Anda di halaman 1dari 30

SESI PERKULIAHAN IV

===============================================================
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa semester VI program Studi Budidaya
Perairan diharapkan mampu:
1. menjelaskan tahapan Pencarian Hukum Mendel
2. menjelaskan Hipotesis monohibrid dan hukum segregrasi
3. menjelaskan Dihibrid dan hukum segregrasi

===========================================================
pokok Bahasan: hukum mendelian I dan II

===========================================================

Deskripsi Singkat : dalam pertemuan ini anda akan mempelajari pengaruh


penemuan hipotesa mendel terhadap perkembangan ilmu genetika,bagaimana
mendel bekerja dalam menghasilkan hipotesa tersebut. Sesi ini menekankan pada
prinsip kerja mendel beserta contoh persilangan aksi gen tunggal dan ganda pada
ikan sehingga akan sanga berguna sekali bagi mahasiawa prodi budidaya perairan .
Diharapkan keaktifan anda untuk mengisi lembar persilangan berupa notasi genotif
dan fenotifnya sebagia landasan untuk lebih memahami konsep dominan dan
resesif dalam aksi gen

===========================================================
Buku Bacaan.

Purdon E.C. 1995. Genetik and Fish Breding. Chapman & Hall. London.

Sofro A.S.M. 1995. Keaneka ragaman Genetik. PenerbitAndi Offset. Yogyakarta

Tave D. 1986. Genetik For Fish Hachery Managers. Avi Publishing Company.
USA.

Zaldivar. J.M. 1999. Methodology and Formats for genetic Identification of Fish
spesies. European Commision Joit Researc centre. Italy

Tave D. 1986. Genetics for hathery managers. AVI publishing Compony. United
State.
BAB IV

HUKUM MENDEL
4.1. Pendahuluan

Bab ini memuat tentang kerja besar mendel dalam membuat konsep sistim

hereditas, dari suatu eksperiment yang sangat panjang pada karakter suatu tanaman

(Pisum sativoum). Mendel menemukan beberapa bentuk aksi gen dalam

ekserimentalnya yang akan menjadi dasar rekayasa untuk pemuliaan suatu spesies

termasuk ikan yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya. Bab ini lebih banyak

membahas bentuk –bentuk aksi gen pada spesis ikan sehingga dapat diaplikasikan

langsung untuk pengembangan rekayasa pemuliaan ikan.

Hipotesis monohibrid dan dihibrid dari Mendel merupakan aplikasi konsep dasar

genetika yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, dimana gen, kromoson

sebagai materi genetik yang diwariskan melalui sel gamet. hukum mendel yang akan

dibahas pada pertemuan ini merupakan bahasan lebih lanjut dari sifat pewarisan materi

genetika tersebut.seperti pada peta konsep dibawah ini.

Sifat Pewarisan materi Hukum Mendel I & II


genetik Penjelasan lebih lanjut

Bentuk aksi gen dalam


pewarisan suatu fenotif

Dilihat dari jumlah gen pengaur fenotif

Aksi gen Tunggal Aksi dua gen Aksi banyak gen

aditif epistatik

komplet Tidak komnplit


Tujuan dari pokok bahasan ini adalah ini, diharapkan mahasiswa mampu; menjelaskan

tahapan Pencarian Hukum Mendel, menjelaskan Hipotesis monohibrid dan hukum

segregrasi, menjelaskan Dihibrid dan hukum segregrasi

4.2. Tahapan Pencarian Hukum Mendel

Teori mendel Merupakan suatu kesimpulan dari Suatu eksperiment yang sangat panjang

pada karakter fenotif suatu tanaman (Pisum sativoum), yang memiliki sifat bentuk biji

(bundar& keriput), Warna Biji (Kuning& hijau), Warna bungga (Putih &merah-unggu),

Perbedaan Bentuk polong (Mengembung & keriput), Perbedaan kedudukan bunga (Aksial

dan terminal) serta perbedaan tinggi Tanaman.

Pada tahap awal eksperimen, Mendel mengisolasi semua jenis tanaman

koleksinya dalam tempat yang terpisah dan melakukan seleksi fenotif untuk

mendapatkan galur murni dari masing masing varietas. Masing masing galur murni

dilakukan uji peryerbukan buatan antar varietas untuk mendapatkan filial pertamanya

berdasarkan pasangan tetuanya. Setiap data persilangan dicatat sebagai informasi yang

penting dan diperlukan dalam anaisanya. Biji biji hasil persilangan (F1) tersebut

selanjutnya tersebut ditanam kembali dan dibiarkan terjadi peryerbukan secara alami

untuk mendapatkan generasi persilangan kedua ( F2). berdasarkan sifat sifat yang

muncul dari F2, F3 hasil dari perkawinan antar F 2. serta recording sebelumnya tentang

sifat fenotif tetuanya tersebut dibuatlah suatu analisis matematik dan kesimpulan dari

analisi terssebut menghasilkan konsep hereditas yang disebut hukum Mendel.

Untuk memperkuat hipotesanya, mendel juga melakukan perkawinan pada beberapa

tanaman lain, diantaranya pada buncis (Phaseolus vulgaris), untuk sifat Panjang batang,

warna polong dan bentuk polong. Meskipun dari persilangan Phaseolus nanus dan P
multiflorus, data yang dihasilkan tidak menunjang hipotesa, Mendel tetap yakin tentang

konsep hereditas yang disusunnya.

Adapun hipotesa mendel tersebut adalah sebagi berikut:

1. Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah faktor tertentu yang diwariskan

oleh (Gen)

2. Gen berada dalam bentuk berpasangan yang disebut alel.

3. Pada organisme diploid alel dominan suatu gen mungkin menutupi ekspresi

alel resesif

4.3. Hukum Mendel pada spesies ikan

Studi genetik ikan diawali setelah 35 tahun publikasi Mendel pada tahun 1900.

studi awal hereditas pada ikan dimulai dari sifat pewarisan warna. Prinsip hereditas dari

Mendel ini banyak memberikan manfaat bagi breeder ikan untuk mencoba

memanipulasi dan eksploitasi gen ikan untuk mendapartkan fenotif ikan yang

diiginkannya.

Secara garis besar ikan memiliki dua tipe variasi fenotif:

1. Kuantitati variasi, variasi fenotif yang terukur; panjang, berat.

2. Kualitatif variasi, variasi fenotif yang tidak terukur, disebut juga sebagai

fenotif (warna, spot, miror dll)

Kualitatif fenotif sering disebut sebagai genetik mendel yang dalam pewarisannya

dikontrol oleh 1, 2,3 gen. Gen berada dalam autosom maupun kromoson sex, gen yang

berada dalam kromoson sex, sifat ekpresi fenotifnya tergantung pada jenis kelaminnya,

suatu fenotif yang muncul pada salah satu jenis kelamin tapi tidak muncul pada jenis

kelamin yang lain.

Pada ikan fenotif warna yang merupakan pengabungan dari beberapa tipe pigmentasi:

1. pigmen hitam dan melanin ada pada melanophore


2. pigmen kuning ada pada xanthophore

3. pigmen merah ada pada erythophore

4. pigmen silver ada pad iridocyte pada sel ephithel

5. biru pada guanophore

ikan yang kekurangan pigmen melanin/ hitam, cenderung terjadi reduksi/

pengurangan pigmen yang lain sehingga akan berwarna putih/pale cream dan ikannya

disebut sebagai albino. Fenomena albino ini muncul pada ikan gurame, cath fish,

lamprey, shrak dll. Sifat albino ini disebabkan adanya gen resesif (notasi a) homozigot

yang merupakan pasagan gen dominan (A) dalam suatu lokus.

4.3.1. Aksi Gen Tunggal

A. Komplit dominan

Aksi dominan muncul jika suatu alel berekspresi lebih kuat dari alel lainnya.

Alel yang memiliki ekspresi lebih kuat disebut dominan, sedang yang

ekspresinya lemah disebut resesif. Jika bentuk aksi gen bersifat komplet

dominan, maka hanya ada dua fenotif, sebab ekpresi alel dominan menutupi

ekspresi alel resesif dalam genotif heterozigot. Fenotif yang dipengaruhi oleh alel

dominan disebut fenotif dominan sementara fenotif yang dipengaruhi oleh alel

resesif disebut fenotif resesif.

Jumlah gamet = 2 (jumlah Hetrozigot gen)

Contoh aksi dominan gen

Ikan F1 akan menghasilkan ikan berwarna (heterozigot) dan albino, apabila

dikawinkan sesamannya. F2 terdiri dari 3 genotif dan 2 fenotif, dominasi alel warna

terhadap alel resesif albino terlihat pada genotif heterozigot Aa yan menghasilkan

fenotif ikan berwarna.


(warna) AA >< a a (albino)

AA Aa (F1)
>< Aa

F2 (3:1) AA Aa aa

Munculnya sifat albino pada generasi F2. karena perkawinan antar F1. yang

merupakan ikan genotif heterozigot sehingga pada generasi F2 akan muncul fenotif

resesif (aa) yang merupakan ekspresi ikan albino.

Rasio genotifnya adalah (AA, Aa.aa: 1:2:1) rasio fenotifnya (3:1)

viabilitas ikan albino rendah, menurut Yamamoto dari sekitar 800 ikan albino
hanya 29 yang dapat mencapai dewasa pada perkawinan F2. rasio ikan normal
dan albino menurut hukum mendel adalah 3:1, kenyataannya bisa mencapai 20:1.
Fenomena seperti ini dijumpai juga pada ikan guppy (Haskins, 1948),
Xiphophorus helleri (Gordon, 1942), karena adanya alel semilethal hasil mutasi
pada ikan albino

B. Non komplit dominan


Adalah bentuk dominasi aksi alel dominana terhadap alel resesif, tetapi tidak

cukup mempengaruhi fenotif pada kondisi genotif hetorozigot. Gen yang memiliki

alel non komplit dominan menghasilkan 3 genotif dan fenotif. Pada kondisi

heteozigot kedua alel saling mempengaruhi membentuk fenotif baru. Mendekati

gen dominan Contoh: pada ikan Siamese finging fish.

V gen mmenunjukkan jumlah guanophore yang mempengaruhi warna tubuh,

karena dominasinya yang tidak komplit, genotif heterozigotnya menghasilkan


fenotif yang mendekati warna fenotif dominan, dimana pengaruhnya lebih besar

dari pada fenotid resesif sehingga menghasilkan warna yang khas.

Genotif Fenotif
VV Biru tua
Vv Blue
vv hijau

Hal menarik lagi dari fenomena non komplit dominan terjadi pada Tilapia aureta

yang memiliki gene S sebagai sekspresi gen lethal dominant. Apabila kita

mengawinkan dua ikan seddle back, maka rasio genotif dan fenotif yang

diharapkan adalah (1:2:1) karena homozigot dominan akan mati maka yang

terlihat hanya (2S+: 1++)

Genotif Fenotif
SS death
S+ Saddleback (abnormal Dorsal .fin)
++ normal

C. Aditif
Sifat ini muncul Jika kedua alel sama sama dominan. Kontribusi pengaruh kedua

alel dalam kondisi seimbang terhadap fenotif. Fenotif Heterozigot adalah

intermediat antara dua fenotif homozigot. Salah satu cara membedakan aksi

additiv dgn non komplit adalah pada fenotif heterozigot aditif merupakan

intermediat antar dua gen, sedangkan non komplit dominan fenotifnya mendekati

satu gen yang dominan.

Contoh fenomena aditif pada rainbow trout. Yang memiliki gen G menghasilkan
fenotif golden, palomonia, normal pigmen

Genotif Fenotif
G’G’ Golden
G G’ palomonia
GG Normal pigmen
4.3.2. Aksi Dua Gen pada Autosom
Jika dua atau lebih gen independen (autosom), masing2 gen mempengaruhi fenotif,

gen tersebut bisa merupakan bagian dari fenotif atau kombinasi fenotif. Tiap gen

diwariskan secara independen, maka frekwensi dan probabilitasnya muncul secara

simultan dari kombinasi genotif dan fenotif bukan secara terpisah tiap genotif dan fenotif.

A. Dominan

Aksi dua gen dominan dari dua alel terlihat pada pewarnaan gold ikan gupy yang

diatur oleh gen resesif autosom gen G. Dominan G menghasilkan grey guppies, resesif

alel g menghasilkan gold gupy. Gen Cu mempengaruhi bentuk spine, Cu alel dominan

untuk normal spine, resesif alel cu menghasilkan bentuk spine curvatur. Gamet yang

terbentuk saat miosis terkombinasi secara random “ alel dalam kedua lokus”

Produk gamet : G,Cu; g,Cu; G,cu: g,cu.

Jika dua heterozigot grey gupy dengan normal spine (Gg,Cucu) dikawinkan:

Rasio genotif dan genotif pada F2. dapat ditentukan secara mudah mengunakan

Punnet Square. Rasio fenotif yang akan kita dapatkan adalah 9:3:3:1 (Grey-normal S,

grey curve S, gold nolmal S, gold Cuve S) karena aksi gen G dan Cu adalah

komplit dominan (lihat tabel punnet). Sedang rasio genotifnya: 1GG,CuCu; 2

GGCucu; 2Gg,CuCu:4Gg,Cucu: 1 Ggcucu:2 Gg cucu: 1gg CuCu: 2 gg,Cucu; 1

gg.cucu.

B. Aditif

Interaksi gen aditif dengan 2 atau lebih loci yang sama dengan aksi gen tungal.

apabila lebih dari satu gen yang terlibat, maka ada lebih banyak kemungkinan fenotif

karena ada banyak kemungkinan genotif.

Contoh: warna tubuh melanistik pada stock domestifikasi dari ikan Moly. Fenotif

dikontol oleh gen M dan N. Fenotif melanistik diatur oleh banyaknya jumlah alel
warna M dan N dari pasangan alel (MM,Mm, mm, NN.Nn.nn). Apabila kita

mengawinkan dua heterozigot Mm,Nn, frekwensi fenotif anaknya adalah (Lihat tabel

Punet) ..1: 4: 6: 4:1 ( IVb : Iva: III: II: I), rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1.

Genotif Jumlah Klas warna


alel warna
MM,NN 4 IV b
MM,Nn; MmNN: 3 IV a
Mm,Nn: 2 IIIb
MM,nn; mm,NN 2 IIIa
Mm,nn; mm,Nn 1 II
mm,nn 0 I

C. Epistatik
Epistatic adalah interaksi alel dari dua loci atau lebih yang menghasilkan fenotif yang

berbeda dengan produk gen itu sendiri. Jika kombinasi spesifik alel dari 2 gen

menghasilkan suatu fenotif, maka interaksi normal antara 2 loci menghasilkan F2.

9:3:3:1 (Lihat tabel Punnet). Jika ada model interaksi epistatic jumlah fenotif yang

muncul berkurang menjadi 2 atau 3 tergantung tipe epistaticnya.

C.1. Dominan epistatik


Jika alel dominan pada satu lokus (lokus epistatik), menghasilkan suatu fenotif

tertentu (Khas), menghilangkan pengaruh genotif pada lokus kedua. Gen kedua dapat

berekspresi menghasilkan fenotif jika locus epistatik resesif homozigot. Gen kedua

ini menghasilkan dua fenotif tambahan. Rasio fenotif dominan epistatic F2. 12:3:1

(tabel punnet)

Contoh: kejadian albino pada ikan Goldfish. Yang di kontrol oleh dominan epistatic.

Gen M adalah lokus epistatik mengekspresikan “dark goldfish”, jika lokus M


homozigot (mm), lokus S dapat menghasilkan pewarnaan “light”(SS dan Ss) dan

albino (ss), jika dua ikan heretozigot dikawinkan (Mm,Ss) maka:

Rasio Fenotif :12:3:1 (Drak, light, albino)


Genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1
Albino pada goldfish diatur oleh kombinasi spesifik 4 alel, sedang albinis pada

cathfish diatur oleh 1 alel resesif pada autosom.

Normal pigmet +a >< + a Normal pigmet


+ Jantan a
Betina
+ ++ +a
a +a aa

Rasio genotif : 1(++): 2 (+a): 1 (aa)


Rasio fenotif : Normal pigmen (3) : albino (1)

Pada ikan mas (Cammon carp) ada fenomena fenotif yang diatur oleh aksi gen

epistatik dominan.. Yaitu pewarisan pola sisik. Tipe sisik ikan mas diatur oleh gen S

dan N dengan aksi gen dominan epistatik gen N, tapi ini adalah dominan epistatik

lethal pada genotif homozigot. Jika N lokus homozigot maka ikan yang menetas akan

langsung mati. Gen S complet dominan terhadap s. Resesif fenotif diatur oleh alel s

dimana akan terjadi penurunan jumlah sisik dan pembesaran sisik (miror). Satu alel N

merubah sisik ikan menjadi garis (leather). Satu alel S dan N meyebabkan sisik

terbatas pada dorsal, ventral dan lateral line)

Genotif Fenotif
SS,nn: Ss,nn Scaled
Ss nn mirror
SS,Nn: Ss,Nn Line
Ss,Nn Leather
SS,NN:Ss,NN: ss NN Death
C.2. Resesif epistatik
Terjadi jika genotif resesif pada suatu lokus (lokus epiststik) menekan ekspresii

fenotif lokus lain, genotif pada lokus kedua hanya dapat berekspresi jika ada alel

dominan.pada lokus epistatik.

Contoh pada warna bola mata ikan Mexican, warna ‘black, brown dan pink pada

mata ikan ini diatur oleh gen ab dan bw. ab lokus epistatik, abab menghasilkan genotif

wana mata pink tanpa memperdulikan alel bw, suatu alel dominan ab(+) diikuti bw

menghasilkan fenotif warna mata brown.

Tabel 7. Rasio fenotif dan genotif dari beberapa jenis aksi gen berdasarkan Punnet
square

Rasio fenotif F2 Tipe gen aksi


Single autosom gene
3:1 Complet dominan
1:2:1 Incomplite dominan: additiv: codominan
Two autosomal genes, each producing different phenotypes
9:3:3:1 Two genes with complete dominan
3:6:3:1:2:1 Two genes : one complete dominance; the other with either
additive, incomplete dominan or codominn gene action
1:2:1:2:4:2:1:2:1 Two genes, any combination of genes with additive,
codominant or incomplete dominan gene action
Two autosomal genes producing the phenotype thraugh additive interaction
1:4:6:4:1 additive
Two autosomal genes producing the phenotype through epistatik interaction
12:3:1 dominan epistasis
9:3:4 recessive epistasis
9:6:1 duplicate genes with cumulative effects
15:1 duplicate dominace genes
9:7 Duplicate recessive
13:3 Dominan and recessive interaction

4.4. Penutup
Mendel adalah peletak pertama ilmu genetika dari suatu percobaan yang sederhana,
hipotesis mendel untuk perkawinan fenotif monohibrid (single gen) dan dihibrid
(double gen) banyak sekali keterkaitan dengan dunia perikanan. Sehingga hukum
Mendel ini begitu penting bagi mahasiswa Budidaya Perairan dalam aplikasi
pemuliaan ikan
4.4.1. Kesimpulan
Hukum mendel dihasilkan dari serangkaian uji perkawinan pada beberapa tanaman

diantaranya pada tanaman buncis, hasil analisis sifat fenotif yang muncul dari generasi

ke generasi merupakan data penunjang hipotesa mendel. Hasil hipotesa mendel adalah

sebagai berikut:

1. Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah faktor tertentu yang diwariskan oleh
(Gen)
2. Gen berada dalam bentuk berpasangan yang disebut alel.
3. Pada organisme diploid alel dominan suatu gen mungkin menutupi ekspresi alel
resesif.
Rasio fenotif dan genotif suatu hasil pemijahan sangat tergantung sekali pada jenis
aksi gen yang bekerja pada suatu spesies ikan

4.4.2. Evaluasi

Tingkat penguasaan anda dalam materi pada bab hipotesa mendel ini, dapat dikur dari

penguasaan soal yang ada dibawah, dimana apabila anda dapat mengerjakan minimal

75% dari soal tersebut, bisa dikatakan anda layak untuk mengikuti materi pada

pertemuan berikutnya. Dan jika anda hanya menguasai dibawah 75% materi soal ini,

diharapkan kesediaannya untuk membaca kembali materi hukum mendel ini, karena

materi selanjutnya sangat berkaitan dengan bab ini.

4.4.2. Latihan soal


I. Pilihlah jawaban yang benar (point 40)
1. Alel yang memiliki pengaruh yang lebih kuat dari alel lain disebut:
a. alel dominan b. Alel resesif c. Adiftif. d. Alel kodominan
2. suatu fenotif hanya muncul ketika dua alel itu ada dan tidak muncul secara ketika
hanya satu alel terjadi pada aksi gen:
b. komplit dominan b. Dominan c epistatik d. Adiftif
3. suatu fenotif muncul ketika ada dua alel dominan bertemu dan merupakan suatu
fenotif baru muncul pada aksi dua gen:
b. komplit dominan b. Dominan c epistatik d. Adiftif
4. jumlah alel dominan akan menpengaruhi suatu fenotif, jumalah alel domian yang
berbeda memberikan fenotif yang berbeda terjadi pada aksi gen
b. komplit dominan b. Dominan c epistatik d Adiftif

II. Jawablah dengan singkat ( point 60)


1. jelaskan prinsip dasar hukum mendel? (point 25)
2. Berapa rasio fenotif dan genotif anakan jika normal spine (Gg,Cucu) dikawinkan
dengan normal spine (Gg,Cucu) ? (point 35)

Jawab:
normal spine (Gg,Cucu) menghasilkan alel: .................................................
Manual prosedur.
Jantan-betina

Keterangan : G = grey , g = gold, Cu = normal Spine, cu = Curve spine

Rasio genotif :
Rasio fenotif:

============================================================

4.4.3. Kunci jawaban.


I. Pilihlah jawaban
1. A 2.C 3. D. 4. D
II. Jawaban singkat
1. Hasil hipotesa mendel adalah sebagai berikut:

a. Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah faktor tertentu yang diwariskan
oleh (Gen)
b. Gen berada dalam bentuk berpasangan yang disebut alel.
c. Pada organisme diploid alel dominan suatu gen mungkin menutupi ekspresi
alel resesif.

2. Rasio fenotif dan genotif suatu hasil pemijahan sangat tergantung sekali pada jenis aksi
gen yang bekerja pada suatu spesies ikan

normal spine (Gg,Cucu) menghasilkan alel: G,Cu,; G,cu ; g,Cu : g,cu

Manual prosedur persilangan :


Jantan-betina G,Cu G,cu g,Cu g,cu
G,Cu GG,CuCu GGCucu Gg,CuCu Gg,Cucu
G,cu GGCucu GGcucu Gg,Cucu Ggcucu
g,Cu Gg,CuCu Gg,Cucu gg CuCu gg,Cucu
g,cu Gg,Cucu Ggcucu gg,Cucu gg.cucu
Keterangan : G = grey , g = gold, Cu = normal Spine, cu = Curve spin
Rasio genotifnya : 1GG,CuCu; 2 GGCucu; 2 Gg,CuCu: 4 Gg,Cucu: 1 GGcucu: 2 Gg
cucu: 1gg CuCu: 2 gg,Cucu; 1 gg.cucu.

Rasio fenotif : 9:3:3:1 (Grey-normal S, grey curve S, gold nolmal S, gold Cuve S)

DAFTAR PUSTAKA

Purdon E.C. 1995. Genetik and Fish Breding. Chapman & Hall. London
Sofro A.S.M. 1995. Keaneka ragaman Genetik. PenerbitAndi Offset. Yogyakarta
Tave D. 1986. Genetik For Fish Hachery Managers. Avi Publishing Company. USA.
SESI PERKULIAHAN V
===============================================================
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa semester VI program Studi Budidaya
Perairan diharapkan mampu:
1. menjelaskan epistatik pada 2 gen ganda
2. menjelaskan fenotif terikat sex
3. menjelaskan fenotif terbatasi oleh sex kelamin

===========================================================
pokok Bahasan: hukum mendelian I dan II

===========================================================
Deskripsi Singkat : dalam pertemuan ini anda akan mempelajari aksi fenotisf yang
dipengaruhi oleh 2 gen duplikat yang saling m,empengaruhi (epistatik) dimana
bentuk interaksinya berupa dominan, resesif dan komulatif, aksi ini akan
memberikan rasio fenotif yang berbeda, bila alel tiap tiap gen saling bertemu.
Fenotif juga muncul terkait oleh sex, beberapa fenotif hanya muncul pada ikan
jantan dan beberapa fenotif hanya muncul di ikan betina, hal ini akan memberikan
nilai rasio fenotif yang berbeda dengan prinsip dasar mendelian.. Diharapkan
keaktifan anda untuk mengisi lembar persilangan berupa notasi genotif dan
fenotifnya sebagia landasan untuk lebih memahami konsep dominan dan resesif
dalam aksi gen

===========================================================
Buku Bacaan.

Purdon E.C. 1995. Genetik and Fish Breding. Chapman & Hall. London.

Sofro A.S.M. 1995. Keaneka ragaman Genetik. PenerbitAndi Offset. Yogyakarta

Tave D. 1986. Genetik For Fish Hachery Managers. Avi Publishing Company.
USA.

Zaldivar. J.M. 1999. Methodology and Formats for genetic Identification of Fish
spesies. European Commision Joit Researc centre. Italy

Tave D. 1986. Genetics for hathery managers. AVI publishing Compony. United
State.

EPISTATIK LANJUTAN
5.1. PENDAHULUAN
Bab ini akan memuat lebih lanjut tentang fenotif yang dipengaruhi oleh 2 gen
yang mengalami pengandaan, dimana tiap gen memiliki 2 alel yang saling mempengaruhi
untuk menghasilkan suatu fenotif(epistatik), aksi ini dalam bentuk interaksi alel dominan,
resesif dari dua gen yang saling mempengaruhi maupun interaksi antara alel dominan-
resesif dari kedua gen atau lebih. Fenomena ini secara langsung akan berpengaruh
terhadap rasio fenotif.
SINGEL GEN
Alel dominan dan alel resesif
KOMPLIT DOMINAN INKOMPLIT DOMINAN
Rasio 3:1 Rasio 1:2:1
2 fenotif 3 fenotif, 1 fenotif interaksi dom-res

Kedua alel dominan


AKSI ADITTIF
Rasio 1:2:1, heterozigot menghasilkan fenotif interaksi yang seimbang

DUA GEN
DIHIBRID ADITTIF
Tiap gen berekspresi secara independent, Kedua gen saling berinteraksi untuk
kedua gen hanya merupakan kombinasi menghasilkan fenotif, fenotif hanya
suatu fenotif. ditentukan oleh alel dominan tiap lokus
Nilia fenotif ditentukan masing masing Nilai fenotif ditentukan oleh jumlah alel
gen dominan dari kedua lokus

EPISTATIK
Aksi kombinasi dari 2 gen
Kombinasi alel kedua gen menghasilkan fenotif yang berbeda gen
DOMINAN RESESIF
Jika alel suatu gen resesif homozigot, Jika alel resesif homozigot suatu gen, menekan
alel dari pasangan gen akan berekspresi ekpresi alel pasangan gennya

DUPLIKAT EPISTATIK

DUPLIKAT GEN DUPLIKAT DOMINAN INTERAKSI


Kedua gen memiliki ekspresi fenotif yang Kedua alel dominan memiliki ekspresi yang
sama sama
Alel dominan gen pertama inkomplit Alel dominan kedua gen komplit dominan
dominan terhadap kedua alel gen yang terhadap alel resesif
lain. Kombinasi alel ominan tiap gen
menghasilkan fenotif komulatif

.
DUPLIKAT RESESIF INTERAKSI DOMINAN RESESIF
INTERAKSI
alel resesif (homozigot) kedua gen alel dominan lokus pertama homozigot/
memiliki ekspresi yang sama terozigot menghasilkan fenotif gen dominan
Alel dominan kedua gen komplit Homozigot alel resesif pada lokus pertama,
dominan terhadap alel resesif kedua alel dominan pada lokus kedua menghasilkan
gen fenotif gen resesif.

Beberapa gen menempati lokus pada sex kromoson, sehingga pemunculan aksi
gen tersebut sangat berkaitan dengan sex kelamin ikan, fenotif juga muncul terkait dengan
sistim hormon pada ikan, sehingga gen tersebut meskipun ada pada dua jenis kelamin
ikan, hanya muncul pada sex kelamin tertentu terkait denga produksi hormonnya.

5.2 DUPLIKAT GEN EPISTATIK DENGAN EFEK KOMULATIF


Fenomena ini muncul ketika dua gen menghasilkan fenotif yang sama, tiap gen
memiliki satu alell dominan dan satu alel resesif, Aksi kedua alel dominannya adalah
inkomplit dominan terhadap heterozigot atau homozigot lokus lain, dan ketika alel
dominan pada kedua lokus bertemu akan menghasilkan fenotif yang berbeda sebagai
perpaduan dua alel dominan yang merupakan fenotif komulatif.
Contoh: “ truk striping” ikan sumatra tiger barb. Dikontrol oleh gen A dan B, resesif
fenotifnya (aa,bb)
(aa,bb) menghasilkan fenotif “half banded”
(Aa,bb: AA,bb:aaBb:aa,BB) fenotif inkomplit Banded
(Aa,Bb: AA,Bb: Aa,BB: AA,BB) fenotif komplit banded

ketika alel A bertemu dengan alal B yang sama sama dominan menghasilkan fenotif
komulasi dari 2 alel dominan. Pada ikan sumatra menghasilkan fenotif komplit banded
pada sirip caudal.

Jika heterozigot(Aa,Bb) saling dikawinkan, maka


Jantan-betina AB Ab aB ab
AB AABB AABb AaBB AaBb
Ab AABb AAbb AaBb Aabb
aB AaBB AaBb aaBB aaBb
ab AaBb Aabb aaBb aabb
Isilah persilangan diatas
Rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1
Rasio fenotif: 9:6:1 (C Banden, In C Banded, Hlf Banded)
Rasio fenotif dalam perkawinan ini adalah 9:6:1, Efek komulatif terlihat ketika alel A
bertemu dengan alel B menghasilkan fenotif C.banded. dan ketika semua alal resesif
bertemu tidak memperlihatkan aksi gen tersebut dan fenotifnya half banded

5.3. INTERAKSI DUPLIKAT GEN DOMINAN EPISTATIK

Alel dominan pada kedua lokus dari dua gen mengasilkan fenotif yang sama,
tetapi bila dua alel dominannya bertemu tidak menghasilkan fenotif komulatif. Fenotif
yang berbeda hanya muncul ketika alel resesif dari kedua lokus bertemu .
Contoh ; sisik trasparan pada gold fish, pigmentasi melanophoore muncul pada genotif
resesif homozigot. Rasio fenotifnya ( 15:1)

Jika heterozigot saling dikawinkan, maka


Jantan-betina Dp1Dp2 Dp1dp2 Dp1Dp2 dp1dp2
Dp1Dp2
Dp1dp2
Dp1Dp2
dp1dp2 Sisik
berpigmen
Rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1
Rasio fenotif: 15:1 (trasparan, pigmen)

Pada aksi perkawinan ini hanya muncul dua fenotif, fenotif yang berbeda muncul ketika
alel resesifnya bertemu (dp1dp1,dp2dp2) dimana pada ikan gold fish menghasilkan sisik
yang berpigmen. keberadaan alel DP!,DP2 pada pasangan gen menekan pigementasi pada
sehingga ikan berwarna trasparan.(tampa pigementasi)

5.4. INTERAKSI GEN DUPLIKAT RESESIF EPISTATIK


Merupakan bentuk aksi dari gen duplikat Dua gen. Alel resesif pada tiap
lokus(homozigot) menghasilkan fenotif yang sama, fenotif lain muncul apabila ada
sedikitnya satu alel dominan pada tiap lokus, rasio fenotif yang dihsilkan (9:7) (++
+) = 7

(aa, XX) (XX, bb) : fenotif Duplikat resesif epistatik


(A0,0B ) : fenotif dominan.

Jantan-betina AB Ab aB ab
AB
Ab +++++ +++++
aB ++++++ ++++++
ab +++++ ++++++ +++++
Fenotif

5.5. INTERAKSI DOMINAN DAN RESESIF EPISTATIK


Interaksi dominan dan resesif terjadi apabila ada gen dominan pada gen yg
lainnya, homozigot/ heterozigot alel dominan pada gen dominan menghaslkan fenotif
lokus dominan.. Fenotif lain dihasilkan jika gen (dominan ) resesif homozigot dan gen
lain mengandung paling tidak satu alel dominan. Rasio fenotif yang dihasilkan ( 13:3)
(---- = 3)
Jantan-betina CD Cd cD cd
CD
Cd
cD ##### #######
Cd ######

Dalam kasus ini terdapat gen C dan gen D, gen C dominan terhadap gen D, tiap gen
memiliki alel dominan dan lel resesif, ( C : alel C; alel c) (D : alelD, alel d). Alel C
dominan terhadap alel lain dan memunculkan suatu fenotif, alel D berekspesi ketika gen
C resesif homozigot. (cc,DX) memberikan fenotif gen D

5.6. GEN TERIKAT SEX KELAMIN (SEX-LINKED)


Gen menempati lokus tertentu pada autosom ataupun kromosom sex, beberapa gen
menenpati lokus pada krososom sex jantan, kromosom sex betina, hal ini akan
berpengaruh pada fenotif kualitatifnya. Suatu fenotif hanya muncul pada suatu jenis
kelamin tertentu dan tidak muncul pada jenis kelamin yang lain. Fenomena gen terikat
pada kromoson sex ini ditemukan pada ikan gupy dan ikan Plat Fish. Fenomena ini
hanya ada pada ikan yang memiliki notasi kromoson XY, dan tidak ditemukan pada notasi
kromoson WZ.

5.6.1. GEN TERIKAT KROMOSON Y


Gen yang terikat pada kromoson Y diwariskan dari induk jantan ke anak laki2, dan tidak
akan ada pewarisan gen ke anak perempun (XX) kecuali jika terjadi kros over ke
kromoson X. Fenotif gen Y-linked hanya terlihat pada jantan

Contoh: pada ikan Gupy.pola pigmen maculatus (spot hitam pada sirip dorsal dan spot
merah pada tubuh) diatur oleh Gen maculatus (Wingge, 1927)

Genotif Fenotif
XX Grey female
XYMa Maculatus male
XY Grey male
Gen Ma terikat pada kromosom Y yang mengekspresikan fenotif masculatus pada jantan
, fenotif masculatus jantan hanya muncul dari perkawinan (grey betina >< Masculatus
jantan). Rasio fenotif yang dihasilkan 1:1, hal ini berbeda dengan rasio aksi gen dominan
pada kromosom autosomal
Jantan
Betina X YMa
X XX X YMa
.
5.6.2. GEN TERIKAT KROMOSON X
Fenotif Sex-Linked juga terjadi pada gen yang memempati kromoson X, dimana
bentuk aksi gennya adalah simpel dominan
Contoh pigmentasi caudal ikan Gupy dan transparasi tailnya.
Genotif Fenotif
XCpXCp Caudalis female
XCpXCh Caudalis female
XChXCh Transparent-tail female
XCp Y Caudalis male
XCh Y Transparent-tail male

”transparan tailed jantan” Hanya dihasilkan apabila kita mengawinkan betina yang
mengandung alel XCh dan Transparant tailed betina hanya bisa dihasilkan apabila
pejantan memiliki alel Xch dan betina memiliki alel Xch

Caudalis female (XCpXCh) >< Caudalis male(XCp Y)


Jantan
Betina Xcp Y
Xcp XcpXcp Xcp Y
X ch XcpXch Xch Y
Rasio fenotif nya : 2: caudalis F :1 CaudalisM :1 Transparent tailed M)
..
Transparant tailed female (XchXCh) >< Caudalis male(XCp Y)
Jantan
Betina Xcp Y
X ch XcpXch Xch Y
Rasio fenotif nya : :1 CaudalisM :1 Transparent tailed M)

Caudalis female (XCpXCh) >< Caudalis male(XCp Y)


Jantan
Betina Xch Y
Xch XchXch Xch Y
X cp XcpXch Xcp Y
Tabel. Fenotif ikan Gupy ekspresi aksi gen sex-linked
GEN FENOTIF REFESENSI
Y-LINKED GEN
YMa Masculatus pigmentasi Winge (1927)
YTr Iridescens pigmentasi Winge (1927)
YAr Armatus pigmentasi Winge (1927)
YSa Sanguineus pigmentasi Winge (1927)
YPa Pouper pigmentasi Winge (1927)
YOc Oculatus pigmentasi Winge (1927)
YFe Ferrugineus pigmentasi Winge (1927)
YVa Variabilis pigmentasi Winge (1927)
YDa Doubel Sword Tail Dzwillo (1959)
YFil Filigran pigmentasi Dzwillo (1959)
X-LINKED GEN
XTI Tigrinus pigmentasi Winge (1927)
XCo Coccineus pigmentasi Winge (1927)
XVi Vitellionus pigmentasi Winge (1927)
XCi Cinnamoneus pigmentasi Winge (1927)
XLu Luteus pigmentasi Winge (1927)
XEl Elogatus pigmentasi, Pemanjangan sirif Winge (1927)
caudal
XNill Nigrocaudatus pigmentasi, tipe II Dzwillo (1959)
XCp Caudalis pigmentasi Dzwillo (1959)
Semua fenotif dipengaruhi/ terikat pada sex (Sex-limited) kecuali
nigracaudatus dan caudalis, semua gen berekspesi sebagia alel dominan.

5.7. FENOTIF TERIKAT PADA SEX (SEX LIMITED)


Gen terikat sex hanya ada pada satu jenis kelamin tertentu saja. Proses kros over atau

pindah silang antar kromoson sex bisa terjadi sehinga gen sex linked bisa berada pada

kedua kromosom sex,

genotif alel alel terikat kromoson sex hanya berekspresi pada satu kelamin (sex)

saja dan beberapa diantaranya ekspresi tergantung pada sex kelamin lain (Sex-limitid)

pada ikan heterozigot(XY). Hal ini dikarenakan beberapa ekspresi genotif tergantung

pada hormonal tertentu pada kromoson lain. Contoh pada ikan fenotif Triginus (stripes on

body) yang dikonrol oleh alel XTi dominan. Pada kromosom X. Fenotif ini pada kondisi

normal tidak akan muncul pada ikan betina.

Genotif Fenotif
XX Grey female
XXTi Grey female
XTiXTi Grey female
XY Grey male
XTi Y Triginus male

Fenotif triginus adalah fenotif yang terbatasi (sex-limited) oleh keberadaan testoteron
untuk dapat alel XTi berekspresi. Sehingga alel XTi tidak muncul pada ikan betina.
Beberapa gen X linked ikan Gupy menghasilkan fenotif yang terbatas pada ikan jantan
(Wingge, 1927). Penanbahan methyltestoteron pada air dan pakan dapat untuk
memunculkan fenotif tersebut pada ikan betina.

5.8. GEN DENGAN BANYAK ALEL


Dalam populasi fenotif warna merupakan ekspresi genotif yang terdiri dari satu alel
sampai banyak alel. Winge (1927) menjelaskan ada 18 gen yang mengatur warna pada
ikan Gupy.
Contoh gen yang memiliki alel lebih dari dua terdapat pada ikan medaka, yaitu pada
pigmentasi melanophore yang terdapat pada gen autosomal. Gen B, dominan
terhadap B’ dan b, B’ dominan terhadap b dan alel b adala resesif.
Genotif Fenotif
BB,BB’,Bb Full melanin
B’B’, B’b Varigated or Mottled pigmentation
bb Minimal melanin or no

Gen Sex-linked pada Medaka, gen R pada kromoson X, yang mengekspresikan


Caretonoid dari Xanthophore, dalam aksinya terkombinasi secara epistatik dengan gen B
dan gen I (Yamamoto, 1969)
Pada ikan Platyfish gen P meiliki 9 alel, P+, PM, PMc, PT, PCo, PC, PCc, PO, PD
( Gordon, 1956,1956; Kallman, 1975). Alel , P + Menghasilkan fenotif Unspotted (Tampa
spot), dan resesif terhadap alel lain, aksi gen lainnya Kodominan (alel selalu memiliki
ekpresi fenotif) kombinasi alel heterozigot menghasilkan fenotif kombinasi dari dua
fenotif. Secara teori Gen P menghasilkan 37 fenotif yang berbeda. Karena jada beberapa
pola fenotif yang overloping, sehingga Jumlah fenotif yang muncul hanya 27 fenotif.

SESI PERKULIAHAN VI

TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa semester VI program Studi Budidaya
Perairan diharapkan mampu:
1. menjelaskan Pleiotropy, penetrasi dan expresiti
2. menjelaskan lingked
3. menjelaskan Pengujian hukum mendel pada persilangan ikan
PLEIOTROPY VARIABLE PENETRACE DAN
VARIABEL EXPRESSITIVY
Gen mempengaruhi jalur biokimia, Subtitusi suatu alel terhadap alel lain dapat
mempengaruhi lebih dari satu jalur biokimia. Dan jika lebih, maka lebih dari satu fenotif
yang dipengaruhi (berubah)oleh suatu gen. Efek Penanbahan fenotif ini disebut
PLEIOTROPY. Yang dapat menurunkan atau menaikan viabilitas, produktifitas dan
nilai ekonomi dari ikan.
Contoh pada ikan mas(common carp), pleiotropy ditemukan pada ikan yang berwarna
biru (bb) dan ikan berwarna perak( gg) yang memiliki laju pertumbuhan yang
rendah dibanding ikan normal.
Pleotropi meningkatkan laju pertumbuhan ikan mas pada fenotif Polish blue yang
lebih besar dari ikan mas fenotif normal.
Tabel 2. beberapa efek pleiotropi dari genotif sisik pada ikan mas (common Carp)
Efek Pleiotropi Fenotif sisik (tubuh)
Scaled Mirror Line Leather
Berat umur 1. tahun, makanan cukup 100 93-96 85-88 79-80
Berat umur 1. tahun, makanan < cukup 100 83-94 42-70 37-72
Bearat umur 2 tahun 100 94-96 86-91 83-84
Jumlah erithosit (106 sell/ ml) 1.93 1.99 1.76 1.69
Hemoglobin (g/%) 9.02 8.87 8.18 8.28
Waktu hidup dalam kekurangan O2 (menit) 210 210 132 132
Reaktifitas Immunologi fast fast slow slow
Intensitas metabolisme lemak low low High Very H
SR pada umur 1 tahun, makanan cukup 100 91-98 87-93 80-92
SR pada umur 1 tahun, makanan < cukup 100 93-95 36-37 28-60

PENETRANCE: prosentasi individu yang mewarisi fenotif yang diharapkan.

Jika fenotif selalu diekspresikan maka nilai penetrasi 100%, jika hanya setengah fenotif
yang diekspresikan , maka penetrasinya 50% jika tidak ada individu yang mewakili
fenotif tersebut , maka penetrasinya 0%. Fenotif yang ekpresinya dibatasi sex memiliki
penetrasi 0% ,Tergantung fenotif tersebut terikat / sex-linked pada jenis kelamin apa.

EXPRESSITIVY : manifestasi fisik terhadap fenotif atau kisaran ekspresi fenotif.


Contoh gen Sc pada Montezuma swordtail (Kallman, 1971), alel Sc dominan
mengekspresikan : spot pada sirif caudal.
Nilai penetrasi 30-88% pada genotif homozigot dan heterozigot. kisaran
fenotifnya dari spot sampai melanomas (pigmen tumor) di sirif kaudal..

Gen M pada Sailfin moly, yang mengekspresikan fenotif spot hitam, alel M
inkomplit dominan terhadap alel m. Jika temperatur air 20º C, penetrasinya 100%, pada
temperatur hangat penetrasi kurang dari 100% dan pada suhu air 26-28º C, penetrasi
mendekati nol pada heterozigot, expresiviti produksi melanin menurun pada temperatur
tinggi
Genotif Fenotif
MM Spot besar sangat hitam
Mm Spot hitam
mm No spot

Temperatur mempengaruhi variasi penetrasi dan expresiviti dari alel M ikan


Sailfin moly. Karena secara biologis jalur biokimia pengatur ekspresi fenotif terpengaruh..
Alasan khusus kejadian ini masih belum diketahui.

LINKAGE
Satu gen mengontrol 2/3 fenotif, dan, sifat pewarisan bebas karena tidak ada
interaksi epistatik,hanya jika gen suatu fenotif pada kromoson yang berbeda. Postulat ini
tidak selalu benar, setelah ditemukan pada tiap kromoson mengandung 100-1000 gen.
Studi kromoson lebih detail menunjukkan sifat pewarisan gamet secara
berpasangan pada gen dalam satu kromoson (linkage). Linkage grup ini pertama kali
ditemukan pada ikan oleh Winge (1923). Jika 2 gen linkage, gamet tidak selalu resesif,
alel dalam bentuk bebas dan gamet selalu berpasangan 3 atau lebih gen.
Contoh pada ikan gupy memiliki gen Xui dan Xei Linkage pada kromoson X (Winge,
1947), maka gamet heterozigot hanya menghasilkan 2 jenis gamet. (X uiXei dan
X0 XO). Karena gen tersebut linkage.
Krosing over terjadi antara 2 kromoson homolog pada tahapan miosis. Maka
gamet memilki beberapa kemungkinan kombinasi (rasio tidak seimbang). Produksi gamet
kross over tergantung pada frekwensinya,
Frekwensi kros over meningkat jika gen berasal dari 2 kromoson. Jarak antar gen
dan squence gen pada kromosom dapat dimaping (dipetakkan) dan frekwensi kros over
dapat diperkirakan.
Pengetahuan ini bagi breeder sangat sulit dan membutuhkan biaya yang besar,
biasanya para breder memunculkan potensi gen pada suatu ikan dengan teknik seleksi
dalam melakukan perkawinan.

PENGUJIAN DALAM PERCOBAAN PERSILANGAN

Punnet model adalah kerja terbaik dari mendel. Rasio perbandingan fenotif
maupun genotif dari mendel, bukan merupakan suatu hasil yang sama persis dengan nilai
persilangan sesunguhnya. Untuk menjustifikasi suatu hasil pengamatan menjadi suatu
nilai rasio memerlukan suatu pengujian statistik. Sehingga dapat diterima oleh beberapa
peneliti.
Untuk memulai suatu pengujian statistik harus ada suatu pendekatan peluang.
Kesesuaian nilai hasil pengamatan dengan peluang diuji dengan suatu analisis statistik,
Peluang disini adalah nilai kemungkinan munculnya suatu fenotif. Peluang
memiliki nilai numerik mulai dari nol (0) sampai satu (1). Nol berarti fenotif tersebut
mustahil akan muncul, nilai satu berarti fenotif tersebut hampir pasti akan muncul.
Besarnya nilai peluang dapat dihitung dari persamaan :
Banyaknya kejadian X
P(X) = ---------------------------------------------
Total kejadian yang muncul

Kejadian pada alel atau gamet juga merupakan kejadian peluang


Normal pigmet +a >< + a Normal pigmet

+ Jantan a
Betina
+ ++ +a
a +a aa

Rasio genotif : 1(++): 2 (+a): 1 (aa)


SehinggaRasio fenotif
apabila : Normal pigmen
kita mengunakan (3) : albino
persamaan (1)maka peluang Genotif persilangan
diatas,
diatas adalah:
P(++) = 1/4
P(+a) = 2/4
P(aa) = 1/4
Peluang diatas mengambarkan suatu peluang sederhana, Pada kasus diatas peluang
sederhana pertama adalah peluang dari alel, termasuk alel dominan (+) yang
memunculkan fenotif berwarna pada kondisi homozigot maupun heterozigot. Sehingga
peluang fenotif(+_) adalah P (+_) = P(+) + P(a)
= 1/4 + 2/4 = 3/4
total peluang dari seluruh kejadian memiliki nilai maksimum satu (kaidah penjumlahan)
P(++) + P(+a) + P(aa) = 1
apabila beberapa kejadian sederhana dikombinasikan akan membentuk suatu peluang
majemuk.. contoh dua kejadian pada kasus F.2.
(DIHIBRID INHERITANCE)
Jantan-betina G,Cu G,cu G,Cu g,cu
G,Cu
G,cu
G,Cu
g,cu
G : grey g : gold
Cu : normal Spine cu Curve spine
Peluang dari perkawinan diatas:
Grey Normal spine (G_,CU_) = 9/16
Grey curve spine (G_,cucu) = 3/16
Gold nolmal spine (gg, ,Cu_) = 3/16
Gold curve spine ( gg,cucu) = 1/16

Peluang masing2 alel grey (G_,) = 3/4 gold (gg) = 1/4


normal Spine(Cu_)= 3/4 Curve spine (cucu) = 1/4
>>> P (G) + P(g) = P(Cu) + P (cu)

Sehingga peluang kejadian fenotif gabungan = hasil pengandaan masing2 peluang


P(G_,Cu_) = P (G) * P (Cu_)

= 3/4 * 3/4 = 9/16

Contoh: “ truk striping” ikan sumatra tiger barb. Dikontrol oleh gen A dan B, resesif
fenotifnya (aa,bb)
(
Jika heterozigot saling dikawinkan, maka
Jantan-betina AB Ab aB ab
AB
Ab
aB
ab
Peluang masing2 alel (A-) = 3/4 (aa) = 1/4
(B-) = 3/4 (bb) =1/4

P(A_,B_) = P (A-) * P (B_)


= 3/4 * 3/4 = 9/16

Contoh
1. Melanistik dari ikan moly dikontrol oleh gen M dan N. Melanistik merupakan model
interaksi gen aditiv yang dipengaruhi oleh banyaknya alel M dan N. Bagaimana peluang
masing masing fenotif jika ikan jantan dengan genotif MM,Nn dikawinkan dengan ikan
betina mmNn. ?
jawab
Jantan-betina mN mn
MN
Mn
Genotif yang muncul: Mm,Nn, : 2/4 Mm,NN : 1/4
Mm,nn : 1/4

Peluang masing2 alel (Mn) = 1


(N-) = 1/2 (NN) =1/4 (nn) = 1/4

Sehingga peluang kejadian fenotif gabungan = hasil pengandaan masing2 peluang


P(M-,N-_) = P (M-) * P (N_)
= 1 * 1/2 = 1/2
P(M-,NN_) = P (M-) * P (NN_)
= 1 * 1/4 = 1/4

1. Striping pada ikan sumatra di atur oleh gen A duplikat gen B yang inkomplit
dominan terhadap heterrozigot atau homozigot lokus lain. Bagaimana peluang fenotif jika
ikan jantan Aa bb dikawinkan ikan betina Aa,Bb.
Jantan Betina Ab AB aB ab
Ab +++++++ _______ _______ +++++++
ab ++++++ _________ +++++

Peluang masing2 alel (A-) = 3/4 (aa) = 1/4


(B-) = 1/2 (bb) =1/2

P(G_,Cu_) = P (G) * P (Cu_)


= 3/4 * 1/2 = 3/8

Anda mungkin juga menyukai