Anda di halaman 1dari 9

Tanggung Jawab Sosial dan Etika Bisnis Perusahaan

Pemangku kepentingan terhadap tanggung jawab sosial


Dalam mendefinisikan atau meredefinisikan ulang misi perusahaan, manager stategis
harus memahami hak-hak sah dari phak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini
tidak hanya mencakup pemegang saham dan karyawan, melainkan juga pihak luar yang
terpengaruh dengan oleh tindakan perusahaan. Pihak luar semacam ini biasanya mencakup
pelanggan, pemasok, pemerintah serikat pekerja, pesaing, komunitas lokal, dan masyarakat
umum. Masing masing kelompok kepentingan ini memiliki alasan untuk mengharapkan (dan
sering kali menuntut) agar perusahaan memenuhi tuntutan mereka secara bertanggung jawab.
Umumnya para pemegang saham menuntut tingkat pengembalian layak atas investasi mereka;
karyawan mencari kepuasan kerja dalam arti luas; pelanggan menginginkan sesuatu sesuai
dengan yang mereka bayar; pemasok mencari pembeli yang dapat diandalkan; pemerintah
menuntut ketaatan pada aturan; serikat pekerja mengusahakan manfaat bagi para anggotanya;
pesaing menginginkan persaingan yang adil; komunitas lokal menginginkan perushaan menjadi
warga negara yang bertanggung jawab; dan masyarakat umum mengharapkan keberadaan
perusahaan memperbaiki kualitas hidup.
Pada saat perusahaan akan menggabungkan kepentingan dari kelompok-kelompok
tersebut dalam penyataan misi, maka general;isasi yang yang bersifat luas tidaklah memadai.
Langkah berikut perlu diambil :
1. Identifikasi pemangku kepentingan
2. Memahami klaim sfesifik dari pemangku kepentingan terhadap perusahaan.
3. Merekonsisliasi klaim tersebut dan menentukan prioritasnya.
4. Mengkoordinasikan klaim tersebut dengan elemen-elemen lain dari misi perusahaan.

Dinamika tanggung jawab sosial


Pemangku Kepentingan dapat dikelompokkan menjadi pemangku kepentingan pihak
dalam dan pihak luar. Pihak dalam adalah individu atau kelompok pemegang saham atau
karyawan perusahaan. Pihak luar merupakan individu atau kelompok lain yang dipengaruhi oleh
tindajkan perusahaan. Pihak luar yang jumlahnya banyak membuat klaim umum bahwa
perusahaan harus beratnggung jawab secara sosial.
Jadi mungkin, masalah yang terberat dalam mendefinisikan misi perusahaan adalah masalah
yang terkai dengan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan gagasan bahwa
suatu perusahaan memeiliki tugas untuk melayani masyarakat sekaligus kepentingan keuangan
pemegang sahamnya.

Jenis-jenis Tanggung jawab sosial


1. Tanggung jawab ekonomi
Tugas manager sebagai agen dari pemilik perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham
2. Tanggung jawab Hukum
Kewajiban perusahaan untuk mematuhi undang-undang yang mengatur aktifitas bisnis
3. Tanggung jawab etika
Gagasan manager stretegis mengenai prilaku bisnis yang layak
4. Tanggung jawab diskresi
Tanggung jawab yang secara suka rela diambil oleh suatu bisnis seperti hubungan masyarakat,
kewarganegaraan yang baik, dan tanggung jawab sosial secara penuh.

Tanggung jawab sosial dan profitabilitas perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan dan laba


Memang saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan hubungan praktik
tanggaung jawab sosial (Corporate Sosial Responsibility-CSR) terhadap keuntungan perusahaan
sehingga banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan menganggap CSR tidak
memberi dampak atas prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa CSR hanya merupakan
komponen biaya yang mengurangi keuntungan. Praktek CSR akan berdampak positif jika
dipandang sebagai investasi “jangka panjang”. Karena dengan melakukan praktek CSR yang
berkelanjutan, perusahaan akan mendapat “tempat di hati dan ijin operasional” dari masyarakat,
bahkan mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Tujuan setiap perusahaan memelihara kelangsungan hidup melalui laba jangka panjang
sehingga semua biaya dan manfaat dicapai, laba dapat tidak diklaim. Pada kasus
pertanggungjawaban sosial perusahaan, biaya dan manfaat adalah sisi ekonomis dan bersifat
sosial. Sementara biaya dan manfaat secara ekonomis dapat dihitung dengan mudah, sedang
biaya dan manfaat sosial tidak.
Dengan demikian para menajer beresiko membatasi konsekuensi sosial menuju kinerja
lain yang dapat diukur lebih langsung.

CSR saat ini


CSR telah menjadi prioritas utama di bisnis Amerika, selain keyakinan umum bahwa
perusahaan dapat “berhasil dengan berbuat baik” paling tidajk terdapat tiga tren umum yang
mendorong perushaan mengadopsi kerangka CSR; kebangkitan para pencinta lingkungan hidup,
meningkatnya kekuasaan pembeli, dan globalisasi bisnis
Undang-undang Sarbanes-Oxley tahun 2002
Konggres Amerika Serikat menetapkan undang-undang keuangan yang kemudian dikenal
dengan Sarbanes-Oxley Act 2002 (Sarbox) pada tanggal 30 Juli 2002. Undang-undang ini
diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes dan Representative Michael Oxley dan disahkan oleh
Presiden George W. Bush. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai tanggapan terhadap sejumlah
skandal akuntansi perusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan Enron, Tyco
International, Adelphia, Peregrine Systems, dan WorldCom. Skandal-skandal yang menyebabkan
kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan
yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham nasional.
Kasus ini merupakan salah satu contoh tidak adanya Good Corporate Governance pada
perusahaan-perusahaan tersebut
Tindakan ini disetujui oleh House dengan suara 423-3 dan oleh Senat 99-0 . Presiden
George W. Bush menandatangani menjadi undang-undang, yang menyatakan itu "jauh-mencapai
reformasi sebagian besar praktek bisnis Amerika sejak masa Franklin D. Roosevelt
Debat terus atas manfaat yang dirasakan dan biaya SOX. Pendukung berpendapat undang-
undang itu diperlukan dan telah memainkan peran yang berguna dalam memulihkan kepercayaan
publik di pasar modal bangsa oleh, antara lain, memperkuat pengendalian akuntansi perusahaan.
Penentang klaim tagihan itu telah mengurangi kompetitif tepi internasional Amerika terhadap
asing penyedia jasa keuangan, mengatakan SOX telah memperkenalkan suatu peraturan
lingkungan yang kompleks terlalu ke pasar keuangan AS.
· CEO dan CFO harus menjamin tiap-tiap perusahaan berisi laporan laporan keuangan
· Dibatasi kontrol perusahaan dari eksekutif, firma akunting, komite auditing, dan jaksa
· Tetapkan bea dengan perusahaan akuntansi umum yang terdaftar pengaturan audit
· Pengaturan dari komite audit dan tanggungjawab spesifik
· Ketentuan untuk manajemen ahli hukum/pengacara
· Periode-periode pernyataan yang ditetapkan
· Hukuman lebih tegas untuk pelanggaran

Struktur tata kelola perusahaan baru


The Sarbanes-Oxley Act 2002 ( Pub.L. 107-204 , 116 Stat. 745, berlaku 30 Juli 2002),
juga dikenal sebagai "Perusahaan Publik Reformasi Akuntansi dan Investor Protection Act" (di
Senat ) dan 'Perusahaan dan Audit Akuntabilitas dan Tanggung Jawab Undang-Undang '(di
Rumah ) dan biasanya disebut Sarbanes-Oxley, Sarbox atau SOX, adalah hukum federal
Amerika Serikat yang berlaku pada tanggal 30 Juli 2002. Hal ini dinamai sponsor US Senator
Paul Sarbanes ( D - MD ) dan US Representative Michael G. Oxley ( R - OH ).
RUU itu berlaku sebagai reaksi terhadap sejumlah besar skandal akuntansi dan korporasi
termasuk yang mempengaruhi Enron , Tyco International , Adelphia , Peregrine Systems dan
WorldCom . Skandal ini, dengan biaya miliaran dolar investor ketika harga saham perusahaan
dipengaruhi runtuh, mengguncang kepercayaan publik di negara pasar efek .
Undang-undang mengatur atau ditingkatkan standar baru untuk semua US publik perusahaan
papan, manajemen dan akuntansi perusahaan publik. Ini tidak berlaku untuk perusahaan swasta.
Tindakan itu berisi 11 judul, atau bagian, mulai dari papan tambahan tanggung jawab perusahaan
untuk hukuman pidana, dan membutuhkan Securities and Exchange Commission (SEC) untuk
menerapkan hukum tentang persyaratan untuk mematuhi undang-undang baru. Harvey Pitt ,
ketua 26 dari Efek and Exchange Commission (SEC), memimpin SEC di adopsi dari puluhan
aturan untuk melaksanakan Sarbanes-Oxley Act. Ini menciptakan sebuah kuasi,-publik badan
baru, Perusahaan Publik Akuntansi Dewan Pengawas , atau PCAOB, bertugas mengawasi,
mengatur, memeriksa dan mendisiplinkan perusahaan akuntansi dalam peran mereka sebagai
auditor perusahaan publik. Tindakan ini juga mencakup isu-isu seperti auditor kemerdekaan, tata
kelola perusahaan ,pengendalian intern penilaian, dan pengungkapan keuangan ditingkatkan.
Dampak CSR terhadap Pernyataan Misi
Pernyataan misi tidak hanya mengidentifikasi produk atau jasa yang di hasilkan oleh
perusahaan, bagaimana perusahaan menghasilkannya, dan pasa yang dilayani oleh perusahaan,
melainkan memuat apa yang diyakini oleh perusahaan.
Dalam mengembangkan misi Manajer harus mengidentifikasi seluruh pemangku kepentingan-
stakeholders mengkelompokkan dan mempertimbangkan hak relatif mereka dan kemampuan
untuk mempengaruhi keberhasilan perusahaan.

Audit Sosial
Audit sosial adalah mencoba untuk mengukur kinerja sosial aktual perusahaan
dibandingkan tujuan sosial yang ditetapkan oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Audit sosial
dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan, namun audit sosial yang dilakukan oleh konsultan luar
yang memeiliki bis yang minimal akan lebih bermanfaat bagi perusahaan tersebut, sebagaiman
audit keuangan dar auditor luar.
Audit sosial dapat digunakan untuk lebih dari sekedar memantau dan mengevaluasi kinerja social
perusahaan. Manajer juga menggunakan audit sosial untuk memindai lingkungan eksternal,
menentukan kerentanan perusahaan dan melembagakan CSR dalam perusahaan.

ETIKA MANAJEMEN

Sifat etika dalam bisnis


Inti dari keyakinan bahwa perusahaan sebaiknya di operasikan dengan cara-cara yang
responsif secara sosial untuk kepentingan seluruh pemangku kepentingan adalah keyakinan
bahwa manajer akan berprilaku secara etis. Kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ Ethos”
yang berarti adat, akhlak, waktu perasaan, sikap dan cara berfikir atau adat-istiadat. Etik adalah
suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan oleh
seseorang. Etika adalah tuntutan mengenai perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan
suatu jenis kegiatan manusia. Etika dalam bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial
suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri
Memenuhi tanggung jawab sosial
Saat ini perusahaan dihadapkan pada paradigma yang relatif masih baru di Indonesia,
yaitu paradigma yang melihat antara pihak perusahaan dan masyarakat bukanlah dua pihak yang
berbeda dan bertolak belakang, namun merupakan bagian yang tak terpisahkan.
Fakta masyarakat ada realita kontradiktif, dimana di satu pihak ada perusahaan besar
yang aktivitas usahanya banyak diwarnai dengan konflik sosial, tetapi di sisi lain ada perusahaan
besar yang berkinerja baik tanpa harus mengalami konflik sosial. Kondisi yang demikian diduga
sangat dipengaruhi oleh derajat perilaku etis perusahaan, yang diwujudkannya melalui kadar
tanggung jawab sosial perusahaan.
Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa
berdiri sendiri. Perusahaan memerlukan kemitraan yang saling timbal balik dengan institusi lain.
Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan
alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan
menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya
mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Dengan demikian
keberlangsungan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan
mencegah konflik yang merugikan.

Inti perdebatan CSR


· Tekanan perselisihan pada eksekutif
· CSR Berdebat: abad kuno
· Ada keuntungan timbal balik untuk mempergunakan Inisiatif Kolaboratif sosial (CSIs)

Keuntungan bersama dari inisiatif sosial kolaboratif


1. Masing-masing jaringan antar perusahaan memperoleh manfaat ketika pihak lain membawa
sumberdaya, kapabilitas atau aset lain yang sulit dan tidak mudah diperoleh sendiri.
2. Kapabilitas gabungan memungkinkan perusahaan memperoleh dan menyatukan sumbardaya dan
mengembangkan aplikasi baru dari sumberdaya tersebut, yang menghasilkan tanggapan inovatif
terhadap lingkungan yang berkembang pesat.
Lima perinsip sosial kolaboratif yang berhasil
Ada lima prinsip yang utama bagi CSR yang berhasil antara lain:
1. Mengidentifikasi sebuah misi jangka panjang yang bertahan lama
Perusahaan memberikan kontribusi sosial paling besar ketika mereka mengenali sebuah
tantangan kebijakan penting, bertahan lama dan mereka berpartisipasi memberi solusi jangka
panjang.
2. Mengkontribusikan apa yang kami lakukan
Perusahaan memaksimalkan manfaat semua kontribusi perusahaan ketika mereka mengangkat
kapabilitas inti dan mengkontribusikan produk dan jasa yang bedasarkan keahlian yang ada di
dalamnya.
3. Mengontribusikan jasa khusus berskala besar
Kalangan perusahaan memiliki dampak sosial paling besar ketika mereka memberikan kontribusi
khusus kepada upaya kerjasama yang berskala besra.
4. Menimbang pengaruh pemerintah
Dukungan pemerintah untuk partisipasi perusahan di dalam CSR atau paling tidak keinginan
untuk menghilangkan berbagai hambatan mempunyai pengaruh positif yang sangat berarti.
5. Menyusun dan menilai total paket manfaat
Perusahaan akan memperoleh manfaat paling besar dari kontribusi sosial mereka ketika mereka
menetapkan suatu nilai untuk total paket manfaat.

Menyusun Komponen-komponen tersebut


Dari kelima komponen di atas perinsip yang paling penting adalah perinsip kedua.
Perusahaan harus mengaplikasikan apa yang perusahaan lakukan dalam operasi komersial
normalterhadap aktifitas tanggung jawab sosial.
Batasan Strategi CSR
Perusahaan besar harus bergerak melampaui pilihan-pilihan pemberian sumbangan yang
mudah tetapi juga harus menghindariri komitmen-komitmen yang tidak terjangkau.
Masa Depan CSR
Dalam perspektif bisnis jangka panjang tanggung jawab sosial adalah setumpuk
kewajiban organisasi bisnis untuk melindungi lingkungan dan memajukan masyarakat di mana
organisasi beroperasi dan di mana para pelanggannya berada yang merupakan jantung bisnis itu
sendiri. Suka tidak suka serta mau tidak mau tanggung jawab tersebut mesti mendapat perhatian
yang lebih besar. Tanggung jawab sosial dunia bisnis bukanlah bentuk tanggung jawab yang
dipaksakan apalagi atas dasar tekanan, ancaman, atau paksaan, melainkan sebuah tanggung
jawab yang didasari kaidah moral, komitmen sosial, dan etika bisnis. Tanggung jawab sosial
dunia bisnis dipengaruhi oleh berbagai kekuatan, yaitu norma sosial dan budaya, hukum serta
regulasi, praktik dan budaya organisasi. Jadi, boleh dikatakan dia terbentuk karena dorongan
kemanfaatan, moralitas, dan keadilan.
Pendekatan terhadap masalah etika
Ada tiga pendekatan etika mendasar yg perlu dipertimbangkan oleh para eksekutif:
1. Pendekatan utilitarian
Mempertimbangkan efek-efek sebuah tindakan tertentu terhadap orang-orang yang terlibat
langsung.
2. Pendekatan hak moral
Mempertimbangkan apakah keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan sudah sesuai dengan
pemeliharaan hak-hak dasar dan hak-hak istimew individu dan kelompok.
3. Pendekatan keadilan sosial
Menilai konsistensi tindakan-tindakan itu dengan kesetaraan, keadilan, dan netralitas dalam
distribusi imbalan-imbalan dan biaya di antara individu dan kelompok.

Kode Etik Bisnis


Untuk membantu menjamin konsistensi dalam penerapan standar etika, semakin banyak
asosiasi profesi dan perusahaan menetapkan kode etik atau aturan-aturan prilaku etis dan
stekholder mempunyai kode etik standar masing-masing yang ditetapkan.

Tren utama Kode etik


Tren pertama semakin meningkatnya perhatian terhadap kodifikasi etika bisnis telah mengarah
pada pembuatan pernyataan formal. Biasa hanya ditemukan dalam buku saku karyawan, tetapi
sekaramg sudah di gambarkan secara besar dan di pajang di ruangan perusahaan, di tuang dalam
web site secara menyolok.
Tren kedua perusahaan menambah ukuran-ukuran penegakan kode etiknya.
Tren ketiga semakin meningkatnya perhatian perusahaan untuk memperbaiki pelatihan
karyawan dalam memahami kewajibannya berdasarkan kode etik perusahaan.
Rangkuman
Banyaknya waktu yang dihabiskan setiap individu untuk bekerja, dan wajar jika mereka
sebaiknya membentu organisasi di mana mereka bekerja. Organisasi bukanlah makhluk hidup
yang sring disalahkan karena menentukan perilaku hukum, etika, moral di tempat kerja mereka,
manusialah yang menentukan bagaimana sebaiknya berperilaku.
Keputusan strategis dari semua keputusan yang ada melibatkan pertukaran. Dalam
transaksi inilah tanggung jawab sosial bagi karyawannya. Dengan sukarela memperbaiki
komunitas dibutuhkan etika. Etika bisnis menyajikan peluang yang setara. Dengan memeilih
perilaku yang layak, karyawan membantu membangun organisasi yang dihormati dan dapat
bertahan secara ekonomi dan jangka panjang.
Dalam bab ini dibahas mengenai tanggung jawab sosial perusahaan untuk dipahami dan
dipelajarisebagaimana perusahaan kadang kala dapat menggunakan sumber dayanya untuk
memberikan dampak positif yang berbeda terhadap masyarakat. Selain itu, etika bisnis juga di
bahas guna menciptakan apresiasi mengenai pentingnya mempertahankan dan mempromosikan
nilai-nilai sosial di tempat kerja.

Daftar pustaka
Pearce/Robinson, Manajemen stategis “Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian” Salemba
Empat, Edisi 10, jakarta, 2009.

Anda mungkin juga menyukai