Anda di halaman 1dari 4

1.

Sudut pandang ekonomis, moral, dan hukum dalam bisnis memiliki perbedaan dalam
penilaian baik buruknya suatu bisnis. Berikut adalah penjelasan mengenai tolak ukur untuk
menentukan baik buruknya bisnis menurut ketiga sudut pandang tersebut:

- Sudut Pandang Ekonomis: Dalam sudut pandang ekonomis, tolak ukur untuk menilai baik
buruknya bisnis adalah berdasarkan keuntungan dan efisiensi. Suatu bisnis dianggap baik jika
mampu menghasilkan keuntungan secara berkelanjutan, meningkatkan kesejahteraan ekonomi,
dan memenuhi kebutuhan pasar. Fokus utama dalam sudut pandang ini adalah pertumbuhan
ekonomi dan pencapaian tujuan finansial.

- Sudut Pandang Moral: Dalam sudut pandang moral, tolak ukur untuk menentukan baik
buruknya bisnis adalah berdasarkan etika, nilai-nilai, dan tanggung jawab sosial. Bisnis
dianggap baik jika beroperasi secara etis, mempertimbangkan keadilan, menghormati hak asasi
manusia, dan memperhatikan dampak sosialnya. Fokus utama dalam sudut pandang ini adalah
keadilan, integritas, dan tanggung jawab sosial perusahaan.

- Sudut Pandang Hukum: Dalam sudut pandang hukum, tolak ukur untuk menentukan baik
buruknya bisnis adalah berdasarkan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Bisnis dianggap baik jika mematuhi undang-undang, regulasi, dan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah dan otoritas terkait. Fokus utama dalam sudut pandang ini adalah kepatuhan
terhadap hukum dan pengaturan yang berlaku.

2. Untuk menilai apakah struktur manajemen dan mekanisme proses keputusan yang dilakukan
oleh Manajemen Adam Air sesuai dengan "tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance - GCG)", diperlukan penelitian lebih lanjut dan analisis yang mendalam terhadap
praktik-praktik perusahaan tersebut. Sebagai asisten AI, saya tidak memiliki akses langsung
terhadap informasi terbaru tentang perusahaan tertentu seperti Adam Air, dan pengetahuan
saya berhenti pada tahun 2021.

Namun, secara umum, "tata kelola perusahaan yang baik" (GCG) mengacu pada kerangka
kerja yang dirancang untuk mengelola perusahaan dengan prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, kewajaran, dan tanggung jawab terhadap semua pemangku kepentingan
(stakeholders). Beberapa faktor yang biasanya diperhatikan dalam GCG adalah:

- Struktur manajemen yang efektif dan efisien.


- Pengawasan yang baik oleh dewan direksi yang independen.
- Penegakan kebijakan etika dan integritas.
- Pengungkapan informasi yang transparan dan akurat.
- Pengelolaan risiko yang baik.
- Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku.

Pada penelitian dan penilaian terhadap struktur manajemen dan me

kanisme proses keputusan Adam Air, perlu dievaluasi apakah perusahaan memenuhi prinsip-
prinsip GCG tersebut.

3. Analisis dampak lingkungan, analisis stakeholders, dan Corporate Social Responsibility


(CSR) memiliki hubungan yang erat dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
lingkungan dan pemangku kepentingannya.

Analisis dampak lingkungan (environmental impact analysis) melibatkan penilaian dan evaluasi
dampak suatu kegiatan atau proyek terhadap lingkungan. Hal ini mencakup identifikasi,
pengukuran, dan pemantauan efek-efek lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan bisnis.

Analisis stakeholders (stakeholder analysis) adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan


memahami pemangku kepentingan yang terlibat dalam suatu bisnis atau proyek. Pemangku
kepentingan bisa meliputi masyarakat lokal, karyawan, pelanggan, pemerintah, organisasi non-
pemerintah, dan lingkungan.

Corporate Social Responsibility (CSR) mengacu pada praktik bisnis yang mempertimbangkan
dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari kegiatan perusahaan. Ini melibatkan komitmen
perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan, berkontribusi pada masyarakat, dan
menjaga keseimbangan antara keuntungan ekonomi dan kepentingan sosial.

Dalam konteks ini, analisis dampak lingkungan membantu dalam mengidentifikasi dampak
bisnis terhadap lingkungan, sementara analisis stakeholders membantu dalam memahami
kepentingan dan kebutuhan berbagai pemangku kepentingan, termasuk lingkungan. Informasi
yang diperoleh dari kedua analisis ini dapat digunakan untuk merancang dan melaksanakan
program CSR yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan kepentingan pemangku
kepentingan yang relevan.

4. Stockholder (pemegang saham) dan stakeholder (pemangku kepentingan) memiliki peran


yang berbeda dalam memberikan dukungan terhadap berjalannya suatu perusahaan:
- Stockholder (pemegang saham): Stockholder adalah individu atau entitas yang memiliki
kepemilikan saham dalam perusahaan. Fokus utama mereka adalah pada keuntungan finansial
dan pertumbuhan nilai saham perusahaan. Stockholder memberikan dukungan kepada
perusahaan melalui investasi mereka dan berharap mendapatkan pengembalian yang
menguntungkan dari investasi tersebut.

- Stakeholder (pemangku kepentingan): Stakeholder adalah kelompok individu atau entitas


yang memiliki kepentingan atau terpengaruh oleh operasi perusahaan. Mereka bisa termasuk
karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat lokal, pemerintah, dan lingkungan. Stakeholder
memberikan dukungan kepada perusahaan dengan berbagai cara, seperti membeli produk atau
layanan perusahaan, menyediakan sumber daya, memberikan kepercayaan, atau
mempengaruhi kebijakan dan praktik perusahaan.

Kontribusi stockholder dan stakeholder terhadap berjalannya suatu perusahaan saling terkait.
Stockholder memberikan modal dan dukungan finansial yang penting bagi perusahaan untuk
beroperasi dan

tumbuh. Namun, stakeholder juga memiliki peran penting dalam menyediakan sumber daya
manusia, kemitraan dengan perusahaan, pemasaran produk, dan dukungan sosial.
Keseimbangan antara kepentingan stockholder dan stakeholder yang dihormati dan dikelola
dengan baik adalah penting untuk kelangsungan jangka panjang dan keberlanjutan
perusahaan.
ETIKA BISNIS DAN PROFESI“JAWABAN KASUS DUGAAN PENYIMPANGAN MANAJEMEN
ADAMAIR”1 . C o b a A n d a t e l i t i d a n b e r i k a n p e n a l a r a n , a p a k a h s t r u k t u r
m a n a j e m e n d a n mekanisme proses keputusan yang dilakukan oleh Manajemen
Adam Air telahsesuai dengan “tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance—GCG)”?Jawab :Jadi setelah saya teliti terkait dengan struktur manajemen dan
mekanisme danmekanisme proses keputusan yang dilakukan oleh manajemen Adam Air
belumsesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik atau disebut juga dengan
GCGkarna ada beberapa aspek yang terkandung dalam GCG tidak dilakukan
denganmaksimal oleh pihak manajemen Adam Air. Jadi sebelumnya kita juga
harusmengetahui pengertian dari Good Corporate Governance adalah:a . M e n u r u t
C a d b u r y C o m m i t t e e o f U n i t e d K i n g d o m , G C G a d a l a h : “Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengelola
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karywan, serta para pemegangkepentingan internal
dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dankewajiban mereka; atau
dengan kata lain suatu system yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”b .
P r i ns ip - pr in si p G CG , m e nu r u t K od e I n do ne si a t en t a ng T at a K el ol a Perusahaan
yang Baik, adalah:1. Transparansi (transparancy)2. Akuntabilitas (accountability)3. Pertanggung
jawaban (resposibilitas)4. Kemandirian (Independency)5. Kewajaran (fairness)N a h j a d i
Struktur manajemen PT Adam Air dimana Perdirnya AdamSuherman yang
menguasai 50% saham dan Wakil Presdir sekaligus Dir
Keuangan Gustiono Kustanto (juga mewakili PT Bakti Investama
y a n g menguasai 50% saham) dan Direksi lainnya yang berasal dari keluarga
AdamSuherman, mencerminkan bahwa kondisi manajemen yang demikian adalh
tidaksesuai dengan prinsip GCG yaitu:Transparansi: manajemen Adam Air tidak saling terbuka,
dalam pengambilankeputusan dan penyampaian informasi sehingga terjadi ketidak harmonisan
antaraDewan Komisaris

Anda mungkin juga menyukai