Anda di halaman 1dari 5

Ada dua buah gunung yang berhadapan jauh.

Gunung yang sebelah timur bernama


Kamonsope. Masing-masing terdapat di Labundoua dan di Kabaena.
Zaman dahulu kala, Gunung Saba Mpolulu itu disebut gunung mata air. Sekali
peristiwa kedua gunung ini berkelahi gara-gara air. Air milik penjaga Gunung Kamonsope
yang bernama Mona diminta oleh penjaga Gunung Saba Mpolulu yang bernama Bona. Akan
tetapi, Mona tidak mau memberikan air itu kepada Bona. Meskipun begitu, Bona tetap
berupaya memiliki air itu. Maka dari itu, ia tetap mencari jalan walaupun dengan cara paksa.
Mona juga tetap bertekad tidak mau mundur begitu saja, apa pun taruhannya. Nyawa pun rela
dikorbankan asalkan tidak memberikan air itu kepada Bona.
Ditengah teriknya matahari, Bona berpikir sejenak. Dalam hatinya, “Sesungguhnya
aku ini laki-laki, sedangkan Mona seorang perempuan. Masa aku dikalahkan oleh perempuan.
Lebih baik aku paksa dia.” Namun, usahanya itu tetap sia-sia karena Mona tetap bertahan
mati-matian, walaupun ia seorang perempuan. Ia tidak mau dipaksa dan tidak mau menyerah
begitu saja. Bona bertambah marah ketika melihat sikap Mona.
Sebagai jalan terakhir, saat matahari mulai terbenam Bona mengangkat senjata
dan bersembunyi disemak belukar, hendak memerangi Mona. Tembakan pertama tidak
mengenai sasaran. Tembakan kedua, peluru tidak sampai kena sasaran. Bona pun bertambah
kesal dan disaat itulah saat-saat yang menegangkan.
Kini, tiba giliran Mona yang menembak Bona dari belakang pohon yang cukup besar
disamping rumah warga yang tinggal di kaki bukit. Hanya sekali ia menembak langsung
mengenai sasaran. Nyaris Gunung Saba Mpolulu terbongkar puncaknya, seperti bentuk
kampak yang terpongkah akibat terkena benda keras. Itu sebabnya gunung tersebut
dinamakan “Gunung Saba Mpolulu”.
Alur/Plot : Maju
Penokohan :
 Mona (Penjaga Gunung Kamonsope) : Tidak mudah menyerah
“Mona tetap bertahan mati-matian, walaupun ia seorang perempuan. Ia tidak mau
dipaksa dan tidak mau menyerah begitu saja.”
 Bona (Penjaga Gunung Saba Mpolulu) : Jahat dan Pemarah
“Bona bertambah marah ketika melihat sikap Mona dan jalan terakhir ialah dengan
Mengangkat senjata dan menembaknya.”

Setting :
 Waktu
- Siang
“ Ditengah terik matahari, Bona berpikir sejenak. Sesungguhnya aku ini laki-
Laki, sedangkan Mona seorang perempuan. “
- Sore
“ Sebagai jalan terakhir, saat matahari mulai terbenam Bona mengangkat
Senjata dan bersembunyi di semak belukar, hendak memerangi Mona. “
 Tempat
- Semak Belukar
“ Sebagai jalan terakhir, saat matahari mulai terbenam Bona mengangkat
Senjata dan bersembunyi di semak belukar, hendak memerangi Mona. “
- Belakang Pohon
“ Kini, tiba giliran Mona yang menembak Bona dari belakang pohon yang
Cukup besar disamping rumah warga yang tinggal di kaki bukit. “
 Suasana
- Mencekam/Menegangkan
“ Tembakan kedua, peluru tidak sampai kena sasaran. Bona pun bertambah
Kesal dan disaat itu lah saat-saat yang menegangkan. “

Amanat/Pesan :
“Sebaiknya kita perlu berbuat jahat terhadap seseorang apalagi ingin
berusaha untuk membunuh orang lain karena itu tidak dianjurkan dalam
agama maupun adat-istiadat daerah masing-masing, kalau kita hendak
meminta sesuatu terhadap orang lain sebaiknya bersikap baik dengan
orang itu. Walaupun usaha kita berkali-kali gagal. Namun, kita bisa
menggunakan cara-cara baik lainnya.”
Nama : Joko Esthi Pramono.

No : 8

Kelas : X-h

SMA NEGERI 3 Sragen

Tahun ajaran 2012/2013

Anda mungkin juga menyukai