Anda di halaman 1dari 8

ORGANISASI DAN TEORI MANAJEMEN

Stakeholders, Managers, and Ethics

(Chapter 2)

Disusun oleh:

AKBAR FADEL DWIKI MUSTHOFA (S412302003)

CHANDRA MAHARDIKA PUTRI DEWANTI (S412302007)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2023
Organizational Stakeholders

Eksistensi suatu organisasi tidak terlepas dari adanya kemampuan dan hasil yang dapat
ditawarkan untuk memuaskan pemangku kepentingan atau stakeholders. Stakeholders merasa
tertarik terhadap suatu organisasi jika mereka merasa adanya keuntungan yang akan mereka
dapatkan atas kontribusi yang mereka berikan. Keuntungan dan kontribusi tersebut bisa beragam.

Misalkan untuk inside stakeholders (pemangku kepentingan internal), mereka adalah kelompok
individu yang memiliki keterlibatan secara langsung terhadap operasional dan manajemen
organisasi. Yang termasuk dalam inside stakeholders antara lain: shareholders, managers, dan
workforce. Shareholders memberikan uang dan modal sebagai bentuk kontribusinya terhadap
organisasi. Return yang diharapkan atas investas yang telah diberikan tersebut adalah
mendapatkan dividen yaitu pemberian return kepada pemegang saham, dan stock appreciation
yaitu peningkatan nilai pasar dari saham perusahaan seiring berjalannya waktu. Managers dan
workforce memberikan investasi dalam bentuk keterampilan dan keahlian. Return yang
diharapkan adalah gaji, insentif, status karyawan tetap, promosi (untuk karyawan non-manajer),
power (bagi manajer).

Sedangkan outside stakeholders terdiri dari: customers, suppliers, pemerintah, serikat


perdagangan, masyaratak lokal, dan masyarakat umum. Mereka merupakan kelompok yang
memangku kepentingan organisasi secara eksternal. Dengan kata lain, mereka adalah pihak-
pihak di luar organisasi yang memiliki kepentingan terhadap hasil dari organisasi tersebut.
Customers (pelanggan) merupakan kelompok yang membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Kepentingan mereka terhadap hasil operasional suatu bisnis adalah mendapatkan kualitas, harga,
dan kepuasan atas produk atau jasa yang telah mereka korbankan atas sejumlah uang yang
diharuskan. Kata kunci dari customers terkait dengan keberhasilan organisasi adalah kepuasan
pelanggan. Salah satu indikator kepuasan pelanggan adalah pembelian ulang.

Suppliers adalah kelompok yang menyediakan bahan baku, maupun layanan kepada suatu
organisai. Kepentingan pemerintah terhadap suatu organisasi adalah membuat kebijakan dan
pajak dengan memerhatikan aspek hukum, lingkungan, dan sosial. Serikat perdagangan adalah
representasi hubungan pekerja dengan perusahaan. Mereka memiliki kepentingan terhadap
terpenuhinya hak-hak pekerja, seperti gaji, kondisi kerja, dan perlindungan pekerja.
Masyarakat lokal dan umum merupakan kelompok yang sama-sama tidak terlibat secara
langsung terhadap perusahaan. Masyarakat lokal sebagai kelompok yang beraktivitas di sekitar
lokasi operasional perusahaan memiliki kepentingan terhadap dampak lingkungan, sosial, dan
ekonomi dari kegiatan perusahaan sekitar mereka. Masyarakat umum secara tidak langsung
mendapat pengaruh dari operasional perusahaan, misalnya adalah terhadap citra publik
organisasi, pembelian produk, dan sebagainya.

Organizatinal Effectiveness: Satifsying Stakeholders Golas and Interest

Keberadaan organisasi adalah untuk memenuhi tujuan dan kepentingan stakeholders. Tujuan dan
kepentingan tersebut tentu beragam, dan stakeholders juga termotivasi untuk memberikan
kontribusi kepada organisasi untuk mencapai masing-masing tujuan mereka. Maka sangat
penting bagi organisasi untuk dapat memenuhi keragaman tujuan terseebut secara seimbang dan
efisien. Dengan demikian, organisasi tersebut harus dapat menjalankan operasional secara baik,
sehingga mendapatkan profitabilitas yang layak, memiliki hubungan yang baik dengan karyawan,
memuaskan pelanggan, mematuhi regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, dan bermanfaat
bagi masyarakat sekitar maupun umum.

Untuk mengukur keberhasilan organisasi dalam memenuhi tujan dan kepentingan stakeholders,
masing-masing stakeholders melakukan evaluasi berdasarkan return yang mereka dapatkan atas
investasi yang telah mereka berikan. Contohnya adalah pemegang saham, dapat mengukur
dengan analisis perhitungan apakah investasi yang mereka lakukan dapat dikatakan layak.
Pelanggan dapat mengukur keberhasilan organisasi berdasarkan nilai produk (seperti kualitas dan
manfaat) yang mereka dapatkan dibandingkan dengan harganya. Bagi manajer dan karyawan,
evaluasi berdasarkan gaji yang diterima, opsi saham, kondisi lingkungan kerja, dan proses karier
mereka.

Meski tentu tidak dapat memuaskan seluruh pemangku kepentingan, namun setidaknya secara
keseluruhan dapat dikompromikan dan mayoritas merasa puas. Namun kemudian ini tentu
menjadi perhatian penting bagi organisasi untuk mengambil keputusan terkait tujuan dan
kepentingan mana saja yang akan diakomodir. Setiap stakeholders dapat terjadi persaingan goals
(tujuan), dan ini merupakan situasi umum yang terjadi dalam konteks apapun (seperti: bisnis,
organisasi, kehidupan pribadi), sehingga harus ditentukan organisasi tersebut akan
memprioritaskan yang mana berdasarkan nilai, urgensi, dan dampaknya. Akibat dari persaingan
tujuan dari berbagai kelompok kepentingan, maka konflik tidak dapat dihindari, sehingga
penting juga bagi organisasi untuk memiliki kemampuan manajemen konflik yang efektif dalam
rangka mengelola konflik dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
pencapaian tujuan secara keseluruhan.

Sama halnya dengan distribusi imbalan. Alokasi reward bagi manajer dan karyawan didasarkan
pada kinerja individu maupun kelompok. Evaluasi tersebut berdasarkan pencapaian tujuan,
progress pekerjaan, dan kontribusi terhadap tujuan organisasi. Reward tersebut beragam, bisa
berupa insentif, kenaikan gaji, promosi, maupun bonus non-finansial. Proses alokasi reward ni
harus bersifat transparan dan adil, di mana seluruh pihak yang terlibat memahami kriteria dan
metode yang digunakan, serta memastikan bahwa seluruh individu dan kelompok memiliki
kesempatan yang sama untuk bersaing dan mendapatkan reward yang sesuai. Dari penjabaran ini,
maka diketahui bahwa proses alokasi reward dievaluasi secara berkala agar selalu sesuai dengan
kinerja dan kontribusi pada periode tertentu.

Top Managers and Organizational Authority

Kelompok pemangku kepentingan dengan otoritas


tertinggi terhadap penggunaan sumber daya
perusahaan adalah pemegang saham. Mereka adaah
pemilik perusahaan dan mengendalkan perusahaan
melalui perwakilannya, yaitu dewan direksi. Dewan
direksi bertugas untuk memantau aktivitas manajer
perusahaan, dan memberikan penghargaan kepada
manejer yang dapat memenuhi tujuan stakeholders.
Manajer bertanggung jawab pada cara mereka dalam
menggunakan sumber daya dan sejauh mana nilai
yang diciptakan oleh organisasi. Gambar di samping
merupakan hierarki dari top-management.

Trusteeship merupakan kelompok yang bertindak


sebagai pengawas yang dipercayakan untuk melindungi dan mengelola aset, kepetingan, maupun
tanggung jawab pihak lain dengan integritas dan kebijaksanaan. Corporate management
bertanggung jawab untuk mengarahkan sumber daya dan aktivitas organisasi untuk mencapai
tujuan dan visi perusahaan dengan efisien dan efektif. Mereka bertangung jawab mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, koordinasi, motivasi, komunikasi,
dan pengambilan keputusan.

An Agency Theory Perspective

Teori agensi menawarkan cara yang berguna untuk memahami hubungan otoritas yang kompleks
antara manajemen puncak dan dewan direksi. Hubungan agensi muncul ketika seseorang
(prinsipal) menugaskan otoritas pengambilan keputusan atau kendali atas sumber daya kepada
orang lain (agen). Di perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, sementara anggota
manajemen puncak adalah agen yang ditunjuk pemegang saham untuk menggunakan sumber
daya organisasi dengan efektif. Hasil kinerja manajer hanya dapat dievaluasi setelah waktu yang
cukup lama berlalu. Oleh karena itu, sangat sulit untuk menuntut pertanggungjawaban manajer
atas tindakan mereka.

Dengan menyerahkan wewenang, pemegang saham kehilangan kemampuan mereka untuk


memengaruhi pengambilan keputusan manajerial secara signifikan. Permasalahannya adalah
pemegang saham atau prinsipal berada dalam kelemahan informasi dibandingkan dengan
manajer puncak. Sangat sulit bagi mereka untuk menilai efektivitas tindakan tim manajemen
puncak ketika itu seringkali hanya dapat dinilai dalam beberapa tahun.

 Masalah Bahaya Moral


Masalah "Moral Hazard" timbul ketika pemegang saham kesulitan menilai kinerja manajer yang
memiliki keunggulan informasi dan memiliki insentif untuk mengejar tujuan yang berbeda
dengan pemegang saham. Hal ini dapat mengakibatkan manajer mengejar kepentingan pribadi
yang merugikan pemegang saham.
 Memecahkan Masalah Agensi
Solusi untuk masalah agensi termasuk mekanisme pengawasan seperti peran dewan direksi untuk
mengawasi aktivitas manajer, mempertanyakan keputusan mereka, dan berintervensi jika
diperlukan. Insentif seperti skema kompensasi berbasis saham juga digunakan untuk
mengalihkan kepentingan manajer dan pemegang saham.

Manajer Puncak dan Etika Organisasi


Mekanisme yang sangat penting dalam tata kelola perusahaan, yang telah semakin penting bagi
dewan direksi untuk tekankan setelah skandal korporasi baru-baru ini, adalah menuntut agar
manajer mengikuti panduan etika dalam pengambilan keputusan mereka ketika dihadapkan pada
dilema etika. Dilema etika sering muncul ketika seseorang harus memutuskan apakah bertindak
demi kebaikan orang lain atau kelompok, meskipun itu mungkin bertentangan dengan
kepentingan pribadi.

Hati nurani moral dan etika individu memainkan peran penting dalam menghadapi dilema etika,
tetapi masalah utamanya adalah bahwa tidak ada aturan atau prinsip mutlak untuk menentukan
tindakan mana yang etis atau tidak etis, karena bisa bervariasi berdasarkan kepentingan pribadi
dan nilai-nilai individu. Oleh karena itu, bagaimana kita dan perusahaan serta para manajernya
dapat memutuskan apa yang etis dan bertindak secara tepat terhadap orang dan kelompok lain?

 Etika dan Hukum


Jawaban pertama atas pertanyaan ini adalah bahwa masyarakat secara keseluruhan, melalui
proses politik dan hukum, dapat melakukan penggalangan dukungan dan mengesahkan undang-
undang yang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh individu dan organisasi.
Selain itu, undang-undang dan etika adalah konsep relatif yang bergantung pada perubahan
dalam keyakinan masyarakat. Terkadang, perilaku yang tidak ilegal bisa tetap tidak etis. Oleh
karena itu, manajer dan individu harus membuat pilihan etis saat menggunakan sumber daya
organisasi. Beberapa skandal bisnis mencerminkan pelanggaran hukum dan perilaku tidak etis,
dan perbedaan antara keduanya harus diakui.
 Etika dan Pemangku Kepentingan Organisasi
Etika adalah prinsip-prinsip moral yang membantu individu dan manajer dalam membuat
keputusan yang benar. Manajer harus mempertimbangkan kepentingan berbagai pemangku
kepentingan saat membuat keputusan, yang dapat menghasilkan dilema etis karena kepentingan
mereka mungkin bertentangan.
Ada tiga model untuk menilai apakah suatu keputusan etis: utilitarian, hak moral, dan keadilan.
Karena kepentingan pemangku kepentingan bisa bertentangan, penentuan keputusan etis bisa
sulit. Ada panduan praktis yang membantu menilai keputusan etis.
Dalam konteks manajemen, keputusan etis adalah yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan
dan masyarakat, sementara keputusan tidak etis menguntungkan individu atau perusahaan tetapi
merugikan orang lain.
Contoh kompleks adalah penggunaan hewan dalam uji coba produk oleh perusahaan seperti
Gillette, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai etis karena perlindungan pemangku
kepentingan. Namun, ada juga perusahaan yang menolak praktik ini dan menganggapnya tidak
etis. Etika berkembang melalui negosiasi, kompromi, persaingan, dan bisa menjadi hukum
dengan sanksi untuk pelanggarnya.
 Sumber Etika Organisasi
Etika organisasi dipengaruhi oleh etika sosial, kelompok atau profesional, dan individu. Etika ini
tercermin dalam aturan dan standar yang digunakan oleh organisasi dan anggotanya dalam
berurusan dengan pemangku kepentingan. Penting bagi organisasi untuk mematuhi hukum dan
aturan etika yang berlaku karena ini mendukung kebaikan masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya.
 Mengapa Aturan Etika Dikembangkan?
Aturan etika berkembang untuk mengendalikan perilaku yang mengancam kepentingan bersama,
menciptakan nilai dalam masyarakat, dan memengaruhi reputasi individu dan organisasi.
Melakukan tindakan etis mendukung kesejahteraan masyarakat dan individu. Meskipun
demikian, masih ada individu dan organisasi yang melakukan tindakan yang tidak etis dan ilegal.
 Mengapa Perilaku Tidak Etis Terjadi?
Perilaku tidak etis bisa berasal dari etika pribadi yang berbeda, dorongan kepentingan diri, dan
tekanan eksternal, yang seringkali sulit diukur tetapi dapat berdampak buruk pada organisasi dan
masyarakat dalam jangka panjang.

Menciptakan Organisasi yang Beretika

Bagaimana perilaku etis dapat dipromosikan dalam organisasi? Untuk memastikan anggota
organisasi dapat menahan godaan untuk melakukan tindakan ilegal yang menguntungkan
kepentingan pribadi atau organisasi atas biaya kepentingan masyarakat, beberapa langkah dapat
diambil:

1. Membangun Struktur dan Sistem Kontrol Etis: Manajemen dapat merancang struktur
organisasi yang mengurangi insentif untuk berperilaku tidak etis dan menghukum
tindakan tidak etis. Ini termasuk pembuatan hubungan wewenang dan peraturan yang
mempromosikan perilaku etis dan menghukum tindakan tidak etis.
2. Menciptakan Budaya Etis: Nilai, aturan, dan norma yang mendefinisikan posisi etis
suatu organisasi merupakan bagian dari budaya. Perilaku para manajer puncak sangat
memengaruhi budaya organisasi. Kultur etis kemungkinan besar muncul jika manajer
puncak bersikap etis.
3. Mendukung Kepentingan Kelompok Stakeholder: Stakeholder luar, seperti
pemerintah, badan regulasi, dan kelompok pengawas konsumen, berperan dalam
menetapkan aturan etis yang harus diikuti oleh organisasi dalam berbisnis. Tekanan dari
stakeholder luar penting untuk mempromosikan perilaku etis organisasi.

Anda mungkin juga menyukai