci serta tidak berlebih-lebihan.
Naluri Berjodoh, jika diperturutkan begitu saja, dapat menyeret pada kehinaan
dan kerendahan, misalnya kebebasan sex, kepelacuran, homosexual, lesbian, dan
sebagainya. Tetapi juga agama tidak menghendaki agar nafsu sex itu dibinasakan
dengan menganiaya diri sendiri. Naluri berjodoh itu perlu disalurkan melalui jalan
yang halal dan suci, yakni pernikahan sesuai dengan syari’ah Islam.
2. Keturunan
Salah satu faktor yang diselidiki dalam etika ialah masalah “Keturunan”. Dan
Sunatullah yang berlaku pada laam ini dapat diketahui bahwa cabang itu menyerupai
pokoknya dan pokok menghasilkan yang serupa atau hamper serupa dengannya.
Dalam dunia manusia dapat dilihat anak-anak yang menyerupai orangtuanya bahkan
nenek moyangnya yang sekalipun sudah jauh, sejumlah warisan fisik dan mental
masih terus diturunkan pada cucu-cucunya.
Manusia mendapatkan warisan fisik dan mental, mulai dari sifat-sifat umum
sampai ke sifat-sifat yang khusus yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Manusia yang berasal dari satu keturunan dimana-mana membawa turunan dari
pokok-pokoknya beberapa sifat dan pembawaan yang bersamaan, misalnya bentuk
badan, perasaan, akal dan pemikiran. Dengan sifat-sifat manusia yang diwariskan dari
satu nenek moyang, maka manusia dapat menundukan alam, sedangkan keistimewaan
itu tidak diwariskan kepada hewan karena berlainan keturunan.
b. Dan sifat-sifat kemanusiaan yang umum menurunkan sifat-sifat khas kemanusiaan
kepada keturunannya, maka kita dapati pula adanya rumpun, bangsa dan suku sebagai
cabang dari ranting dan asal manusia tadi.
3. Azam
Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku manusia adalah
kemauan keras (Azam). Itulah yang menggerakan manusia berbuat dengan sungguh-
sungguh. Seorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu dinegeri
yang jauh berkat kekuatan “azam”. Sebenarnya kehidupan orang-orang besar dan
terkemuka dalam sejarah hidupnya digerakkan oleh kehendak yang keras. Itulah
rahasia kemenangan hidup mereka. Semangat mereka luntur dalam melaksanakan
segala urusan, karena memliki azam yang demikian kuatnya.
Kadang-kadang kehendak itu pun terkena penyakit sebagai mana halnya tubuh
kita natara lain :
a. Tandazir : yakni peringatan berupa neraka atau siksaan atau timpakan kepada orang-
orang yang berbuat jahat.
b. Tabyir : yakni berita gembira bahwa surge atau kebahagiaan yang kekal dan abadi
dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh
4. Suara Batin
Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu – wkatu
memberikan peringatan (syarat) jika tingkah laku manusia berada di ambang bahaya
dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam
bahasa Arab disebut “dlamir”. Fungsi dara bahasa batin tersebut ialah
memperingatkan bahanyanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya.
5. Kebiasaan
Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang –ulang sehingga
menjadi mudah dikerjakan.
Contoh :
a. Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah
merupakan suatu kesenangan.
b. Bangun tengah malam mengerjakan solat tahajud, berat bagi orang yang tidak biasa.
Tetapi apabila hal tersebut sering dilakukan maka akan menjadi mudah.
2.5 Membangun masyarakat profesional berakhlakul karimah
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang,
sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Inilah yang
menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :
Secara umum dapat dikatakan, bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi
dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah
mendorong pelaksanaan syariat akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syariat Islam telah dilaksanakan berdasarkan
aqidah.
Sebagian besar ulama Islam di Indonesia telah sama-sama sepakat bahwa bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah sudah final dan tidak bisa ditawar
lagi.Sikap ini bahkan telah diperkuat dalam ijtima ulama se Indonesia dalam pertemuan
para ulama di bawah koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Pondok Gontor,
Ponorogo pada tahun 2006 yang lalu. Dengan demikian penerapan akhlaqul karimah
dalam berbangsa dan bernegara dapat dicontohkan sebagai berikut:
1. Mensepakati dan mendukung sepenuhnya untuk tetap tegaknya Negara Kesatuan
2. Republik Indonesia.
3. Rela berkorban untuk tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Berusaha menempatkan kepentingan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pripadi dan
golongan.
5. Komitmen terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945.
6. Menghormat, menjunjung tingi dan tidak mencela lambang-lambang kebesaran Negara.
Sebagai daerah yang mendapatkan penghargaan diwilayah pendidikan dari
Presiden RI, sepertinya Kota Tangerang layak menjadi daerah percontohan yang
menggunakan sistem pendidikan yang berbasis multikultural, dengan ditopang
kemultikulturalan masyarakatnya.
Akhlakul karimah pun sepertinya harus ditafsirkan begitu Prural agar bagaimana,
ketika sistem (Akhlakul Karimah) tersebut masuk pada ranah pendidikan, tidak
menghilangkan atau bahkan mendeskritkan identitas-identitas minoritas, tetapi bagaimana
identitas-identitas yang ada bisa saling “bercumbu mesra”, sebagai cita-cita luhur
masyarakat Akhalakul Karimah yang berbangsa dan bernegaraIndonesia.Wallahu A’lam bi
ash Showab.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlakul Karimah merupakan sifat terpuji yang harus di miliki oleh setiap
manusia.akhlak merupakan tolak ukur yang yang menunjukan baik buruknya
seseorang,setingginya-tinggi orang ilmu seseorang, kalau tidak berakhlak apalah artinya.
dan manfaat dari akhlak itu akan berdampak pada kehidupan. Pribadi Nabi Muhammad
adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak adalah insting (naluri), keturunan,
kemauan (azam), suara batin, serta kebiasaan. Faktor-faktor tersebut merupakan
penunjang terbentuknya akhlakul karimah bila seseorang bisa mengggunakan komponen
tersebut dengan baik maka hasilnya pun akan baik dan sebaliknya. Dalam Islam yang
menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau
buruknya adalah Al Quran dan As Sunnah.
Sedangkan, ciri – ciri masyarakat professional yang berbasis akhlakul karimah
adalah sebagai berikut : mengembangkan prinsip manajemen professional, selalu berusaha
ke arah yang lebih baik., memiliki semangat berlomba dalam kebaikan, memiliki motifasi
untuk mandiri, pantang menyerah dan ulet.
3.2 Saran
Dengan demikian dasar akhlakul karimah adalah ajaran agama Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam hubungan kepada Allah maupun sesama makhluk.Akhlak juga sebagai
penentu kemulyaan seseorang bahkan sebuah komunitas bangsa.Kemulyan dan
kehormatan bangsa banyak ditentukan oleh pelaksanaan akhlak di dalamnya.Semakin
mulia seseorang, semakin baik akhlaknya.
Manfaat dari akhlakul karimah sendiri adalah memperkuat dan menyempurnakan
agama, Mempermudah perhitungan amal di akhirat, menghilangkan kesulitan.selamat
hidup di dunia dan akhirat.
Untuk membangun masyarakat professional yang berbasis akhlakul karimah adalah
harus menjadi pribadi yang mudah mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak
terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta
berpaling dari tindakan yang tidak patut.
DAFTAR PUSTAKA
Chalim, Abdul S.Ag. M.Pd, dkk.2011.Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum.Malang : Anggota IKAPI. Halaman 85 – 112.
http://ahklaqulkarimah.blogspot.com/2012/02/akhlaqul-karimah.html, diakses pada hari
Selasa, 23 September 2014 pukul 19.40
http://arifnursahid.blogspot.com/2012/06/akhlakul-karimah.html,diakses pada hari Selasa,
23 September 2014 pukul 09.50
http://id.scribd.com/doc/95052455/Membangun-Masyarakat-Profesional-Berbasis-
Akhlakul-Karimah#download, diakses hari Rabu, 24 September 2014 pukul 07.47
http://prezi.com/1k5yk4mz05wq/membangun-masyarakat-professional-berbasis-akhlakul-
karimah/, diakses hari Kamis, 25 September 2014 pukul 19.57
http://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/05/31/lm2iw7-akhlakul-karimahoh-
indahnya, diakses hari Kamis, 25 September 2014 pukul 19.58