(Chapter 2)
Disusun oleh:
SURAKARTA
2023
Organizational Stakeholders
Eksistensi suatu organisasi tidak terlepas dari adanya kemampuan dan hasil yang dapat
ditawarkan untuk memuaskan pemangku kepentingan atau stakeholders. Stakeholders merasa
tertarik terhadap suatu organisasi jika mereka merasa adanya keuntungan yang akan mereka
dapatkan atas kontribusi yang mereka berikan. Keuntungan dan kontribusi tersebut bisa beragam.
Misalkan untuk inside stakeholders (pemangku kepentingan internal), mereka adalah kelompok
individu yang memiliki keterlibatan secara langsung terhadap operasional dan manajemen
organisasi. Yang termasuk dalam inside stakeholders antara lain: shareholders, managers, dan
workforce. Shareholders memberikan uang dan modal sebagai bentuk kontribusinya terhadap
organisasi. Return yang diharapkan atas investas yang telah diberikan tersebut adalah
mendapatkan dividen yaitu pemberian return kepada pemegang saham, dan stock appreciation
yaitu peningkatan nilai pasar dari saham perusahaan seiring berjalannya waktu. Managers dan
workforce memberikan investasi dalam bentuk keterampilan dan keahlian. Return yang
diharapkan adalah gaji, insentif, status karyawan tetap, promosi (untuk karyawan non-manajer),
power (bagi manajer).
Suppliers adalah kelompok yang menyediakan bahan baku, maupun layanan kepada suatu
organisai. Kepentingan pemerintah terhadap suatu organisasi adalah membuat kebijakan dan
pajak dengan memerhatikan aspek hukum, lingkungan, dan sosial. Serikat perdagangan adalah
representasi hubungan pekerja dengan perusahaan. Mereka memiliki kepentingan terhadap
terpenuhinya hak-hak pekerja, seperti gaji, kondisi kerja, dan perlindungan pekerja.
Masyarakat lokal dan umum merupakan kelompok yang sama-sama tidak terlibat secara
langsung terhadap perusahaan. Masyarakat lokal sebagai kelompok yang beraktivitas di sekitar
lokasi operasional perusahaan memiliki kepentingan terhadap dampak lingkungan, sosial, dan
ekonomi dari kegiatan perusahaan sekitar mereka. Masyarakat umum secara tidak langsung
mendapat pengaruh dari operasional perusahaan, misalnya adalah terhadap citra publik
organisasi, pembelian produk, dan sebagainya.
Keberadaan organisasi adalah untuk memenuhi tujuan dan kepentingan stakeholders. Tujuan dan
kepentingan tersebut tentu beragam, dan stakeholders juga termotivasi untuk memberikan
kontribusi kepada organisasi untuk mencapai masing-masing tujuan mereka. Maka sangat
penting bagi organisasi untuk dapat memenuhi keragaman tujuan terseebut secara seimbang dan
efisien. Dengan demikian, organisasi tersebut harus dapat menjalankan operasional secara baik,
sehingga mendapatkan profitabilitas yang layak, memiliki hubungan yang baik dengan karyawan,
memuaskan pelanggan, mematuhi regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, dan bermanfaat
bagi masyarakat sekitar maupun umum.
Untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam memenuhi tujan dan kepentingan stakeholders,
masing-masing stakeholders melakukan evaluasi berdasarkan return yang mereka dapatkan atas
investasi yang telah mereka berikan. Contohnya adalah pemegang saham, dapat mengukur
dengan analisis perhitungan apakah investasi yang mereka lakukan dapat dikatakan layak.
Pelanggan dapat mengukur keberhasilan organisasi berdasarkan nilai produk (seperti kualitas dan
manfaat) yang mereka dapatkan dibandingkan dengan harganya. Bagi manajer dan karyawan,
evaluasi berdasarkan gaji yang diterima, opsi saham, kondisi lingkungan kerja, dan proses karier
mereka.
Meski tentu tidak dapat memuaskan seluruh pemangku kepentingan, namun setidaknya secara
keseluruhan dapat dikompromikan dan mayoritas merasa puas. Namun kemudian ini tentu
menjadi perhatian penting bagi organisasi untuk mengambil keputusan terkait tujuan dan
kepentingan mana saja yang akan diakomodir. Setiap stakeholders dapat terjadi persaingan goals
(tujuan), dan ini merupakan situasi umum yang terjadi dalam konteks apapun (seperti: bisnis,
organisasi, kehidupan pribadi), sehingga harus ditentukan organisasi tersebut akan
memprioritaskan yang mana berdasarkan nilai, urgensi, dan dampaknya. Akibat dari persaingan
tujuan dari berbagai kelompok kepentingan, maka konflik tidak dapat dihindari, sehingga
penting juga bagi organisasi untuk memiliki kemampuan manajemen konflik yang efektif dalam
rangka mengelola konflik dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
pencapaian tujuan secara keseluruhan.
Sama halnya dengan distribusi imbalan. Alokasi reward bagi manajer dan karyawan didasarkan
pada kinerja individu maupun kelompok. Evaluasi tersebut berdasarkan pencapaian tujuan,
progress pekerjaan, dan kontribusi terhadap tujuan organisasi. Reward tersebut beragam, bisa
berupa insentif, kenaikan gaji, promosi, maupun bonus non-finansial. Proses alokasi reward ni
harus bersifat transparan dan adil, di mana seluruh pihak yang terlibat memahami kriteria dan
metode yang digunakan, serta memastikan bahwa seluruh individu dan kelompok memiliki
kesempatan yang sama untuk bersaing dan mendapatkan reward yang sesuai. Dari penjabaran ini,
maka diketahui bahwa proses alokasi reward dievaluasi secara berkala agar selalu sesuai dengan
kinerja dan kontribusi pada periode tertentu.
Teori agensi menawarkan cara yang berguna untuk memahami hubungan otoritas yang kompleks
antara manajemen puncak dan dewan direksi. Hubungan agensi muncul ketika seseorang
(prinsipal) menugaskan otoritas pengambilan keputusan atau kendali atas sumber daya kepada
orang lain (agen). Di perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, sementara anggota
manajemen puncak adalah agen yang ditunjuk pemegang saham untuk menggunakan sumber
daya organisasi dengan efektif. Hasil kinerja manajer hanya dapat dievaluasi setelah waktu yang
cukup lama berlalu. Oleh karena itu, sangat sulit untuk menuntut pertanggungjawaban manajer
atas tindakan mereka.
Hati nurani moral dan etika individu memainkan peran penting dalam menghadapi dilema etika,
tetapi masalah utamanya adalah bahwa tidak ada aturan atau prinsip mutlak untuk menentukan
tindakan mana yang etis atau tidak etis, karena bisa bervariasi berdasarkan kepentingan pribadi
dan nilai-nilai individu. Oleh karena itu, bagaimana kita dan perusahaan serta para manajernya
dapat memutuskan apa yang etis dan bertindak secara tepat terhadap orang dan kelompok lain?
Bagaimana perilaku etis dapat dipromosikan dalam organisasi? Untuk memastikan anggota
organisasi dapat menahan godaan untuk melakukan tindakan ilegal yang menguntungkan
kepentingan pribadi atau organisasi atas biaya kepentingan masyarakat, beberapa langkah dapat
diambil:
1. Membangun Struktur dan Sistem Kontrol Etis: Manajemen dapat merancang struktur
organisasi yang mengurangi insentif untuk berperilaku tidak etis dan menghukum
tindakan tidak etis. Ini termasuk pembuatan hubungan wewenang dan peraturan yang
mempromosikan perilaku etis dan menghukum tindakan tidak etis.
2. Menciptakan Budaya Etis: Nilai, aturan, dan norma yang mendefinisikan posisi etis
suatu organisasi merupakan bagian dari budaya. Perilaku para manajer puncak sangat
memengaruhi budaya organisasi. Kultur etis kemungkinan besar muncul jika manajer
puncak bersikap etis.
3. Mendukung Kepentingan Kelompok Stakeholder: Stakeholder luar, seperti
pemerintah, badan regulasi, dan kelompok pengawas konsumen, berperan dalam
menetapkan aturan etis yang harus diikuti oleh organisasi dalam berbisnis. Tekanan dari
stakeholder luar penting untuk mempromosikan perilaku etis organisasi.