Anda di halaman 1dari 26

FILSAFAT ILMU

(PHILOSOPHY OF SCIENCE)
Markus Lingga, S.Th,. M.Div., M.Th.
____________________________________
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat adalah kata yang berasal dari bahasa Aram yang sangat erat hubungannya
dengan bahasa Yunani, yaitu filosofia. Filosofia terdiri dari dua kata: Filo artinya cinta
(ingin, suka) dan sofia artinya kebijaksanaan (ada unsur pandai atau tahu secara mendalam).
Itu berarti filosofia atau filsafat artinya cinta kepada kebijaksaan atau ingin tahu secara
mendalam.
Masalah tahu, ada dua gejala tahu dalam diri manusia, yaitu:

 Ingin tahu. Gejala ingin tahu nampak pada waktu manusia mengeluarkan pertanyaan.
 Ia tahu bahwa ia tahu. Gejala ini nampak pada waktu pertanyaan itu terjawab.
2. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah refleksi filsafat yang tidak pernah mengenal titik henti dalam
menjelajahi kawasan ilmiah untuk mencapai kebenaran. Dengan memahami filsafat ilmu
berarti memahami seluk beluk ilmu yang paling mendasar, perspektif ilmu, kemungkinan
pengembangannya dan keterjalinan antara ilmu yang satu dengan yang lain.
Dengan memahami seluk beluk filsafat ilmu diharapkan menjadikan diri kita sebagai
ilmuwan yang arif, terhindar dari kecongkakan intelektual, dan terhindar dari arus yang
memandang kebenaran ilmiah sebagai barang jadi (Suryo Ediyono).
3. Pengetahuan dan Ilmu
Pengetahuan manusia merupakan pendapat, pendapat itu disebut putusan. Dalam putusan
orang mengakui sesuatu. Putusan itu ada yang berlaku khusus, mis; pohon itu tinggi. Dan
ada pula yang berlaku umum, mis; segitiga itu jumlah sudutnya 1800. Demikian juga dengan
pengetahuan, ada yang berlaku umum dan ada juga yang berlaku khusus.
Orang yang tahu disebut punya pengetahuan, misalnya:
- Ia tahu sakit,
- Ia tahu lapar,
- Ia tahu tidur
- Ia tahu makan, dsb.
Pengetahuan yang tidak dengan amat sadar diusahakan, pengetahuan tentang hal-hal yang
berlaku umum dan tetap serta pasti, yang terutama digunakan untuk hidup sehari-hari disebut
pengetahuan.
Pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, yang bermetode, bersistem, dan
berlaku umum disebut ilmu.

1
4. Objek Filsafat
Objek Filsafat terdiri atas Objek Material dan Objek Formal.
a. Objek Material adalah lapangan atau bahan penyelidikan suatu ilmu, mis; Manusia.
b. Yang menentukan macamnya adalah bukan saja bahan atau lapangan penyelidikan, tetapi
juga sudut tertentu (sudut pandangan) penyelidikan itu. Sudut tertentu (sudut pandangan)
yang menentukan macam ilmu, kalau objek materialnya sama disebut objek Formal, mis:
sudut luar (tubuh) dan sudut dalam (jiwa) dari manusia disebut Objek Formal dari
manusia.

Hayat Ob. Formal Sudut luar (tubuh)


Manusia
MANUSIA (sudut pandang)
Jiwa Ob. Formal Sudut dalam (jiwa)

Ob. Material
Ilmu memang menyelidiki objeknya yang amat dalam, tetapi tidak sedalam-dalamnya. Ilmu
itu membatasi diri pada batas Pengalaman. Objek di luar pengalaman itu bukan lagi masuk
ke dalam objeknya, misalnya: Ilmu Alam
Proton O
Atom
Atom Ilmu Alam O
O-P
O-P O
Angkasa Luar
Ilmu Alam sudah amat dalam penyelidikannya, namun begitu ilmu alam tidak
mempersoalkan dan tidak memberi jawaban tentang:
- Apakah sebenarnya inti sari dari alam itu?
- Dari manakah datangnya alam itu?
- Bagaimana adanya alam itu?
- Apakah sebenarnya ada itu?
- Bagaimana susunannya ada itu?
Ternyata bahwa ada hal-hal di luar objek Formal ilmu atau di luar sudut pandangan ilmu.
Hal-hal itu adalah sudut pandangan, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya dan inilah
yang disebut objek formal filsafat.
Ilmu yang mempunyai objek Formal mencari keterangan sedalam-dalamnya adalah ilmu
yang mengatasi ilmu lain, ia tidak berhenti pada pengalaman (indra), tetapi ia terus melewati
batas pengalaman dengan cara apapun mengikuti kecenderungan untuk tahu, untuk memiliki
keterangan sedalam-dalamnya.
Filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan, yaitu usaha mencari sebab sedalam-dalamnya.
5. Pembatasan Sementara atau Definisi Filsafat (secara Umum)

2
Filsafat adalah ilmu tentang segala sesuatu yang menyelidiki keterangan yang sedalam-
dalamnya. Karena filsafat itu ilmu, maka ia harus:

- Dengan sadar menuntut kebenaran,


- Bermetode,
- Bersistem,
- Dan berlaku umum.
Objek filsafat (lapangan penyelidikan filsafat adalah):
a. Segala sesuatu yang “ada” dalam kenyataan.
b. Segala sesuatu yang “ada” dalam pikiran.
c. Segala sesuatu yang “ada” dalam kemungkinan.
Ketiga hal tersebut di atas disebut sebagai objek materia filsafat. Objek materia filsafat sama
dengan objek materia seluruh ilmu itu, tetapi filsafat bukan kumpulan atau keseluruhan ilmu-
ilmu itu. Yang membedakan ilmu satu dengan yang lainnya, yaitu objek materia (lapangan
penyelidikan suatu ilmu) dan objek forma (sudut pandangan suatu ilmu).
6. Hal-hal yang Berkaitan dengan Cabang Filsafat (yaitu: metafisika, epistemology,
aksiologi, logika, etika, estetika)
1) Metafisika
Metafisika terdiri atas kata Meta (Yun.) artinya sesudah dan fisika (Yun.) artinya alam
nyata. Metafisika yaitu ilmu yang menyelidiki apakah hakikat di balik alam nyata.
Menurut Suryo Ediyono bahwa metafisika artinya sesuatu yang ada di balik benda-benda
fisik.
Pembagian metafisika (yaitu: Ontologi dan Teologi):
A. Ontologi (metafisika umum): membahas tentang hal “ada”. Yang ada, yaitu:
a. Kenyataan yang berupa materi.
b. Kenyataan yang berupa rohani.
Dalam pembahasan soal tersebut terdapat 4 aliran, al:
a) Dualisme: Aliran ini berpendapat:
 Alam ini terdiri dari 2 macam hakikat sebagai asalnya, yaitu materi dan rohani.
 Keduanya berdiri sendiri dan bebas, sama-sama azali dan abadi.
 Perhubungan antara-lah menimbulkan kehidupan.
Contoh: terdapat dalam diri manusia. Tokohnya: Descartes.
b) Materialisme: Aliran ini berpendapat:
 Bahwa yang ada hanyalah materi.
 Apa yang kita sebut jiwa/roh hanyalah merupakan akibat saja dari proses
gerakan kebendaan dengan cara tertentu. Materialisme erat hubungannya
dengan teori atom klasik (kuno) yang mengatakan:
 Semua benda tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur-unsur, mis:
H, N, O, Ca, dll.

3
 Unsur-unsur itu bersifat tetap, tidak dapat dirusak.
 Bagian terkecil dari unsur itu ialah atom.
 Atom dari unsur yang atau berbeda membentuk molekul.
 Atom-atom dengan kesatuan molekul itu bergerak terus menerus.
Tokohnya: Thales (625-545), Anaximandros (610-545), Demokritos (460-
360)
Perkembangan materialisme, al:
Menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan alam sebab teori-teorinya jelas,
berpegang pada kenyataan yang mudah dimengerti (tidak abstrak seperti
jiwa/roh).
Menghasilkan Atheisme.
c) Idealisme (serba cita-cita): Aliran ini berpendapat:
 Materi itu tidak ada. Materi adalah satu jenis dari pada penjelmaan rohani.
 Hakikat dari kenyataan yang nampak ini adalah semua berasal dari roh.
 Kebudayaan adalah perwujudan dari alam cita-cita dan cita-cita itu adalah
rohani.
Idealisme memberikan kepada manusia, al:
Manusia menjadi lebih bergembira dan lebih memuaskan dalam hidupnya,
walapun ia fana, tetapi seakan-akan tidak fana.
Dia mendorong kehidupan beragama.
d) Aqnotisme: Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat materi atau hakikat rohani.
B. Teologi: Yang disebut teologi di sini adalah teologi naturalism, yakni filsafat ke-
Tuhan-an yang berpangkal semata-mata pada kejadian alam.
Pembagian teologi:
a) Theisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa ada satu kekuatan yang berdiri di
luar alam dan menggerakkan alam ini. Dan kekuatan itu adalah Tuhan. Tuhanlah
itu yang menggerakkan dan memelihara jalannya aturan-aturan dunia, sehingga
dunia teratur dengan baik.
Theisme mengakui Tuhan itu ada berdasarkan pikiran semata-mata, tetapi tidak
punya peribadatan, tak lebih hanya punya pengakuan saja akan adanya Tuhan itu.
Theisme tidak tahu bagaimana manusia memperoleh kebahagiaan, dan juga tidak
tahu apa yang baik dan apa yang buruk menurut Tuhan itu. Masing-masing filsuf
berbeda-beda dalam menggambarkan sifat Tuhan itu, al:
 Anaxagoras menggambarkan sifat Tuhan itu sebagai Nus (roh/Tuhan).
 Plato menggambarkan Tuhan sebagai Demeiourgos (ide tertinggi dari alam
ini).

4
 Aristoteles menggambarkan Tuhan sebagai prima causa (sebab pertama), juga
ia menggambarkan sebagai kebaikan tertinggi atau ada yang tertinggi.
Pada umumnya filsafat Theisme sebelum Masehi, pengakuan akan adanya Tuhan
itu bersifat Polytheisme.
b) Pantheisme, yaitu aliran yang menganggap bahwa semua alam ini adalah Tuhan
atau Tuhan itu adalah alam ini semua. Aliran-aliran filsafat yang bersifat
Pantheisme, al:
 Aliran Stoa: segala sesuatu di dalam alam berjiwa dan raga. Jiwa dan raga
adalah pneuma/nafas yang meresap dalam segala sesuatu dan meliputi segala
sesuatu. Pneuma itu adalah Tuhan.
 Aliran Neo-Platonisme: Tuhan dan alam merupakan kesatuan, walaupun
derajatnya berbeda.
 Aliran Spinoza: Tuhan dan alam makhluk sebagai natura naturas dan natura
naturata atau alam yang menciptakan dan alam yang diciptakan.
2) Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme artinya pengetahuan dan logos artinya
teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula
atau sumber struktur, metode dan sahnya pengetahuan.
Objek material epistemologi adalah pengetahuan sedangkan objek formalnya adalah
hakikat pengetahuan.
Persoalan yang dikaji dalam epistemologi berkisar pada masalah: asal usul pengetahuan,
peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan
kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentuk-bentuk perubahan pengetahuan
yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia.
3) Aksiologi
Aksiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik
dari nilai.
Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas masalah nilai baik dan buruk adalah
bidang etika.
4) Logika
Logika berasal dari bahasa Yunani, yaitu: logos yang berarti pikiran atau kata. Menurut
asal kata logika berarti ilmu berpikir benar.
Definisi Logika:
1. Menurut Hasbulah Bakry:
b. Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitian hukum-hukum akal
manusia, sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
c. Logika ialah ilmu yang mempelajari aturan-aturan dan cara-cara berpikir yang dapat
membawa manusia kepada kebenaran.

5
d. Logika ialah ilmu yang mempelajari pekerjaan akal yang dipandang dari jurusan
benar atau salah.
2. Menurut Poedjawijatna:
Logika ialah filsafat budi. Dalam tindakan penyelidikan, manusia memakai alat, yaitu
budi, tanpa budi tidak akan ada penyelidikan. Maka “budi” itu harus diselidiki dulu,
maka dari itu dipersoalkan juga dan dicari jawabnya dari hal-hal berikut ini:
a. Adakah manusia mempunyai budi?
b. Dapatkah budi mencapai kebenaran?
Selanjutnya segera lagi timbul soal:
a. Apakah kebenaran itu?
b. Sampai di mana kebenaran dapat dicapai budi, seluruh kebenaran atau sebagian
saja?
3. Menurut Sunoto:
Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan
tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar, sehingga terhindar dari
kesalahan/kesesatan.
4. Menurut Prof. The Liang Gie:
Logika adalah cabang filsafat yang bersangkut paut dengan aturan-aturan penyimpulan
yang sah.
Kesimpulan: Logika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang penyimpulan
atau proses penalaran untuk memperoleh kebenaran.
5) Etika
Etika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat moral. Secara etimologi etika berasal dari
bahasa Yunani ethos artinya watak. Sedang kata moral berasal dari bahasa Latin mos atau
mores (jamak) artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia etika artinya kesusilaan.
Objek material etika adalah tingkah laku perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar
dan bebas. Sedangkan objek formalnya adalah kebaikan dan keburukan.
Dengan demikian, perbuatan yang dilakukan secara tidak sadar dan tidak bebas tidak dapat
dikenai penilaian moral atau tidak bermoral.
6) Estetika
Estetika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat keindahan. Estetika berasal dari kata
Yunani aisthetika artinya hal-hal yang dapat diserap dengan indra. Estetika digambarkan
sebagai kajian filsafat tentang keindahan dan kejelekan. Etika bertalian dengan nilai-nilai
moral sedangkan estetka bertalian dengan nilai bukan moral.
7. Filsafat, Ilmu dan Agama
a. Filsafat dan Ilmu:
- Filsafat dan ilmu bertemu pada objek material.
- Filsafat dan ilmu berbeda pada objek formal.

6
- Filsafat menguraikan dan merumuskan hakikat realitas secara sistematis-metodis.
Oleh karena itu juga filsafat merupakan ilmu pengetahuan. Dari satu pihak justru
di sinilah letak kekuatan filsafat sebagai suatu ilmu, karena menjadi sistematisasi
pandangan hidup secara menyeluruh. Maka terdapat keterlibatan erat antara filsuf
dengan ilmu yang digelutinya. Di lain pihak dapat disebut kelemahan filsafat
bahwa sebagai akibat keterlibatan erat tersebut, filsafat akan memperlihatkan
jumlah aliran dan sistem serta variasi metode yang benar. Ini merupakan
perbedaan mencolok antara filsafat dan ilmu pengetahuan lain, khususnya eksakta,
yang tidak memiliki pengalaman hubungan pribadi seperti filsafat berhubungan
langsung dengan yang menekuninya. Hanya ilmu social dan human mendekati
filsafat dalam hal ini. Karena itu, tepatlah jika dikatakan bahwa ilmu filsafat itu
bersifat personal. Tujuan pendalaman dalam ilmu filsafat ialah agar mengantar
dan membimbing orang yang mempelajarinya untuk menjalankan filsafat secara
pribadi. Tetapi sifat personal ini untuk kondisi tertentu mengandung kelemahan
karena bisa mengaburkan arti “kebenaran” sebagai tujuan utama segala ilmu
pengetahuan, termasuk filsafat itu sendiri.
b. Filsafat dan Agama:
Agama adalah sesuatu yang ada di dalam kenyataan. Jadi agama termasuk objek
material filsafat, itu sebabnya ada filsafat agama. Objek formalnya adalah mencari
keterangan yang sedalam-dalamnya dari agama itu.
- Agama menerima kebenaran berdasarkan wahyu.
- Filsafat menerima kebenaran berdasarkan pikiran belaka.
Filsafat tidak mengingkari wahyu, tetapi tidak mendasarkan penyelidikannya pada
wahyu.
Filsafat dan agama bertemu pada kebenaran, walaupun sumber kebenaran itu berbeda,
tetapi prinsip dasarnya filsafat dan agama tidak bertentangan.
c. Pembatasan Isi Filsafat (Definisi):
- Menurut Prof. Dr. Poedjawijatna: Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari
keterangan yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
- Plato (427-348); Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran asli atau ilmu pengetahuan tentang hakekat.
- Aristoteles (384-322); Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran yang
meliputi logika, fisika, metafisika dan pengetahuan praktis.
 Logika, yaitu ilmu berpikir benar,
 Fisika, yaitu ilmu alam,
 Metafisika, yaitu menyelidiki hakekat dari alam nyata ini,
 Pengetahuan praktis, yaitu termasuk etika, ekonomi, politik dan estetika
(keindahan).

7
- Descartes (1590-1650); Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan,
alam, dan manusia yang menjadi pokok penyelidikannya.
- Immanuel Kant (1724-1804); Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok
dan pangkal dari segala pengetahuan, yang meliputi 4 hal:
 Apakah yang dapat diketahui? Dijawab oleh Metafisika.
 Hal apakah yang seharusnya kita ketahui? Dijawab oleh Etika.
 Sampai di manakah harapan kita? Dijawab oleh Agama.
 Apa yang dinamakan manusia? Dijawab oleh Antropologi.
8. Filsafat Sebagai Ilmu Kritik
Filsafat sering difitnah sebagai sekularistik, atheis, dan anarkis karena suka menyobek
selubung-selubung ideologis pelbagai kepentingan duniawi, termasuk yang tersembunyi
dalam pakaian yang alim. Ia tidak sopan. Ia bagaikan anjing yang menggonggong,
mengganggu, dan menggigit. Filsafat harus demikian karena ia secara hakiki adalah ilmu
kritik.
BAB II
PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU
A. Pengertin Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari epistemologi (cabang filsafat yang mempelajari asal mula
atau sumber struktur, metode dan sahnya pengetahuan) yang membahas pengetahuan ilmiah atau
keilmuan. Philosophy of science adalah filsafat atau ilmu yang objeknya adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Filsafat ilmu memunyai tiang-tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi yang
menerangkan apa hakikat ilmu itu: epistemologi yang menerangkan bagaimana cara dan sarana
yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan; dan aksiologi yang menerangkan
ukuran nilai, ke mana pengetahuan itu kita kembangkan. Hanya dengan filsafat ilmu, strategi
pengembangan ilmu dapat digariskan.
Filsafat ilmu adalah studi sistematik mengenai sifat dan hakikat ilmu, khususnya yang
berkenaan dengan metodenya, konsepnya, dan kedudukannya di dalam skema umum disiplin
intelektual.
Untuk mendapat gambaran singkat tentang pengertian filsafat ilmu, maka dapat dirangkum
dalam 3 medan telaah/kajian yang tercakup dalam filsafat ilmu tersebut:
1. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu
tertentu, terhadap lambang-lambang yang digunakan, dan terhadap struktur penalaran
tentang sistem lambang yang digunakan.
Telaah kritis diarahkan untuk mengkaji ilmu empirik, ilmu rasional, dan juga untuk
membahas bidang etika, estetika, kesejarahan, antropologi, geologi, dsb.
Metode yang ditelaah untuk diangkat adalah yang biasa dinyatakan dengan istilah
induksi, deduksi, hipotesis, penemuan, dan verifikasi.

8
2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep
mengenai ilmu dan upaya membuka tabir dasar-dasar ke-empiris-an, ke-rasional-an, dan
ke-pragmatis-an.
3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi beraneka ragam
yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu, untuk
menguraikan hubungan yang ada pada studi yang satu terhadap yang lain.
Filsafat Ilmu adalah pengetahuan yang didasarkan pada telaah/kajian kritis, sarana berpikir
ilmiah (bahasa ilmiah, matematika, statistika, dan logika), metode ilmiah, dan kebenaran
ilmiah.
Ilmu ADALAH untuk Memperoleh Kebenaran
Sejak awal ilmu merupakan upaya manusia untuk memperoleh kebenaran. Itu berarti minat
ilmuwan senantiasa diarahkan oleh rasa cinta akan pengetahuan, dorongan untuk
memuaskan rasa ingin tahu mengenai suatu hal atau suatu proses tertentu dan adanya rasa
gembira karena telah menemukan dan memahami sesuatu yang diperoleh apabila dorongan
itu terpenuhi.
Tujuan utama ilmuwan adalah untuk memperoleh kebenaran ilmiah, yaitu suatu kebenaran
yang dipertanggungjawabkan secara rasional. Ilmu selalu berorientasi pada kebenaran
ilmiah. Tujuan ilmu adalah untuk menemukan apa yang benar mengenai dunia ini. Untuk
memperoleh kebenaran tersebut, ilmuwan seringkali melakukan eksperimen untuk
menambah atau mengubah teori atau ilmu yang telah didapatnya. Teoritis ilmu selalu
dinilai berdasarkan pengujian empiris.
Tujuan manusia dalam mengembangkan ilmu adalah untuk mencapai kebenaran dan untuk
mendapatkan pengetahuan yang diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada
manusia mengenai alam semesta, masyarakat, dan diri sendiri.
Ilmu ADALAH suatu Bentuk Aktivitas Ilmiah
Salah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu bentuk aktivitas, yaitu sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia.
Paul Freedman (1960) menjelaskan, “Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang
melalui pelaksanaan umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman
tentang alam yang senantiasa lebih cermat dan lebih meningkat. Pada suatu kemampuan
yang meningkat untuk menyesuaikan diri sendiri terhadapnya, mengubah lingkungan dan
mengubah ciri-cirinya sendiri.”
Ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir
manusia. Karena itu ilmu adalah sebagai suatu produk.
Ilmu ADALAH Metode Ilmiah
Pembentukan sebuah ilmu memiliki suatu prosedur, yaitu rangkaian cara dan langkah
tertentu yang lazim disebut metode ilmiah.

9
Metode ilmiah merupakan prosedur yang menyangkut berbagai tindakan, pikiran pola
kerja, cara teknik dan tata langkah untuk pengetahuan yang ada.
Metode ilmiah umumnya diartikan sebagai prosedur yang digunakan oleh ilmuwan-
ilmuwan dalam pencarian sistematik terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali
pengetahuan yang telah ada.
B. Kedudukan Filsafat Ilmu
1. Pendahuluan
Pada dasarnya filsafat ilmu dikelompokkan menjadi 2 bagian:
1) Filsafat ilmu umum, yaitu mencakup persoalan kesatuan, keseragaman serta hubungan di
antara segenap ilmu. Persoalan ini terkait dengan masalah hubungan antara ilmu dengan
kenyataan, kesatuan, perjenjangan, dan susunan kenyataan.
2) Filsafat ilmu khusus, membicarakan kategori serta metode-metode yang digunakan
dalam ilmu-ilmu tertentu, seperti kelompok ilmu alam, ilmu masyarakat, ilmu teknik,
dsb.
Dalam membahas kelompok ilmu ada 2 model pendekatan:
1) Filsafat ilmu terapan, yaitu merujuk pada pokok pikiran kefilsafatan yang
melatarbelakangi dasar pengetahuan normatik dunia ilmu, mencakup: pola pikir hakikat
keilmuan, model praktek ilmiah yang diturunkan dari pola pikir, mengenai sarana
ilmiah, dan serangkaian nilai yang bersifat etis, misalnya etika profesi.
2) Filsafat ilmu murni, yaitu dengan melakukan telaah/kajian kritis dan eksploratif
terhadap materi kefilsafatan, sehingga membuka cakrawala terhadap kemungkinan
berkembangnya pengetahuan normatif yang baru.
2. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Epistemologi
Filsafat ilmu adalah cabang dari epistemologi. Epistemologi memunyai 2 cabang, yaitu
filsafat pengetahuan dan filsafat ilmu.
Objek material filsafat pengetahuan adalah gejala pengetahuan, sedangkan objek material
filsafat ilmu adalah mempelajari gejala-gejala ilmu.
3. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Cabang Filsafat Lainnya
Filsafat ilmu bersinggungan dengan bagian-bagian filsafat sistematik lainnya, seperti
ontology (ciri-ciri kenyataan), filsafat pengetahuan/epistemologi (hakikat serta otensitas
pengetahuan), logika (penyimpulan yang benar), metodologi (konsep metode), dan filsafat
kesusilaan (nilai-nilai serta tanggung jawab).
1) Ontology adalah cabang filsafat yang mempersoalkan masalah ada. Filsafat Ilmu dalam
telaahnya/kajian terhadap ilmu akan menyelidiki landasan ontologis dari suatu ilmu.
Landasan ontologis ilmu dapat dicari dengan menanyakan apa asumsi ilmu terhadap
objek materi maupun objek formal, apakah bersifat fisik atau bersifat kejiwaan.
2) Epistemology adalah teori tentang pengetahuan. Yang dibahas dalam epistemology
adalah objek pengetahuan, sumber, dan alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran

10
metode, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan. Sedangkan tujuan filsafat
ilmu adalah mencari kebenaran ilmiah.
3) Logika, cabang filsafat yang persoalannya begitu luas dan rumit. Logika berkisar pada
penyimpulan, khususnya yang berkenaan dengan prinsip-prinsip dalam kaitannya
dengan ilmu.
4) Metodologi adalah berkaitan dengan konsep metode. Filsafat ilmu mempersoalkan
masalah metodologi, yaitu mengenai azas-azas serta alasan apakah yang menyebabkan
ilmu dapat memperoleh pengetahuan ilmiah.
5) Etika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan baik dan buruk. Ini berkaitan dengan
ilmu, yaitu berkaitan dengan tujuan ilmu dan tanggung jawab ilmu terhadap masyarakat.
Hubungan filsafat ilmu dengan etika dapat mengarahkan ilmu agar tidak mencelakakan
manusia, melainkan membimbing ilmu agar dapat menjadi sarana mensejahterakan
manusia.
4. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu-Ilmu
1) Perbedaan filsafat dan ilmu
Filsafat dan ilmu memunyai banyak persamaan, tetapi juga perbedaan. Perbedaannya,
yaitu ilmu tertentu menyelidiki bidang-bidang terbatas, sedangkan filsafat lebih bersifat
inklusif. Filsafat berusaha memasukkan dalam pengetahuannya apa yang besifat umum
untuk segala bidang. Filsafat lebih berusaha mendapatkan pandangan yang lebih
komprehensif tentang benda-benda.
2) Spesialisasi Ilmu
Dewasa ini setiap pengetahuan terpisah satu dengan lainnya. Ilmu terpisah dari moral,
moral terpisah dari seni, dan seni terpisah dari ilmu. Kita tidak lagi memiliki
pengetahuan yang utuh, tetapi terpotong-potong. Spesialisasi pendidikan, pekerjaan, dan
kemajuan pada berbagai bidang pengetahuan menyebabkan jurang pemisah menjadi
semakin lebar.
Ilmu selain diperluas juga diperdalam oleh para ilmuwan, sehingga muncul subdisiplin
yang akhirnya menjadi disiplin yang dapat berdiri sendiri.
Semakin maju suatu disiplin ilmu, maka semakin besar pula kecenderungannya untuk
membentuk sub-disiplin baru, sehingga pemisahan dan spesialisasi tidak dapat
dihindarkan.
3) Kerjasama filsafat dengan ilmu
Filsafat dan ilmu memakai metode pemikiran refleksi dalam usaha menghadapi fakta-
fakta dunia dan kehidupan.
Filsafat dan ilmu menunjukkan sikap yang kritik dengan pemikiran terbuka dan
kemauan yang tidak memihak untuk mengetahui kebenaran. Filsafat dan ilmu
berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.
Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan factual yang sangat
perlu untuk membangun filsafat. Sedangkan filsafat mengambil pengetahuan yang

11
terpotong-potong dari bermacam-macam ilmu dan mengaturnya dalam pandangan hidup
yang lebih sempurna dan terpadu.
4) Kesimpulan
Filsafat ilmu memunyai wilayah lebih luas dan perhatian lebih transenden daripada
ilmu-ilmu. Filsafat ilmu bertugas meneliti hakikat ilmu, di antaranya paham tentang
kepastian, kebenaran, dan objektifitas.
Secara filosofi, ilmu pengetahuan sebagai kebenaran ilmiah harus melalui kajian kritik,
sarana berpikir ilmiah, metode ilmiah, sistem, riset, dan eksperimen.

BAB III
SARANA BERPIKIR ILMIAH
A. Pengantar
- Berpikir merupakan ciri utama manusia, yang membedakan manusia dari makhluk
lain. Dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal
dapat memikirkannya. Manusia dapat berpikir karena manusia berakal.
- Dengan akal manusia dapat berpikir untuk mencari kebenaran hakiki. Secara garis
besar berpikir dapat dibedakan antara berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.
- Berpikir alamiah yang dimaksud ialah pola penalaran tentang panasnya api yang
dapat membakar jika dikenakan pada kayu, pasti akan terbakar. Berpikir ilmiah yang
dimaksud adalah 2 hal yang bertentangan penuh tidak dapat sebagai sifat hal tertentu
pada saat yang sama dalam satu kesatuan.
- Cara berpikir kedua (berpikir ilmiah) yang akan dibahas, khususnya tentang sarana,
yaitu sarana ilmiah. Bagi ilmuwan penguasaan sarana berpikir ilmiah merupakan
keharusan dan bahkan mutlak karena penguasaan sarana ilmiah menyebabkan
kegiatan ilmiah yang baik.
- Sarana ilmiah pada dasarnya ada 4 macam, yaitu bahasa ilmiah, matematika,
statistika, dan logika.
B. Macam-macam Sarana Berpikir Ilmiah
1. Bahasa ilmiah
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia.
Bahasa terdiri atas kata-kata atau istilah dan sintaksis (cara untuk menyusun kata-kata di
dalam kalimat untuk menyatakan arti yang bermakna). Bahasa adalah untuk menyatakan
dan menggabungkan pikiran.
Bahasa ilmiah dibedakan dari bahasa biasa (alamiah):
a. Bahasa alamiah
- Bercorak biasa
- Banyak variasi dan nuansa
- Sistem terbuka
- Subjektif emosional
b. Bahasa ilmiah

12
- Memberikan deskripsi yang jelas
- Bebas nilai
- Bersifat eksak
- Tertutup: ada kepastian
- Objektif: bersifat hipotetik terbuka terhadap kritik.
2. Matematika
- Matematika merupakan alat yang memungkinkan ditemukannya serta
dikomunikasikannya kebenaran ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan.
- Bahasa verbal bila digunakan sebagai sarana berpikir ilmiah tidak luput dari
kekurangan. Untuk menutupinya digunakan matematika untuk mengatasinya.
- Matematika sejenis bahasa yang melambangkan serangkaian makna tentang
pernyataan yang ingin disampaikan. Suatu objek yang sedang dibahas dapat
dilambangkan dengan apa saja sesuai dengan perjanjian, misalnya yang menjadi
objek adalah prestasi belajar dan metode mengajar. Objek yang pertama dapat
dilambangkan dengan X, dan objek yang kedua dilambangkan dengan Y.
- Bahasa matematika adalah bahasa numerik, yang memungkinkan melakukan
pengukuran secara kuantitatif, misalnya gaji si A adalah Rp. 4 juta/bulan.
3. Statistika
Statistika (statistics) ialah ilmu yang berhubungan dengan cara pengumpulan fakta,
pengelolaan dan penganalisisan, penarikan kesimpulan dan pembuatan keputusan.
Dewasa ini hampir semua bidang keilmuan menggunakan statistika, seperti psikologi,
pendidikan, bahasa, biologi, kimia, pertanian, kedokteran, hukum, politik, dsb.
Pengujian adalah suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan rumus hipotesis.
Artinya jika hipotesis terdukung oleh fakta-fakta empiris, maka hipotesis itu berarti
diterima, sebaliknya jika bertentangan berarti hipotesis itu ditolak.
Adapun perumusan hipotesa adalah penarikan kesimpulan sementara yang bersifat
individual dari pernyataan umum dengan menggunakan logika deduktif.
4. Logika
Logika ialah ilmu berpikir tepat yang dapat menunjukkan adanya kekeliruan-kekeliruan
di dalam rantai proses berpikir. Logika pada hakikatnya adalah teknik berpikir.
Munculnya logika dalam proses berpikir ialah pada waktu dikemukakan 2 hal yang
dikaitkan dengan penilaian tertentu dan dari kaitan itu ditarik kesimpulan.
Dalam ilmu berpikir dikenal logika deduksi dan logika induksi.
Logika deduksi adalah sistem penalaran pengambilan kesimpulan berdasarkan premis-
premisnya. Contoh:
Proposisi I : Semua anak Pak Jaya adalah anak cerdas.
Proposisi II : Johan adalah anak pak Jaya.
Konklusi III : Johan adalah anak cerdas.

13
Logika induksi adalah sistem penalaran yang berlawanan dengan deduksi. Metodologi
ilmiah merupakan perluasan dari logika induksi. Sebagai sarana penarikan kesimpulan
yang lebih rumit dan mendalam, logika induktif berpaling pada statistic.
C. Pentingnya Sarana Berpikir Ilmiah bagi Ilmuwan
Pertama, sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penalaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan untuk mengembangkan kita bisa memecahkan masalah sehari-
hari.
Kesimpulan, dapat dikatakan bahwa sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode
ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.

D. Penutup
Matematika merupakan sarana penting berpikir deduktif, sedangkan statistik memunyai
peranan penting dalam berpikir induktif. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik didukung
oleh penguasaan berpikir dengan baik pula.

BAB IV
METODE ILMIAH
1. Pengertian Metode
Metode dari bahasa Latin methodos yang secara umum berarti cara atau jalan untuk
memperoleh pengetahuan. Kegiatan studi atau proses penelitian yang merupakan ilmu
mengandung prosedur, yaitu serangkaian cara atau langkah tertentu. Rangkaian cara dan
langkah ini dalam istilah keilmuan disebut metode.
2. Metode-Metode Ilmiah yang Bersifat Umum
Metode-metode yang bersifat umum adalah cara-cara penanganan yang bersifat umum
terhadap sesuatu objek ilmiah. Cara-cara penanganan seperti itu berupa: metode, analisis,
sintesa, analitiko-sintetik, deduksi, dan induksi.
Dalam setiap kegiatan ilmiah orang pasti menggunakan metode-metode ilmiah umum tersebut
di atas secara silih berganti atau secara bersama-sama.
3. Metode-Metode Penyelidikan Ilmiah
Metode penyelidikan ilmiah secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam:
1) Metode Siklus-Empirik
Kata siklus menunjuk kepada proses yang berulang-ulang terjadi yang kita jumpai pada
suatu penyelidikan tertentu.
Penerapan metode ini berawal dari pengamatan/observasi terhadap kasus-kasus yang
sejenis, kemudian secara induktif ditarik kesimpulan-kesimpulan umum yang disebut
hipotesa. Untuk menetapkan benar tidaknya hipotesa, masih harus dilakukan pengkajian
atau pengujian. Pengkajian di sini berarti menerapkan metode deduktif dengan
mengadakan eksperimen-eksperimen.

14
Hasil terakhir dari eksperimen tersebut jika ternyata sesuai dengan hasil observasi semula,
maka berarti bahwa kebenaran hipotesa yang semula dapat dikukuhkan dan
dikonfirmasikan. Adakalanya hipotesa tadi ditingkatkan menjadi teori ilmiah.
2) Metode Linear
Pada umumnya metode linear diberi arti garis lurus ke depan, maka berarti kita tidak
mengadakan jenjang-jenjang, melainkan kita mengadakan penahapan dalam gerakan atau
langkah-langkah menuju ke depan.
Jika kita menerapkan metode penyelidikan ilmiah linear, maka pada umumnya kita
menghadapi objek-objek ilmiah yang umumnya bersifat kejiwaan atau kerohanian, yang
dapat berupa tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti politik,
ekonomi, sosial, kebudayaan, dan kepercayaan agama.
Dengan demikian objek ilmiahnya adalah bersifat subjektif kejiwaan, namun dapat bersifat
objek kejiwaan kerohanian.
Dalam metode linear dikenal 3 tahap:
Tahap persepsi, menyiapkan bahan-bahan, baik yang bersifat pra-ilmiah maupun bersifat
ilmiah secukup mungkin.
Tahap konsepsi, bahan-bahan yang terkumpul disusun di dalam suatu bagan atau
sistematika yang polanya sudah tersedia.
Tahap prediksi, tahap menarik kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum yang
menyangkut objek penyelidikan ilmiah yang bersangkutan dan bila perlu disertai dengan
prediksi yang menyangkut objek penyelidikan yang bersangkutan.
BAB V
KEBENARAN ILMIAH
1. Arti Kebenaran
Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu benda yang konkrit maupun abstrak. Jika
subjek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi
maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement.
Kebenaran tidak terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri.
Kebenaran pertama-tama berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya setiap
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek dilihat dari jenis
pengetahuan yang dibangun.
Adapun pengetahuan itu berupa:
 Pengetahuan biasa (common sense knowledge). Pengetahuan seperti ini memiliki inti
kebenaran yang sifatnya subjektif, artinya kebenaran itu selalu benar sejauh sarana
untuk memperolehnya bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
 Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang telah menetapkan
objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan metodologis yang khas pula, artinya
metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis.
Kebenaran dalam pengetahuan ilmiah sifatnya relatif, artinya kebenaran itu selalu
mendapatkan revisi dari penemuan yang paling mutakhir.

15
 Pengetahuan filsafat (philosophy knowledge) adalah jenis pengetahuan yang
pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafat, yang bersifat mendasar dan
menyeluruh dengan model pemikiran yang analisis, kritis, dan spekulatif. Sifat
kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan filsafat selalu merupakan pendapat yang
selalu melekat pada pandapat filsafat dari seorang pemikir filsafat itu.
 Pengetahuan agama (religion knowledge). Kebenaran jenis pengetahuan ini adalah
kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Pengetahuan
agama memiliki sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu dihampiri
oleh keyakinan yang telah tertentu, sehingga pernyataan-pernyataan dalam ayat-ayat
kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan
untuk memahaminya. Kandungan maksud dari ayat kitab suci tidak dapat diubah dan
sifatnya absolut.
2. Teori-Teori Kebenaran
Dalam perkembangan pemikiran filsafat, perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai
oleh Plato, kemudian diteruskan oleh Aristoteles. Teori kebenaran selalu paralel dengan
teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori kebenaran yang telah melembaga itu
adalah sbb:
1) Teori Kebenaran Korespondensi
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran berupa kesesuaian antara makna yang
dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sungguh sesuai dengan
faktanya.
Teori korespondensi adalah teori kebenaran paling awal dan paling tua yang berangkat
dari teori pengetahuan Aristoteles yang menyatakan bahwa suatu pengetahuan memunyai
nilai benar apabila pengetahuan itu memunyai saling kesesuaian dengan kenyataan yang
diketahuinya.
2) Teori Kebenaran Koherensi (Teori Kebenaran saling Berhubungan)
Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut
dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi yang lain yang benar atau
jika makna yang dikandungnya dalam keadaan yang berhubungan dengan pengalaman
kita.
3) Teori Kebenaran Pragmatis
Teori ini mengatakan bahwa suatu proposisi bernilai benar jika proposisi itu memunyai
konsekuensi-konsekuensi praktis seperti yang terdapat secara inheren dari pernyataan itu
sendiri. Teori ini meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu macam konsekuensi.
Menurut teori ini bahwa tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak, yang berlaku umum,
yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, tetapi sifatnya praktis
4) Teori Kebenaran Sintaksis
Teori ini bertitik tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu
tata bahasa yang melekatnya. Suatu pernyataan memiliki nilai benar jika pernyataan itu
mengikuti aturan sintaksis yang baku.

16
5) Teori Kebenaran Semantis
Teori ini mengatakan bahwa suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti
atau makna. Teori kebenaran semantik menyatakan bahwa proposisi memunyai nilai
kebenaran jika proposisi itu memiliki arti atau makna.
6) Teori Kebenaran Non-Deskripsi
Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu
memiliki fungsi yang sangat praktis dalam kehidupan sehari-hari.
7) Teori Kebenaran Logis yang Berlebihan
Teori ini menyatakan bahwa problema kebenaran hanya kekacauan bahasa saja, dan hal
ini akibatnya merupakan suatu pemborosan karena pada dasarnya apa, pernyataan yang
hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logika yang sama dan masing-masing
saling melingkupi. Sesungguhnya setiap proposisi yang bersifat logik dengan
menunjukkan bahwa proposisi itu memunyai isi yang sama, memberikan informasi yang
sama dan semua orang sepakat, sehingga apabila kita membuktikannya lagi hal yang
demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang berlebihan.
3. Sifat Kebenaran Ilmiah
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah. Artinya suatu kebenaran tidak
mungkin muncul tanpa adanya prosedur baku yang harus dilaluinya. Kebenaran dalam ilmu
adalah kebenaran yang sifatnya objektif.
BAB VI
PENGEMBANGAN ILMU-ILMU HUMANIORA

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kajian bidang Ilmu-Ilmu Humaniora (Ilmu-Ilmu


Kemanusiaan)
Sebagai cabang ilmu pengetahuan yang memiliki objek kajiannya pada “manusia yang hidup
dalam masyarakat”, bidang humaniora menekankan perhatiannya pada dimensi budaya
kehidupan manusia yang penuh makna. Dimensi budaya yang dimaksud mencakup berbagai
dimensi representatif simbolik dari manusia (human being) yang tercermin dalam: motivasi,
harapan, perilaku, sikap, nilai, norma, pandangan hidup, moralitas, spiritualitas, etika, dan
estetika.
Fenomena budaya tersebut dapat diamati melalui 3 wujud aktualisasi dari hasil pemikiran,
perbuatan, karya, motivasi dan harapan manusia yang bersifat sbb:
a. Artifaktual, yaitu semua hasil representasi simbolik yang bersifat material, fisik, dan
virtual, misalnya bangunan arsitektural dan berbagai benda hasil kreatifitas manusia.
b. Sosiofaktual, yaitu semua representasi simbolik yang terwujud dalam bentuk institusi,
pranata sosial, sistem nilai, tradisi, normal, dan hukum-hukum.
c. Mentifaktual, yaitu semua representasi simbolik yang terwujud dalam segi-segi spiritual,
moralitas, pandangan hidup, etos, etika, dan estetika.
2. Pendekatan dan Metode kajian

17
Bidang Humaniora meliputi pemahaman, hermeneutik atau interpretasi, monodisipliner,
interdisipliner dan sosio-kultural.
Dalam bidang kajian sastra, etno-linguistik, dan antropologi budaya, sering digunakan
pendekatan: Strukturalisme, fungsionalisme, semiotic, dan dekontruksi. Dalam kajian sejarah,
sering digunakan pendekatan diakronik-prosesual.
Bidang ilmu-ilmu humaniora mencakup disiplin ilmu antara lain: sastra, bahasa, seni,
sejarah, antrapologi, dan filsafat.
Perbedaan antara ilmu-ilmu humaniora dengan ilmu-ilmu alam dan sosial:
Humaniora
- Menekankan kreativitas, kebaruan, originalitas, keunikan.
- Mencari makna dan nilai.
- Bertujuan menumbuhkan kekaguman, bersifat normatif dan deskriptif.
- Pemahaman rasional dan imaginasi.
- Dramatis, emotional, purposive.
Ilmu-Ilmu Alam dan Sosial
- Menekankan kesatuan, uniformalitas, keharusan.
- Mencari hukum alam dan sosial.
- Penjelasan, peramahan, pengendalian.
- Pemahaman rasional.
- Bahasa: impersonal, objektif.
Fokus perhatian ilmu-ilmu humaniora adalah:
1) Mediasi tradisi, yaitu agar orang dapat mengalami tradisi melalui interpretasi,
2) Membantu mengambil sikap terhadap tradisi dengan refleksi kritis,
3) Mengembangkan kemampuan ekspresif,
4) Melatih manusia berpikir secara kritis dan konstruktif,
5) Memberi pandangan mengenai nilai-nilai moral, estetika dan religius dan membantu
manusia menjernihkan nilai-nilai tersebut,
6) Melatih orang untuk menjadi warga negara dalam masyarakat yang terus berkembang,
7) Memberi latar belakang intelektual yang akan membantu pekerjaan bisnis dan
profesional.
Jadi tujuan Humaniora adalah membantu orang untuk berpikir secara kritis (melalui
filsafat), berkomunikasi dengan baik dan berhasil (melalui studi bahasa dan kesusastraan),
untuk menghayati tradisinya dengan bangga (melalui kajian sejarah).
3. Kedudukan bidang Ilmu-Ilmu Humaniora dalam kajian Masyarakat Indonesia atau
Pembangunan
a. Akademik (1) sumber ilmu pengetahuan tentang masyarakat, bangsa, negara dan
kebudayaan Indonesia yang dapat dikaji melalui kajian sejarah, bahasa, sastra, seni,
arkheologi, anthropologi maupun fisafat. (2) Ilmu bantu bagi kajian ilmu sosial dan ilmu-
ilmu lainnya yang mempelajari masyarakat Indonesia.

18
b. Strategis, sumbangan terhadap proses pembangunan nasional, baik melalui hasil kajian
teoritik-akademik maupun pragmatik.
4. Segi-Segi Pengembangan Ilmu-Ilmu Humaniora
a. Akademik, pengembangan dan peningkatan kajian teoritik dan metodologi keilmuan pada
masing-masing disiplin yang termasuk dalam lingkungan ilmu-ilmu humaniora.
b. Teoritik dan perspektif, perluasan wawasan, kerangka pemikiran dan pendekatan kajian
yang komprehensif mengenai masyarakat dan kebudayaan Indonesia.
c. Penelitian, peningkatan penelitian dan kajian masyarakat Indonesia yang sedang
mengalami proses perubahan sebagai akibat dari proses pembangunan dan modernisasi.
d. Kajian Utama, (1) Kajian pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa secara
komprehensif masih diperlukan. Pendekatan dan kajian dari ilmu bidang ilmu-ilmu
humaniora secara komprehensif relevan untuk dimanfaatkan. (2) Kajian tentang bangsa
(nation), negara bangsa (national state), dan identitas bangsa (national identity) pada masa
era globalisasi, masih relevan untuk dikembangkan.
BAB VII
HUBUNGAN ILMU, TEKNOLOGI,
KEBUDAYAAN, FILSAFAT DAN AGAMA

1. Hubugan Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan


a. Hubungan Ilmu dengan Teknologi
1) Teknologi merupakan suatu sistem adaptasi yang efisien untuk tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari teknologi adalah untuk memecahkan
masalah-masalah material manusia atau untuk membawa pada perubahan-perubahan
praktis yang diimpikan manusia.
2) Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan pikiran
manusia, sedangkan teknologi memusatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah
untuk menambah kapasitas kerja manusia.
3) Tujuan ilmu adalah memajukan pembangkitan pengetahuan, sedangkan tujuan
teknologi adalah memajukan kapasitas teknis dan membuat barang atau layanan.
4) Perbedaan ilmu dan teknologi berkaitan dengan pemegang peran. Bagi ilmuwan
diharapkan untuk mencari pengetahuan murni dari jenis tertentu, sedangkan teknolog
untuk tujuan tertentu. Ilmuwan “mencari tahu”, “teknolog mengerjakan”.
5) Ilmu bersifat supranasional (mengatasi batas negara) sedangkan teknologi harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu.
6) Input teknologi bermacam-macam jenis, yaitu material alamiah, daya alamiah,
keahlian, teknik, alat mesin, ilmu, dan pengetahuan dari berbagai macam, misalnya
akal sehat, pengalaman, ilham, intuisi, dll. Adapun input ilmu adalah pengetahuan
yang telah tersedia.
7) Output ilmu adalah pengetahuan baru, sedangkan teknologi menghasilkan produk.
Beberapa titik singgung antara ilmu dan teknologi:
- Baik ilmu maupun teknologi merupakan komponen dari kebudayaan.

19
- Baik ilmu maupun teknologi memiliki aspek idealisme maupun faktual, dimensi
abstrak maupun konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis.
- Terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi.
b. Hubungan Ilmu dengan Kebudayaan
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan. Kebudayaan di sini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan
sarana bagi manusia dalam kehidupannya.
Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Pada satu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung
dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan di lain pihak, pengembangan ilmu akan
mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan
struktur sosial dan tradisi kebudayaan, mereka saling mendukung satu sama lain.
Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan ilmu juga merupakan salah satu cara dalam
menemukan kebenaran.
c. Hubungan Teknologi dengan Kebudayaan
- Sejak revolusi industri di Eropa, teknologi yang dihasilkan oleh orang Eropa,
kemudian disebarkan ke seluruh dunia ternyata memiliki watak ekonomis yang intinya
berorientasi pada efisiensi ekonomis dengan mengutamakan kendali pada elit
pendukung financial dan elit tenaga asli.
- Ditinjau dari aspek sosial, teknologi Barat ternyata bersifat melanggengkan sifat
ketergantungan, baik dengan teknik produk maupun dengan pola konsumsi. Artinya
produsen menentukan produk lebih berorientasi pada kemajuan teknologi. Disadari
atau tidak teknologi sangat mempengaruhi kebudayaan suatu bangsa. Akibat
ketergantungan, maka lahirlah budaya konsumerisme/konsumeristik
- Struktur kebudayaan teknologi Barat telah melahirkan struktur kebudayaan yang:
a. Memandang ruang geografis dengan kaca mata pusat-pinggiran, di mana dunia
Barat dianggap pusatnya.
b. Adanya kecenderungan untuk melihat waktu sebagai sesuatu yang berkaitan
dengan kemajuan dan berkembang secara linier.
c. Adanya kecenderungan untuk memahami realitas secara terpisah dan memahami
hubungan antar bagian sebagai hubungan mekanistik, sehingga perubahan pada
satu bagian menuntut adanya penyesuaian pada bagian yang lain.
d. Adanya kecenderungan untuk memandang manusia sebagai tuan atas alam dan
hak-hak yang terbatas.
Dengan mempertimbangkan watak teknologi Barat yang demikian, maka sulit untuk
tidak menyebut alih teknologi Barat sebagai invasi kebudayaan Barat.
Tetapi di sisi yang lain, alih teknologi Barat tidak dapat dihindari, jika sebuah bangsa
ingin mengalami kemajuan. Yang perlu dihindari adalah budaya Westernisasi.

20
Kemajuan teknologi telah menghasilkan kebudayaan baru, baik di dunia Barat maupun
di dunia Timur.

d. Patokan Nilai yang perlu Diperhatikan dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi:
1) Penghormatan pada hak-hak asasi manusia. Individu-individu perlu dilindungi dari
pengaruh penindasan kemajuan ilmu pengetahuan, misalnya di bidang medis, jangan
menjadikan manusia sebagai kelinci percobaan demi penelitian ilmu.
2) Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi sebagai hal yang mutlak.
Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi kekuatan ekonomi dan
kekuatan politik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sering mengakibatkan
hukum rimba.
3) Soal lingkungan hidup. Ekologi mengajarkan bahwa ada hubungan timbal balik antara
manusia, alam dan benda-benda. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengakibatkan pencemaran alam dan kerusakan lingkungan hidup. Allah memberikan
mandat ilahi kepada manusia untuk mengelolah alam ini secara bertanggung jawab.
4) Nilai manusia sebagai pribadi. Seringkali kemajuan ilmu pegetahuan dan teknologi
melahirkan pandangan yang menilai manusia dari sudut kegunaannya atau dilihat
sejauh manfaat praktisnya bagi suatu sistem, bukan sebagai satu pribadi yang berharga.
Bila ilmu pengetahuan dan teknologi mau memanusiawikan manusia, maka
perhatiannya pada nilai manusia sebagai pribadi tidak boleh dikalahkan oleh mesin.
Hal ini penting karena sistem teknokratis cenderung ke arah “dehumanisasi”.
2. Hubungan Ilmu, Filsafat, dan Agama
a. Ada 3 Institusi Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada 3 jalan/institusi untuk mencari dan
menemukan kebenaran, yaitu: ilmu, filsafat, dan agama.
1) Melalui Ilmu Pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu ialah usaha pemahaman manusia
yang disusun dalam satu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, dan hukum-
hukum tentang hal ihwal yang diselidiki, seperti alam, manusia dan juga agama sejauh
yang dijangkau daya pemikiran manusia, yang kebenaranya diuji secara empiris, riset
dan eksperimen.
2) Melalui Filsafat. Filsafat ialah “ilmu istimewa” yang mencoba menjawab masalah-
masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah
tersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Filsafat ialah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami
(mendalami dan menyelami) secara radikal dan integral hakikat dari yang ada, seperti:
- Hakikat Tuhan
- Hakikat alam
- Hakikat manusia.

21
3) Melalui Agama. Agama ialah:
- Satu sistem credo (tata keimanan dan tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang
mutlak di luar manusia.
- Satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak.
- Satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
dan alam lainnya.
Ditinjau dari segi sumbernya, maka agama dibedakan atas 2 bagian:
Pertama, agama samawi (agama langit, agama wahyu, agama profetis).
Kedua, agama budaya (agama bumi, agama filsafat, natural religion).

b. Titik Persamaan
- Baik ilmu, filsafat maupun agama bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal
yang sama, yaitu kebenaran.
- Ilmu pengetahuan mencari kebenaran tentang alam dan manusia.
- Filsafat dengan wataknya sendiri menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun
tentang manusia bahkan tentang Tuhan.
- Agama dengan karateristiknya sendiri memberikan jawaban atas persoalan yang
dipertanyakan manusia, baik tentang alam maupun tentang manusia bahkan tentang
Tuhan.
c. Titik Perbedaan
- Ilmu dan filsafat, keduanya adalah hasil dari sumber yang sama, yaitu dari akal atau
budi atau rasio manusia. Sedangkan agama bersumber dari wahyu Allah.
- Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset), pengalaman
(empiris), dan percobaan (eksperimen) sebagai batu ujian.
- Filsafat menghampiri kebenaran dengan jalan mengembarakan akal budi secara
radikal dan integral serta universal, tangannya sendiri bernama logika.
- Manusia mencari dan menemukan kebenaran agama dengan jalan mencari jawaban
tentang pelbagai masalah asasi dari kitab suci untuk manusia.
- Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif (berlaku sampai saat ini,
sebelum ada hasil penelitian yang baru).
- Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang sulit dibuktikan secara
empiris, riset, dan eksperimen).
- Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat, keduanya bersifat nisbi (relatif).
Sedangkan kebenaran agama sifatnya mutlak (absolut) karena kebenaran agama adalah
wahyu dari Allah.
- Ilmu dan filsafat dimulai dengan sikap sanksi atau tidak percaya, tetapi agama dimulai
dengan sikap keyakinan atau iman.
d. Titik Singgung

22
- Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab secara positif oleh
ilmu pengetahuan karena ilmu itu terbatas, terbatas oleh subjeknya (sang penyelidik),
oleh objeknya (objek material dan formalnya), dan oleh metodologinya.
- Tidak semua masalah yang belum dijawab oleh ilmu pengetahuan, dengan sendirinya
dapat dijawab oleh filsafat. Jawaban filsafat sifatnya spekulatif dan alternatif.
- Agama memberi jawaban tentang pelbagai soal asasi yang sama sekali tidak dijawab
oleh ilmu dan oleh filsafat, namun tidak terjawab semua secara bulat. Itu berarti tidak
semua persoalan manusia terdapat jawabannya di dalam agama, misalnya:
 Soal-soal kecil, detail, yang tidak prinsipil, seperti: cek wessel, dsb.
 Soal-soal yang tidak tidak jelas tersurat dalam kitab suci.
 Soal-soal yang tetap merupakan misteri, dsb.
- Dengan kekuatan akal budinya, manusia berusaha menghampiri dan memetik
kebenaran demi kebenaran yang dapat dijangkau dengan kapasitasnya yang terbatas.
- Di samping itu, Allah dengan rahmatNya berkenan menurunkan wahyu kepada umat
manusia, agar manusia dapat menemukan kebenaran yang hakiki yang tidak dapat
dijangkau hanya dengan kekuatan akal budi semata-mata.
- Allah telah mengaruniakan kepada manusia alam, akal budi, dan wahyu.
BAB VIII
DEFINISI DAN HIPOTESA

Filsafat ilmu sebagai pengetahuan yang didasarkan pada sistem, metode, dan kebenaran
ilmiah tidak dapat dipisahkan dari definisi dan hipotesa.

A. Definisi
1. Pengertian Definisi
Tidak semua pengertian/konsep dapat ditangkap maksudnya dengan mudah, sebab itu
perlu diadakan pembatasan arti dari pengertian atau konsep-konsep itu.
Definisi, yaitu pembatasan yang lengkap tentang suatu pengertian atau konsep di mana
tercakup semua unsur yang menjadi ciri utama dari pengertian atau konsep itu. Kalau kita
mau memberi defenisi sesuatu, ada 2 elemen penting, yaitu: Definiendum dan Definiens.
Definiendum, yaitu (apa) yang harus dibatasi dengan lengkap.
Definiens, yaitu (apa) yang membatasi.
Contoh: Definisi tentang kursi.
Kursi ialah tempat duduk yang bersandaran dan yang berkaki (4).
Definiendumnya : kursi
Definiensnya : Tempat duduk yang bersandaran dan berkaki (4).

2. Ada 5 macam definisi yang belum tepat, tetapi sering dipakai orang:
1) Definisi demonstrative, yaitu menerangkan sesuatu secara demonstrative, contoh: Kursi
adalah ini.

23
2) Definisi persamaan,yaitu dengan memberikan kata sinonimnya saja, contoh: Sapi
adalah lembu.
3) Definisi deskriptif, yaitu dengan melukiskan sifat-sifatnya, misalnya: gaja adalah
binatang yang badannya besar seperti gerbong, kakinya besar seperti pohon kelapa,
hidungnya panjang seperti pohon pisang, telinganya besar seperti nyiru (niru).
4) Definisi secara extensive, yaitu dengan menerangkan sesuatu memakai contoh-contoh,
misalnya: Ikan adalah hewan yang hidup dalam air seperti tongkol, mujair dan kakap.
5) Definisi uraian. Contoh: Negara ialah suatu daerah teritorial yang punya
pemerintahan, rakyat, dan batas-batas daerah.
3. Selain itu, ada lagi definisi yang lain:
1) Definisi etimologi, yaitu definisi yang berusaha menjelaskan definiendum sebelumnya
dengan cara menelusuri asal usul kata.
Misalnya: Lokomotif, asal katanya loko dan motif. Loko dari bahasa Latin, yaitu locus
artinya tempat. Motif dari bahasa Latin moveri artinya sesuatu yang menggerakkan.
Definisinya: Lokomotif adalah tempat yang bergerak dari tempat ke tempat yang lain.
2) Definisi leksikal, yaitu definisi yang sama dengan arti kata dalam kamus.
Misalnya: Pisau adalah alat potong yang punya satu mata.
4. Tujuan membuat definisi
1) Untuk menghilangkan kepelbagian arti. Contoh: Genting, berarti Atap, keadaan yang
gawat, tanah sempit di antara laut.
2) Untuk memperjelas arti, misalnya: memiliki kehidupan.
3) Untuk memberi penjelasan teoritis, misalnya: kekuatan = m x v
5. Aturan-aturan membuat definisi
1) Definisi tidak boleh melingkar (sirkular), maksudnya; apa yang didefenisikan tidak
boleh terdapat dalam apa yang mendefenisikan atau definiens.
Misalnya: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang filsafat.
2) Definisi tidak boleh terlalu luas atau terlalu sempit.
Menurut Plato:
a. Manusia adalah binatang yang berkaki dua yang tak berbulu. Kemudian
dilemparkanlah ayam yang sudah dicabuti bulunya, maka ayam termasuk defenisi
itu. (terlalu luas).
b. Manusia adalah binatang berkaki dua yang berkuku lebar (luas).
c. Manusia adalah binatang berkaki dua, badannya tegak, berwarna putih (terlalu
sempit).
3) Definisi tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak jelas dan kiasan.
Contoh: Penjilat adalah orang yang suka mencari muka di hadapan orang lain
(bermakna kiasan), seharusnya: suka mencari perhatian.
4) Definisi sebaiknya tidak boleh memakai kata-kata yang negatif.
Contoh: Kuda adalah bukan kambing.

24
5) Definisi harus dapat dibolak-balik dengan definiendumnya.
Contoh: Segitiga adalah bidang datar yang dibatasi oleh garis lurus. Dan dibalik:
Bidang datar yang dibatasi oleh garis lurus adalah segitiga.
B. HIPOTESA
1. Pengertian Hipotesa
Penelitian ilmiah yang menghasilkan pengetahuan ilmiah tidak dapat dipisahkan dari
hipotesa. Hipotesa adalah kesimpulan sementara yang didasarkan pada teori-teori ilmu,
yang kebenarannya dapat diuji melalui observasi.
Dalam suatu penelitian hipotesa sangat penting peranannya, yaitu memberi arah bagi si
peneliti.
2. Kriteria bagi suatu Hipotesa
1. Menggambarkan hubungan antara 2 variabel.
2. Variabel-variabel yang ditunjukkan harus dapat diukur dalam dunia empiris/nyata.
Contoh:
a. Masalah: Apakah penerimaan terhadap proses pembaharuan memunyai perbedaan
pada mereka yang berasal dari lingkungan tertentu. Untuk masalah ini dirumuskan
oleh seorang peneliti sebuah hipotesis sbb:
Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang terbuka lebih mudah menerima
proses pembaharuan.
 Variabel 1. lingkungan sosial terbuka dan variabel 2. proses pembaharuan.
 Hubungannya: yaitu lingkungan sosial terbuka lebih mudah menerima proses
pembaharuan.
 Ukurannya/indikator:
 Lingkungan sosial terbuka: karena pendidikan dan pengalaman.
 Proses pembaharuan: misalnya adanya air leding di tempat itu.
b. Permasalahan:
Apakah hubungan antara kondisi kerja dengan produktivitas buruh perusahaan
sepatu? Untuk masalah itu seorang peneliti membuat hipotesa sbb:
Kepuasan kerja berhubungan dengan produktivitas kerja.
Variabel 1: Kepuasan kerja dan variabel 2: Produktivitas kerja.
Ukurannya/indikatornya:
 kepuasan kerja, seperti: Gaji dan fasilitas yang memadai.
 Produktivitas kerja: kwalitas dan kwantitas, mis. 1 orang = 100 pasang
sepatu.

25
Kepustakaan
A Sony Keraf dan Mikhael Dua, Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.
A.Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika dari A Sampai Z. Yogyakarta: Kanisius,
1997.
Anwar, W., Nilai Filsafat Dalam Dunia Modern Dewasa ini. Bandung: Alumni, 1979.
B.Ghazali, Usman, Alim Ruswantoro, Filsafat Ilmu. Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2005.
A. Baker dan Ach.Ch. Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius,
1990.
I Ketut Enoch, Materi Kuliah Pengantar Filsafat. Ujungpandang: STTJaffray, 1988.
Filsafat Ilmu dan Perkembangannya. Universitas Muhammadiyah, 1994.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu. Sinar Harapan, 1984.
M. Muslih dan Mauzur Zahri, Filsafat Ilmu: Kajian Atas Asumsi Dasar, Paradigma dan
Kerangka. Belukar, 2004.
Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Telaah Sistematis Fungsional Komparatif. Rake Sarasin,
1998.
I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan.

Soesilo Sauhar, Filsafat Ilmu. Universitas Brawijaya, 1990.


Suryo Ediyono, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Lintang Pustaka, 2005.
S. Susantio, Manusia Menurut Filsafat Modern. Bandung: Kalam Hidup, 1993.
A.S. Susanto, Filsafat Komunikasi. Bandung: Binacipta, 1976.
F.Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
C.A van Peursen, Orientasi Di Alam Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1980.
______________________________

26

Anda mungkin juga menyukai