Anda di halaman 1dari 22

MEMBANGUN MASYARAKAT

PROFESIONAL BERBASIS AKHLAKUL


KARIMAH

Disusun oleh :

1. Frentika Maya O. 1441320012


2. Hanifan M. 1441320067
3. Kinanthi B. 1441320068

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
SEMESTER GASAL 2014/2015
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat


dan hidayah - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Membangun Masyarakat Profesional Berbasis Akhlakul Karimah” ini dapat
selesai dengan tepat pada waktunya tanpa ada hambatan yang berarti.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Agama Islam. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Abdul Chalim, S.Ag., M.Pd.I selaku dosen Mata Kuliah Umum Agama
Islam Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikanmakalah ini
dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua kami yang selama ini memberi dorongan motivasi dan materi
kepada kami.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan
Membangun Masyarakat Profesional berbasis akhlakul karimah, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Politeknik Negeri Malang. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa yang akan
datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Malang, September 2014


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan


“akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang
menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta
erat hubungan

” Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.

Sedangkan secara Terminologi akhlak adalah:

‫س ُه ْو ِل ٍة َويُس ٍْر ِم ْن َغي ِْر َحا َج ٍة إِلَى فِ ْك ٍر َو ُرؤْ يَ ٍة‬ ْ َ ‫ارة ٌ َع ْن َه ْيئ َ ٍة فِى النَّ ْف ِس َرا ِسخَة ٌ َع ْن َها ت‬
ُ ِ‫صد ُُر اْأل َ ْفعَا ُل ب‬ َ َ‫ِعب‬

”Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan


mudah, tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan menurut al-Ghazali.” (1989 : 58).
Definisi yang diberikan oleh al-Ghazali ada kemiripan dengan definsi yang diberikan
Ibrahim Anis (1975 : 2002) yaitu:

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan,
baik atau buruk, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

Dari pengertian di atas daat di simpulkan bahwa pengertian akhlak adalah:


kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.
Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengertii benar akan kebiasaan perilaku
yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.
Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan
yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian.
Profesionalisme berasal dari kata “profesi” bila diartikan secara Etimologi kata
“profesi” adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang
dalam bahasa Yunani adalah “Επαγγελια”, yang bermakna: “Janji untuk memenuhi
kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen”. Sedangkan pengertian
secara Terminologi “profesi” adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut.
Dari kedua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa profesionalisme adalah
sifat-sifat (kemampuan, keterampilan, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain).
Profesionalisme memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana hubungan akhlak dengan profesionalisme?


2. Bagaimana pandangan islam terhadap profesionalisme?
3. Bagaimana ciri-ciri masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah?
4. Bagaimana cara membangun masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah?
5. Bagaimana penerapan akhlakul karimah pada kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan yang dicapai sesuai rumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan antara akhlak dan profesionalisme.


2. Untuk mengetahui bagaimana cara pandang islam terhadap profesionalisme.
3. Untuk memahami ciri-ciri masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah.
4. Untuk mengetahui cara membangun masyarakat profesional berbasis akhlakul
karimah.
5. Untuk memahami penerapan akhlakul karimah pada kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Antara Akhlak Dan Profesionalisme

Seiring dengan perkembangan zaman, di mana setiap manusia kini tengah disibukkan
dengan urusan duniawi, sehingga melalaikan kehidupan yang lebih kekal, yaitu
akhirat.Oleh karena itu timbullah gejala-gejala kemerosotan moral akhlak yang telah
sampai pada titik yang sangat mencemaskan, antara lain dengan Bertambahnya aneka
sumber kemaksiatan secara mencolok. Kenakalan remaja pun semakin meningkat. Hal
ini ditandai semakin banyaknya terjadi dikalangan remaja perbuatan-perbuatan yang
menjurus kepada kriminalitas,seks bebas, perkelahian antar pelajar, korban narkoba dan
dekadensi moral lainnya. Jika para kaum muda sebagai aset negara sudah terbiasa dengan
hal – hal tercela atau “madzmumah” bagaimana orientasi kedepan, jangankan melakukan
hal yg buruk sopan santun yang begitu sederhana saja pada masa ini sepertinya sudah tidak
di lupakan, saat kita berhadapan langsung dengan orang yang lebih tua,saat
berbicara,berjalan,dan lain sebagainya seperti sudah tidak ada bedanya antara teman
sebaya dengan orang yang lebih tua dari kita.

Dewasa ini di dalam dunia pekerjaan hanya segelintir orang yang memperhatikan
profesionalisme kerja mereka kebanyakan menganggap profesionalisme hanya menambah
kerepotan, orang yang memiliki jiwa profesional akan memiliki suatu keterampilan khusus
sesuai bidang yang mereka jalani, mereka memiliki kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan selalu peka pada suatu masalah yg terjadi, orang yang profesional juga selalu
berorentasi kedepan dan melakukan segala persiapan jika ada masalah yang akan di
hadapi, selain itu orang yang profesional juga memiliki sifat mandiri dan percaya akan
kemampuannya sendiri, akan tetapi tetap terbuka dengan pendapat orang lain, dan mampu
memilih apa yang terbaik bagi dirinya. Semua sikap dan sifat yang dimilik orang yang
profesional adalah sifat terpuji atau “akhlakul kharimah’. Orang yang profsional pasti
sudah bisa memahami mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus di lakukan
dan mana yang tidak seharusnya di lakukan. Salah satu faktor dalam bertingkah laku ialah
“kebiasaan” atau “adat kebiasaan”. Yang di maksud dengan kebiasaan adalah perbuatan
yang selalu diulang – ulang sehingga mudah untuk di kerjakan.
Sebagai contoh:
1. Terlambat, suatu kebiasaan bagi orang yang tidak memiliki jiwa profsional,mereka
akan senang datang terlambat dari jam yang suah di tentukan, meskipun tidak ada
urusan yang mendesak.jika terlambat ini di lakukan secara berulang – ulang maka
akan menjadi suatu kebiasaan buruk yang sulit untuk ditnggalkan.
2. Bekerja keras, tidak semua orang memiliki kebiasaan kerja keras dalam melakukan
setiap pekerjaan, akan terasa berat jika biasanya kita mengerjakan sesuatu secara
biasa – biasa saja kemudian kita harus mengerjakan secara maksimal,akan tetapi
bagi orang yang sudah terbiasa mengerjakan suatu hal dengan kerja keras hal itu
akan menjadi mudah bahkan menyenangkan karna hasil yang ia dapat juga akan
maksimal.

Contoh – contoh diatas dapat memberikan gambaranbahwa segala sesuatu jika di


kerjakan secara berulang – ulang dengan penuh kegemaran akhirnya akan menjadi suatu
kebiasaan. Setiap orang yang profesionaal pasti akan memiliki kebiasaan – kebiasaan yang
baik, dan akhlak yang mulia. Akhlak sebagai penentu kemulyaan seseorang dan tingkat
keprofesionalan seseorang. Akhlak juga sebagai ukuran kualitas ketakwaan seseorang.

Jadi akhlak sangat erat kaitannya dengan keprofesionalan seseorang, karena untuk
mejadi seseorag yang profesional kita harus berakhlakul kharimah terlebih dahulu.
2.2 Pandangan Islam Tentang Profesionalisme

Pekerjaan atau profesi menurut islam harus dilakukan karena Allah. “Karena Allah”
maksudnya adalah karena diperintahkan Allah. Jadi, profesi dalam islam harus dijalani
karena merasa bahwa itu adalah perintah Allah, karna setiap usaha kita dalam hal kebaiakn
itu adalah ibadah. Akan tetapi dalam kenyataanya banyak orang yang menjalankan
pekerjaan karna hal lain,misalnya karna orang lain, meskipun niat yang mendasarinya
karna Allah. Hal tersebut berarti bahwa sesorang bekerja di tujukan untuk dua hal.

Dalam islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti harus
dilakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang ahli. Rasulullah
mengatakan bahwa bila suatu urusan tidak dilakukan orang yang ahli, maka tunggulah
kehancuran. “Kehancuran” dalam hadis itu dapat diartikan secara terbatas dan dapat juga
diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang
“hancur” adalah muridnya. Ini dalam pengertian yang terbatas. Murid-murid itu kelak
mempunyai murid lagi, murid itu kelak berkrya, kedua-duanya dilakukan dengan tidak
benar dan terjadilah sebuah kehancuran yang berlanjut, inilah yang ternmasuk dalam
pengertian yang luas. Maka benarlah yang diajarkan oleh nabi, setiap pekerjaan harus
dilakukan oleh orang yang ahli. Karena Allah saja tidaklah cukup untuk melakukan suatu
pekerjaan. Yang mencukupi ialah “karena allah dan keahlian” .

Dari uraian tersebut jelaslah islam sangat mementingkan profesionalisme, tentunya


dengan didasari akhlakul kharimah dan budi pekerti luhur.
2.3 Ciri-ciri masyarakat profesional berbasis akhlakul karimah

1. Mengembangkan prinsip manajemen profesional


2. Memiliki jiwa kepemimpinan
3. Mempertimbangkan keputusan yang di ambil
4. Menghargai waktu
5. Selalu berusaha ke arah yang lebih baik
6. Memiliki semangat berlomba dalam kebaikan
7. Memiliki motifasi untuk mandiri
8. Berwawasan kerahmatan lil’alamin
9. Haus untuk memiliki sifat ilmu pengetahuan
10. Tidak cepat puas, tidak mudah putus asa, penuh kesabaran, ulet, dan pantang
menyerah.

Menurut(http://sambokritis.blogspot.com)bahwa, Era globalisasi


sudah berjalan sedemikian rupa, setiap sektor kehidupan baik dalam bernegara ataupun ber
bangsa yang meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanandan
keamanan membutuhkan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam
rangkamempertahankan kelangsungan hidup dan identitas bangsa dan negara.
Pengelolaanyang efektif salah satunya bertitik tolak pada kesediaan sumber daya manusia
yangunggul, dan salah satu manifestasi dari sumber daya manusia yang unggul
adalahtenaga profesional, oleh karena itu setiap bangsa dituntut untuk menjadi bangsa
yang profesional.
Dalam menanamkan profesionalisme media yang paling efektif adalah pendidikan
formal. Profesionalisme harus sudah dikenalkan pada lembaga pendidikanformal paling
dasar (SD-SMP) dan mulai diterapkan pada lembaga pendidikan formaltingkat menengah.
Pada pendidikan formal tingkat tinggi yang output dan outcome-nya dipersiapkan sebagai
tenaga yang handal dalam mengelola setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara,
profesionalisme harus sudah mendarah daging.Sehingga ketika memasuki dunia
sesungguhnya (kerja), profesionalisme sudah dapatdimanifestasikan.
Profesionalisme tanpa didasari akhlakul karimah akan pincang, seperti beberapa
waktu ke belakang, bagaimana seorang hakim di Sumatera Utara begitu bersikukuh pada
profesionalisme sehingga mengabaikan aspek moral dan psikologis seorang bocah yang
bernama Raju, yang baru berusia 7 tahun 8 bulan. Bagaimana seorang artis karena terlalu
terfokus pada profesionalisme mengabaikan nilai-nilai akhlakul karimah beriringan dengan
hilangnya kreaifitas. Profesionalisme dengan ditunjang akhlakul karimah menurut mereka
adalah pengkebirian kreatifitas, padahal sesungguhnya kreatifitas akan selalu hidup
walaupun dibatasi norma.
Sebagaimana yang diungkapkan (http://okinugraha.wordpress.com) bahwa, seorang
profesional kreatif yang dilandasi akhlakul karimah akan menghasilkan produk yang
bernilai sangat tinggi, hal tersebut karena produk yang dihasilkan merupakan produk
profesional dan produk yang sesuai norma (akhlakul karimah). Seorang profesional akan
mendedikasikan dirinya untuk profesinya dan seorang yang berakhlakul karimah akan
senantiasa menjunjung norma – norma, seorang yang keatif akan selalu menghasilkan
kreasi yang dapat memberikan nilai positif bagi dirinya.
Manusia diciptakan dengan segala kesempurnaannya, sehingga menjadikan dirinya
makhluk yang mulia, tetapi kesempurnaan dan kemuliaan itu akan sirna dan jatuh akan
keterpurukan, kecuali mereka yang mengerjakan amal soleh, yang membela kebenaran
dan menetapi kesabaran.
Dewasa ini yang sangat terasa di negara kita yang tercinta ini adalah rendahnya
kesadaran terhadap fitrah manusia dan terlalu terfokusnya prilaku dan pola pikir terhadap
kapitalisme. Kesadaran bangsa kita akan pentingnya norma terkikis oleh hegemoni
demokrasi yang kebablasan, terkikis oleh demokrasi yang menjurus kepada kebebasan
absolut.
Sumber daya manusia yang berada di belakang media massa harus memilki
profesionalisme, kreaifitas dan akhlakul karimah. Para pengelola media massa harus
mengikis mental kapitalisme yang mengabaikan kepentingan-kepentingan umum
(mayoritas). Para pengelola media massa harus memiliki mental khoirunnas yan fa’uhum
linnas, sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi yang lainnya. Jangan hanya
demi memperkaya diri lalu hilanglah kesadaran bahwa sesungguhnya yang berada
disekitar kita sengsara akibatnya.Manfaat yang diambil hanya untuk dirinya sendiri.
2.4 Membangun masyarakat profesional berakhlakul karimah

“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (Al-A’raaf: 199)

Ayat ini menurut Az-Zamaksyari dan Ibnu Asyur termasuk kategori “Ajma’u Ayatin
fi Makarimil Akhlak”, ayat yang paling komprehensif dan lengkap tentang bangunan
akhlak yang mulia, karena bangunan sebuah akhlak yang terpuji tidak lepas dari tiga hal
yang disebutkan oleh ayat diatas, yaitu mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak
terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta
berpaling dari tindakan yang tidak patut.

Sedangkan dalam surat Ali Imran: 159, Allah menggambarkan rahasia sukses
dakwah Rasulullah saw yang dianugerahi nikmat yang teragung dari Allah swt yaitu
nikmat senantiasa bersikap lemah lembut, lapang dada dan mema’afkan terhadap perilaku
kasar orang lain ,

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS Ali Imran:159).

Akhlak sebenarnya merupakan sifat dasar manusia yang telah ada pada diri manusia
sejak ketika dia lahir dan akan terus melekat pada jiwa manusia untuk mendorongnya
melakukan tindakan-tindakan yang tidak melalui pertimbangan fikiran terlebih
dahulu.

Jika sifat hatinya baik, maka yang muncul adalah akhlak yang baik (al-akhlaq al-
karimah) dan sebaliknya jika sifat hatinya tidak baik maka akan muncul akhlak yang buruk
dalam perilakunya (al-akhlaq al-mazmumah). Hamzah Ya’qub (1996: 11) memberikan
karakteristik etika Islam sebagai berikut:

 Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan
menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.Etika Islam menetapkan bahwa yang
menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran
Allah SWT.
 Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman oleh seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
 Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur
dan meluruskan perbuatan manusia. Perwujudan akhlak dalam kehidupan manusia
mengalami perbedaan.
Hal ini dipengaruhi dua faktor utama (menurut Thohir Luth, 2005:119-133):
- Faktor Internal, yakni sifat-sifat bawaan atau yang dibawa sejak lahir.
- Faktor Eksternal, merupakan pengaruh yang terjadi di luar diri manusia karena
adanya suatu aksi dan interaksi.

1. Instink ( Naluri )
Setiap kelakuan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakkan oleh naluri
(instink).Naluri adalah tabiat yang dibawa manusia sejak lahir, jadi merupakan tabiat
yang dibawa manusia sejak lahir.Ada yang mendefinisikan bahwa naluri ialah sifat
yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan tujuan dengan terpikir
terlebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan. Hal tersebut
merupakan bidang pembahasan psikologi, pengertian tentang naluri sangat penting
sebab para ahli etika tidak merasa hanya menyelidiki tindak tanduk lahir manusia saja
, tetapi merasa perlu menyelidiki faktor - faktor pendorong dari dalam jiwa pelakunya
yang bersumber dari suatu naluri yaitu naluri ingin makan dan mempertahankan
kelanjutan hidupnya. Dalam hubungan ini, ahli – ahli psikologi menerangkan
berbagai naluri yang ada apada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya
diantaranya :
a. Naluri makan (nutritive instinct). Begitu lahir manusia telah membawa suatu hasrat
makan tanpa didorong oleh orang lain.
b. Naluri berjodoh (sexual instinct). Laki – laki menginginkan wanita dan sebaliknya.
Dalam Al – Qur’an dijelaskan bahwa : “ Manusia itu diberi hasrat (keinginan) kepada
wanita, anak-anak dan kekayaan yang melimpah – limpah.” (Ali Imran:14)
c. Naluri keibu-bapakan (paternal instinct), yaitu tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak pada orang tuanya.
d. Naluri berjuang (combative instinct), tabiat manusia yang cenderung mempertahankan
diri dari gangguan dan tantangan.
e. Naluri ber-Tuhan, tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang
mengatur dan memberikan nikmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam hidup
beragama.
Selain dari kelima instink tersebut, masih banyak lagi instink yang
dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya : instink memiliki, instink ingin tahu
dan memberitahu, instink takut, instink suka bergaul, instink meniru. Naluri itu
laksana “pedang bermata dua”, dapat merusak diri sendriri dan dapat mendatangkan
manfaat sebesar-besarnya. Hal ini bergantung pada cara penyalurannya.

Nutritive Instink misalnya : jika diperturutkan begitu saja dengan makan apa
saja tanpa batas sesuai dengan panggilan hawa nafsu, maka pastilah akan merusak diri
sendiri. Islam mengajarkan agar naluri ini disalurkan dengan makan atau minum
barang yang baik, halal dan suci serta tidak berlebih-lebihan.

Naluri Berjodoh, jika diperturutkan begitu saja, dapat menyeret pada kehinaan
dan kerendahan, misalnya kebebasan sex, kepelacuran, homosexual, lesbian, dan
sebagainya. Tetapi juga agama tidak menghendaki agar nafsu sex itu dibinasakan
dengan menganiaya diri sendiri. Naluri berjodoh itu perlu disalurkan melalui jalan
yang halal dan suci, yakni pernikahan sesuai dengan syari’ah Islam.

2. Keturunan

Salah satu faktor yang diselidiki dalam etika ialah masalah “Keturunan”. Dan
Sunatullah yang berlaku pada laam ini dapat diketahui bahwa cabang itu menyerupai
pokoknya dan pokok menghasilkan yang serupa atau hamper serupa dengannya.
Dalam dunia manusia dapat dilihat anak-anak yang menyerupai orangtuanya bahkan
nenek moyangnya yang sekalipun sudah jauh, sejumlah warisan fisik dan mental
masih terus diturunkan pada cucu-cucunya.

Manusia mendapatkan warisan fisik dan mental, mulai dari sifat-sifat umum
sampai ke sifat-sifat yang khusus yang dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Manusia yang berasal dari satu keturunan dimana-mana membawa turunan dari
pokok-pokoknya beberapa sifat dan pembawaan yang bersamaan, misalnya bentuk
badan, perasaan, akal dan pemikiran. Dengan sifat-sifat manusia yang diwariskan dari
satu nenek moyang, maka manusia dapat menundukan alam, sedangkan keistimewaan
itu tidak diwariskan kepada hewan karena berlainan keturunan.
b. Dan sifat-sifat kemanusiaan yang umum menurunkan sifat-sifat khas kemanusiaan
kepada keturunannya, maka kita dapati pula adanya rumpun, bangsa dan suku sebagai
cabang dari ranting dan asal manusia tadi.
3. Azam

Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku manusia adalah
kemauan keras (Azam). Itulah yang menggerakan manusia berbuat dengan sungguh-
sungguh. Seorang dapat bekerja sampai larut malam dan pergi menuntut ilmu dinegeri
yang jauh berkat kekuatan “azam”. Sebenarnya kehidupan orang-orang besar dan
terkemuka dalam sejarah hidupnya digerakkan oleh kehendak yang keras. Itulah
rahasia kemenangan hidup mereka. Semangat mereka luntur dalam melaksanakan
segala urusan, karena memliki azam yang demikian kuatnya.

Kadang-kadang kehendak itu pun terkena penyakit sebagai mana halnya tubuh
kita natara lain :

a. Kelemahan kehendak : seseorang mudah menyerah kepada hawa nafsunya, kepada


lingkungan atau kepada pengaruh yang jelek.
b. Kehendak yang kuat tetapi salah arah : yakni diarahkan pada pola hidup yang merusak
dalam berbagai bentuk kedurhakaan dan kerusakan.

Pendorong dan perangsang kelakuan manusia sehingga dapat melakukan


perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan jahat sesuai dengan nalurinya itu,
dinyatakan dalam Al-Qur’an berupa :

a. Tandazir : yakni peringatan berupa neraka atau siksaan atau timpakan kepada orang-
orang yang berbuat jahat.
b. Tabyir : yakni berita gembira bahwa surge atau kebahagiaan yang kekal dan abadi
dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh
4. Suara Batin
Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu – wkatu
memberikan peringatan (syarat) jika tingkah laku manusia berada di ambang bahaya
dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah “suara batin” atau “suara hati” yang dalam
bahasa Arab disebut “dlamir”. Fungsi dara bahasa batin tersebut ialah
memperingatkan bahanyanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya.
5. Kebiasaan
Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang –ulang sehingga
menjadi mudah dikerjakan.
Contoh :
a. Merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah
merupakan suatu kesenangan.
b. Bangun tengah malam mengerjakan solat tahajud, berat bagi orang yang tidak biasa.
Tetapi apabila hal tersebut sering dilakukan maka akan menjadi mudah.
2.5 Membangun masyarakat profesional berakhlakul karimah
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang,
sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Inilah yang
menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :

“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”( HR.Ahmad)

Secara umum dapat dikatakan, bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah akumulasi
dari aqidah dan syariat yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah
mendorong pelaksanaan syariat akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak
merupakan perilaku yang tampak apabila syariat Islam telah dilaksanakan berdasarkan
aqidah.

Menurut obyek / sasarannya terdapat akhlak terhadapa Allah, akhlak kepada


manusia dan akhlak kepada lingkungan.

1. Akhlak kepada Allah


a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan kepatuhan terhadap
perintah Allah. Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui medi komunikasi yang telah
disediakan, antara lain ibadah shalat.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi , baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati, Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan kententraman hati sebagaimana dimaksud dalam firman Allah :
Ingatlah, dengan zikir kepada Allah akan menentramkan hati.(Ar-Ra’d, 13:28)
c. Berdoa kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah
karena ia merupakan pengakuan atas keterbatasan dan ketidakmampuan manusia,
sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa
dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia.
Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya
sebagai manusia karena dipandang sebagai orang yang sombong.
d. Tawakkal kepada Allah yaitu, berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakkal bukanlah menyerah kepada
keadaan, sebaliknya tawakkal mendorong orang untuk bekerja keras karena Allah tidak
menyia-nyiakan kerja manusia. Setelah bekerja keras apapun hasilnya akan diterimanya
sebagai sesuatu yang terbaik bagi dirinya, tidak kecewa atau putus asa.
e. Tawaduk kepada Allah adalah rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Mahakuasa, oleh karena itu, tidak ada alas an bagi
manusia untuk tidak bertawaduk kepada Allah karena manusia diciptakan dari bahan yang
hina , yaitu tanah.
2. Akhlak kepada Manusia
a. Akhlak kepada diri sendiri
1. Sabar adalah perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebgau hasil dari pengendalian
nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar melaksanakan perintah
adalah sikap menerima dan melaksanakan segala perintah tanpa pilih – pilih dengan ikhlas.
2. Syukur adalah sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung
banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Orang yang suka
bersyukur terhadap nikmat Allah akan ditambah nikmat yang diterimanya sebagaimana
firmanNya :
Kalau kalian bersyukur, tentu Aku akan menambah (nikmat) untukmu dan jika kamu
mengingkati (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Ibrahim, 14:7)

b. Akhlak kepada ibu bapak


Akhlak kepada Ibu Bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan.Allah mewasiatkan agar manusia dapat berbuat baik kepada ibu bapak. Berbuat
baik kepada ibu bapak dapat dibuktikan dengan menyayangi dna mencintai mereka serta
berterima kasih dengan cara bertutur kata lembut dan sopan. Berbuat baik kepada Orang
tua tidak hanya ketika mereka hidup, tetapi harus berlangsung walaupun mereka telah
meninggal dunia dengan cara mendoakan dan meminta ampunan untuk mereka, menepati
janji mereka yang belum terpenuhi, dan meneruskan silaturahmi dengan sahabat – sahabat
sewaktu mereka hidup.

c. Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkan kasih sayang diantara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.Komunikasi dalam keluarga
diungkapkan dalam bentuk perhatian baik melalui kata – kata maupun perilkau.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
keluarga. Pendidikan dalam keluarga akan ditanamkan dalam keluarga akan menjadi
ukuran utama bagi anak dalam menghadapi pengaruh yang dating kepada mereka di luar
rumah.

3. Akhlak kepada Lingkungan


Misi Agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia
tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup, sebagaimana firman Allah.

Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan utnuk menjadi rahmat


bagi seluruh alam. (Al-Anbiyaa’, 21 :107). Misi tersebut tidak terlepas dari tujuan
diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi ,yaitu sebagai wakil Allah yang bertugas
mengelola , memakmurkan, dan melestarikan alam. Memakmurkan alam adalah mengelola
sumber daya alam sehingga dapat mensejahterahkan tanpa merugikan alam itu
sendiri.Menurut (http://palembang.tribunnews.com).

Penerapan Akhlaqul karimah pada Lingkungan Keluarga. Beberapa contoh


akhlaqul karimah anak kepada kedua orang tua:

1. Bertutur kata dengan bahasa yang halus.


2. Mohon ijin ketika akan bepergian dan pamitan dengan mencium tangan serta memohon
doa mereka.
3. Bila disuruh segera melaksanakan, selama tidak maksiat.
4. Bila dinasehati, anak mendengarkan dengan baik dan tidak memotong pembicaraan.
5. Bila berbicara supaya dengan nada yang rendah dari orang tua/ tidak membentak, atau
mengeluarkan kalimat yang kasar.
6. Senang membantu pekerjaan orang tua di rumah
7. Mendahulukan kepentingan/ perintah orang tuanya dari pada kepentingan diri sendiri.
8. Jujur , amanah dan tidak berkhianat kepada orang tua.
9. Apabila berselisih pendapat dengan orang tuanya anak tetap menghargai pendapat orang
tuanya.
10. Selalu mendoakan baik kepada orang tuanya.
11. Merawat orang tuanya ketika sedang sakit dan utamanya ketika sudah tua
12. Bila dipanggil segera memenuhi panggilannya sambil mendekat.

Penerapan Akhlaqul karimah pada Lingkungan Masyarakat. Berikut beberapa contoh


akhlaqul karimah dalam masyarakat:
1. Apabila bertemu dengan tetangga menyapanya.
2. Apabila melewati sekelompok masyarakat menyapa dengan sopan dan permisi.
3. Apabila naik kendaraan di dalam kampung dengan kecepatan rendah dan tidak
menggeberkan gasnya atau melepas sarangan knalpotnya.
4. Melayat warga yang meninggal dan memberikan sumbangan.
5. Membantu dan menjenguk warga yang sakit.
6. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong/ kerja bakti.
7. Membantu warga yang terkena musibah.

Menurut (http://ppimaroko.org/index.php) , Secara alamiah kita juga harus proaktif


mengikuti kegiatan-kegiatan di masyarakat baik dalam bentuk materi maupun tenaga,
jangan sampai kita mengabaikan bahkan acuh terhadap kegiatan di lingkungan sekitar
sehingga berakibat munculnya penilaian negative dari masyarakat. Rasulullah, saw
bersabda: yang artinya:
i. “Barang siapa yang iman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti
tetangganya” (HR. Bukhari)
ii. “Orang iman yang bergaul dalam masyarakat dan sabar terhadap hal-hal yang
menyakitkan dari mereka, adalah lebih utama dari pada orang iman yang tidak bergaul
dalam masyarakat dan tidak sabar terhadap hal-hal yang menyakitkan dari mereka”
(HR.Attirmidzi).

4. Akhlak kepada Tataran Berbangsa dan Bernegara

Sebagian besar ulama Islam di Indonesia telah sama-sama sepakat bahwa bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah sudah final dan tidak bisa ditawar
lagi.Sikap ini bahkan telah diperkuat dalam ijtima ulama se Indonesia dalam pertemuan
para ulama di bawah koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Pondok Gontor,
Ponorogo pada tahun 2006 yang lalu. Dengan demikian penerapan akhlaqul karimah
dalam berbangsa dan bernegara dapat dicontohkan sebagai berikut:
1. Mensepakati dan mendukung sepenuhnya untuk tetap tegaknya Negara Kesatuan
2. Republik Indonesia.
3. Rela berkorban untuk tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Berusaha menempatkan kepentingan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pripadi dan
golongan.
5. Komitmen terhadap Pancasila sebagai Dasar Negara dan UUD 1945.
6. Menghormat, menjunjung tingi dan tidak mencela lambang-lambang kebesaran Negara.
Sebagai daerah yang mendapatkan penghargaan diwilayah pendidikan dari
Presiden RI, sepertinya Kota Tangerang layak menjadi daerah percontohan yang
menggunakan sistem pendidikan yang berbasis multikultural, dengan ditopang
kemultikulturalan masyarakatnya.
Akhlakul karimah pun sepertinya harus ditafsirkan begitu Prural agar bagaimana,
ketika sistem (Akhlakul Karimah) tersebut masuk pada ranah pendidikan, tidak
menghilangkan atau bahkan mendeskritkan identitas-identitas minoritas, tetapi bagaimana
identitas-identitas yang ada bisa saling “bercumbu mesra”, sebagai cita-cita luhur
masyarakat Akhalakul Karimah yang berbangsa dan bernegaraIndonesia.Wallahu A’lam bi
ash Showab.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhlakul Karimah merupakan sifat terpuji yang harus di miliki oleh setiap
manusia.akhlak merupakan tolak ukur yang yang menunjukan baik buruknya
seseorang,setingginya-tinggi orang ilmu seseorang, kalau tidak berakhlak apalah artinya.
dan manfaat dari akhlak itu akan berdampak pada kehidupan. Pribadi Nabi Muhammad
adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak adalah insting (naluri), keturunan,
kemauan (azam), suara batin, serta kebiasaan. Faktor-faktor tersebut merupakan
penunjang terbentuknya akhlakul karimah bila seseorang bisa mengggunakan komponen
tersebut dengan baik maka hasilnya pun akan baik dan sebaliknya. Dalam Islam yang
menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau
buruknya adalah Al Quran dan As Sunnah.
Sedangkan, ciri – ciri masyarakat professional yang berbasis akhlakul karimah
adalah sebagai berikut : mengembangkan prinsip manajemen professional, selalu berusaha
ke arah yang lebih baik., memiliki semangat berlomba dalam kebaikan, memiliki motifasi
untuk mandiri, pantang menyerah dan ulet.
3.2 Saran

Dengan demikian dasar akhlakul karimah adalah ajaran agama Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam hubungan kepada Allah maupun sesama makhluk.Akhlak juga sebagai
penentu kemulyaan seseorang bahkan sebuah komunitas bangsa.Kemulyan dan
kehormatan bangsa banyak ditentukan oleh pelaksanaan akhlak di dalamnya.Semakin
mulia seseorang, semakin baik akhlaknya.
Manfaat dari akhlakul karimah sendiri adalah memperkuat dan menyempurnakan
agama, Mempermudah perhitungan amal di akhirat, menghilangkan kesulitan.selamat
hidup di dunia dan akhirat.
Untuk membangun masyarakat professional yang berbasis akhlakul karimah adalah
harus menjadi pribadi yang mudah mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak
terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta
berpaling dari tindakan yang tidak patut.
DAFTAR PUSTAKA

Chalim, Abdul S.Ag. M.Pd, dkk.2011.Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum.Malang : Anggota IKAPI. Halaman 85 – 112.
http://ahklaqulkarimah.blogspot.com/2012/02/akhlaqul-karimah.html, diakses pada hari
Selasa, 23 September 2014 pukul 19.40
http://arifnursahid.blogspot.com/2012/06/akhlakul-karimah.html,diakses pada hari Selasa,
23 September 2014 pukul 09.50
http://id.scribd.com/doc/95052455/Membangun-Masyarakat-Profesional-Berbasis-
Akhlakul-Karimah#download, diakses hari Rabu, 24 September 2014 pukul 07.47
http://prezi.com/1k5yk4mz05wq/membangun-masyarakat-professional-berbasis-akhlakul-
karimah/, diakses hari Kamis, 25 September 2014 pukul 19.57
http://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/11/05/31/lm2iw7-akhlakul-karimahoh-
indahnya, diakses hari Kamis, 25 September 2014 pukul 19.58

Anda mungkin juga menyukai