Anda di halaman 1dari 24

Bab 3

PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL
KORPORAT DAN ETIKA BISNIS
COMPANY SOCIAL
RESPONSIBILITY
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang
menyeimbangkan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan
dengan aspek sosial dan lingkungan. “Perusahaan modern
adalah perusahaan yang seharusnya mentransformasi diri
menjadi institusi sosial” kata Berle dan Means dalam bukunya
The Modern Corporation and Private Property. Rachel Carson
dalam bukunya yang berjudul Silent Spring menyatakan bahwa
pestisida dapat meatikan lingkungan dan kehidupan, maka
perusahaan harus sadar akan lingkungan, karena rusaknya
lingkungan akan membawa kehancuran bersama. Buku Beyond
the Bottom Line, tulisan Courtney C. Brown menekankan adanya
tanggungjawab social bagi perusahaan di samping mencari
keuntungan dan memperhatikan lingkungan.
PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL KORPORAT DAN ETIKA BISNIS
Hal-hal penting yang harus diperhatikan:
• Memahami arti penting pendekatan stakeholder pada
pertanggungjawaban sosial.
• Menjelaskan kisaran pertanggungjawaban sosial dan efek
bermacam-macam opsi terhdap laba perusahaan.
• Menguraikan sebuah audit sosial dan menjelaskan arti
pentingnya.
• Mendiskusikan efek Sarbanes-Oxley Act 2002 terhadap perilaku
etika bisnis.
• Membandingkan keuntungan-keuntungan berbagai pendekatan
sosial kolaboratif dengan pendekatan-pendekatan alternatif
pada CSR.
• Menjelaskan lima prinsip inisiatif sosial kolaboratif.
• Membandingkan nilai-nilai kebaikan pendekatan-pendekatan
berbeda pada etika bisnis.
• Menjelaskan relevansi etika bisnis pada praktek manajemen
strategis.
PENDEKATAN STAKEHOLDER PD
PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL
Pendekatan stakeholder pada Pertanggungjawaban sosial korporat
merupakan misi bahwa sebuah bisnis mempunyai suatu kewajiban
untuk melayani masyarakat pada umumnya dan juga kepentingan-
kepentingan finansial para pemegang sahamnya, maka dari itu
langkah-langkah yang perlu diambil perusahaan untuk melibatkan
kepentingan-kepentingan kelompok kedalam pernyataan misi
perusahaan adalah:
Pengenalan Para stakeholder → Manajer-manajer strategis
harus mengenali semua kelompok stakeholder dan
membobot hak-hak dan kemampuan masing-masing mereka
untuk mempengaruhi keberhasilan perusahaan.
Pemahaman → Para pengambil keputusan strategis harus
memahami permintaan-permintaan khusus masing-masing
kelompok
Tipe-tipe
Pertanggungjawaban
Empat (4) tipe komitmen sosial untuk lebih memahami hakekat dan kisaran
pertanggungjawaban sosial untuk apa mereka merencanakan:
Pertanggungjawaban sosial → sebagai satu-satunya
pertanggungjawaban sosial sah daripada bisnis.
Pertanggungjawaban hukum → mencerminkan kewajiban-kewajiban
perusahaan untuk mematuhi undang-undang yang mengatur aktivitas-
aktivitas bisnis.
Pertanggungjawaban etika → mencerminkan pandangan perusahaan
tentang perilaku bisnis yang tepat dan benar, serta merupakan
kewajiban-kewajiban yang melebihi ketentuan-ketentuan hukum.
Pertanggungjawaban diskresional → merupakan pertanggungjawaban
yang diasumsikan secara sukarela oleh sebuah organisasi bisnis, yang
meliputi aktivitas hubungan masyarakat, kewarganegaraan yang baik dan
pertanggungjawaban sosial korporat penuh.
Cat : Ada juga pertanggungjawaban ekonomi : memproduksi
barang dan jas yang bernilai bagi masyarakat shg pers. Dapat
membayar kembali kreditor dan pemegang saham.
Pertanggungjawaban sosial
korporat dan laba
Tujuan setiap perusahaan → memelihara kelangsungan hidup
melalui laba jangka panjang, tetapi sampai semua biaya dan
manfaat dicapai, laba bisa jadi tidak diklaim. Pada kasus
pertanggungjawaban sosial korporat, biaya-biaya dan manfaat-
manfaat adalah ekonomis dan sosial.

Sementara biaya-biaya dan manfaat-manfaat ekonomis dapat


dihitung dengan mudah, biaya-biaya dan manfaat sosial tidak.
Dengan demikian para menajer beresiko mensubordinasi
konsekuensi-konsekuensi sosial menuju kinerja lain yang dapat
diukur lebih langsung.
Ternyata perusahaan ini mampu memanfaatkan
regulasi/undang-undang dalam mengatasi
masalah polusi, dimana kompetitor tidak
memiliki kemampuan yang setara dgn
perusahaan kita dlm mengatasinya.
Audit Sosial
Audit Sosial → untuk mengukur kinerja sosial aktual sebuah
perusahaan terhadap sasaran-sasaran sosial yang telah
ditetapkan olehnya sendiri. Sebuah audit sosial bisa
dilaksanakan oleh perusahaan itu sendiri, tetapi audit sosial
yang dilaksanakan oleh seorang konsultan luar yang akan
mengenakan bias-bias minimal terbukti bisa lebih
menguntungkan bagi perusahaan. Menyangkut sebuah audit
sosial seorang auditor luar membawa kredibilitas kepada
evaluasinya.

Audit Sosial → proses yg digunakan untuk mengidentifikasi,


mengawasi,mengukur,mengevaluasi dan melaporkan akibat2
dari proses bisnis org terhadap masyarakat atau segmen
tertentu dari masyarakat yg tidak tercantum dlm lap
keuangan.
Etika Manajemen
Terminologi etika → mengacu pada prinsip-prinsip moral yang
mencerminkan keyakinan-keyakinan masyarakat tentang
tindakan-tindakan seseorang individu atau sebuah kelompok
yang adalah benar dan salah.

Standar-standar etika → tidak mencerminkan sebuah


peraturan atau kode yang diterima secara universal, tetapi
akhirnya produk akhir sebuah proses pendefinisian dan
pengklarfikasian hakekat dan muatan interaksi manusia.
Memenuhi Pertanggungjawaban
sosial korporat
Pertanggungjawaban sosial korporat → menjadi sebuah bagian
vital daripada percakapan bisnis. Tantangannya adalah
bagaimana sebaiknya mencapai manfaat sosial maksimum dari
sejumlah sumberdaya tertentu yang tersedia bagi proyek-proyek
sosial.
Keuntungan-keuntungan Kolektif
inisiatif-inisiatif sosial Kolaboratif
Masing-masing mitra memperoleh manfaat ketika mitra
lainnya membawa sumberdaya, kapabilitas-kapabilitas atau
aset-aset lain yang tidak dapat dengan mudah diperoleh
sendiri.

Kapabilitas-kapabilitas kombinatif memperkenankan


perusahaan memperoleh dan mensitesa sumbardaya dan
membangun aplikasi-aplikasi baru dari sumberdaya itu, yang
menciptakan respon-respon inovatif terhadap lingkungan-
lingkungan yang berkembang pesat.
Prinsip inisiatif-inisiatif Sosial
kolaboratif yang sukses
Ada lima prinsip yg vital bagi CSR yg sukses antara lain:

Kenali sebuah misi jangka panjang yang bertahan lama → Perusahaan memberikan
kontribusi sosial paling besar ketika mereka mengenali sebuah tantangan kebijakan
penting, bertahan lama dan mereka berpartisipasi dalam solusinya dalam jangka
panjang.
Kontribusi What We DO → Perusahaan memaksimalkan manfaat berbagai kontribusi
korporat mereka ketika mereka mengungkit kapabilitas inti dan mengkontribusikan
produk-prodik dan jasa yang didasarkan pada kepakaran yang digunakan
didalamnya.
Kontribusikan layanan-layanan khusus pada sebuah proyek berskala besar →
Kalangan perusahaan mempunyai dampak sosial paling besra ketika mereka
memberikan kontribusikontribusi khusus kepada upaya-upaya koopertaif berskala
besra.
Bobotkan pengaruh pemerintah → Dukungan pemerintah untuk partisipasi korporat
didalam CSR atau paling tidak keinginannya untuk menghilangkan rintangan-
rintangan dapat mempunyai sebuah pengaruh positif penting.
Susun dan nilai total paket manfaat-manfaat → Perusahaan akan memperoleh
manfaat paling besar dari kontribusi sosial mereka ketika mereka mengenakan suatu
harga pada paket total manfaat.
Pendekatan-pendekatan pada
persoalan etika
Ada tiga pendekatan etika mendasar yg perlu dipertimbangkan oleh
para eksekutif:

Pendekatan utiliter → Mempertimbangkan efek-efek sebuah tindakan


tertentu terhadap orang-orang yang terlibat langsung.
Pendekatan hak-hak moral → Mempertimbangkan apakah keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan bersesuaian dengan pemeliharaan
hak-hak kekhususan individu dan kelompok mendasar.
Pendekatan keadilan sosial → mempertimbangkan seberapa
konsistennya tindakan-tindakan itu dengan keadilan, kearifan,, dan
ketidakberpihakan dalam distribusi imbalan-imbalan dan biaya antar
para individu dan kelompok.
Kode-kode etika bisnis
Untuk membantu memastikan konsistensi dalam aplikasi standar-
standar etika, perhimpunan-perhimpunan profesional dan bisnis-
bisnis yang jumlahnya semakin meningkat menetapkan kode-
kode atau aturan-aturan prilaku etis yang setiap stekholder
mempunyai kode etik masing-masing dalam menetapkan
standar-standar
CONTOH COMPANY SOCIAL
RESPONSIBILITY
• Pada 2004, perusahaan yang dinobatkan sebagai Nomor 1
untuk CSR ini adalah Fannie Mae. Perusahaan ini membeli
hipotik dari peminjam lokal dan membuatnya paket untuk
dijual sebagai sekuritas. Pada 2003, lebih dari $240 milyar
hipotik rumah yang didanai, yang diperuntukkan 1,6 juta kaum
minoritas untuk pembelian rumah yang pertama kalinya.
Prioritas ini meningkat 60 % setiap tahunnya. Bahkan $ 10 juta
dari Fannie Mae bekerjasama dengan institusi keuangan Islam
untuk membuka perumahan di Kalifornia Selatan untuk kaum
Muslim. Sistem pembayarannya menggunakan sistem syariah.
• Procter & Gamble merupakan perusahaan yang menduduki
Nomor 2. Perusahaan ini dinilai memberikan pelayanan
istimewa kepada kaum minoritas, wanita dan masyarakat.
Perusahaan ini membantu para pemuda yang tidak beruntung
di Vietnam, memberantas anak-anak yang kekurangan nutrisi
di India dan menyediakan pertolongan pada gempa bumi di
Turki. Perusahaan-perusahaan yang akan bertahan dalam
jangka panjang adalah perusahaan seperti Fannie mae dan
Procter & Gamble, yang perduli terhadap masyarakat yang
kurang mampu atau masyarakat dalam kesulitan dan ramah
terhadap lingkungan.
Sejarah lahirnya CSR
• Konsep CSR lahir dari perubahan model perusahaan yang dominan ekonomis ke model sosio-
ekonomis yang lebih luas.[1] Model ekonomi menekankan pada aspek produksi, eksploitasi
sumber daya, kepentingan individual, dan sedikit peranan pemerintah. Sedangkan, model sosio-
ekonomis menekankan pada kualitas kehidupan keseluruhannya, kelestarian sumber daya,
kepentingan masyarakat, keterlibatan aktif pemerintah dan pandangan sistem terbuka
perusahaan.[2]
• Secara historis kemunculan Corporate Social Responsibility sangat erat kaitannya juga dengan
sejarah perkembangan pelayanan sosial di Eropa. Ditandai pada awal tahun 1990 dimana
kecurangan atau anti sosial perusahaan menjadi-jadi.[3] Karl Marx mengkritik produk kapitalisme
itu dalam Das Capital bersama dengan Fredric Engel dengan The Communist
Manifesto.[4] Dengan latar belakang tersebut akhirnya pemerintah melahirkan sejumlah undang-
undang yang membatasi kegiatan bisnis. Seperti pada 1887 dengan Intreste Commerce
Act danThe Pure Food and Drug Act pada 1906.[5]
• Ditambahkan bahwa asal-muasal CSR dapat dikatakan berawal pada tahun1990-an di Eropa
terutama Inggris dan negara-negara Skandinavia, walaupun ketika itu hanya menekankan terbatas
pada kesejahteraan pegawai perusahaan. Pada waktu itu perusahaan melakukan pengembangan
rumah bagi pegawai, mencanangkan kebijakan Zero Loss of Life dari kecelakaan tempat kerja, dan
menawarkan suatu skema kesejahteraan keluarga pegawai.
• 1960-an dan 1970-an di banyak negara tanggung jawab sosial dan kontribusi charity yang
langsung kepada yang berhak, sehingga banyak perusahaan yang membentuk yayasan.
Dilanjutkan pada tahun 1980-an dan 1990-an , di negara-negara maju, muncul suatu kepentingan
yang lebih besar dari stakeholder agar attitude perusahaan lebih corporate citizenship. [6]
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) :
Berikut definisi CSR menurut beberapa ahli dibidangnya:
1. World Business Council for sustainable development:
komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi
kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan
dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.
2. Commision of the European Communities:
Tanggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya adalah sebuah konsep dimana perusahaan
memutuskan secara suka rela untuk memberikan kontribusi demi mewujudkan masyarakat
yang lebih baik dan lingkungan yang lebih bersih.
3. CSR Asia:
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi,
sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para pihak yang
berkepentingan.
4. Business for Social Responsibility:
corporate social responsibility (CSR) adalah pencapaian kesuksesan komersil dalam artian
penghargaan terhadap nilai kesusilaan dan penghormatan terhadap manusia, masyarakat dan
lingkungan
Dari beberapa penjelasan para ahli di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa CSR itu merupakan sebuah tindakan atau
konsep sosial yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk
membantu kehidupan termasuk didalamnya lingkungan,
ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya CSR
perusahaan akan lebih mengedepankan sustainability dari pada
profitability perusahaan. Dimana melalui tindakannya itu akan
membawa perbaikan pada apa yang dia bantu dan kelak juga
akan membawa dampak fositif pada perusahaan berupa image
perusahaan yang semakin baik di mata masyarakat.
Alasan perusahaan menerapkan CSR yaitu:

• Golongan pertama, sekedar basa-basi dan keterpaksaan, artinya CSR


dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven), faktor sosial
(social driven), faktor lingkungan (environmental driven) dan faktor
reputasi (reputation driven).
• Golongan kedua, dilakukan agar sesuai dengan peraturan (compliance).
Artinya CSR ini diterapkan karena ada regulasi, undang-undang dan
peraturan yang mengaturnya.
• Golongan yang ketiga adalah golongan dimana CSR sudah dianggap
sebagai budaya kerja perusahaan. Artinya pada golongan ini, perusahaan
sudah mempunyai mindset bahwa sejalan dengan maksimalisasi profit,
kesejahteraan sosial dan lingkungan harus tetap dikembangkan seiring
sejalan. Dalam fase ini CSR sudah tidak lagi dianggap sebagai keterpaksaan
akan tetapi merupakan kebutuhan dengan dasar pemikiran bahwa
menggantungkan perusahaan pada kesehatan finansial saja tidak akan
berlangsung lama jika tidak diimbangi dengan pengembangan sosial dan
lingkungan.
Corporate Social Responsibility (CSR) ialah sebuah pendekatan dimana
perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan
prinsip kemitraan dan kesukarelaan (Nuryana, 2005)
• Menurut Zadek, Fostator, Rapnas, CSR adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari strategi bersaing jagka panjang yang berorientasi pada
avokasi pendampingan & kebijakan publik.
• CSR (Program Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi
pasal 74 Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru.
Undang-undang ini disyahkan dalam sidang paripurna DPR.

• Dalam pasal 74 ayat 1 diatur mengenai kewajiban Tanggung jawab sosial


dan lingkungan bagi perseroan yang menangani bidang atau berkaitan
dengan SDA, ayat 2 mengenai perhitungan biaya dan asas kepatutan
serta kewajaran, ayat 3 mengenai sanksi, dan ayat 4 mengenai aturan
lanjutan. Ketiga, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyebutkan bahwa “Setiap penanam
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
• Hasil Survey "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang dilakukan oleh
Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan
Prince of Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000
responden dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk
opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis,
praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, yang
merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan
& brand image-lah yang akan paling memengaruhi kesan mereka.
Hanya 1/3 yang mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis
fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan,strategi
perusahaan, atau manajemen.
• Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai tidak
melakukan CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak
akan membeli produk dari perusahaan yang bersangkutan dan/atau
bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.
Prinsip-Prinsip yang Harus Dipegang dalam Melaksanakan CSR :

• Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti


perusahaan akan terus-menerus memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR
berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak
dapat di prediksi. Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
• Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti
menyadari bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial
dari lingkungan di sekitarnya. Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud
pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah aktivitas sesaat
untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
• Perinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara
ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti
peduli dan mempertimbangkan sampai kedampaknya.
• Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost
structure perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya
akan ditransformasikan ke harga jual produk. “CSR yang benar tidak membebani
konsumen.
Lebih lanjut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bussiness for
Social Responsibility, adapun manfaat yang dapat diperoleh suatu
perusahaan yang mengimplementasikan CSR antara lain:
• 1. Peningkatan penjualan dan pangsa pasar (Increased sales and
market share)
• 2. Memperkuat posisi nama atau merek dagang (Strengthened
and brand positioning)
• 3. Meningkatkan citra dan pengaruh perusahaan (Enchanced
Corporate Image and Clout)
• 4. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, motivasi dan
mempertahankan karyawan (Increased ability to attract, motivate,
and retain employes)
• 5. Menurunkan biaya operasional perusahaan (Decreasing
operating cost)
• 6. Meningkatkan daya tarik bagi investor dan analisis keuangan
(Increased appeal to investors and financial analysts).
MODEL CSR
• 1. Keterlibatan langsung.
• Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
• 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
• Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau
groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim
diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju.
• 3. Bermitra dengan pihak lain.
• Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan
lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/ LSM), instansi
pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola
dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
• 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
• Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung
suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada
pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”.

Anda mungkin juga menyukai