===============================================================
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa semester VI program Studi Budidaya
Perairan diharapkan mampu:
1. menjelaskan tahapan Pencarian Hukum Mendel
2. menjelaskan Hipotesis monohibrid dan hukum segregrasi
3. menjelaskan Dihibrid dan hukum segregrasi
===========================================================
pokok Bahasan: hukum mendelian I dan II
===========================================================
===========================================================
Buku Bacaan.
Purdon E.C. 1995. Genetik and Fish Breding. Chapman & Hall. London.
Tave D. 1986. Genetik For Fish Hachery Managers. Avi Publishing Company.
USA.
Zaldivar. J.M. 1999. Methodology and Formats for genetic Identification of Fish
spesies. European Commision Joit Researc centre. Italy
Tave D. 1986. Genetics for hathery managers. AVI publishing Compony. United
State.
BAB IV
HUKUM MENDEL
4.1. Pendahuluan
Bab ini memuat tentang kerja besar mendel dalam membuat konsep sistim
hereditas, dari suatu eksperiment yang sangat panjang pada karakter suatu tanaman
ekserimentalnya yang akan menjadi dasar rekayasa untuk pemuliaan suatu spesies
termasuk ikan yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya. Bab ini lebih banyak
membahas bentuk –bentuk aksi gen pada spesis ikan sehingga dapat diaplikasikan
Hipotesis monohibrid dan dihibrid dari Mendel merupakan aplikasi konsep dasar
genetika yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, dimana gen, kromoson
sebagai materi genetik yang diwariskan melalui sel gamet. hukum mendel yang akan
dibahas pada pertemuan ini merupakan bahasan lebih lanjut dari sifat pewarisan materi
aditif epistatik
Teori mendel Merupakan suatu kesimpulan dari Suatu eksperiment yang sangat panjang
pada karakter fenotif suatu tanaman (Pisum sativoum), yang memiliki sifat bentuk biji
(bundar& keriput), Warna Biji (Kuning& hijau), Warna bungga (Putih &merah-unggu),
Perbedaan Bentuk polong (Mengembung & keriput), Perbedaan kedudukan bunga (Aksial
koleksinya dalam tempat yang terpisah dan melakukan seleksi fenotif untuk
mendapatkan galur murni dari masing masing varietas. Masing masing galur murni
dilakukan uji peryerbukan buatan antar varietas untuk mendapatkan filial pertamanya
berdasarkan pasangan tetuanya. Setiap data persilangan dicatat sebagai informasi yang
penting dan diperlukan dalam anaisanya. Biji biji hasil persilangan (F1) tersebut
selanjutnya tersebut ditanam kembali dan dibiarkan terjadi peryerbukan secara alami
untuk mendapatkan generasi persilangan kedua ( F2). berdasarkan sifat sifat yang
muncul dari F2, F3 hasil dari perkawinan antar F 2. serta recording sebelumnya tentang
sifat fenotif tetuanya tersebut dibuatlah suatu analisis matematik dan kesimpulan dari
tanaman lain, diantaranya pada buncis (Phaseolus vulgaris), untuk sifat Panjang batang,
warna polong dan bentuk polong. Meskipun dari persilangan Phaseolus nanus dan P
multiflorus, data yang dihasilkan tidak menunjang hipotesa, Mendel tetap yakin tentang
1. Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah faktor tertentu yang diwariskan
oleh (Gen)
3. Pada organisme diploid alel dominan suatu gen mungkin menutupi ekspresi
alel resesif
Studi genetik ikan diawali setelah 35 tahun publikasi Mendel pada tahun 1900.
studi awal hereditas pada ikan dimulai dari sifat pewarisan warna. Prinsip hereditas dari
Mendel ini banyak memberikan manfaat bagi breeder ikan untuk mencoba
memanipulasi dan eksploitasi gen ikan untuk mendapartkan fenotif ikan yang
diiginkannya.
2. Kualitatif variasi, variasi fenotif yang tidak terukur, disebut juga sebagai
Kualitatif fenotif sering disebut sebagai genetik mendel yang dalam pewarisannya
dikontrol oleh 1, 2,3 gen. Gen berada dalam autosom maupun kromoson sex, gen yang
berada dalam kromoson sex, sifat ekpresi fenotifnya tergantung pada jenis kelaminnya,
suatu fenotif yang muncul pada salah satu jenis kelamin tapi tidak muncul pada jenis
Pada ikan fenotif warna yang merupakan pengabungan dari beberapa tipe pigmentasi:
pengurangan pigmen yang lain sehingga akan berwarna putih/pale cream dan ikannya
disebut sebagai albino. Fenomena albino ini muncul pada ikan gurame, cath fish,
lamprey, shrak dll. Sifat albino ini disebabkan adanya gen resesif (notasi a) homozigot
A. Komplit dominan
Aksi dominan muncul jika suatu alel berekspresi lebih kuat dari alel lainnya.
Alel yang memiliki ekspresi lebih kuat disebut dominan, sedang yang
ekspresinya lemah disebut resesif. Jika bentuk aksi gen bersifat komplet
dominan, maka hanya ada dua fenotif, sebab ekpresi alel dominan menutupi
ekspresi alel resesif dalam genotif heterozigot. Fenotif yang dipengaruhi oleh alel
dominan disebut fenotif dominan sementara fenotif yang dipengaruhi oleh alel
dikawinkan sesamannya. F2 terdiri dari 3 genotif dan 2 fenotif, dominasi alel warna
terhadap alel resesif albino terlihat pada genotif heterozigot Aa yan menghasilkan
AA Aa (F1)
>< Aa
F2 (3:1) AA Aa aa
Munculnya sifat albino pada generasi F2. karena perkawinan antar F1. yang
merupakan ikan genotif heterozigot sehingga pada generasi F2 akan muncul fenotif
viabilitas ikan albino rendah, menurut Yamamoto dari sekitar 800 ikan albino
hanya 29 yang dapat mencapai dewasa pada perkawinan F2. rasio ikan normal
dan albino menurut hukum mendel adalah 3:1, kenyataannya bisa mencapai 20:1.
Fenomena seperti ini dijumpai juga pada ikan guppy (Haskins, 1948),
Xiphophorus helleri (Gordon, 1942), karena adanya alel semilethal hasil mutasi
pada ikan albino
cukup mempengaruhi fenotif pada kondisi genotif hetorozigot. Gen yang memiliki
alel non komplit dominan menghasilkan 3 genotif dan fenotif. Pada kondisi
Genotif Fenotif
VV Biru tua
Vv Blue
vv hijau
Hal menarik lagi dari fenomena non komplit dominan terjadi pada Tilapia aureta
yang memiliki gene S sebagai sekspresi gen lethal dominant. Apabila kita
mengawinkan dua ikan seddle back, maka rasio genotif dan fenotif yang
diharapkan adalah (1:2:1) karena homozigot dominan akan mati maka yang
Genotif Fenotif
SS death
S+ Saddleback (abnormal Dorsal .fin)
++ normal
C. Aditif
Sifat ini muncul Jika kedua alel sama sama dominan. Kontribusi pengaruh kedua
intermediat antara dua fenotif homozigot. Salah satu cara membedakan aksi
additiv dgn non komplit adalah pada fenotif heterozigot aditif merupakan
intermediat antar dua gen, sedangkan non komplit dominan fenotifnya mendekati
Contoh fenomena aditif pada rainbow trout. Yang memiliki gen G menghasilkan
fenotif golden, palomonia, normal pigmen
Genotif Fenotif
G’G’ Golden
G G’ palomonia
GG Normal pigmen
4.3.2. Aksi Dua Gen pada Autosom
Jika dua atau lebih gen independen (autosom), masing2 gen mempengaruhi fenotif,
gen tersebut bisa merupakan bagian dari fenotif atau kombinasi fenotif. Tiap gen
simultan dari kombinasi genotif dan fenotif bukan secara terpisah tiap genotif dan fenotif.
A. Dominan
Aksi dua gen dominan dari dua alel terlihat pada pewarnaan gold ikan gupy yang
diatur oleh gen resesif autosom gen G. Dominan G menghasilkan grey guppies, resesif
alel g menghasilkan gold gupy. Gen Cu mempengaruhi bentuk spine, Cu alel dominan
untuk normal spine, resesif alel cu menghasilkan bentuk spine curvatur. Gamet yang
terbentuk saat miosis terkombinasi secara random “ alel dalam kedua lokus”
Jika dua heterozigot grey gupy dengan normal spine (Gg,Cucu) dikawinkan:
Rasio genotif dan genotif pada F2. dapat ditentukan secara mudah mengunakan
Punnet Square. Rasio fenotif yang akan kita dapatkan adalah 9:3:3:1 (Grey-normal S,
grey curve S, gold nolmal S, gold Cuve S) karena aksi gen G dan Cu adalah
gg.cucu.
B. Aditif
Interaksi gen aditif dengan 2 atau lebih loci yang sama dengan aksi gen tungal.
apabila lebih dari satu gen yang terlibat, maka ada lebih banyak kemungkinan fenotif
Contoh: warna tubuh melanistik pada stock domestifikasi dari ikan Moly. Fenotif
dikontol oleh gen M dan N. Fenotif melanistik diatur oleh banyaknya jumlah alel
warna M dan N dari pasangan alel (MM,Mm, mm, NN.Nn.nn). Apabila kita
mengawinkan dua heterozigot Mm,Nn, frekwensi fenotif anaknya adalah (Lihat tabel
Punet) ..1: 4: 6: 4:1 ( IVb : Iva: III: II: I), rasio genotif : 1:2:2:4:1:2:1:2:1.
C. Epistatik
Epistatic adalah interaksi alel dari dua loci atau lebih yang menghasilkan fenotif yang
berbeda dengan produk gen itu sendiri. Jika kombinasi spesifik alel dari 2 gen
menghasilkan suatu fenotif, maka interaksi normal antara 2 loci menghasilkan F2.
9:3:3:1 (Lihat tabel Punnet). Jika ada model interaksi epistatic jumlah fenotif yang
tertentu (Khas), menghilangkan pengaruh genotif pada lokus kedua. Gen kedua dapat
berekspresi menghasilkan fenotif jika locus epistatik resesif homozigot. Gen kedua
ini menghasilkan dua fenotif tambahan. Rasio fenotif dominan epistatic F2. 12:3:1
(tabel punnet)
Contoh: kejadian albino pada ikan Goldfish. Yang di kontrol oleh dominan epistatic.
Pada ikan mas (Cammon carp) ada fenomena fenotif yang diatur oleh aksi gen
epistatik dominan.. Yaitu pewarisan pola sisik. Tipe sisik ikan mas diatur oleh gen S
dan N dengan aksi gen dominan epistatik gen N, tapi ini adalah dominan epistatik
lethal pada genotif homozigot. Jika N lokus homozigot maka ikan yang menetas akan
langsung mati. Gen S complet dominan terhadap s. Resesif fenotif diatur oleh alel s
dimana akan terjadi penurunan jumlah sisik dan pembesaran sisik (miror). Satu alel N
merubah sisik ikan menjadi garis (leather). Satu alel S dan N meyebabkan sisik
Genotif Fenotif
SS,nn: Ss,nn Scaled
Ss nn mirror
SS,Nn: Ss,Nn Line
Ss,Nn Leather
SS,NN:Ss,NN: ss NN Death
C.2. Resesif epistatik
Terjadi jika genotif resesif pada suatu lokus (lokus epiststik) menekan ekspresii
fenotif lokus lain, genotif pada lokus kedua hanya dapat berekspresi jika ada alel
Contoh pada warna bola mata ikan Mexican, warna ‘black, brown dan pink pada
mata ikan ini diatur oleh gen ab dan bw. ab lokus epistatik, abab menghasilkan genotif
wana mata pink tanpa memperdulikan alel bw, suatu alel dominan ab(+) diikuti bw
Tabel 7. Rasio fenotif dan genotif dari beberapa jenis aksi gen berdasarkan Punnet
square
4.4. Penutup
Mendel adalah peletak pertama ilmu genetika dari suatu percobaan yang sederhana,
hipotesis mendel untuk perkawinan fenotif monohibrid (single gen) dan dihibrid
(double gen) banyak sekali keterkaitan dengan dunia perikanan. Sehingga hukum
Mendel ini begitu penting bagi mahasiswa Budidaya Perairan dalam aplikasi
pemuliaan ikan
4.4.1. Kesimpulan
Hukum mendel dihasilkan dari serangkaian uji perkawinan pada beberapa tanaman
diantaranya pada tanaman buncis, hasil analisis sifat fenotif yang muncul dari generasi
ke generasi merupakan data penunjang hipotesa mendel. Hasil hipotesa mendel adalah
sebagai berikut:
1. Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah faktor tertentu yang diwariskan oleh
(Gen)
2. Gen berada dalam bentuk berpasangan yang disebut alel.
3. Pada organisme diploid alel dominan suatu gen mungkin menutupi ekspresi alel
resesif.
Rasio fenotif dan genotif suatu hasil pemijahan sangat tergantung sekali pada jenis
aksi gen yang bekerja pada suatu spesies ikan
4.4.2. Evaluasi
Tingkat penguasaan anda dalam materi pada bab hipotesa mendel ini, dapat dikur dari
penguasaan soal yang ada dibawah, dimana apabila anda dapat mengerjakan minimal
75% dari soal tersebut, bisa dikatakan anda layak untuk mengikuti materi pada
pertemuan berikutnya. Dan jika anda hanya menguasai dibawah 75% materi soal ini,
diharapkan kesediaannya untuk membaca kembali materi hukum mendel ini, karena
Jawab:
normal spine (Gg,Cucu) menghasilkan alel: .................................................
Manual prosedur.
Jantan-betina
Rasio genotif :
Rasio fenotif:
============================================================
a. Informasi untuk semua sifat (Warna) adalah faktor tertentu yang diwariskan
oleh (Gen)
b. Gen berada dalam bentuk berpasangan yang disebut alel.
c. Pada organisme diploid alel dominan suatu gen mungkin menutupi ekspresi
alel resesif.
2. Rasio fenotif dan genotif suatu hasil pemijahan sangat tergantung sekali pada jenis aksi
gen yang bekerja pada suatu spesies ikan
Rasio fenotif : 9:3:3:1 (Grey-normal S, grey curve S, gold nolmal S, gold Cuve S)
DAFTAR PUSTAKA
Purdon E.C. 1995. Genetik and Fish Breding. Chapman & Hall. London
Sofro A.S.M. 1995. Keaneka ragaman Genetik. PenerbitAndi Offset. Yogyakarta
Tave D. 1986. Genetik For Fish Hachery Managers. Avi Publishing Company. USA.
SESI PERKULIAHAN V
===============================================================
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa semester VI program Studi Budidaya
Perairan diharapkan mampu:
1. menjelaskan epistatik pada 2 gen ganda
2. menjelaskan fenotif terikat sex
3. menjelaskan fenotif terbatasi oleh sex kelamin
===========================================================
pokok Bahasan: hukum mendelian I dan II
===========================================================
Deskripsi Singkat : dalam pertemuan ini anda akan mempelajari aksi fenotisf yang
dipengaruhi oleh 2 gen duplikat yang saling m,empengaruhi (epistatik) dimana
bentuk interaksinya berupa dominan, resesif dan komulatif, aksi ini akan
memberikan rasio fenotif yang berbeda, bila alel tiap tiap gen saling bertemu.
Fenotif juga muncul terkait oleh sex, beberapa fenotif hanya muncul pada ikan
jantan dan beberapa fenotif hanya muncul di ikan betina, hal ini akan memberikan
nilai rasio fenotif yang berbeda dengan prinsip dasar mendelian.. Diharapkan
keaktifan anda untuk mengisi lembar persilangan berupa notasi genotif dan
fenotifnya sebagia landasan untuk lebih memahami konsep dominan dan resesif
dalam aksi gen
===========================================================
Buku Bacaan.
Purdon E.C. 1995. Genetik and Fish Breding. Chapman & Hall. London.
Tave D. 1986. Genetik For Fish Hachery Managers. Avi Publishing Company.
USA.
Zaldivar. J.M. 1999. Methodology and Formats for genetic Identification of Fish
spesies. European Commision Joit Researc centre. Italy
Tave D. 1986. Genetics for hathery managers. AVI publishing Compony. United
State.
EPISTATIK LANJUTAN
5.1. PENDAHULUAN
Bab ini akan memuat lebih lanjut tentang fenotif yang dipengaruhi oleh 2 gen
yang mengalami pengandaan, dimana tiap gen memiliki 2 alel yang saling mempengaruhi
untuk menghasilkan suatu fenotif(epistatik), aksi ini dalam bentuk interaksi alel dominan,
resesif dari dua gen yang saling mempengaruhi maupun interaksi antara alel dominan-
resesif dari kedua gen atau lebih. Fenomena ini secara langsung akan berpengaruh
terhadap rasio fenotif.
SINGEL GEN
Alel dominan dan alel resesif
KOMPLIT DOMINAN INKOMPLIT DOMINAN
Rasio 3:1 Rasio 1:2:1
2 fenotif 3 fenotif, 1 fenotif interaksi dom-res
DUA GEN
DIHIBRID ADITTIF
Tiap gen berekspresi secara independent, Kedua gen saling berinteraksi untuk
kedua gen hanya merupakan kombinasi menghasilkan fenotif, fenotif hanya
suatu fenotif. ditentukan oleh alel dominan tiap lokus
Nilia fenotif ditentukan masing masing Nilai fenotif ditentukan oleh jumlah alel
gen dominan dari kedua lokus
EPISTATIK
Aksi kombinasi dari 2 gen
Kombinasi alel kedua gen menghasilkan fenotif yang berbeda gen
DOMINAN RESESIF
Jika alel suatu gen resesif homozigot, Jika alel resesif homozigot suatu gen, menekan
alel dari pasangan gen akan berekspresi ekpresi alel pasangan gennya
DUPLIKAT EPISTATIK
.
DUPLIKAT RESESIF INTERAKSI DOMINAN RESESIF
INTERAKSI
alel resesif (homozigot) kedua gen alel dominan lokus pertama homozigot/
memiliki ekspresi yang sama terozigot menghasilkan fenotif gen dominan
Alel dominan kedua gen komplit Homozigot alel resesif pada lokus pertama,
dominan terhadap alel resesif kedua alel dominan pada lokus kedua menghasilkan
gen fenotif gen resesif.
Beberapa gen menempati lokus pada sex kromoson, sehingga pemunculan aksi
gen tersebut sangat berkaitan dengan sex kelamin ikan, fenotif juga muncul terkait dengan
sistim hormon pada ikan, sehingga gen tersebut meskipun ada pada dua jenis kelamin
ikan, hanya muncul pada sex kelamin tertentu terkait denga produksi hormonnya.
ketika alel A bertemu dengan alal B yang sama sama dominan menghasilkan fenotif
komulasi dari 2 alel dominan. Pada ikan sumatra menghasilkan fenotif komplit banded
pada sirip caudal.
Alel dominan pada kedua lokus dari dua gen mengasilkan fenotif yang sama,
tetapi bila dua alel dominannya bertemu tidak menghasilkan fenotif komulatif. Fenotif
yang berbeda hanya muncul ketika alel resesif dari kedua lokus bertemu .
Contoh ; sisik trasparan pada gold fish, pigmentasi melanophoore muncul pada genotif
resesif homozigot. Rasio fenotifnya ( 15:1)
Pada aksi perkawinan ini hanya muncul dua fenotif, fenotif yang berbeda muncul ketika
alel resesifnya bertemu (dp1dp1,dp2dp2) dimana pada ikan gold fish menghasilkan sisik
yang berpigmen. keberadaan alel DP!,DP2 pada pasangan gen menekan pigementasi pada
sehingga ikan berwarna trasparan.(tampa pigementasi)
Jantan-betina AB Ab aB ab
AB
Ab +++++ +++++
aB ++++++ ++++++
ab +++++ ++++++ +++++
Fenotif
Dalam kasus ini terdapat gen C dan gen D, gen C dominan terhadap gen D, tiap gen
memiliki alel dominan dan lel resesif, ( C : alel C; alel c) (D : alelD, alel d). Alel C
dominan terhadap alel lain dan memunculkan suatu fenotif, alel D berekspesi ketika gen
C resesif homozigot. (cc,DX) memberikan fenotif gen D
Contoh: pada ikan Gupy.pola pigmen maculatus (spot hitam pada sirip dorsal dan spot
merah pada tubuh) diatur oleh Gen maculatus (Wingge, 1927)
Genotif Fenotif
XX Grey female
XYMa Maculatus male
XY Grey male
Gen Ma terikat pada kromosom Y yang mengekspresikan fenotif masculatus pada jantan
, fenotif masculatus jantan hanya muncul dari perkawinan (grey betina >< Masculatus
jantan). Rasio fenotif yang dihasilkan 1:1, hal ini berbeda dengan rasio aksi gen dominan
pada kromosom autosomal
Jantan
Betina X YMa
X XX X YMa
.
5.6.2. GEN TERIKAT KROMOSON X
Fenotif Sex-Linked juga terjadi pada gen yang memempati kromoson X, dimana
bentuk aksi gennya adalah simpel dominan
Contoh pigmentasi caudal ikan Gupy dan transparasi tailnya.
Genotif Fenotif
XCpXCp Caudalis female
XCpXCh Caudalis female
XChXCh Transparent-tail female
XCp Y Caudalis male
XCh Y Transparent-tail male
”transparan tailed jantan” Hanya dihasilkan apabila kita mengawinkan betina yang
mengandung alel XCh dan Transparant tailed betina hanya bisa dihasilkan apabila
pejantan memiliki alel Xch dan betina memiliki alel Xch
pindah silang antar kromoson sex bisa terjadi sehinga gen sex linked bisa berada pada
genotif alel alel terikat kromoson sex hanya berekspresi pada satu kelamin (sex)
saja dan beberapa diantaranya ekspresi tergantung pada sex kelamin lain (Sex-limitid)
pada ikan heterozigot(XY). Hal ini dikarenakan beberapa ekspresi genotif tergantung
pada hormonal tertentu pada kromoson lain. Contoh pada ikan fenotif Triginus (stripes on
body) yang dikonrol oleh alel XTi dominan. Pada kromosom X. Fenotif ini pada kondisi
Genotif Fenotif
XX Grey female
XXTi Grey female
XTiXTi Grey female
XY Grey male
XTi Y Triginus male
Fenotif triginus adalah fenotif yang terbatasi (sex-limited) oleh keberadaan testoteron
untuk dapat alel XTi berekspresi. Sehingga alel XTi tidak muncul pada ikan betina.
Beberapa gen X linked ikan Gupy menghasilkan fenotif yang terbatas pada ikan jantan
(Wingge, 1927). Penanbahan methyltestoteron pada air dan pakan dapat untuk
memunculkan fenotif tersebut pada ikan betina.
SESI PERKULIAHAN VI
TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa semester VI program Studi Budidaya
Perairan diharapkan mampu:
1. menjelaskan Pleiotropy, penetrasi dan expresiti
2. menjelaskan lingked
3. menjelaskan Pengujian hukum mendel pada persilangan ikan
PLEIOTROPY VARIABLE PENETRACE DAN
VARIABEL EXPRESSITIVY
Gen mempengaruhi jalur biokimia, Subtitusi suatu alel terhadap alel lain dapat
mempengaruhi lebih dari satu jalur biokimia. Dan jika lebih, maka lebih dari satu fenotif
yang dipengaruhi (berubah)oleh suatu gen. Efek Penanbahan fenotif ini disebut
PLEIOTROPY. Yang dapat menurunkan atau menaikan viabilitas, produktifitas dan
nilai ekonomi dari ikan.
Contoh pada ikan mas(common carp), pleiotropy ditemukan pada ikan yang berwarna
biru (bb) dan ikan berwarna perak( gg) yang memiliki laju pertumbuhan yang
rendah dibanding ikan normal.
Pleotropi meningkatkan laju pertumbuhan ikan mas pada fenotif Polish blue yang
lebih besar dari ikan mas fenotif normal.
Tabel 2. beberapa efek pleiotropi dari genotif sisik pada ikan mas (common Carp)
Efek Pleiotropi Fenotif sisik (tubuh)
Scaled Mirror Line Leather
Berat umur 1. tahun, makanan cukup 100 93-96 85-88 79-80
Berat umur 1. tahun, makanan < cukup 100 83-94 42-70 37-72
Bearat umur 2 tahun 100 94-96 86-91 83-84
Jumlah erithosit (106 sell/ ml) 1.93 1.99 1.76 1.69
Hemoglobin (g/%) 9.02 8.87 8.18 8.28
Waktu hidup dalam kekurangan O2 (menit) 210 210 132 132
Reaktifitas Immunologi fast fast slow slow
Intensitas metabolisme lemak low low High Very H
SR pada umur 1 tahun, makanan cukup 100 91-98 87-93 80-92
SR pada umur 1 tahun, makanan < cukup 100 93-95 36-37 28-60
Jika fenotif selalu diekspresikan maka nilai penetrasi 100%, jika hanya setengah fenotif
yang diekspresikan , maka penetrasinya 50% jika tidak ada individu yang mewakili
fenotif tersebut , maka penetrasinya 0%. Fenotif yang ekpresinya dibatasi sex memiliki
penetrasi 0% ,Tergantung fenotif tersebut terikat / sex-linked pada jenis kelamin apa.
Gen M pada Sailfin moly, yang mengekspresikan fenotif spot hitam, alel M
inkomplit dominan terhadap alel m. Jika temperatur air 20º C, penetrasinya 100%, pada
temperatur hangat penetrasi kurang dari 100% dan pada suhu air 26-28º C, penetrasi
mendekati nol pada heterozigot, expresiviti produksi melanin menurun pada temperatur
tinggi
Genotif Fenotif
MM Spot besar sangat hitam
Mm Spot hitam
mm No spot
LINKAGE
Satu gen mengontrol 2/3 fenotif, dan, sifat pewarisan bebas karena tidak ada
interaksi epistatik,hanya jika gen suatu fenotif pada kromoson yang berbeda. Postulat ini
tidak selalu benar, setelah ditemukan pada tiap kromoson mengandung 100-1000 gen.
Studi kromoson lebih detail menunjukkan sifat pewarisan gamet secara
berpasangan pada gen dalam satu kromoson (linkage). Linkage grup ini pertama kali
ditemukan pada ikan oleh Winge (1923). Jika 2 gen linkage, gamet tidak selalu resesif,
alel dalam bentuk bebas dan gamet selalu berpasangan 3 atau lebih gen.
Contoh pada ikan gupy memiliki gen Xui dan Xei Linkage pada kromoson X (Winge,
1947), maka gamet heterozigot hanya menghasilkan 2 jenis gamet. (X uiXei dan
X0 XO). Karena gen tersebut linkage.
Krosing over terjadi antara 2 kromoson homolog pada tahapan miosis. Maka
gamet memilki beberapa kemungkinan kombinasi (rasio tidak seimbang). Produksi gamet
kross over tergantung pada frekwensinya,
Frekwensi kros over meningkat jika gen berasal dari 2 kromoson. Jarak antar gen
dan squence gen pada kromosom dapat dimaping (dipetakkan) dan frekwensi kros over
dapat diperkirakan.
Pengetahuan ini bagi breeder sangat sulit dan membutuhkan biaya yang besar,
biasanya para breder memunculkan potensi gen pada suatu ikan dengan teknik seleksi
dalam melakukan perkawinan.
Punnet model adalah kerja terbaik dari mendel. Rasio perbandingan fenotif
maupun genotif dari mendel, bukan merupakan suatu hasil yang sama persis dengan nilai
persilangan sesunguhnya. Untuk menjustifikasi suatu hasil pengamatan menjadi suatu
nilai rasio memerlukan suatu pengujian statistik. Sehingga dapat diterima oleh beberapa
peneliti.
Untuk memulai suatu pengujian statistik harus ada suatu pendekatan peluang.
Kesesuaian nilai hasil pengamatan dengan peluang diuji dengan suatu analisis statistik,
Peluang disini adalah nilai kemungkinan munculnya suatu fenotif. Peluang
memiliki nilai numerik mulai dari nol (0) sampai satu (1). Nol berarti fenotif tersebut
mustahil akan muncul, nilai satu berarti fenotif tersebut hampir pasti akan muncul.
Besarnya nilai peluang dapat dihitung dari persamaan :
Banyaknya kejadian X
P(X) = ---------------------------------------------
Total kejadian yang muncul
+ Jantan a
Betina
+ ++ +a
a +a aa
Contoh: “ truk striping” ikan sumatra tiger barb. Dikontrol oleh gen A dan B, resesif
fenotifnya (aa,bb)
(
Jika heterozigot saling dikawinkan, maka
Jantan-betina AB Ab aB ab
AB
Ab
aB
ab
Peluang masing2 alel (A-) = 3/4 (aa) = 1/4
(B-) = 3/4 (bb) =1/4
Contoh
1. Melanistik dari ikan moly dikontrol oleh gen M dan N. Melanistik merupakan model
interaksi gen aditiv yang dipengaruhi oleh banyaknya alel M dan N. Bagaimana peluang
masing masing fenotif jika ikan jantan dengan genotif MM,Nn dikawinkan dengan ikan
betina mmNn. ?
jawab
Jantan-betina mN mn
MN
Mn
Genotif yang muncul: Mm,Nn, : 2/4 Mm,NN : 1/4
Mm,nn : 1/4
1. Striping pada ikan sumatra di atur oleh gen A duplikat gen B yang inkomplit
dominan terhadap heterrozigot atau homozigot lokus lain. Bagaimana peluang fenotif jika
ikan jantan Aa bb dikawinkan ikan betina Aa,Bb.
Jantan Betina Ab AB aB ab
Ab +++++++ _______ _______ +++++++
ab ++++++ _________ +++++