Anda di halaman 1dari 13

4.

Perumpamaan tentang Penabur

* Matius 13:1-9
13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau.
13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke
perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai.
13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang
penabur keluar untuk menabur.
13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan
memakannya sampai habis.
13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera
tumbuh, karena tanahnya tipis.
13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai
mati.
13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

* Markus 4:1-9
4:1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat
besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk
di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.
4:2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia
berkata kepada mereka:
4:3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
4:4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan
memakannya sampai habis.
4:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera
tumbuh, karena tanahnya tipis.
4:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
4:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai
mati, sehingga ia tidak berbuah.
4:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang
tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."
4:9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"
* Lukas 8:4-8
8:4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota
menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:
8:5 "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian
benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai
habis.
8:6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak
mendapat air.
8:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya
sampai mati.
8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah
berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia
mendengar!"

Latar Belakang :

Di dalam masyarakat kita yang industrialis, pertanian hanya dikaitkan dengan produksi makanan. Bertani
bukan sekedar gaya hidup, melainkan telah menjadi cara untuk mencari nafkah. Teknologi modern telah
diterapkan sepenuhnya pada metode-metode pertanian, sehingga petani-petani menjadi teknisi dalam
bidang ini. Contohnya, ia menjadi seorang ahli dalam menggunakan pupuk, herbisida, dan insektisida
dan ia menjadi seorang pengusaha yang mengetahui biaya produksi, nilai hasil produksi, dan jadual
pemasarannya.

Ketika Yesus mengajarkan perumpamaan ten tang seorang penabur kepada orang-orang Galilea, mereka
pada waktu itu sedang melihat petani menaburkan benih di ladang pada bulan Oktober. Memang para
penulis Injil tidak menceritakan kepada kita kapan Yesus mengajarkan perumpamaan itu. Kemungkinan
Yesus mengajar pada waktu penabur keluar untuk menaburkan benih. Kerumunan (menurut Matius,
kerumunan orang banyak) itu datang ke pantai di sebelah barat laut di tepi danau Galilea. Mungkin
jumlah mereka mencapai ribuan. Yesus menggunakan mimbar yang mengapung pada waktu berbicara
kepada orang banyak itu. Ia duduk di atas perahu yang didorong agak jauh dari tepi pantai[1]. Keadaan
yang alami ini jauh lebih efektif daripada sistem pendekatan publik secara modern.

Yesus tidak harus menjelaskan aktivitas petani, sebab dari jauh mungkin mereka bisa melihat petani
sedang bekerja, menabur biji gandum atau barley. Bahkan mereka pun mungkin adalah petani yang dari
ladang yang sedang dalam perjalanan menuju pantai. Di dalam masyarakat pertanian pada waktu itu,
pendengar kebanyakan adalah petani-petani atau orang yang pernah bekerja di tanah pertanian.

Pada zaman Yesus, bertani merupakan pekerjaan yang relatif sederhana. Meskipun perumpamaan ini
tidak mengatakan sesuatu mengenai metode pertanian. Namun dari Perjanjian Lama (Yesaya 28: 24-25;
Yeremia 4:3; dan Hosea 10:11/ 12) dan dari sumber-sumber rabinik, kita belajar bahwa pada akhir
musim panas yang panjang dan panas sekali, petani akan pergi ke ladangnya menaburkan biji gandum
atau barley ke atas tanah yang keras. Petani mencangkul tanah untuk menutupi benihnya, dan
menunggu hujan musim dingin turun untuk menyemaikan benih itu[2].

Petani yang diceritakan dalam perumpamaan Yesus menaburkan benih yang diambil dari sebuah tas
yang dikalungkan pada leher dan bahunya. Tas tergantung di depannya, dan dengan langkah yang
berirama dia menaburkan benih di sepanjang jalur-jalur tanah. Dia tidak memperhatikan apakah ada
biji-biji yang jatuh di pinggir jalur, atau apakah benih jatuh di tanah yang dangkal dengan batu-batu
kapur yang menonjol ke luar, atau apakah gandum itu jatuh di antara semak-semak duri, di mana
semak-semak itu akan tumbuh di musim semi dan menghimpit gandum yang tumbuh. Bagi petani
semua itu adalah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam satu hari.

Deskripsi perumpamaan ini akurat dan merupakan kejadian sehari-hari. Petani tidak dapat mencegah
biji-biji tidak jatuh di tanah yang keras. Cepat atau lambat burung-burung akan memakannya. Burung
juga bisa mengambil benih yang ditanam di tanah. Semua ini merupakan bagian dari eara bertani pada
waktu itu. Petani juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan batu kapur yang muneul di sana-sini, karena
merupakan keadaan dari tanah. Lagipula, dia telah meneoba untuk menyingkirkan semak-semak duri
dengan meneabut akarnya, namun tumbuh-tumbuhan ini sulit dimusnahkan, karena semak-semak duri
itu kelihatannya punya eara untuk tumbuh kembali.

Petani menantikan waktu menuai di mana dia bisa membawa hasil panennya. Hasil rata-rata pada waktu
itu biasanya bisa kurang dari sepuluh kali lipat[3]. Seorang petani dianggap mendapatkan hasil yang luar
biasa besarnya kalau dia bisa mendapatkan hasil panen sampai tiga puluh kali lipat atau apalagi enam
puluh kali lipat. Petani sangat jarang mendapatkan panen sampai seratus kali lipat (Kejadian 26:12).
Singkatnya, petani tidak menaruh perhatian pada biji-biji gandum yang hilang pada saat menabur. Dia
menaruh harapannya ke masa depan dan menunggu waktu panen tiba dengan penuh harapan.

Semua pendengar Yesus tidak ada yang tidak setuju dengan Dia. Klimaks dari kisah ini mungkin yang
akan mengejutkan pendengar-Nya. Oleh karena, Yesus mengatakan bahwa hasil panen itu seratus kali
lipat bukan panen normal yaitu sepuluh kali lipat. Jadi, inti dari kisah ini adalah panen yang berlimpah-
limpah.

Pola Perumpamaan

Perumpamaan tentang penabur merupakan salah satu perumpamaan yang ditemukan di dalam ketiga
Injil Sinopsis. Ketika penulis-penulis Injil ini secara individual memasukkan eerita Yesus tentang petani
yang menabur dan memetik hasil, mereka masing-masing menujukan perumpamaan ini kepada
pendengar mereka sendiri. Matius, Markus, dan Lukas menunjukkan maksud pengajaran Yesus dengan
menempatkan perumpamaan ini di dalam konteks Injil mereka masing-masing seeara jelas.

Injil Matius pasal 13 didahului dengan eerita pelayanan penyembuhan oleh Yesus (pasal 8 dan 9). Pada
kesimpulan dari bagian ini, Matius meneatat bahwa Yesus sedang mengajar di Sinagoge. Ia
memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Surga, dan rnenyembuhkan segala penyakit dan kelemahan
(9:35). Kemudian Yesus melihat kepada orang banyak, dan karena mereka kurang mendapatkan
bimbingan rohani, Dia merasa berbelas kasihan kepada rnereka. Dia membandingkan mereka seperti
domba yang tidak bergembala. "Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya, "Tuaian memang banyak,
tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia rnengirirnkan
pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (9:37, 38 ).

Matius rnencatat pengutusan kedua belas rnurid untuk pergi kepada domba-domba Israel yang
terhilang di dalarn pasall0. Tetapi Yesus rnengingatkan murid-murid-Nya akan penolakan, penganiayaan,
dan kernatian. Mereka akan menghadapi penentang, kebencian, dan kehilangan nyawa. Matius
melukiskan terna yang sarna di dalam dua pasal berikutnya. Orang banyak mengikuti Yohanes
Pembaptis, tetapi orang-orang itu rnengatakan bahwa dia kerasukan setan. Dan Yesus dikatakan sebagai
pelahap dan peminum, ternan pemungut cukai dan "orang-orang berdosa" (11:19). Orang-orang di
Korazin, Betsaida, dan Kapernaum tidak rnau bertobat dan percaya kepada perkataan-Nya, Sepertinya
Yesus sedang mencangkuli tanah yang dangkal, dan benih yang Dia taburkan tidak menghasilkan. Tetapi
Kerajaan Allah telah datang dan akan berkernbang terus meskipun Yohanes Pembaptis disalahrnengerti
(11:3),. orang-orang Galilea tidak percaya (11:21, 23), dan sikap ahli-ahli Taurat yang berrnusuhan (12:2,
24, 38). Orang-orang yang melakukan kehendak Allah adalah bagian dari Kerajaan Allah. Mereka adalah
saudara laki-laki, saudara perempuan dan ibu dari Yesus (12:50).

Pada bagian ini, Yesus memperkenalkan perurnparnaan tentang penabur. Pengurangan struktur dari
catatan Injil menyatakan keterampilan tangan dari seorang arsitek literatur[4]. Matius telah merangkai
tingkatan dari perumpamaan ten tang penabur ini. Objeknya adalah untuk mengawasi pembacanya
dengan panen yang tidak diharapkan yang dikumpulkan di dalam Kerajaan Allah.

Sebaliknya, Markus sepertinya rnenekankan pelayanan pengajaran Yesus di sepanjang tepi danau
Galilea. Dia mulai bagian ini dengan mengatakan, "Pada suatu kali Yesus rnulai pula mengajar di tepi
danau." (4:1). Markus menyebutkan danau sebanyak tiga kali di bagian ayat-ayat pendahuluan,
sedangkan Matius mengabaikan referensi tentang Yesus yang duduk di atas perahu "di danau". Markus
memberitahu pembacanya bahwa Yesus sekali lagi bertemu dengan kerumunan orang banyak di tepi air
(lihat Markus 2:13 dan 3:7). Markus pad a bagian ini memasukkan tiga dari empat perumpamaan
(penabur, benih yang tumbuh, dan biji sesawi) ke dalam Injilnya dalam bentuk narasi untuk
menunjukkan tempat mengajar, pendengar yang dijumpai Yesus, dan tujuan perumpamaan.

Penulis dari ketiga Injil menyampaikan perumpamaan tentang penabur dengan versi yang disingkat, dia
menempatkannya di dalam konteks penerimaan dan penolakan. Perkataan dan perbuatan Yesus dapat
diterima oleh orang-orang awam, pemungut cukai, wanita-wanita tunasusila dan yang lainnya (7:29,37;
8:1-3), tetapi dia bertemu dengan oposisinya yang keras yaitu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat
(7:30, 39). Menurut Lukas versi perumpamaan ini berbeda sedikit dengan versi Matius dan Markus,
meskipun jauh lebih pendek dan menunjukkan perubahan di sana-sini di dalam kosa katanya.
"Perubahan tersebut menunjukkan bahwa Lukas atau tradisi lisan merasa bebas memodifikasi rincian
perkataan di dalam kisah ini, sesuatu yang biasa dilakukan oleh pengkhotbah modern ketika mereka
menceritakan perumpamaan-perumpamaan[5]".

* Matius 13:18-23
13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya,
datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di
pinggir jalan.
13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan
segera menerimanya dengan gembira.
13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan
karena firman itu, orang itu pun segera murtad.
13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran
dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan
karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali
lipat."

* Markus 4:13-20
4:13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian
bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?
4:14 Penabur itu menaburkan firman.
4:15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar
firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.
4:16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar
firman itu dan segera menerimanya dengan gembira,
4:17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau
penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.
4:18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,
4:19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain
masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
4:20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut
firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang
seratus kali lipat."

* Lukas 8:11-15
8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.
8:12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu
mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
8:13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu,
menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan
dalam masa pencobaan mereka murtad.
8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam
pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup,
sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.
8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya
dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Perumpamaan tentang penabur adalah salah satu perumpamaan yang dijelaskan oleh Yesus kepada
murid-murid-Nya dan orang-orang lain yang bersama dengan mereka. Kita tidak menyangka bahwa
perumpamaan membutuhkan penjelasan, tetapi di dalam kenyataannya perumpamaan membutuhkan
sebuah aplikasi supaya dimengerti secara rohani. Pertanyaan awal dari murid-murid adalah, "Mengapa
Yesus menceritakan perumpamaan kepada orang-orang?" dan mereka mendapatkan jawaban dari Yesus
yang dapat dimengerti dengan begitu saja. Yesus menjawab, "Kepadamu diberi karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga
yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan
kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka
tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:11-13).

Kita mencatat bahwa murid-murid bertanya mengapa Yesus berbicara kepada orang-orang di dalam
perumpamaan, dan Yesus menjawab mengapa berbicara kepada mereka di dalam perumpamaan.
Markus membuat perbedaan antara "kita dan mereka" terlebih lagi yang diucapkan dengan melaporkan
"Tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan" (4:11).

Tepatnya, apa yang Yesus maksudkan dengan frasa "rahasia Kerajaan Surga"? Jikalau Yesus adalah Guru
Besar (Rabi), kita bisa mengharapkan Dia mengajarkan kebenaran rohani dengan bahasa yang
sederhana. Sulit untuk percaya bahwa Yesus bermaksud menyembunyikan pengajaran-Nya kepada
orang-orang banyak dengan memakai gaya bicara tertentu. Tetapi Dia berbicara mengenai misteri
Kerajaan Surga.

Dokumen Qumran menunjuk peranan Guru Kebenaran yang diutus untuk menyatakan misteri (hal yang
belum dinyatakan) Ilahi. Lagipula, Guru tersebut akan memerintahkan murid-murid-Nya di dalam wahyu
yang Dia terima dari Allah[6]. Yesus membawa wahyu Ilahi dengan mengajar murid-murid-Nya rahasia
Kerajaan Surga. Orang-orang lain dalam lingkup yang lebih luas, yang bukan bagian dari kelompok
murid-murid Yesus (yaitu mereka yang berada di luar), tidak memiliki pemahaman tentang Kerajaan
Surga seperti yang dimiliki oleh murid-murid Yesus[7].
Secara tidak langsung Yesus menunjuk kepada pentingnya kelahiran rohani untuk dapat masuk ke dalam
Kerajaan Surga (Yohanes 3:3, 5). Dengan kata lain, murid-murid telah diberi kemampuan dan hak
istimewa untuk melihat rahasia Kerajaan Surga. Bagi mereka yang berada di luar tidak diberi hak
istimewa ini[8].

Orang banyak yang dimaksud oleh Yesus ditunjukkan dengan sebutan "mereka." Kutukan yang
diucapkan Yesus sendiri bagi kota-kota yang tidak mau bertobat yaitu Korazin, Betsaida, dan Kapernaum
tidaklah mengejutkan (Matius 11:20-24). Dan Yesus ditentang secara terus-menerus oleh para
pemimpin, para ahli tulis, orang-orang Farisi, dan hirarki imam-imam. Matius sepertinya menggunakan
sebuah istilah yang sederhana bagi kumpulan orang-orang Yahudi di sekeliling Yesus - yaitu
menggunakan istilah yang sederhana "mereka"[9].

Tetapi, rahasia Kerajaan Surga tidak tersembunyi selamanya. Markus menambahkan kata-kata berikut
ini dalam penjelasan Yesus tentang perumpamaan penabur,: "Sebab tidak ada sesuatu yang
tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap"
(4:22) [10]. Kebenaran yang dinyatakan oleh Yesus dengan menggunakan perumpamaan diberikan bagi
mereka yang melihat dan mengerti.

Sebaliknya, Matius mengatakan bahwa barangsiapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga
ia berkelimpahan, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari
padanya (13:12). Matius menulis bagi orang-orang Yahudi dengan menyatakan bahwa mereka yang
tidak diberi persepsi rohani dan yang menolak perkataan Yesus harus melepaskan pemahaman mereka
ten tang Kerajaan Allah di dalam pengajaran Perjanjian Lama. Kebijaksanaan di dalam Perjanjian Lama
menjadi tidak berarti tanpa pemahaman rohani tentang pengajaran ini. Jadi meskipun mereka (orang-
orang Yahudi) melihat, sebenarnya mereka tidak melihat; meskipun mereka mendengar, sebenarnya
mereka tidak mendengar dan mengerti (Matius 13:13).

Semua penulis Injil mengutip kata-kata Yesaya 6:9, 10 - Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya,
yang berbunyi:

Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, Kamu akan melihat dan melihat, namun
tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal,
dan telinganya berat mendengar,
Dan matanya melekat tertutup;
supaya jangan mereka melihat dengan matanya Dan mendengar dengan telinganya
Dan mengerti dengan hatinya,
Lalu berbalik sehingga aku menyembuhkan mereka." (Matius 13:14, 15)

Dan ketiga penulis Injil Sinopsis menggunakan kutipan Yesaya untuk mengungkapkan alasan mengapa
orang yang mengeraskan hatinya akan kehilangan warisan rohani[11]. Komentator yang lain
menafsirkan penggunaan Yesaya 6:9, 10 sebagai penjelasan atau peringatan yang berhubungan dengan
akibat dari hati yang keras[12].

Dari ketiga penulis Injil, Markuslah yang memberikan cerita yang paling lengkap tentang penafsiran
perumpamaan Yesus[13]. Markus juga memasukkan kata-kata omelan yang diucapkan oleh Yesus:
"Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini?" (4:13). Dan sebagai hasilnya, Markus menunjukkan bahwa
perumpamaan tentang penabur adalah unik. Perumpamaan ini mempunyai maksud yang khusus,
mungkin karena adanya kenyataan bahwa perumpamaan penabur merupakan salah satu dari
perumpamaan-perumpamaan-Nya yang diberi penjelasan oleh Yesus. Tetapi kata-kata omelan yang
diucapkan Yesus juga menunjukkan bahwa murid-murid Yesus yang hatinya telah mengetahui
kebenaran, seharusnya telah memahami arti dasar perumpamaan tersebut.

Sedangkan cerita Matius lebih berharga dalam hal komposisinya. Matiuslah yang telah memberikan
kepada gereja judul dari perumpamaan ini: perumpamaan seorang penabur. Hanya di dalam Injil
Matius, perumpamaan ini memberikan nada pedagogis dengan gaya yang seragam dan frasa simetris
yang bergema.

Tetapi sebelum kita melangkah kepada penafsiran perumpamaan itu sendiri, kita harus mencatat bahwa
perbandingan yang digunakan oleh Yesus di dalam perumpamaan ten tang penabur ini juga dilukiskan di
dalam 2 Esdras 9:30-33:

Engkau mengatakan: "Dengarkan Aku, Israel, dengarkan perkataanKu, suku Yakub. Inilah hukum-Ku, di
mana Aku menabur di antara kamu supaya menghasilkan buah dan membawamu kepada kemuliaan
selamanya." Tetapi bapa-bapa kami yang telah menerima hukum-Mu tidak menyimpannya; mereka
tidak meneliti hukum-hukum-Mu, Tidak mungkin buah dari hukum itu yang binasa; melainkan milikmu
sendiri yang binasa. Barangsiapa yang menerima hukum itu yang akan binasa, karena mereka gagal
menyimpan benih yang baik yang telah ditabur di dalam .mereka[14].

Pada zaman Yesus, kata kerja "menabur" dapat diartikan secara metafora, yang berarti "mengajar." Kita
bisa berpendapat bahwa penggunaan kata ini merupakan cara berbicara di dalam sinagoga lokal,
Formulasi dan penafsiran Yesus terhadap perumpamaan penabur ini sangat cocok dengan cara bicara
pada waktu sekarang.

Sejumlah faktor tidak ditemukan di dalam penafsiran perumpamaan ini. Figur penabur merupakan hal
yang terpenting. Meskipun penabur hanya disebutkan di bagian pendahuluan perumpamaan saja, dan
diasumsikan ada di dalam perumpamaan, kehadirannya tidak dijelaskan. Meskipun demikian,
penekanannya jatuh pada benih yang ditabur. Lukas menyebut benih itu "Firman Allah"; Markus hanya
menyebutnya dengan "Firman." Dan Matius dalam kutipannya dari Kitab Yesaya, mengatakan akibatnya,
"Kepada setiap orang yang mendengar firman ten tang Kerajaan Surga, tetapi tidak mengertinya,
datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di
pinggir jalan." (13:19). Meskipun mungkin kita berharap beberapa referensi mengenai hujan, yang jelas
sekali dapat meningkatkan hasil panen, tetapi tidak ada referensi yang mengatakan ten tang hujan
(misalnya,lihat Ulangan 11:14, 17) [15]. Juga tidak disebutkan tentang kerja keras mencangkul tanah,
meskipun jelas bahwa pencangkulan itu menjadi bagian dari proses. Konstruksi dan penafsiran
perumpamaan ini ditunjang oleh penentuan Allah terhadap hujan dan pengerahan tenaga manusia
dalam pekerjaan di ladang. Perumpamaan ini menekankan naik turunnya hasil panen petani[16]. Petani
mungkin saja kehilangan panennya, dan di dalam perumpamaan ini tiga kali kehilangan panennya, tetapi
pada waktu panen terakhir mendapatkan hasil yang berkelimpahan.

Aplikasi :

Jelas sekali bahwa Yesus bertujuan mengaplikasikan pengajaran-Nya tentang benih dan tanah ini bagi
orang yang mendengar pesan Kerajaan Surga (menurut Matius), Firman Allah (menurut Lukas) dengan
menyebutkan rincian-rinciannya seperti pinggir [alan, tanah yang berbatu-batu, dan semak-sernak duri.
Matius memakai penggunaan tata bahasa" Present Tense" dari partisipal bahasa Yunani, yang menunjuk
kepada orang yang diminta untuk mendengar dan menenma Firman Allah. Bagian Firman Allah ini juga
menjelaskan bagaimana sikap empat macam pendengar yang berbeda terhadap Firman Allah itu[17].

Matius maupun Lukas sama-sama memperkenalkan kata hati yaitu, "Datanglah si jahat dan merampas
yang ditaburkan dalam hati orang itu." (13:19). Firman Allah menjangkau hati pendengar, tetapi
sebelum Firman itu bisa mempengaruhinya, si jahat (Matius), setan (Markus), atau Iblis (Lukas) datang
dan merampasnya. Di dalam perumpamaan ini, burung-burung datang ke pinggir jalan dan memakan
benih sampai habis, Markus mengatakan, "Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu
ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru
ditaburkan di dalam mereka." (4:15). Kita akan mengatakan, "Masuk telinga kanan, ke luar telinga kiri,"
atau, "Seperti itik yang meninggalkan bekas jejaknya di air." Beberapa orang mendengarkan Injil dengan
sopan, tetapi mereka hanyalah sebagai pendengar. Injil tidak lagi berharga bagi mereka, karena hati
mereka sekeras jalan kecil di sepanjang sawah. Mereka benar-benar mengabaikan kesimpulan dari
hukum Allah, "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu., (Matius 22:37).

Pertama-tama benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu mulai menampakkan pertumbuhannya.
Tetapi teriknya musim panas mas uk ke dalam lapisan batu yang paling bawah, dan sekarang
melepaskan hawa yang lebih dingin pada bulan November dan Desember secara perlahan-lahan. Pada
saat itu akan turun hujan yang cukup yang memungkmkan terjadinya persemian dini karena adanya
panas dan udara lembab yang diperlukan. Tunas yang hijau akan bersemi dengan cepat, dan sementara
itu sisa tanah masih tetap tandus, yang memperlihatkan pertunjukan yang sangat mengesankan. Mata
yang sudah terlatih dari petani-petani itu dapat melihat perbedaannya. Dia tahu bahwa munculnya
tangkai hijau dari benih yang tumbuh di atas tanah yang berbatu-batu itu merupakan tipuan; tumbuh-
tumbuhan itupun akan layu pada saat hujan berhenti dan matahari musim semi terbit dengan sangat
panas. Tanaman tersebut tidak mempunyai akar yang dalam di dalam tanah yang bisa menyediakan air.
Tanaman itu akan layu dan mati.

Baik Matius maupun Markus menunjukkan aspek kesiapan di dalam penafsiran dan aplikasi dari segmen
perumpamaan ini. "Tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar sa)a. Apabila kemudian datang
penindasan atau penganiayaan karen a firman itu, mereka segera murtad." (Markus 4:17). Kesiapan
direfleksikan dalam persemian benih yang cepat yang ditaburkan di atas tanah yang berbatu-batu.

Sedangkan Matius dan Lukas menghubungkannya dengan penghindaran dari kesulitan dan
penganiayaan, di mana Lukas berbicara mengenai "masa pencobaan" (Lukas 8:13). Kedua penulis Injil ini
menyebutkan saat-saat yang sulit yang menyebabkan orang akan berpikir dua kali ten tang agama.
Ketika saatnya tiba di mana mereka harus mengambil keputusan dan membayar harga, mereka akan
mengubah minat dan keterlibatan mereka dalam iman yang pernah mereka pegang dengan sukacita,
Satu kata yang menjelaskan keadaan mereka: dangkal (superficiality). Matahari biasanya diibaratkan
sebagai sumber kebahagiaan dan sukacita, dan digambarkan di siru dengan istilah kesulitan dan
penganiayaan[18]. Alasan mengapa tanah tersebut mengeras yang terlihat jelas adalah kurangnya udara
yang lembab. Sebaliknya, orang benar tumbuh subur seperti pohon yang di tanam di tepi aliran air
(Mazmur 1:3). Orang yang dangkal adalah orang yang kurang keyakinan, keberanian, stabilitas, dan
ketekunan: Dia akan dipengaruhi oleh semua angin doktrin yang berhembus di jalannya. Karena dia
berakar kurang dalam, kehidupan rohaninya menjadi tidak penting.

Benih yang ditaburkan di an tara semak-semak duri kelihatannya mempunyai kesempatan bertumbuh
dan berkembang yang lebih balk daripada benih yang ditaburkan di tanah yang keras. Pertama, tanaman
mulai bertunas sesudah masa persemian. Kenyataannya, dengan musim semi pada waktu itu tanaman
tersebut kelihatannya sangat menjanjikan dan terlihat sarna dengan tanaman-tanaman yang lain. Tetapi
ketika panas matahari menunjukkan kekuatan dan panasnya di bumi, akar semak-semak duri itu mu,lai
bertumbuh. Sesudah musim dingin berhenti, tanaman itu akan siap menyambut musim yang baru, dan
setelah beberapa minggu semak-semak duri itu akan bertumbuh lebih tinggi dari tanaman gandum.
Semak-semak duri merebut kelembaban udara dan vitamin di dalam tanah dan benar-benar mencabut
tanaman gandum sampai mati.

Tanah yang baik adalah tanah yang tidak keras seperti jalan setapak atau tidak dangkal seperti lapisan
tanah yang berbatu-batu subur dan menyimpan udara yang lembab. Kekurangan unsur-unsur yang
diperlukan di dalam tanah menyebabkan tanaman mempunyai tempat permanen dan akar yang lain.
Benih yang ditaburkan di tanah yang subur dengan udara lembab yang tersedia banyak, jauh
sebelumnya harus bersaing melawan semak-semak duri yang hijau di atas permukaan tanah untuk
menumbuhkan dan mengembangkan akar-akarnya di dalam tanah. Singkatnya, dua macam tanaman
sedang memperjuangkan sebuah tempat di bawah matahari, yang memenangkan perlombaan adalah
tipe tanaman yang mempunyai akar kuat untuk masuk ke dalam tanah.

"Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu
kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah
menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah." (Markus 4:18, 19). Orang yang mempunyai kehidupan
yang mendua - kehidupan beragama pada hari Minggu dan kehidupan yang tidak beragama selama hari-
hari lain dalam seminggu - akan segera menemukan "kekuatiran hidup, tipu daya kekayaan dan
keinginan-keinginan duniawi yang lain" mengambil alih kehidupannya, sehingga imannya menjadi tidak
berarti. Pesan Injil tidak dapat berbunga dan berbuah, kecuali keinginan-keinginan duniawi dicabut.
Orang macam ini mempunyai kehidupan yang mendua pada mulanya. Dia telah menemukan rasa aman
di dalam kekayaan dan harta miliknya; dia membuang imannya dengan sengaja dan menjadikannya
tempat kedua. Dia adalah orang yang bersifat "keduanya / dan" yang akhirnya menuai panen semak-
semak berduri tanpa mendapatkan biji gandum sedikit pun. Kecuali apa yang dia miliki diambil darinya.

Tiga gambaran tanah ini seharusnya tidak membuat petani berkecil hati. Demikian juga, tiga gambaran
orang yang memiliki iman yang tidak berbuah seharusnya tidak mengecilkan hati orang-orang percaya
yang sungguh-sungguh. Benih yang ditanam di tanah yang baik akan menghasilkan panen yang
berkelimpahan, hasil yang melimpah ruah. Orang yang dengan iman meresponi Injil tanpa perhitungan,
akan berbuah berlipat-lipat tidak terhingga. "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang
mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang
enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat" (Matius 13:23) [19]. Markus memberikan urutan
yang meningkat "tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat." Lukas hanya mendaftar
"seratus kali lipat" di dalam perumpamaan, tetapi dalam penafsirannya dia menulis, "Yang jatuh di
tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang
baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan" (Lukas 8:15). Apa yang dimaksudkan Lukas dengan
"menyimpan," ditulis di dalam Injil Markus sebagai "menerima" dan di dalam Injil Matius sebagai
"mengerti."

Kemudian, siapa yang merupakan orang yang memiliki hati yang baik dan mulia? Matius memberikan
jawabannya. Dia mengatakan, "orang yang mendengar firman itu dan mengerti." Tentu saja, Matius
mengingat lagi kutipan dari Kitab Yesaya. Orang yang memiliki hati yang sempurna dan mulia adalah
orang yang melakukan kehendak Allah dan menjawab panggilan Allah "Siapa yang harus Aku utus?"
jawablah dengan yakin, "Ini aku, utuslah aku, Tuhan." Dia adalah pendengar dan pelaku Firman. Dia
mengerti karena hatinya mau menerima kebenaran Allah. Keberadaannya seluruhnya - kemauan,
intelektual, dan emosinya - disentuh oleh Firman itu. Orang percaya mengalami pertumbuhan rohani,
dan menghasilkan buah; dia melakukan kehendak Allah[20].

Apakah yang diajarkan perumpamaan ini? Beberapa sarjana menyebut perumpamaan penabur ini
sebagai perumpamaan dari perumpamaan-perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaan ini
perumpamaan yang paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi dikarenakan berisi empat
perumpamaan yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran
khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengamya; umat Allah menerima
Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukannya; orang-orang yang lain gagal mendengarkan
karena hatinya yang keras, kedangkalan yang mendasar, atau keinginan terhadap kekayaan dan harta
yang tidak dapat ditinggalkan. Orang-orang yang demikian gagal menghasilkan buah, dan bahkan apa
yang mereka miliki perkataan rohani - akan diambil daripadanya. Karena itu perumpamaan ini
menyentuh mereka yang benar-benar ada di dalam gereja maupun mereka yang berada "di luar." Hal ini
merupakan kebenaran pokok dari perumpamaan ini. Semua rincian di dalam perumpamaan ini berpusat
pada satu tema. Pemberitaan Injil yang penuh iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah,
"menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh, atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur."

Catatan :

[1] W. Neil, "Expounding The Parables:'"ExpT78 (1965): 74.

[2] J. Jeremias, "Palastinakundliches zum G1eichnis vom Siiemann," NTS 13 (1967): 48-53. Juga lihat
Parables, 12.

[3] Jeremias, "Palastinakundliches," 53; dan lihat K.D. White, "The Parable of the Sower," ITS 15 (1964):
300-7; P.B. Payne, "The Order of Sowing and Ploughing," NTs25 (1978): 123-29. Pengajaran di dalam
Perjanjian Lama adalah bumi akan menghasilkan panen yang berkelimpahan pada zaman Mesianik (Am
9:13; Yer 31:27; Yeh 36:29, 30) dan terdapat di dalam tulisan-tulisan rabinik dan pseudepigrapha. N.A.
Dahl, "The Parables of Growth," snt. 5 (9151): SB, IV: 880-90.

[4] H.N. Ridderbos, Studies in Scripture and Its Authority (St. Catharines: Paideia Press, 1978), 50.

[5] LH. Marshall, "Tradition and Theology in Luke," Tyn H Bul 20 (1969): 63.

[6] F.F. Bruce, Second Thoughts on the Dead Sea Scrolls (London: Paternoster Press, 1956), 101.

[7] B. Van Elderen, "The Purpose of the Parables According to Matthew 13:10-17," dalam New
Dimensions in Evangelical New Testament Studies, terbitan R.N. Longenecker and M.e. Tenney (Grand
Rapids: Zondervan, 1974), 185.

[8] W. Hendriksen, The Gospel of Matthew (Grand Rapids: Baker Book House, 1973), 553. J.R. Kirkland
menolak menerima penjelasan ini dan tetap berpegang bahwa orang yang bijaksana dan diberi hak
istimewa melihat kebenaran yang tersembunyi di dalam perumpamaan, tetapi mereka yang tumpul dan
tidak mudah mengerti, tidak dapat melihat kebenaran tersebut. Lihat tulisannya mengenai "The Earliest
Understanding of Jesus' Use of Parables: Mark IV 10-12 in Context," NovT 19 (1977): 13. Pernyataan
Kirkland menentang Doa Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karen a
semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada
orang kecil" (Matius 11:25).

[9] J.D. Kingsbury, The Parables of Jesus in Matthew 13 (Richmond: John Knox Press, 1969),13.

[10] Kirkland, "Earliest Understanding," 16-20.


[11] Hendriksen, Mark, 154.

[12] Marshall, Luke, 323.

[13] B. Gerhardson, dalam "The Parable of the Sower and Its Interpretation," NTS14 (1967-68): 192,
menyimpulkan bahwa perumpamaan dan penafsirannya ini berjalan bersama-sama seperti tangan di
dalam sarung tangan. "Jika perumpamaan - dengan bentuk yang kita kenal- dari Yesus, demikian juga
dengan penafsirannya." Lihat C.P.D. Moule, "Mark 4:1-20. Yet once more," Neotestamentica et Semitica
(1969): 95-113.

[14] New English Bible, The Apocrypha (Oxford, Cambridge: Oxford and Cambridge University Press,
1970).

[15] Gerhardson, "Parable of the Sower," 187.

[16] C.H. Dodd, The Parables of the Kingdom (London: Nesbit and Co., 1935), 182.

[17] Gerhardson, "Parable of the Sower," 175.

[18] Julicher, Gleichnisreden, 2: 258.

[19] The Gospel of Thomas, diterjemahkan oleh B.M. Metzger, Saying 9, bacalah berikut ini:"Yesus
mengatakan: 'Lihatlah, penabur keluar, dia mengisi tangannya, dan menaburkan [benih]. Beberapa
[benih] jatuh di jalan. Burung-burung datang [dan] memakannya. Benih yang lain jatuh di atas tanah
yang berbatu-batu dan akarnya tidak dapat masuk ke dalam tanah, tidak mengarahkan telinganya ke
Sorga. Dan yang lainnya jatuh di an tara semak-semak berduri. Semak-semak menghambat
pertumbuhan benih dan cacing-cacing memakannya (lit. mereka), Dan yang lainnya jatuh di tanah yang
baik; dan menghasilkan buah yang baik untuk Kerajaan Sorga. Hasilnya bisa en am puluh kali lipat,
seratus kali lipat dan dua puluh kali lipat."
Penulis buku The Gospel of Thomas ini jelas telah membuat perumpamaan tentang penabur ini dalam
bentuk Gnostik. Mengapa penulis menyimpulkan bahwa perumpamaan dengan hasil "seratus kali lipat
dan dua puluh kali lipat" adalah sangat baik karena ia mengerti jumlah 12 adalah jumlah yang sempurna.
Lihat H. Montefiore dan H.E.W. Turner, Thomas and the Evangelists (London: SCM Press, 1962),48.

[20] Kingsbury, Parables of Jesus, 62.

Disalin dari :
Simon Kistemaker, Perumpamaan-perumpamaan Yesus, Saat, 2001, p 15-30

Anda mungkin juga menyukai