Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi perkembangan kognitif didominasi oleh dua teori psikologi kunci -
Piaget dan Vygotsky. Teori-teori lain telah dikembangkan namun biasanya memiliki
dasar-dasar yang didasarkan pada kunci teori ini. Jean Piaget (1896-1980) adalah
salah satu teoretikus paling berpengaruh di bidang pengembangan kognitif. piaget
adalah seorang filsuf, ahli biologi, pendidik dan psikologi. Dia membuat keputusan
untuk belajar secara ilmiah cara bagaimana anak mengembangkan pengetahuan.

Piaget yang pertama kali mencatat bahwa anak-anak bukan hanya replika
miniatur orang dewasa, namun kenyataanya berbeda dalam cara mereka memik
irkan dan menafsirkan dunia. Gagasan Piaget mengatakan bahwa orang dewasa
tidak hanya lebih tahu lebih banyak daripada anak-anak, namun pengetahuan
mereka terstruktur secara berbeda. Memang, Piaget menyarankan agar anak-anak
pada tahap perkembangan mereka memikirkan dan menafsirkan dunia mereka
dengan cara yang berbeda (Hummel, 1998). Piaget mengembangkan gagasan
tentang anak-anak sebagai "ilmuwan kecil" yang terlibat dalam penjelajahan aktif,
mencari pemahaman dan pengetahuan (Bee, 2000:164)

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dihadapi yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan Bagan, Asimilasi, Akomodasi, Ekualibrasi?
2. Jelaskan tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget!
3. Sebutkan tokoh-tokoh beserta pendapat tokoh tersebut yang bertentangan
dengan Piaget dan yang mendukung Piaget!
4. Jelaskan implikasi teori Piaget dalam pendidikan!
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui maksud dari Bagan, Asimilasi, Akomodasi, Ekualibrasi
2. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget

1
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh beserta pendapat tokoh tersebut yang
bertentangan dengan Piaget dan yang mendukung Piaget
4. Untuk mengetahui implikasi teori Piaget dalam pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Teori Piaget


Perkembangan kognitif Piaget didasarkan pada tiga prinsip utama: asimilasi,
akomodasi dan equilibrasi. Prinsip-prinsip tersebut akan dijelaskan di bawah ini,
bagaimanapun, hal yang paling penting untuk mendefinisikan istilah “skema”.
Skema adalah representasi kognitif dari aktivitas atau sesuatu. Ketika bayi
lahir, ia akan memiliki skema bawaan untuk mengisap agar bisa memberi makan
dan tumbuh. Seiring dengan pertumbuhan bayi, skema ini akan menjadi terintegrasi
dengan skema makan lainnya sebagai pengalaman bayi dan perubahan gizi.
Asimilasi adalah proses penempatan pengalaman baru ke dalam struktur
mental (skema) yang sudah ada (Hummel, 1998). Struktur perkembangan kognitif
anak untuk membantu mereka memahami dunia mereka dan ketika mereka
menemukan pengalaman baru, mereka menempatkan ini ke dalam skema yang telah
mereka kembangkan. Proses asimilasi adalah proses yang aktif. Anak-anak tidak
hanya menerima pengetahuan melalui proses osmosis, mereka secara aktif terlibat
dalam proses asimilasi. Mereka aktif sejauh mereka selektif, mereka tidak akan
menyerap semua informasi yang mereka terima.
Akomodasi adalah memperbaiki skema yang sesuai dengan pengalaman
baru. Misalnya, seorang anak mungkin memiliki skema yang menggambarkan
semua objek seperti burung terbang, tetapi ketika ia bertemu dengan Frisbee ini
tidak sesuai skema. Hal ini tidak sesuai, karena itu sebuah skema baru yang
diperlukan. Anak-anak yang berkembang mereka akan menghadapi pengalaman
mereka dengan skema yang sudah ada dan tidak mampu menjelaskan. Oleh karena
itu mereka harus mengembangkan skema baru dalam menanggapi pengalaman baru
tersebut.
Equilibrium adalah proses kognitif berusaha untuk mencapai
stabilitas melalui asimilasi dan akomodasi (Hummel, 1998). Seorang terus
mencoba untuk menafsirkan dan memahami dunia sementara menghadapi
pengalaman baru. Anak membangun pemahaman dunia dan cara kerjanya, tapi ini

3
konstan ditantang oleh pengalaman baru yang bertentangan dengan pemahaman
mereka saat ini. Mereka berusaha untuk mengembangkan skema untuk membantu
proses interpretasi ini. Penggeseran keseimbangan merupakan semua interpretasi
dan skema bekerja sama dan membuat gambaran umum tentang dunia yang
logis. Namun, keseimbangan adalah hal yang terus berubah, karena setiap kali
anak menemukan pengalaman baru mereka di tempat keseimbangan sampai
asimilasi atau akomodasi telah terjadi.
Jika kita kembali kepada contoh Frisbee, ketika anak pertama kali
menemukannya, mereka dalam keadaan kebingungan (yaitu bukan keseimbangan)
“apakah itu tidak hidup, saya tidak bisa menjelaskannya dengan skema atau cara
saya memikirkannya sekarang)”, melalui akomodasi dan pengembangan skema
baru, anak kembali ke keadaan keseimbangan, sampai mendapatkan pengalaman
baru berikutnya.

2.2 Tahapan model perkembangan kognitif Piaget


Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif anak dapat dibagi menjadi
beberapa tahap. Saat anak mengembangkan dan berjalan melalui proses asimilasi
dan akomodasi, otak mereka akan berkembang melalui proses pematangan alami,
dan karena itu pemahaman mereka dunia jatuh tempo dan kemampuan mereka
untuk memprediksi dan menafsirkan secara akurat dalam dunia berkembang. Piaget
berpikir bahwa ada hubungan yang jelas antara perkembangan kognitif anak-anak
dan biologis dalam pematangan otak. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
adalah sebuah proses yang tak terelakkan sebagai otak berpikir matang jatuh
tempo, dan pemahaman meningkat.
Namun, Piaget juga melihat interaksi dengan lingkungan sebagai merupakan
faktor penting dalam perkembangan kognitif. biologi pematangan berlangsung
selama periode waktu. Piaget berpendapat bahwa anak-anak perkembangan
kognitif didasarkan untuk sebagian besar pada perkembangan biologis
mereka. Piaget beranggapan bahwa perkembangan kognitif terjadi di tahap, setiap
tahap baru menjadi mungkin karena otak dewasa.

4
Piaget mengembangkan tahapan teori, didasarkan pada penelitian
pada anak-anak. Teori ini menggambarkan berbagai tahap perkembangan
kognitif. Teori Piaget dapat dianggap sebagai berdasarkan gagasan yang
teratur. Setiap tahap merupakan langkah dan setiap langkah masing-masing
mewakili perkembangan yang lebih tinggi dari kemampuan kognitif. Hal tersebut
penting untuk diingat bahwa tahap yang tetap dalam urutan. Mengenai hal tersebut
dijelaskan pada gambar berikut:

Operasional formal 12+


Tahun

Operasional kongkrit 7-12


Tahun

Pre-operasional 2-7
Tahun

sensorimotor 0-2
Tahun

Gambar 2.1 Tahapan Model Perkembangan Kognitif Piaget

2.2.1 Tahapan Sensorimotor (0-2 Tahun)

Tahap ini meliputi anak dari usia 0-2 tahun. Ini adalah tahap perkembangan
pesat. Selama tahap ini anak akan berubah dari bayi yang baru lahir cukup berdaya
untuk berjalan, balita berbicara. Tahap ini didominasi oleh aktivitas sensorik
dan motorik. Bayi yang baru lahir tergantung pada pembangunan skema dan refleks,
dan tidak dapat meniru atau mengintegrasikan informasi. Sebuah contoh refleks
mengisap adalah refleks, yang diperlukan untuk makan dan berkembang.
Sebagai anak mengembangkan, kegiatan sensorik dan motorik mereka yang
berkembang dan meningkat, sehingga pada akhir tahap ini mereka mampu
meniru dan mengintegrasikan informasi untuk beberapa derajat. Seorang anak 2
tahun mampu menggunakan objek untuk mewakili benda-benda lain,
misalnya cangkir dapat menjadi perahu dalam sebuah permainan.

5
Ketetapan objek merupakan faktor kunci dalam tahap model Piaget. Piaget
berhipotesis bahwa pada usia 8 bulan anak mengembangkan konsep keabadian
objek, adalah pengetahuan bahwa sebuah objek adalah 'kehadiran yang
permanen/tetap, bahkan jika sementara tidak terlihat' (Smith, Cowie & Blades,
1998:40). Sebelum seorang anak memperoleh keabadian objek mereka akan
berhenti untuk mencari objek yang keluar dari bidang visi mereka "Jika aku tidak
bisa melihatnya, tidak ada '- tetapi sekali ketetapan objek diperoleh mereka secara
aktif akan mencari objek, karena mereka tahu itu masih ada, kemungkinan di
suatu tempat. Ketetapan objek penting karena menunjukkan bahwa anak memiliki
mental mewakili objek.

Tabel 2.1 Enam tahap periode sensorimotor menurut Piaget


Tahap Umur (bulan) Diskripsi
Dibangun dalam skema dan refleks. tidak
ada kemampuan meniru atau
Refleks
0-1 bulan mengintegrasikan informasi. Misalnya reflek
mengisap.

fase terdiri dari dua elemen. Reaksi primer -


refleks/respons motorik. Reaksi melingkar-
Reaksi sirkuler digambarkan sebagai lingkaran saat diulang.
primer 1-4 bulan fokus pada tubuh bayi. Tidak ada perbedaan
antara diri dan dunia luar. Misalnya suara
goyangan mainan bayi yang berulang.

fokus perubahan dari tubuh sendiri untuk


Reaksi sirkuler objek. bayi mulai mengembangkan sejumlah
sekunder 4-10 bulan kecil kendali atas lingkungan sekitar.
Contoh belajar menendang aktivitas
olahraga agar bisa bergerak. ada tingkat niat.

6
Tahap Umur (bulan) Diskripsi
Konsep permanensi obyek yang diperoleh
pada 8 bulan

ditandai dengan menggabungkan skema


Koordinasi
untuk memecahkan masalah / mencapai
reaksi sirkular
tujuan. Misalnya gunakan menendang skema
sekunder 10-12 bulan
untuk menendang mainan agar bisa sampai
kucing kesayangan

metode trial and error untuk belajar tentang


objek. Peningkatan mobilitas
Reaksi sirkuler
memungkinkan pengembangan eksplorasi
tersier
dan eksperimen. belajar memecahkan
12-18 bulan
masalah dan lingkungan. Contohnya
mencicipi rasa tanah di kebun, tidak
semuanya enak rasanya.

belajar bahwa objek dan individu dapat


diwakili oleh simbol. Perilaku sebelumnya
Representasi bisa ditiru. imitasi yang dimaksud Solusi
internal 18-24 bulan untuk masalah menjadi lebih kompleks,
mulai dari tindakan mental. Contoh
menggunakan gelas sebagai perahu sambil
bermain

2.2.2 Tahap pra-operasional (2-6 tahun)


Tahap ini dibagi menjadi dua sub-tahap yaitu : periode prakonseptual dan
periode intuitif. Kedua sub-tahap dijelaskan di bawah ini.

7
a) Periode prakonseptual (2-4 tahun)
Tahap ini ditandai oleh peningkatan dalam perkembangan bahasa, kelanjutan
dari representasi simbolik/internal dan pengembangan bermain imajinatif. Anak
mulai menggunakan simbol dan bahasa untuk mewakili sesuatu.
Keterbatasan dalam berpikir karena egosentrisme dan animisme. Istilah
egosentrisme digunakan sebagai anak hanya bisa melihat dunia dari perspektif
mereka dan sulit menemukan untuk memahami perspektif yang lain. Animisme
adalah kecenderungan untuk menghubungkan kehidupan pada benda mati,
misalnya Teddy merasa sedih.
Piaget menyelidiki egosentrisme pada anak-anak dengan menggunakan
The Three Mountains Test.

The Three Mountains Test


Piaget mengembangkan The Three Mountains Test untuk menyelidiki
egosentrisme. Seorang anak ditunjukkan sebuah adegan 3D dengan pegunungan
yang berbeda dalam ukuran dan warna. Kemudian anak mengambil dari satu set
gambar atau model. Pertama mereka memilih gambar atau model yang
mewakili bagaimana mereka melihat adegan, yakni pandangan atau perspektif
mereka. Kemudian mereka diminta untuk memilih gambar yang menunjukkan
bagaimana orang lain pada sudut yang berbeda melihat adegan. Gzesh dan
Surber (1985) menemukan bahwa anak-anak biasanya memilih gambar
menggambarkan sudut pandang mereka sendiri lagi (Bee, 2000). Piaget berpikiran
kegagalan itu karena egosentrisme. Anak belum mengembangkan kemampuan
kognitif untuk melihat dunia dari perspektif lain.

b) Periode intuitif (4-6 tahun)


Tahap ini ditandai oleh perkembangan mental dan klasifikasi.
Dikatakan intuitif karena anak tidak memiliki gagasan tentang konsep/prinsip
yang mendasari klasifikasi.
Konservasi adalah kesadaran bahwa kuantitas atau jumlah tidak berubah bila
tidak ada yang ditambahkan atau diambil dari suatu objek atau koleksi benda-benda,
meskipun perubahan dalam bentuk atau pengaturan tata ruang (Pulaski,
1980). Kemampuan untuk mengkorsevasi merupakan aspek penting dari sebuah

8
perkembangan kognitif anak. Eksperimen konservasi kunci bagian dari teori Piaget.
Piaget dianggap anak-anak pada tahap ini harus mampu menghemat. Dia menguji
konservasi: cair, volume, massa, nomor, panjang, berat dan daerah. Bab ini
sekarang akan detail dua contoh percobaan ini.

 Konservasi Cairan

Piaget menguji kemampuan anak untuk menghemat cairan dengan


memberikan
mereka dengan dua gelas cairan.

a b

Kemudian air dipindahkan ke dalam gelas yang memiliki ukuran yang


berbeda.
Pertanyaan:
Gelas mana yang mengandung paling banyak air?
Jawaban:
Kedua-duanya memiliki jumlah air yang sama

a b

9
Pertanyaan :
Gelas mana yang mengandung paling banyak air?
Jawaban:
(Sebelum mampu untuk mengonservasi ). Gelas B karena gelasnya lebih tinggi.
(Ketika sudah mampu untuk mengonservasi), mereka akan mengatakan bahwa
kedua gelas memiliki jumlah air yang sama, yang satunya panjang dan kurus, yang
satunya lagi pendek dan besar.

Sebelum anak mampu melestarikan mereka menilai dari penampilan bahwa kaca b
memiliki lebih, sebagai tingkat lebih tinggi. Setelah mereka mengembangkan
kemampuan, mereka mengakui bahwa apa yang ditambahkan atau dikurangi
harus diamati dengan pandangan keduanya mengandung jumlah yang sama terlepas
dari penampilan.

 Konservasi Nomor
Kemampuan untuk mengkonservasi nomor juga diuji dengan
memperlihatkan kepada anak deretan koin.

….
A

….
B

Pertanyaan:
Deretan koin yang mana yang memiliki jumlah lebih banyak? Atau keduanya sama?
Jawaban:
keduanya sama

10
….
A

. . . .
B

Pertanyaan:
Deretan koin yang mana yang memiliki jumlah lebih banyak? Atau keduanya sama?
Jawaban:
(Sebelum mampu untuk mengonservasi ). Deret B jumlah koinnya lebih banyak,
(Ketika sudah mampu untuk mengonservasi) jumlah koin dikedua deret memiliki
jumlah koin yang sama.
Pertama-tama anak menilai dari penampilan tetapi yang kedua telah
mengakui bahwa jumlah tersebut tidak berubah.
Untuk dapat mengkonservasi anak harus memahami kompensasi. Artinya,
pada contoh pertama, gelas b lebih tinggi dibandingkan oleh lebar gelas a . Piaget
menyatakan bahwa anak-anak dalam tahap pra-operasional tidak bisa mengimbangi,
memahami reversibilitas atau konservasi.
Mereka juga harus memahami konsep tindakan reversibiliti, yaitu tindakan
fisik dan operasi mental dapat dibalik. Artinya, jika anda menyebarkan koin,
kemudian anda dapat menempatkan mereka kembali ke urutan aslinya. Oleh karena
itu, jumlah harus sama.

Tabel 2.2 Ringkasan karakteristik utama dari tahap pra-operasional.


Egosentrisme Anak hanya bisa melihat dunia dari sudut
pandang mereka dan menemukan kesulitan
untuk memahami setiap perspektif lain.
(Lihat Three Mountains Test)

Animisme Kecenderungan menghubungkan kehidupan

11
Tabel 2.2 Ringkasan karakteristik utama dari tahap pra-operasional.
pada benda mati, misalnya Teddy merasa
sedih.

Konservasi Anak tidak dapat menyelesaikan konservasi


volume, jumlah, panjang, berat, cairan,
daerah, dan massa. Hal ini disebabkan
ketidakmampuan mereka untuk memahami
konsep-konsep kompensasi dan reversibilitas.

2.2.3 Tahap Operasional Konkret (7-12 Tahun)


Istilah operasi digunakan karena tahap ini ditandai dengan pengembangan
strategi dan aturan untuk menafsirkan dan menyelidiki dunia anak. Istilah konkret
merujuk pada kemampuan anak untuk menerapkan strategi ini untuk hal-hal yang
ada (Smith et al., 1998). Dengan demikian anak dapat memecahkan masalah mereka
dengan melihat atau memanipulasi.

Tabel 2.3. Ringkasan karakteristik utama dari tahap operasional konkret.


Anak mampu menyelesaikan konservasi volume,
Konservasi
jumlah, panjang, berat, cairan, daerah
Anak mulai menggunakan pengalaman sendiri untuk
mengembangkan prinsip-prinsip / aturan, yang
kemudian diterapkan pada masalah langsung
Logika induktif misalnya jika aku makan permen, jumlah permen
berkurang, karena itu, setiap kali aku mengambil
permen, jumlahnya akan berkurang dari jumlah
sebelumnya.

12
Tabel 2.3. Ringkasan karakteristik utama dari tahap operasional konkret.
Anak mengakui bahwa kategori yang termasuk
kedalam kelompok kecil merupakan bagian dari
kelompok besar, misalnya semua kucing dan anjing
Kelaas Inklusi
adalah hewan. Spaniel, Doberman, dll. termasuk ke
dalam jenis anjing, tetapi semua anjing
dikelompokkan ke dalam kelompok hewan.
Egosentrisme Berkurang dalam tahap ini

2.2.4 Tahap Operasional Formal (12-16 Tahun)

Ketergantungan pada benda-benda kongkrit berkurang dalam tahap ini dan


anak-anak mampu untuk memecahkan masalah hipotetis atau masalah khayalan
yang tidak dapat mereka lihat. Tahap ini ditandai dengan penggunaan penalaran
hipotetis deduktif dan pemecahan masalah secara sistematis.
Penalaran hipotetis deduktif adalah penalaran deduktif yang menggunakan
logika-misalnya seorang anak diberitahu bahwa semua kelinci memiliki kaki
berbulu dan semua babi Guinea tidak memiliki bulu kaki. Mereka mengajukan
pertanyaan, apa jenis kaki yang dimiliki kelinci Lucy (kelinci)? mereka akan
menyimpulkan bahwa jika semua kelinci memiliki kaki berbulu dan Lucy adalah
kelinci, maka dia harus memiliki kaki berbulu. Jenis penalaran ini tidak terlihat pada
anak-anak yang lebih muda.
Elemen kedua dari tahap ini adalah pemecahan masalah yang sistematis.
Sebagai istilah yang disarankan, seorang anak pada tahap ini akan memecahkan
masalah secara sistematis dan logis. Misalnya, seorang anak mencoba untuk
membuat warna ungu dari satu set cat warna yang akan dibuat menjadi serangkaian
kombinasi yang berbeda dari warna-warna tersebut, tetapi setiap kombinasi baru
yang akan dibuat yaitu berdasarkan atas apa yang telah mereka pelajari dari
kombinasi sebelumnya. Ini adalah pendekatan sistematis yang pada akhirnya akan
memecahkan masalah – ini bukan secara tidak segaja dilakukan, tetapi jelas
dipikirkan.

13
Tabel 2.4 Ringkasan dari karakteristik utama dari tahap operasional formal

Ini adalah penalaran yang menggunakan


Penalaran hipotetis deduktif: logika deduktif. Jenis penalaran ini tidak
terlihat pada anak-anak berusia lebih
muda.

Pemecahan masalah secara sistematis Anak memecahkan masalah secara


sistematis.

2.2.5 Ringkasan dari tahap model piaget tentang perkembangan kognitif

Bab ini menyajikan Model piaget tentang perkembangan kognitif dan telah
dirinci karakteristik utama dari setiap tahap. Untuk mengulas model ini, tabel 2.5
menyajikan ringkasan dari masing-masing tahapan.

Tabel 2.5 Ringkasan dari tahap model piaget tentang perkembangan kognitif

Tahap Ringkasan

Tahap sensorimotor 0-2 tahun  Anak menggunakan keterampilan


motorik dan sensorik untuk
mengeksplorasi dan memperoleh
pemahaman tentang dunia mereka.
 Pengetahuan mereka terbatas dan
didasarkan pada pengalaman fisik
 Sebagai peningkatan mobilitas begitu
juga kemampuan untuk
mengeksplorasi dan oleh karena itu
kemampuan kognitif berkembang.
 Tahap ini dibagi menjadi enam sub-
tahapan di mana setiap tahap dibangun

14
Tabel 2.5 Ringkasan dari tahap model piaget tentang perkembangan kognitif

Tahap Ringkasan

dari tahap sebelumnya.

Tahap pra-operasional 2-7 tahun  Tahap ini dibagi menjadi dua sub-
tahapan yaitu periode pra-konseptual
dan periode intuitif.
 Selama tahap ini anak mulai
menggunakan simbol-simbol dan
menanggapi objek dan peristiwa.
 Egosentrism karakteristik utama yaitu
melihat dunia dari perspektif anak dan
tidakmampu untuk menggunakan
perspektif orang lain
 Animisme - menghubungkan perasaan
dan maksudkan untuk benda mati,
bagian dari tahap pra-konseptual.
 Ketidakmampuan untuk
mengkonservasi.
 Berpikir tidak logis atau reversibel.

Tahap Operasional Kongkrit 7-12  Anak-anak memahami reversibilitas


tahun dan kompensasi.
 Pada akhir tahap ini anak-anak dapat
mengkonservasi.
 Pemikiran egosentris berkurang.
 Prinsip-prinsip kelas inklusi mulai
dipahami.
 Prinsip-prinsip umum mulai

15
Tabel 2.5 Ringkasan dari tahap model piaget tentang perkembangan kognitif

Tahap Ringkasan

dikembangkan dan diterapkan


langsung pada masalah melalui
pengetahuan induktif.

Tahap operasional formal 12-16  Anak-anak menggunakan penalaran


tahun hipotetis deduktif untuk memecahkan
masalah. Objek kongkrit tidak lagi
diperlukan.
 Anak-anak menggunakan pendekatan
sistematis untuk memecahkan
masalah.
 Kemampuan untuk berpikir secara
abstrak terjadi pada tahap ini.

2.3 Bukti empiris dan evaluasi


Sejauh ini kita telah meneliti tahapan teori piaget dan rincian karakteristik
kunci dari setiap tahap. Ini diperlukan untuk mengevaluasi teori ini, karena itu
diskusi ini akan menggunakan studi empiris untuk memberikan evaluasi. Setiap
topik akan diperiksa, dan diskusi dari bukti empiris yang mendukung dan mengeritik
toeri Piaget akan dirincikan.

2.3.1 Objek permanen


a. Pendukung Teori Piaget

Piaget menemukan bahwa anak-anak tidak dapat mencapai objek permanen sebelum
usia 8 bulan - ia mencatat bahwa salah satu objek telah dihapus dari penglihatan
mereka, pada usia ini bayi berhenti melihat objek tersebut

16
b. Pertentangan Teori Piaget
Bower (1982) menemukan bahwa bayi yang berusia kurang dari 4 bulan
menunjukkan tanda-tanda objek permanen. Pada bayi diperlihatkan sebuah mainan
dan kemudian layar diletakkan di depan mainan tersebut. Ketika sebagian layar
diangkat mainanan tersebut masih ada, ketika sebagian layar lainnya diangkat,
mainan diangkat. Bayi di kelompok kedua menunjukkan hal yang mengejutkan
ketika layar telah diangkat, mereka masih mengharapkan mainan tersebut berada di
sana, hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki objek permanen.

Baillargeon dan DeVos (1991) memperlihatkan pada bayi berumur 3-4 bulan
wortel yang ada didalam sebuah truk, ada wortel besar dan wortel kecil. Ketika truk
lewat membelakangi jendela - bayi mencari lagi wortel besar yang dibawa
melewati jendela tersebut , hal ini menunjukkan bahwa mereka berharap dapat
melihat kembali wortel tersebut di atas ambang jendela, mereka telah mencapai
obyek permanen. mereka tahu bahwa mereka seharusnya dapat melihat wortel ketika
truk melewati jendela, itu sudah cukup untuk menunjukkan di atas ambang jendela.
Luo, Baillargeon, Brueckner dan Munakata (2003) juga mendukung gagasan
bahwa bayi yang lebih muda memiliki objek permanen. Dalam penelitian mereka,
mereka menemukan tanda-tanda objek permanen pada bayi yang berusia 5 bulan.

2.3.2 Egosentrisme
a. PendukungTeori Piaget
Piaget dan Inhelder menguji anak-anak pada Three mountains test, mereka
menemukan bahwa pada usia 9 tahun semua anak berhasil menyelesaikan tugas.
Bewer (2001) menyediakan anak-anak sebuah celengan uang – kemudian
uang tersebut diambil dan diganti dengan kelereng di depan anak-anak. Kemudian
anak-anak ditanyai apa yang akan dipikirkan orang lain ketika berada di bank. anak-
anak yang berusia lebih muda menunjukkan egosentrisme dengan menjawab
'kelereng'. Sedangkan anak-anak yang lebih tua mampu menjawab 'uang'. mereka
dapat melihat celengan dari perspektif lain - meskipun mereka tahu itu berisi
kelereng, mereka mengerti bahwa orang lain akan memiliki sudut pandang yang
berbeda yang menganggap bahwa itu adalah celengan, celengan berisi uang.

17
b. Pertentangan Teori Piaget
Bell dan kawan-kawan (1975) menemukan bahwa anak-anak mampu
menyelesaikan Three Mountains test pada usia lebih awal dari pernyataan Piaget,
jika karakter yang digunakan adalah sebuah boneka dan seorang polisi, dan boneka
tersebut bersembunyi dari polisi. ini mungkin karena skenario ini lebih alami untuk
anak-anak dan mereka mampu mengidentifikasi hal tersebut sebagai permainan. Hal
ini menunjukkan bahwa ide piaget tentang egosentrisme pada anak-anak mungkin
gagal dan hasilnya mungkin karena rancangan sendiri (lihat pembahasannya pada
desain piaget ).

Brewer (2001) mengamati anak-anak berusia 3 tahun terlibat dalam bermain


peran. dia menyatakan bahwa ini diilustrasikan sebagai kurangnya egosentrisme,
karena mereka mampu bertindak sebagai individu lain dan karena itu harus dapat
menggunakan lebih dari satu perspektif. Bermain peran sering ditemukan pada anak-
anak pra-sekolah dan hal ini bertentangan dengan gagasan egosentrisme piaget.
McDonald dan Stuart-Hamilton (2003) melakukan pengulangan dari Three
Mountains Test dengan orang dewasa, dan menemukan bahwa bahkan orang
dewasapun membuat kesalahan, padahal Piaget memandang orang dewasa sebagai
peserta non-egosentris. Mereka berpendapat bahwa tugas tersebut terlalu sulit
bahkan untuk beberapa orang dewasa. Oleh karena itu ketidakmampuan anak untuk
menyelesaikan tugas mungkin lebih berkaitan dengan desain, dari pada dengan
kemampuan mereka.

2.3.3 Animisme
a. Pendukung Teori piaget
Piaget menemukan bukti animisme pada anak-anak tahapan pra-operasional.

b. Penentang Teori Piaget


Carey (1985) menemukan hanya sebahagian kecil dari anak-anak di taman
kanak-kanak yang masih menunjukkan tanda-tanda animisme, mereka
memperlihatkan bahwa sudah berhenti menghubungkan perasaan dengan benda mati
sebelum tahapan yang diperkirakan oleh piaget, anak-anak menunjukkan bahwa

18
dalam tahap ini mereka dapat membedakan antara benda-benda yang hidup, dan
benda yang tidak hidup.

2.3.4 Konservasi
a. Pertentangan Teori Piaget
McGariggle and Donaldson (1974) Telah memperkenalkan teddy yang
nakal dalam percobaan konservasi. Teddys engaja mengacaukan percobaan tersebut,
contohnya teddy sengaja memindahkan koin-koin kemudian anak-anak memutuskan
jika disana nomor koinnya masih sama, sekarang teddy telah mengacaukan baris
atas dan itu kelihatan berbeda. Penelitian tersebut menemukan bahwa anak tersebut
telah mampu untuk menjawab konservasi tes dengan benar dalam kondisi usia dini.
Rose dan Blank (1974), Sammuel dan Bryan (1994) memperkirakan anak
tersebut telah bingung oleh pertanyaan-pertanyaan yang bukan tugasnya. Mereka
bertanya mana yang lebih banyak antara A atau B, dan kemudian menanyakan
pertanyaan yang sama lagi setelah percobaan diulang. Hal itu dapat dirasakan jika
anak tersebut ditanya pertanyaan yang sama dua kali, mereka akan mengansumsikan
jawaban yang tidak benar pada waktu pertama kali dan oleh karena itu jawabannnya
akan berbeda. Ketika hanya satu pertanyaan yang diajukan akan menuntun kepada
penampilan yang lebih baik, meskipun masih ada perbedaan usia.
Hodec dan Guichart (2001) memperkirakan tes konservasi dilakukan tidak
untuk mengukur kemampuan anak untuk mengerti logika dasar anak tetapi untuk
mengukur kemampuan mereka yang berurusan dengan gangguan perkenalan tes
tersebut.

b. Pendukung Teori Piaget


Piaget telah melakukan percobaan konservasi dan menemukan anak yang
masih dibawah tahap operasional kongkre tidak dapat mengkonservasi.
Moore dan Frye (1986) memperkirakan bahwa pengenalan tentang “Teddy
nakal” yang dibahas diatas, tidak menunjukkan anak tersebut bisa mengkonversi
pada usia awal dari ketentuan Piaget. Mereka mengira Teddy mengganggu anak-
anak, dan kemudian mereka berkonsentrasi pada Teddy bukan pada percobaan. Oleh
Karena itu mereka tidak menyadari bahwa telah terjadi perubahan dan karena hal ini

19
mereka menjawab pertanyaan dengan benar dan terlihat bisa mengkonservasi.
Mereka hanya tidak menyadari perubahan yang terjadi karena mereka tidak melihat.

2.3.5 Tahap Operasional Konkrit

Pendukung Teori Piaget

Eysink, djikstra dan kuper (2001) mendukung teori piaget tentang


pengembangan pengetahuan dan konsep interaksi dengan objek dalam sebuah studi
baru-baru ini yang melibatkan siswa memecahkan permasalahan komputer. Siswa
yang berjuang memecahkan masalah lebih berhasil saat mereka mampu
menggambar gambaran masalah dan kemudian menyelesaikannya.

2.3.6 Tahap Formal Operational

a. Pendukung Teori Piaget

Piaget dan Inhelder (1956) anak-anak diberi empat gelas percobaan. Empat
percobaan ini diisi dengan cairan tak berbau dan tidak berwarna. Anak-anak harus
mengatasi kombinasi cairan yang berubah menjadi kuning. piaget dan inhelder
menemukan bahwa anak-anak di tahap pertumbuhan menggunakan teknik
pemecahan masalah secara acak, namun anak-anak di tahap operasional formal
menggunakan pendekatan sistematis. Hal ini selanjutnya didukung oleh tugas
pendulum dimana individu harus menentukan panjang senar dan bobot mana yang
akan mempengaruhi kecepatan ayunan pendulum. Anak-anak di tahap pertumbuhan
menggunakan pendekatan acak sedangkan anak-anak di tahapanformal terbiasa
menggunakan pendekatan sistematis.(Untuk diskusi lebih rinci tentang penelitian ini
lihat bab 6 alat bantu belajar).

b. Pertentangan Teori Piaget


Bryant dan Trabasso (1971) mengemukakan bahwa kegagalan untuk
menyelesaikan tugas kompleks seperti tugas pembuat gelas dan pendulum adalah
karena kegagalan memori - anak-anak tidak dapat mengingat solusi apa yang telah
mereka coba. Mereka menemukan bahwa jika anak-anak dilatih, mereka bisa

20
memecahkan masalah yang lebih kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak
mungkin memiliki kemampuan kognitif untuk menyelesaikan tugas tetapi
kemampuan mereka dibatasi oleh ingatan mereka. Mungkin anak-anak memerlukan
pelatihan dan saran bagaimana menggunakan pengetahuan mereka untuk memasuki
tahap operasionalformal.
Sutherland (1982) menyatakan bahwa 50% anak berusia 16 tahun masih
berada pada tahap pertumbuhan operasional atau bahkan di tahap yang lebih rendah.
Dia juga menyatakan bahwa tidak dapat diperkirakan bahwa orang dewasa telah
mencapai tahap operasional formal, bahkan ketika mereka memasuki pendidikan
tinggi. Ini menunjukkan bahwa diperlukan dukungan untuk tahap operasional
formal, dan waktu juga harus dipertimbangkan.

2.3.7 Bahasa dan Faktor sosial


a. Pendukung Teori Piaget

Pelatihan berbahasa tidak meningkatkan kemampuan untuk memecahkan


tugas konservasi, pendapat ini dibenarkan oleh Piaget dalam mengidentifikasi
sebuah tahap pengembangan.

b. Pertentangan Teori Piaget


Sinclair-de-Zwart (1969) mengatakan bahwa ketidakmampuan untuk
mengkonserasi yang dihubungkan dengan pengembangan bahasa. Anak-anak yang
menghafal banyak kosakata akan mampu menyelesaikan tugas-tugas. jika anak
menggunakan kata-kata seperti “lebih kecil dari” atau “lebih besar” cukup dari pada
“besar” dan “kecil” mereka lebih suka untuk dapat memecahkan tugas konservasi.
Jadi konservasi bergantung pada pengembangan bahasa yang berhubungan dengan
perkembangan kognitif.
Meskipun itu merupakan tingkatan kritikan yang lebih signifikan dari teori
murni Piaget, aspek dari itu telah didukung. Ide dari Piaget tentang anak adalah
pembelajar aktif dan pendapatnya tentang pentingnya pembelajaran dengan
menelakukan seperti ilmuan kecil, pemikiran yang membentuk perilaku telah
didukung. Juga gagasan dari pengembangan pemikiran kognitif juga telah terlihat
dari adanya dukungan dalam bagian ini. Semua permasalahan ini tergabung dalam

21
pandangan Piaget tentang pendidikan dan implikasi yang berhubungan dengan
pendidikan dari teori ini.

2.4 Implikasi Teori Piaget Terhadap Pendidikan

Hal ini penting ketika mengevaluasi teori Piaget untuk mempertimbangkan


tidak hanya studi empirisnya saja tetapi juga dampak yang besar terhadap
pendidikan. Meskipun aspek teori telah mendapatkan kritikan, tetapi penting untuk
dicatat bahwa teori Piaget memiliki dampak yang besar terhadap pendidikan anak-
anak, terutama anak –anak usia primer. Karya Piaget sangat mempengaruhi teori dan
praktik pendidikan.

2.4.1 Peran Guru


Menurut piaget peran guru adalah individu yang menanamkan pengetahuan.
dan anak itu adalah penerima pasif pengetahuan yang diberikan.Piaget
memperkenalkan bahwa pembelajaran berpusat pada anak. Menurut
pandangannyacara memperoleh pengetahuan anak-anak berbeda dari orang dewasa.
Oleh karena itu, pengajaran harus difokuskan pada anak, dengan
mempertimbangkan tahap dan tingkat perkembangan mereka. piaget merasa bahwa
anak seharusnya tidak memiliki kebebasan untuk belajar, tapi pembelajaran harus
diarahkan oleh guru. guru memulai dan menentukan aktivitasnya. Peran guru adalah
menciptakan situasi dimana anak dapat belajar dan menimbulkan pertanyaan,
eksperimen dan spekulasi (Slavin, 1994).

2.4.2 Kesiapan
Piaget berpikir bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap, dia
berpikir bahwa anak-anak harus siap secara kognitif untuk mempelajari konsep baru.
dia berpikir bahwa tidak ada gunanya untuk mencoba dan mendorong seorang anak
untuk terlibat dalam sebuah tugas yang berada di luar tingkat perkembangan kognitif
mereka. dia menyarankan agar meminta seorang anak di tahap pra-operasional untuk
mencoba sebuah tugas yang membutuhkan kompensasi tidak sesuai karena mereka
tidak siap untuk terlibat dalam tugas seperti itu. Oleh karena itu, guru perlu

22
menyadari tingkat perkembangan anak agar bisa mengatur tugas yang sesuai. Tugas
yang berada di luar tingkat perkembangan anak cenderung mengarah pada
kegagalan dan termotivasi.

2.4.3 Pembelajaran Aktif


Piaget tidak berpikir bahwa anak-anak hanya menyerap pengetahuan. dia
berpikir bahwa anak-anak belajar dengan terlibat aktif dalam prosesnya. Oleh karena
itu pembelajaran yang baik membutuhkan partisipasi. Keterlibatan aktif
menyebabkan rasa ketertarikan dan pengertian yang lebih besar. Sebagai contoh,
seorang anak dapat diberi tahu bahwa jika Anda membekukan air secara bergantian
ke es. ini mungkin ide yang sulit untuk dimengerti. Jika mereka mengisi nampan es
batu, kemudian meletakkan di dalam freezer dan kemudian kembali untuk melihat
perubahan yang telah terjadi, kemungkinan akan memiliki pemahaman yang jauh
lebih jelas. Pendidikan, piaget terasa, perlu lebih dari sekedar mendengarkan
seorang guru. dia merasa anak-anak belajar dengan melakukan. anak, menurut
piaget, adalah ilmuwan alam dan penjelajah, dan perlu diberi kesempatan untuk
belajar dengan secara aktif menggunakan kemampuan alami ini (Slavin, 1994).
Holton, Ahmed, Williams dan Hill (2001) mengilustrasikan pentingnya
pembelajaran aktif dan bermain bahkan dalam pembelajaran matematika. mereka
menyarankan pentingnya bermain dalam memberikan kesempatan untuk belajar dan
mencoba. Mereka melihat bermain sebagai dasar pembelajaran matematika pada
anak-anak. Ini menggambarkan pentingnya bermain dan pembelajaran aktif bahkan
dalam mata pelajaran yang dipandang lebih tradisional.
Peran aktif ditekan lebih jauh oleh sutherland (1999) yang menyarankan agar
individu membutuhkan unsur praktis untuk pembelajaran mereka sampai mereka
mencapai tahap formal operasional. karena kita sekarang tidak yakin kapan ini
tercapai. sutherland juga menyarankan bahwa bahkan pada guru pendidikan tinggi
perlu juga membiarkan kesempatan untuk belajar aktif.

2.4.4 Belajar dari Kesalahan

23
Piaget berpikir bahwa pengajaran harus berfokus pada penalaran anak, oleh
karena itu jawaban yang salah sama berharganya dengan yang benar, karena bisa
digunakan untuk mengidentifikasi penalaran anak dan karena itu mengajarkan
prinsip-prinsip umum. Misalnya, jika Jack menjawab bahwa 8 kali itu sendiri adalah
16, dia telah berlipat 8 dengan 2 (yaitu 2 lot 8). Ada logika di sini dan dengan
membahas jawaban yang salah, gagasan tentang bilangan bulat bisa diajarkan
(Slavin, 1994).

2.4.5 Interaksi dengan Rekan Sebaya


Piaget menganggap sosialisasi menjadi bagian penting dari pendidikan.
Melalui interaksi rekan, gagasan dapat dikembangkan dan ditantang. Jenis interaksi
ini mengharuskan anak-anak untuk mempertimbangkan sudut pandang yang lain.
Interaksi dengan rekan kerja cenderung berpikir, karena rekan sejawat berada pada
tingkat kognitif yang serupa (Brich, 1998).

2.4.6 Penggunaan Materi yang Nyata


Anak-anak di bawah tahap operasional formal tidak bisa memecahkan
masalah secara abstrak. Mereka akan mencapai lebih banyak pengetahuan dalam
menyelesaikan masalah dengan menggunakan bahan yang sebenarnya. Misalnya,
anak-anak mencoba untuk memahami benda yang mengapung dan yang akan
tenggelam, mungkin mereka tidak dapat mengidentifikasi daftar dari benda tersebut.
Namun, jika mereka memiliki bahan-bahan dan menempatkan barang tersebut di
ember yang berisi air, mereka akan belajar sifat-sifat benda-benda yang
mengapung. Demikian pula jika anak-anak mencoba untuk belajar menghitung 3 x 3
mereka mungkin menganggap ini sulit untuk dilakukan di kepala mereka. Tapi jika
ada serangkaian alat hitung, mereka dapat menempatkan ke dalam kelompok 3, dan
mereka dapat mengerjakan jawaban untuk 3 x 3 (Birch, 1998; Woolfolk dan
McCune-Nicolich, 1984).

2.4.7 Konsep baru


Anak-anak membutuhkan konsep-konsep baru dan pembelajaran baru yang
akan dikaitkan dengan pengetahuan sebelumnya, agar mereka dapat berasimilasi dan

24
mengakomodasi informasi baru ini. Misalnya, jika seorang guru ingin mengajar
anak-anaknya dengan meja sebanyak 4 kali dia bisa mengaitkannya dengan meja 3
kali yang sudah dipelajari dengan menyediakan anak-anak alat hitung yang sama
dan membuat mereka untuk menempatkan alat hitung tersebut dalam kelompok 4
(Birch, 1998 ).

2.5 Masalah-Masalah Lainnya


Meskipun karya piaget sangat berpengaruh, namun ada beberapa kritikan, yaitu
:
2.5.1 Umur
Piaget tampaknya telah meremehkan kemampuan kognitif anak-anak yang
berusia muda dan menilai tinggi untuk kemampuan kognitif anak-anak lebih tua.
Brower (1982) meneliti kemampuan bayi berusia 5-6 bulan dan menemukan bahwa
mereka menunjukkan bukti objek permanen. Pramling dan Samuelsson (2001)
menunjukkan bahwa anak-anak 3 tahun dapat memecahkan masalah ilmu dasar jika
mereka diajarkan dengan benar. Dalam percobaan mereka, anak-anak tersebut
mampu memecahkan masalah fisika dasar jika mereka jelas dijelaskan oleh guru.
Hal ini menunjukkan bahwa Piaget memang meremehkan kemampuan anak.
Sebelumnya dalam bab ini penelitian Sutherland (1982) menunjukkan
bahwa hanya 50% dari anak-anak menampilkan pelaksanaan formal pada usia yang
diharapkan. Masalah-masalah ini telah menyebabkan beberapa psikolog untuk
menunjukkan bahwa meskipun tahap Piaget mungkin ada, usia yang menyertainya
perlu dipertimbangkan kembali.

2.5.2 Pertanyaan yang Digunakan


Tugas dan tes Piaget telah dikritik karena menggunakan bahasa yang asing
bagi anak atau mengajukan pertanyaan dengan cara yang sulit atau canggung.
Donaldson (1978) memandang bahasa yang digunakan dalam tes kelas inklusi
Piaget. Bahasa dan pertanyaan ditemukan membingungkan. Ketika pertanyaan itu
diulang jumlah tanggapan yang benar meningkat dari 25% menjadi 48%. Karya
Samuel dan Bryant sebelumnya dibahas dalam bab ini. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa pada pertanyaan yang diajukan dalam percobaan konservasi

25
sangat sering membingungkan bagi anak-anak, tetapi jika hanya satu pertanyaan
yang diminta jumlah jawaban yang benar meningkat.

2.5.3 Desain Terbaik


Percobaan Piaget menggunakan bahan dan scenario yang asing bagi anak,
dan sering cara pemberian tugas yang disajikan menghasilkan masalah. Percobaan
menggunakan permen untuk konservasi nomor dapat dikonservasikan pada usia
lebih muda dari penetuan Piaget. McGarrigle dan Donaldson (1974)
memperkenalkan ‘teddy nakal' ke dalam tes konservasi dan perubahan desain ini
menghasilkan 70% dari anak usia 4-6 tahun dapat dilestarikan.
Ketika uji Three Mountains diproduksi dengan cara yang berbeda (Bell et al.
1975 melihat sebelumnya) anak mampu menyelesaikan tugas pada usia sebelumnya.
Penelitian terbaru menggambarkan hal yang menarik bahwa orang dewasa sulit
untuk menyelesaikan tugas, dan bahwa mereka dipaksa untuk membuat kesalahan
dengan desain padahal sebenarnya mereka peserta non-
egosentris (McDonald dan Stuart-Hamilton, 2003).
Light, Buckingham dan Robbins (1979) melakukan versi yang berbeda dari
tugas konservasi dengan memiliki dua gelas identik berisi makanan, dan
menunjukkan kepada anak-anak bahwa satu gelas memiliki pecahan. Anak-anak
mampu menyatakan bahwa jumlah makanan tetap sama, meskipun sekarang tampak
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa cara di mana tes konservasi dirancang dapat
menjadi alasan untuk kegagalan anak-anak, bukan ketidakmampuan mereka untuk
melastarikannya.

2.5.4 Bahasa
Frank (1966) menyatakan bahwa bahasa dapat membantu mengatasi
pemikiran konkret. Namun, seperti telah kita lihat, Sinclair-de-Zwart (1969) tidak
menemukan bukti bahwa pelatihan bahasa meningkatkan kinerja.

Jika perkembangan kognisi berhubungan dengan kematangan - yaitu


kemampuan tertentu hanya dimungkinkan pada usia tertentu maka latihan tidak akan
memperbaiki kinerja. Danner and Day (1977) menemukan peningkatan kinerja
pemecahan masalah operasional formal setelah latihan namun peningkatan yang

26
paling nyata terjadi pada anak yang lebih besar. Ini menunjukkan bahwa
kedewasaan memang memiliki efek.

2.5.5 Ringkasan evaluative


Piaget mengembangkan akun komprehensif pertama perkembangan kognitif
anak-anak. karyanya menantang pandangan pasif anak tersebut dan menghasilkan
sejumlah besar penelitian. piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif
tahap. Setiap tahap merupakan perkembangan dalam pemikiran dan pemahaman.
Teori ini terdiri dari tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional
beton dan tahap operasional formal. ia mengembangkan tiga gunung tugas dan tes
konservasi untuk menyelidiki perkembangan kognitif anak-anak. Teori piaget
memiliki implikasi pendidikan yang besar dan dampak nyata pada pendidikan,
terutama pendidikan dasar.
Meskipun karya piaget sangat penting dan mengubah cara berpikir anak-
anak, ada kritik terhadap karyanya. tampaknya ada perkiraan rendah kemampuan
awal dan perkiraan terlalu tinggi tahap selanjutnya. piaget sering menggunakan
sampel kecil dan telah dituduh bias. Hal ini menyebabkan klaim bahwa
eksperimennya tidak memiliki ketelitian akademis. piaget menyadari beberapa
batasan model dan teorinya, dan terus mengkritik dan merevisinya melalui
kehidupannya. beberapa pendukung piaget menyatakan bahwa masalahnya adalah
menggunakan model terlalu ketat dan hanya seharusnya digunakan sebagai panduan.

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prinsip teori Piaget mengenai perkembangan kognitif didasarkan pada tiga
prinsip inti, yaitu asimilasi, akomodasi, dan Equilibrasi.
2. Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif seorang anak terjadi
secara bertahap, lingkungan tidak dapat mempengaruhi perkembangan
pengetahuan anak. Seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara
langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi
pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif di
lingkungan sekolah.
3. Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, yaitu tahap Sensorimotor,
tahap Pra Operasional, tahap Operasioanal Kongkrit, dan tahap Operasional
Formal.

B. Saran
Penulis menyarankan bagi pembaca untuk mempelajari lebih lanjut mengenai
teori perkembangan kognitif, agar dapat memahami perkembangan kognitif anak
dan memberikan pengajaran yang tepat atau sesuai dengan tingkat usia anak.
Selanjutnya penulis juga menyaran agar pembaca tidak hanya mempelajari teori
belajar kognitif saja, tetapi juga teori- teori belajar yang lainnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Oakley, L. 2004. Cognitive Development. London & New York: Routledge.

29

Anda mungkin juga menyukai