Anda di halaman 1dari 30

BAB II

ISI
2.1 Definisi
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap. Jika dikocok, perlahan-lahan endapan harus segera
terdispersi kembali. Suspensi merupakan sistem heterogen yang terdiri
dari 2 fase. Fase kontinyu atau fase luar umumnya merupakan cairan
atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase dalam terbuat dari
partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut, tetapi terdispersi
seluruhnya dalam fase kontinyu. Untuk menjamin stabilitas suspensi
umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan
pensuspensi atau suspending agent.
Sedangkan menurut farmakope IV suspensi adalah sediaan cair
yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam
fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan
seperti tersebut diatas dan tidak termasuk kelompok suspensi yang
lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain
berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu
dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan
seperti ini disebut untuk suspensi oral.
Menurut literatur lain suspensi adalah suspensi dapat didefinisikan
sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara
halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata dalam
pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi resmi diperdagangan tersedia dalam bentuk siap
pakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa
penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya.
2.2 Jenis-jenis suspensi
 Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat
yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma
yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa
suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk
dalam golongan ini. Beberapa suspensi dapat langsung
digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang
harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang
sesuai segera sebelum digunakan.
 Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat
yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk
pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket
sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini.
 Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-
partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian
luar.
 Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru dalam bentu
termikronisasi agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada
kornea. Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi
massa yang mengeras atau menggumpal.
 Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk
dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara
intravena atau kedalam larutan spinal.
 Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk laruatan
yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan yang sesuai.
2.3 Cara pembuatan

A. Suspensi dapat dibuat dengan cara :


1. Metode disperse
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam
mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu
diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat
mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya
udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat
halus mudah kemasukkan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah
dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak
antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 90 º
serbuk akan mengambang diatas cairan .serbuk yang demikian
disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan
antar muka antar partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu
ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.

2. Metode praesipitasi
Zat yang hendak didespersi dilarutkan dahulu dalam
pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut
dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi
dalam air. Akan tetapi endapan halus dan tersuspensi dengan
bahan pensuspensi. Caiaran organik tersebut adalah etanol,
propilenglikol dan polietilenglikol.
B. Sistem pembentukan suspensi
 Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi
terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan
tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi
adalah terikat lemah, cepat mengenap dan mudah
tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake.
Sedangkan pada sistem deflokulasi, partikel
terdeflokulasi mengenap perlahan-lahan dan akhirnya
membentuk sedimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya
cake yang keras terjadi dan sukar tersuspensi kembali.
Pada sistem flokulasi biasanya mencegah pemisahan
yang tergantung pada kadar partikel padat dan derajat
flokulasinya dan pada waktu sistem flokulasi kelihatan
kasar akibat terjadinya flokul.
Dalam sistem deflokulasi, partikel terdispersi
baik dan mengenap sendiri dan lebih lambat daripada
sistem flokulasi tetapi partikel deflokulasi dapat
membentuk sedimen atau cake yang sukar terdispersi
kembali .

 Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi
mengendap dan akhirnya membentuk sedimen, dimana
terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan
sulit tersuspensi kembali.
Pada sistem deflokulasi partikel suspensi tetap
dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain dan bila
terjadi sedimentasi telah sempurna, partikel-partikel akan
membentuk rangkaian yang terbungkus dan berdekatan
serta partikel yang lebih kecil akan mengisi antara
partikel yang lebih besar. Partikel yang berada dibawah
sedimen lama-kelamaan akan tertekan karena berat dari
partikel diatasnya dan partikel-partikel akan lebih rapat.
Untuk mensuspensikan atau mendispersi kembali
diperlukan mengatasi enersi rintangan yang tinggi.
Karena sulit terdispers kembali dengan pengocokan
ringan, maka partikel tetap saling tarik-menarik yang
kuat dan membentuk cake yang keras
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan
deflokulasi adalah :
Deflokulasi
a. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah
satu dengan yang lain.
b. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-
masing partikel mengendap terpisah dan
ukuran partikel adalah minimal.
c. Sedimen terbentuk lambat.
d. Akhirnya sedimen akan membentuk cake
yang keras dan sukar terdispersi lagi.
e. Ujud suspensi menyenangkan karena zat
tersuspensi dalam waktu relatif lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan
atas berkabut.
Flokulasi
a. Partikel merupakan agregat yang bebas.
b. Sedimen terjadi cepat
c. Sedimen terbentuk cepat
d. Sedimen tidak membentuk cake yang
keras dan padat dan mudah terdispersi
kembali seperti semula
e. Ujud suspensi kurang menyenangkan
sebab sedimentasi terjadi cepat dan
diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih
dan nyata.

C. Formulasi suspensi

Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :

 Penggunaan”structured vehicle” untuk menjaga partikel


deflokulasi dalam suspensi structure vehicle, adalah larutan
hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
 Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk
flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan
penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.

Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :


1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium.
2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa
larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak
cepat mengendap, maka ditambah stucture vehicle.
5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi
dalam structure vehicle.

Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan


elektrolit, surfaktan, atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan
positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan
sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang
bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan
negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfameranzin yang
bermuatan positif yaitu AlCl3 (Alumunium trichlorida).

D. Penilaian stabilitas suspensi


1. Volume sedimentasi
Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Va) terhadap
volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi
flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi
deflokulasi (Voc).
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimen dan redispersibilitas,
membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur
vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan carafreeze – thaw cycling yaitu temperatur
diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair
kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal,
yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel
dan sifat kristal.

2.4 Bahan penyusun

1. Pembasah (Wetting Agent)


Kesulitan utama dalam pembuatan suspensi adalah membasahi fase
padat dengan medium pendispersinya.Sifat permukaan partikel
tersuspensi merupakan hal yang penting dipertimbangkan dalam
formulasi suspensi. Partikel dengan tegangan permukaan yang rendah,
akan mudah terbasahi oleh air, dan dapat dengan mudah tersuspensi.
Sebaliknya, partikel yang memiliki tegangan permukaan yang tinggi,
akan sulit terbasahi.
Pada pembuatan skala besar (dalam industri farmasi), sejumlah serbuk
obat seringkali harus ditambahkan ke dalam pembawa dengan
menaburkan pada permukaan cairan. Serbuk yang mengadsorbsi udara
pada permukaannya, atau mengandung sedikit lemak/kontaminan lain
akan sulit untuk terdispersi dalam cairan. Serbuk ini tidak dapat
terbasahi dengan segera, sehingga mengambang dipermukaan cairan
pembawa meski memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibanding cairan
pembawanya.
Jika affinitas antara padatan dan cairan kuat, maka cairan segera
membentuk film di atas permukaan padatan, tetapi bila afinitasnya
lemah atau tidak ada, maka cairan akan sulit meniadakan udara atau
substansi lain yang mengelilingi partikel dan akan ada sudut kontak
antara cairan dan padatan. Kemampuan suatu serbuk untuk dapat
terbasahi ( hidrofobisitas) dapat ditentukan dengan mengamati sudut
kontak (contact angle) yang dibuat oleh serbuk dengan permukaan
cairan. Sudut kontak yang lebih besar dari 90° akan mengambang di
atas permukaan cairan pembawa; kurang dari 90° partikel akan
melayang dan tenggelam jika tidak memiliki sudut kontak. Serbuk
yang tidak mudah terbasahi menunjukkan sudut kontak yang besar
disebut zat yang bersifat hidrofobik, contohnya sulfur, arang aktif
(charcoal) dan magnesium stearat. Serbuk yang dapat terbasahi dengan
segera disebut hidrofilik contohnya zink oksida dan magnesium
karbonat.
Dalam suatu formula suspensi,kehadiran suatu surfaktan sangat
berpengaruh. Surfaktan dapat meningkatkan pembasahan partukel
melalui penurunan tegangan permukaan zat.Surfaktan yang berasal
dari kata surface active agent, merupakan senyawa aktif permukaan
yang digunakan dalam pembuatan suspensi, dapat membantu
menurunkan tegangan antar muka partikel-partikel padat dan suatu
pembawa.Tegangan permukaan yangmenurun berakibat pada
penurunan sudut kontak, penggantian udara yang teradsorbsi pada
permukaan partikel dengan cairan pembawa, sehingga terjadi
pembasahan dan deflokulasi partikel zat padat.
Surfaktan terdiri dari beberapa jenis yaitu :
a. Surfaktan Anionik
Contohnya :Triethanolamine oleate, Sodium oleate , Sodium dodecyl
sulfate
b. Surfaktan Cationic
Contohnya :Cetrimonium bromide
c. Zwitterionic
Contohnya :Dipalmitoylphosphatidylcholine (lecithin)
d. Surfaktan Nonionic
Contohnya :Sorbitan monolaurate (Span 20), Sorbitan monooleate
(Span 20), Polyoxyethylene sorbitan monolaurate (Tween 20) ,
Polyoxyethylene sorbitan monooleate (Tween 80) , Glyceryl
monostearate
Pada pengerjaan suspensi farmasi dalam skala kecil, penggerusan zat
padat dengan gliserin dan zat higroskopis lainnya akan membantu
menghilangkan udara yang teradsobsi pada celah dan permukaan zat
padat dengan kemampuannya mengalir ke dalam ruang antar partikel.
Salah satu cara untuk memilih bahan pembasah diberikan oleh
Hiestand, yakni menggunakan saluran liofob dari Teflon yang sempit
dan salah satu ujungnya diberi serbuk sedangkan pada ujung yang lain
diletakkan larutan bahan pembasah. Kecepatan relatif penetrasi
berbagai bahan pembasah dapat segera diamati dan yang lebih baik
menunjukkan.

1. Bahan pensuspensi (Suspending agent)


Bahan pensuspensi adalah substansi yang menaikkan viskositas
suspensi sehingga memperlambat / menunda sedimentasi.Viskositas
adalah suatu peryataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir pada
suatu sistem polifase; makin tinggi viskositas semakin besar
tahanannya.Pemilihan bahan pensuspensi yang tepat dapat
memberikan karakteristik sifat aliran (rheologi).
Suatu suspensi flokulasi yang dirancang, hendaknya juga ditambahkan
pensuspensi dalam formulanya agar flokulat yang terbentuk tidak
segera mengendap dan volume sedimentasi mendekati satu atau sama
dengan satu.
sedimentasi dari flokulat dengan penambahan bahan pensuspensi
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Rheo (mengalir) dan logos
(ilmu). Istilah ini pertama kali digunakan oleh Bingham dan Crawford
untuk menggambarkan aliran cairan dan deformasi dari padatan. Sifat
aliran penting dipertimbangkan dalam formulasi sediaan suspensi.
Selain mempengaruhi kecepatan pengendapan partikel terdispersi,
peningkatan kekentalan akan menyebabkan sifat aliran mengalami
perubahan akibat pengocokan wadah, dan penuangan produk dari
botol; serta saat digunakan pada bagian permukaan tubuh (lotion).
Karakteristik bahan pensuspensi yang ideal adalah :
a. Tidak memiliki efek terapetik
b. Secara kimia stabil pada rentang pH yang luas
c. Menghasilkan viskositas memadai pada konsentrasi rendah
d. Memberikan kestabilan fisika pada sistem polifase

Jenis Suspending Agent


Penstabil suspensi dapat diklasifikasikan menurut asalnya, yaitu berasal dari
alam dan sintetik.Kemampuan hidrokoloid alam untuk menaikkan viskositas air
bervariasi. Agar dan karbopol 940 kapasitas pengentalnya terkuat sedangkan
akasia paling lemah.Istilah hidrokoloid lebih spesifik daripada istilah gom yang
artinya adalah koloid yang mempunyai afinitas terhadap air.Afinitas hidrokoloid
pada air terlihat pada kemampuannya untuk melarut atau mengembang dalam air.
Semua hidrokoloid menaikkan viskositas air dengan mengikat molekul-molekul
air. Larutan hidrokoloid ini dikenal sebagai musilago.Pembentukan gel seperti itu
merupakan karakteristik kebanyakan hidrokoloid.Hidrokoloid dapat bercampur
dengan senyawa glikol seperti gliserin, propilen glikol dan PEG, tetapi sulit
dengan alkohol.
Disperse air dari semua hidrokoloid alam kehilangan viskositasnya setelah
waktu tertentu. Kehilangan viskositas ini dipercepat oleh panas. Dispersi air dari
hidrokoloid menjadi lebih kental bila temperatur diturunkan dan sebaliknya lebih
encer bila temperatur naik, kecuali pada Metil Celulosa. Panas berlabihan dan
pengirisan yang berlebihan dalam alat yang dipakai untuk mencampur dapat
menyebabkan depolimerisasi koloid hidrofil disertai kehilangan viskositas. Makin
tinggi derajat polimerisasi, semakin besar kecepatan timbulnya
depolimerisasi.Dengan menguapkan pelarut dari sistem dispersinya, kebanyakan
hidrokoloid membentuk film plastis yang menguntungkan dalam pelekatan obat
pada kulit.
Kebanyakan hidrokoloid aktif pada permukaan.Karena itu dapat digunakan
juga sebagai bahan pengemulsi.Karena dapat menurunkan tegangan permukaan,
maka sediaan yang mengandung hidrokoloid dapat berbusa bila
digojok.Hidrokoloid yang berasal dari alam umumnya disebut gom. Istilah ini
telah digunakan pula secara luas pada produk-produk sintetis seperti metil
selulosa dan karboksi metil selulosa.
Kemampuan mengentalkan hidrokoloid sintetis berbeda sesuai dengan BM
dan jumlah substitusi.Produk-produk metil selulosa misalnya, mencakup
rentangan viskositas dimana golongan yang paling tinggi mempunyai kapasitas
pengentalan 1500 x golongan yang terendah.
Tanah liat menunjukkan tiksotropi yakni perubahan bentuk sol-gel yang
reversible.Tiksotropi adalah fenomena pembengkakan karena didiamkan dan
kembali ke konsistensinya yang lebih mudah bergerak dengan penggojokan tanpa
perubahan temperature. Gelling dalam sistem tiksotropi akansangat mengurangi
kecepatan bergeraknya partikel-partikel yang tersuspensi sehingga meningkatkan
kestabilan system. Suatu tiksotropi gel dapat dikembalikan sifat cairnya dengan
penggojokan.
Hidrokoloid yang struktur kimianya merupakan karbohidrat, akan
mengalami peruraian oleh mikroba. Demikian pula dengan hidrokoloid derivate
sintetik akan menurun viskositasnya akibat aksi mikroba. Meskipun tanah liat
kelihatannya resisten terhadap aksi mikroba tetapi tidak mempunyai sifat anti
septic.Oleh karena itu sangat diperlukan pengawet pada sediaan yang
menggunakan hidrokoloid.Penambahan pengawet ( preservative ) pada sediaan
yang berisi hidrokoloid alam merupakan suatu keharusan.
Berbeda dengan kondisi untuk selulosa eter dan karbopol 934; meskipun
bahan ini dipengaruhi oleh bahan oksidatif dan kehilangan viskositas, tetapi tidak
diperlukan penambahan anti oksidan selama penyimpanan dalam jangka waktu
yang pendek pada dispersinya dalam air jika disimpan di dalam wadah yang
coklat.
Bahan – bahan pensuspensi yang diuraikan di bawah ini merupakan
prototype dari kelasnya masing-masing.Semuanya dipakai secara luas dalam
pengobatan.Walaupun khas merupakanbahan pensuspensi tetapi karena
persamaan-persamaan dalam struktur dengan bahan pengemuksi maka bahan
pensuspensi tertentu dapat digunakan dengan teknik tersendiri untuk membuat
emulsi.
Hidrokoloid alam
a. Akasia
Akasia atau gom arab adalah eksudat yang keluar dari akar dan
batang tanaman Acacia senegal (Linné) Famili Leguminosae yang
tumbuh terutama di Sudan dan Senegal (Africa). Merupakan suatu
aggregat dari gula dan hemiselulosadengan berat molekul berkisar
240 000–580 000. Aggregat ini mengandung inti asam arabik esensial yang
terikat dengan kalsium, magnesium, dan potassium pada gula-gula
arabinosa, galaktosa, and ramnosa.
Akasia digunakan dalam kosmetik,makanan serta sediaan farmasi oral
dan topikal.Meskipun tidak toksik dan tidak mengiritasi, bahan ini tidak
dianjurkan untuk digunakan pada formulasi sediaan inhalasi dan parenteral
karena menyebabkan reaksi hipersensitif dan reaksi anaphilaksis.Akasia
digunakan dalam formulasi sediaan farmasi oral dan topikal antara lain
sebagai penstabil, pensuspensi dan peningkat viskositas. Konsentrasi 5%
dalam air memiliki pH 4.5–5.0; kadang-kadang dikombinasi dengan
tragakan.
Akasia larut dalam 2,7 air, 1 : 20 glycerin, 1 : 20 propylene glycol dan
praktis tidak larut dalam etanol 95%. Dalam air, kelarutan akasia sangat lambat
dan sempurna setelah 2 jam.Larutan akasia yang terbentuk tidak berwarna atau
kuning lemah, kental dan lengket.Larutan akasia konsentrasi 30% w/v pada 20°C
memiliki viskositas sebesar 100 cP. Viskositas larutan akasia tergantung pada
kemurnian bahan,proses pembuatan, kondisi penyimpanan,pH dan keberadaan
garam. Beberapa senyawa garam menurunkan viskositas larutan akasia. Garam
trivalensi akan menyebabkan koagulasi. Viskositas meningkat secara lambat pada
konsentrassi 25% dan memiliki sifat seperti sistem Newtonian.Konsentrasi lebih
tinggi, viskositas meningkat secara cepat dan menjadi sistem non-Newtonian.
Peningkatan temperatus atau pemanasan yang lama pada larutan akasia, akan
menurunkan viskositasnya akibat depolimerisasi atau agglomerasi(penggumpalan)
partikelnya.
Kecenderungan kontaminasi mikroba pada larutannya ditangani
dengan menambahkan pengawet seperti asam benzoat 0.1% w/v, natrium benzoat
0.1% w/v, atau campuran metil paraben 0.17% w/v dan propil paraben0.03%

b. Tragakan
Tragakan adalah eksudat (gum ) dari tanaman Astragalus
gummiferLabillardière dan spesies lain dari Astragalus yang tumbuh di
Asia Barat (Iran, Syria, dan Turkey). Gum mengandung campuran
polisakarida larut air dan tidak larut air. Hidrolisi tragakan l-arabinosa, l-
fucose, d-xylosa,d-galaktosa, danasam d-galakturonat .Gum tragakan juga
mengandung sejumlah selulosa, pati, dan protein. Gum tragakan memiliki
berat molekul sebesar 840 000
Tragakan digunakan sebagai bahan pensuspensi (peningkat viskositas) dan
pengemulsi pada beberapa formulasi sediaan farmasi, makanan dan
kosmetik.Dispersinya dalam air konsentrasi 1% memiliki pH 5-6. Tragakan
praktis tidak larut dalam air, etanol (95%) dan pelarut organik lainnya. Meskipun
tidak larut dalam air, tetapi tragakan mengembang dengan cepat dalam 10 bagian
air panas atau air dingin untuk menghasilkan larukan koloidal yang kental atau
semi gel.
Viskositas tragakan bervariasi tergantung dari kemurnian material.Dispersi
tragakan 1% dalam air memiliki viskositas 100–4000 cP pada suhu
20°C.Viskositas meningkat dengan peningkatan temperatur dan konsentrasi, tetapi
viskositas menurun dengan peningkatan pH. Dispersi tragakan paling stabil pada
pH 4–8, dan diperlukan pengawet ( 0.1% w/v asam benzoit atau natrium benzoat,
kombinasi 0.17% w/v metil paraben and 0.03% w/v propylparaben) untuk
mencegah pertumbuhan mikroba akibat kontaminasi.
Pada pH 7, tragakan dapat mereduksi efek antimikroba benzalkonium
klorida, klorobutanol, dan metilparaben, dan sedikit berpengaruh padafenol and
fenylmerkurik asetat. Pada pH < 5 tragakan dilaporkan tidak memiliki efek
samping pada efek pengawetan dari asam benzoat, klorobutanol, atau
metilparaben.
Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat menurunkan viskositas
dispersi tragakan. Viskositas juga akan menurun dengan penambahan larutan
alkali (NaCl) jika dispersi dipanaskan. Tragakan dapat bercampur dengan garam
dengan konsentrasi relatif tinggi, beberapa bahan pensuspensi sepertiakasia,
CMC, pati , dan sukrosa. Dispersi tragakan berwarna kuning, dan dapat
diendapkan dengan penabahan garam Ferriklorida 10%.
c. Algin
Istilah algin atau alginate diberikan pada derivate asam alginate yang
diperoleh dari lumut laut.Asam alginate adalah suatu poligliseronoid. Dalam
farmasi digunakan garam asam alginate yang larut dalam air, anionik dan stabil
pada pH 5 ≤ . Pada pH kurang dari 4, asam alginate akan mengendap.
Algin adalah tipe khas koloid hidrofilik yang diperoleh dari tanaman, dan
seperti agar, condrus, pectin, dan tragakan merupakan golongan
karbohidrat.Mereka mempunyai BM tinggi tetapi larut dalam air dan sangat
terhidrasi disebabkan ikatan hidrogen dari gugus hidroksilnya dengan air.Na
alginate hancur dalam air dingin setelah didiamkan semalam.Penghancuran
dipercepat oleh panas dan dengan digerakkan perlahan-lahan.Pemanasan
berlebihan diatas 50ºC menyebabkan hidrolisa dan kehilangan viskositas.
Tingkat kenaikan viskositas bervariasi pada berbagai koloid hidrofil dan
seringkali berbeda untuk substansi yang diberikan disebabkan perbedaan dalam
pembuatan dan standarisasinya.Viskositas yang dihasilkan beberapa tipe algin
yang diperdagangkan tergantung pada tingkat hidrolisa yang terjadi selama
pembuatan.Konsentrasi algin mempengaruhi viskositasnya, algin.Pada
konsentrasinya 1% dapat membentuk larutan dengan viskositas 1000 cps dan pada
konsentrasi 5% membentuk gel.
Keberadaan garam dari logam alkali dan alkohol pada konsentrasi sedang,
hanya sedikit menurunkan viskositas, sedangkan konsentrasi tinggi menyebabkan
dehidrasi dan mengendapkan algin.
Ion-ion logam berat mengendapkan garam asam alginate sebagai
serabut.Penambahan hati-hati ion Ca pada suatularutan algin menaikkan
viskositasnya.Pada konsentrasi rendah dari ion Ca, beberapa gugus karboksilat
belum bereaksi dan dalam bentuk ionic mempertahankan algin dalam larutan.
Penambahan lebih lanjut ion Ca konsentrasi rendah menghasilkan gel dimana
mol-mol panjang dari Ca alginate yang tidak larut telah menjerat sejumlah
medium disperse.
Koloid hidrofil dari tanaman adalah anionic dan asidik kecuali guar gum
yang non ionic.Pada umumnya koloid hidrofil tersedia dalam bentuk garam yang
larut dalam air dimana bentuk asamnya diendapkan pada pH kurang dari 4. .
Bila air mula-mula ditambahkan, maka koloid hidrofil membengkak dan
mengabsorbsi air disertai pembentukan lapisan yang kental mengelilingi tiap
partikel.Partikel-partikel cenderung melekat menjadi gumpalan-gumpalan yang
sulit dipecahkan karena diselubungi lapisan yang licin yang merintangi
pengirisan.Difusi perlahan-lahan dari air melewati lapisan ini sangat
memperlambat penghancuran keseluruhan partikel-partikel itu. Biasanya bahan
pensuspensi yang sudah diserbuk ditaburkan perlahan-lahan di atas air dengan
digerakkan secara mekanis. Hidrasi yang sempurna tidak akan terjadi dalam
beberapa hari. Untuk memudahkan hidrasi dapat ditambahkan alkohol, gliserin,
sorbitol, propilen glikol atau bahan pembasah yang sesuai sesaat sebelum
penambahan air.
d. Guar gom
Guar gum berasal dari bagian dalam endosperm dari tanaman guar
Cyamopsis tetragonolobus (L.) Taub. , dari famili Leguminosae yang tumbuh di
India, Pakistan, dan beberapa area di bagian barat dayaUSA. Guar gum
merupakan senyawa polisakarida hidrokoloid dengan berat molekul besar,
tersusun atas unit galactan dan mannan suatu glikosida , secara kimia disebut
sebagai galactomannan. Komponen utama polisakaridanya adalah d-galaktosa
dan d-mannosa . Guar gum tidak berbau,berwarna kuning lemah hingga putih
dan tidak berbau.
Guar gum secara luas digunakan dalam makanan, kosmetik dan formulasi
sediaan farmasi oral / topikal sebagai bahan pensuspensi (meningkatkan
viskositas), thickening, dan penstabil. Bersifat tidak toksik dan tidak mengiritasi.
Guar gum praktis tidak larut dalam pelarut organik. Dalam air dingin atau panas,
guar gum terdispersi dan mengembang dan membentuk larutan kental dan bersifat
tiksotropik.Kecepatan hidrasi optimum dicapai pada pH 7.5-9.0.Pada temperatur
ruangan akan dihasilkan viskositas maksimum selama 2 – 4 jam. Viskositasnya
tergantung pada temperatur, waktu, konsentrasi, pH, kecepatan pengadukan dan
ukuran partikel guar gum.Dispersi guar gum 1% dalam air memiliki pH 5.0-7.0
dengan viskositas sebesar 4860 cP.Dispersi guar gum memiliki aktifitas buffer
dan stabil pada pH 4.0-10.5. Sifat alirannya seperti yang dimiliki oleh xanthan
gum
Stabilitas terhadap adanya kontaminan mikroba dapat diatasi dengan
penggunaan pengawet metilparaben0.15% dan propylparaben 0.02% .
Penggunaan pada produk makanan dapat menggunakan pengawet asam benzoat,
asam sitrat, Natrium benzoate, atau asam sorbat
Guar gum dapat bercampur dengan hidrokoloid alam lainnya
sepertitragakan, tetapi tidak dapat bercampur dengan acetone, etanol (95%),
tannin, asam kuat, dan alkalis.Kehadiran ion borat dalam disprsi akan
menghambat proses hidrasi guar gum.
e. Gelatin
Gelatin diperoleh melalui hidrolisa sebagian kolagen yang berasal dari kulit,
jaringan dan tulang-tulang binatang.Gelatin terdiri dari rantai polipeptida dengan
panjang yang berbeda. Beberapa dari asam amino penyusun gelatin adalah
diamino karboksilat dan yang lain adalah mono amino asam dikarboksilat.
Gelatin bersifat amfoterik disebabkan adanya amino bebas dan gugus
karboksilat.Dengan demikian muatan gelatin tergantung pada pH.
Gelatin tipe A
Gelatin tipe B dibuat dengan hidrolisa asam, terhidrasi dengan kuat serta
bermuatan (+) pada pH 4 – 4,5. Titik isoelektris dari tipe A adalah pada pH 7-9
dimana pada titik itu gelatin tidak bermuatan dan berada sebagai zwitter ion.
Gelatin tipe A adalah kationik disebabkan pH asam yang dihasilkan oleh asam
tartrat sehingga tidak dapat dipakai dengan koloid hidrofil yang bermuatan
negative seperti acacia dan tragakan.
Gelatin Tipe B
Gelatin tipe B dibuat dari bahan asal yang diberi alkali dan digunakan pada
pH sekitar 8.Medium alkali dapat dipertahankan dengan penambahan Na
bikarbonat.Karena gelatin tipe B anionik maka dapat dipakai dengan koloid
hidrofil yang bermuatan negative.

Derivate selulosa
a. Metil Selulosa
Derivate sellulosa yang digunakan dalam farmasi sebagai pensuspensi
adalah polimer-polimer rantai panjang dengan gugus R yang sudah dieterifikasi
pada gugus hidroksil.Derajat polimerisasi atau panjang rantainya mengontrol
viskositas dari derivatnya.Jadi untuk tingkat substitusi tertentu ada beberapa tipe
viskositas bergantung pada panjang molekulnya.Tipe viskositas yang dihasilkan
biasanya ditunjukkan oleh viskositas larutan 2% pada suhu 20° C.
Metil selulosa digunakan secara luas dalam formulasi sediaan oral dan
topikal. Sebagai bahan pensuspensi, metil selulosa digunakan pada konsenrasi
sebesar 1,0 – 2,0 %
Metode yang disukai dalam pembuatan larutan Metil selulosa adalah
dengan menggunakan air panas. Metil selulosa yang sudah diserbuk diblender
dengan ¼ - ½ volume air suhu 90ºC yang dibutuhkan. Setelah proses pembasahan,
maka sisa air ditambahkan sebagai es atau air es, lalu ditempatkan dalam lemari
pendingin agar jernih. Bila air dingin ditambahkan terlebih dahulu, maka film
yang kental terbentuk pada permukaan tiap partikel yang menyebabkan bergumpal
dan memeperlambat difusi air ke dalam partikel.
Pembuatan larutan metil selulosa dapat juga dengan menggunakan 5
bagian alkohol, gliserin atau propilen glikol ( bila poliol yang digunakan lebih
sedikit maka campuran akan sangat kental dan membentuk gumpalan-gumpalan )
setelah itu ditambahkan air sedikit demi sedikit dengan pengadukan secara
mekanis. Bahan pembasah dapat dipakai dengan cara yang sama dengan poliol
tetapi bahan pembasah tertentu mempengaruhi viskositas. Bahan yang dapat
meningkatkan viskositas Metil selulosa antara lain adalah larutan 1% dioktil
sulfosuksinat dan larutan Na stearat 1% .
Bila larutan Metil selulosa dipanaskan, viskositasnya mula-mula turun
sampai tercapai temperature dimana terjadi gel. Bila temperature dinaikkan maka
energy molekulair naik dan ikatan hydrogen pada Metil selulosa terputus. Dengan
putusnya ikatan hydrogen maka Metil selulosa tidak terhidrasi lagi dan molekul
yang linier terjalin dan mengendap sebagai gel pada suhu 45-55ºC.
Metil selulosa dengan gel yang tinggi diberi tanda Hg yang didahului
bilangan yang menunjukkan temperature gel seperti contoh : Metil selulosa 65
Hg berarti = campuran metal dan hidroksi propel eter sellulosa dan 2% larutannya
dalam air membentuk gel pada temperature 65ºC.
Metil selulosa dapat menurunkan tegangan permukaan, walaupun terutama
sebagai bahan pensuspensi tetapi dapat digunakan sebagai protektif koloid (
koloid pelindung ) dan membentuk emulsi o/w.
Umumnya tipe viskositas rendah menghasilkan aktivitas permukaan lebih
besar dari pada tipe viskositas tinggi, tetapi tipe viskositas tinggi lebih mampu
dalam pembentukan film daripada tipe viskositas rendah.Tipe viskositas rendah
telah digunakan sebagai bahan pembasah dan bahan pendispersi dalam suspensi
parenteral untuk intra muskuler. Karena Metil selulosa tidak dimetabolisme maka
tidak dianjurkan untuk pemakaian parenteral.
Metil selulosa adalah non ionik dan netral, stabil pada pH 3 – 11 tetapi
dapat diendapkan dari larutannya oleh bahan tambahan pada konsentrasi yang
tinggi disebabkan adanya persaingan air dengan bahan tambahan dan dehidrasi
Metil selulosa yang kemudian mengendap. MgCl2anhidrat Na2SO4 anhidrat 4 g,
atau 65 g sukrosa merupakan jumlah maksimum yandapat ditambahkan pada 100
ml larutan 2% Metil selulosa 4000 cps.
Larutan 2% Metil selulosa dapat dibuat dengan alkohol sampai 40 % dalam
air. Metil selulosa 65 Hg masing-masing akan mentolerir maksimum 60% dan
80% alkohol.

b. Na Carboksi Methyl Cellulosa (NaCMC)


Na Karboksi Metil Selulosa atau NaCMC yang larut dalam air dan
digunakan dalam farmasi adalah sellulosa yang telah disubstitusi dengan Na
karboksi metil. Derajat substitusi mengontrol kelarutannya dan panjang
molekulnya mengontrol viskositas untuk tiap tingkat substitusi.Tipe viskositas
dari Na Carboksi Metil Selulosa terdiri dari tipe rendah, medium (sedang), dan
tinggi.
Misalnya : Na Carboksi Metil Selulosa P-75-L menunjukkan bahwa Na
Carboksi Metil Selulosa sudah dimurnikan sampai derajat premium (P), nomornya
menunjukkan derajat substitusi 0,75 dan huruf L menunjukkan tipe viskositas
rendah ( = Low ).
Viskositas Na Carboksi Metil Selulosa turun dengan kenaikan temperatur,
hancur dalam air dingin atau panas. Larutan dapat dibuat lebih cepat jika air yang
digunakan dipanaskan lebih dahulu lalu serbuk ditambahkan pelan-pelan ke dalam
air dan diaduk dengan kuat ( pencampuran dengan daya pengirisan yang tinggi )
sehingga partikel terpisah dan masing-masing dibasahi tanpa
gumpalan.Penambahan serbuk tidak boleh terlalu pelan karena larutan akan
menjadi kental sebelum semua serbuk ditambahkan.
Na Carboksi Metil Selulosa adalah anionic dan larut dalam air, larutannya
sedikit alkalis dan stabil pada pH 6-10. Bila pH turun, larutan akan kehilangan
viskositas dan pada pH 2 asam bebasnya diendapkan.
Umumnya bercampurnya Na Carboksi Metil Selulosa dengan garam
tergantung pada dapat atau tidaknya kation dari garam yang ditambahkan itu
membentuk garam Na Carboksi Metil Selulosa yang larut.Konsentrasi sedang dari
KCl mempunyai efek yang kecil tetapi bila zikronium sulfat ditambahkan maka
zikronium- Na Carboksi Metil Selulosa yang tidak larut diendapkan.Biasanya
kation monovalen membentuk garam yang mudah larut dan kation polivalen
membentuk garam yang tidak larut.
Mikrokristal sellulosa dalam kombinasi dengan Na Carboksi Metil Selulosa
atau Metil selulosa dapat digunakan sebagai bahan pensuspensi ( diperdagangkan
dengan nama Avicell® ).Avicell adalah koloid yang terdispersi dalam air dan
mengandung 8% Na Carboksi Metil Selulosa untuk melindungi dispersinya. Bila
diaduk dalam air akan membentuk larutan dan pada konsentrasi di atas 1%
partikel-partikel sellulosa mengalami interaksi membentuk gel tiksotropi.
Suatu larutan dari mikrokristal sellulosa terflokulasi oleh :
- Sejumlah kecil elektrolit
- Polimer-polimer kationik
- Surfaktan
Sistem yang terflokulasi mengendap menjadi volume sedimentasi yang
besar dan memperlambat caking.Polimer-polimer seperti Metil selulosa dan Na
Carboksi Metil Selulosa berfungsi sebagai koloid pelindung yang diabsorbsi
dipermukaan partikel-partikel.Jalinan jala dari partikel-partikel padat yang terikat
oleh rantai polimer ini menghasilkan system tiksotropi yang merupakan
pendukung utama untuk suspensi, karena fase terdispersi dipegang di dalam
struktur tiksotropi selama penyimpanan dan bila digunakan memberikan
konsistensi yang mudah dituang.
c. Hidroksi etil selulosa

Hidroksi etilselulosa adalah selulosa dengan substituen poli(hidroksi) eter.


Bahan ini tersedia dalam beberapa tingkatan tergantung viskositas dan derajat
sunstitusinya (Cellosize, Natrosol);beberapa dimodifikasi untuk dapat terdispersi
dalam air. Tingkatannya ditentukan berdasarkan viskositas (cP)dari larutan 2%
yang diukur pada suhu 20°C
Hidroksi etil selulosa bersifat nonionik, polimer yang larut dalam air, dan
digunakan secara luas dalam formulasi farmasi dan kosmetik sebagai bahan
pensuspensi (meningkatkan viskositas). Hidroksi etil selulosa terutama digunakan
dalam formulasi sediaan farmasi ophthalmic dan topikal.Merupakan bahan yang
tidak toksik dan tidak mengiritasi. Tidak disarankan menggunakan bahan ini pada
formulasi sediaan oral ataupun topikal pada membran mukosa
Konsentrasi yang digunakan dalam formulasi tergantung pada pelarut dan
berat molekulnya.Hidroksi etil selulosa larut dalam air panas atau dingin,
membentuk larutan jernih,lembut dan monofase;praktis tidak larut dalam
aseton,etanol(95%),eter dan banyak pelarut organik. Dalam beberapa pelarut
organik polar seperti glikol,hidroksietil selulosa mengembang atau larut sebagian
Hidroksi etil selulosa tersedia dalam beberapatipe dengan rentang
viskositas, contohnya Cellosize yang dibuat dalam 11 tingkatan
viskositas.Tingkatan-tingkatan pada hidroksi etil selulosa pada dasarnya berbeda
dalam viskositas larutannya yaitu pada rentang 2-20000mPa untuk larutan 2%
nya. Dua tipe Cellosize yang dihasilkan adalah tipe WP yakni bahan dengan
sifatnormal-dissolving dan tipe QP yakni bahan dengan sifat rapid-dispersing.
Viskositas terendah hanya dapat diperoleh dari tipe WP (02). Lima tingkatan
viskositas dapat diperoleh dari kedua tipe (09, 3, 40, 300, dan 4400 ). Lima
viskositas tinggi hanya diperoleh dari tipe QP yaitu (10000, 15000, 30000, 52000,
dan 100 M).

Tabel 3.1.
Tingkatan Cellosize berdasarkan viskositasnya

Viscosity (mPas)
Concentration
Type Grade
(% w/v)
Low High

WP 02 5 7–14 14–20

WP and QP 09 5 60–100 100–140

3 5 220–285 285–350

40 2 70–110 110–150

300 2 250–325 325–400

4400 2 4 200–4 700 700–5 200

QP 10000 2 5 700 6 500

15000 2 15 000–18 000 18 000–21 000

30000 1 950–1 230 1 230–1 500

52000 1 1 500–1 800 1 800–2 100

100M 1 2 500 3 000

Natrosol 250dihasilkan dalam 10tipe viskositas seperti pada tabel dibawah


ini
Tabel 3.2.
TipeNatrosol 250dalam larutan pada suhu 25°C.

Viscosity (mPa s) for varying concentrations (% w/v)


Type
1% 2% 5%

HHR 3 400–5 000 — —

H4R 2 600–3 300 — —

HR 1 500–2 500 — —

MHR 800–1 500 — —

MR — 4 500–6 500 —

KR — 1 500–2 500 —

GR — 150–400 —

ER — 25–105 —

JR — — 150–400

LR — — 75–150

Bahan dengan sifat rapidly - dispersingdapat disiapkan dengan


mendispersikan hidroksi etil selulosa dengan pengadukan sedang dalam air suhu
20-25°C. Setelah hidroksi etil selulosa terbasahi, selanjutnya temperatur larutan
dinaikkan hingga 60–70°C untuk meningkatkan kecepatan proses dispersinya.
Penggunaan larutan alkali juga dapat meningkatkan proses dispersi. Pada tipe ini,
dispersi dapat tercapai dalam waktu 1 jam melalui pengontrolan temperatur, pH
dan kecepatan pengadukan.
Bahan dengan sifat normally- dispersingdari hidroksi eter selulosa perlu
lebih berhati-hati pada penangannya untuk menghindari penggumpalan selama
dispersi; air harus di aduk dengan cepat. Sebagai alternatif, campuran kental
hidroksietil selulosa disiapkan dalam pembawa non air seperti alkohol terlebih
dahulu , sebelum didispersikan ke dalam air.
Larutan hidroksi etil selulosa dalam air relatif stabil pada pH 2–12, kurang
stabil dibawah pH 5 (terhidrolisis).Pada pH tinggi, oxidasidapat terjadi.
Peningkatan temperatur akan menurunkan viskositas larutan hidroksi etil selulosa,
tetapi pendinginan akan mengembalikan viskositas aslinya. Larutan hidroksi etil
selulosa dapat mengalami degradasi enzim dan menurunkan viskositasnya akibat
keberadaan bakteri dan jamur, sehingga untuk menjaga stabilitasnya diperlukan
penambahan pengawet.
Hidroksi etil selulosa tidak larut dalam banyak pelarut organik, sebagian
tercampurkan dengan beberapa bahan yang terlarut dalam air seperti casein;
gelatin; metil selulosa; polyvinyl alkohol, dan pati; penambahan pengawet
natrium pentaklorofenat ke dalam larutan hidroksi etil selulosa akan menghasilkan
peningkatan viskositasnya.
Tanah liat ( Clays )
Tanah liat ( clay ) yang digunakan sebagai pensuspensi dalam farmasi
adalah silikat-silikat yang berada dalam komponen logamnya.

a. Veegum ( Mg Al silikat )
Veegum merupakan campuran yang dimurnikan dari Mg dan Al silikat,
warnanya lebih muda, tidak berbau dan tidak berasa dibanding bentonit.Veegum
dapat mengadsorpsi obat-obat yang terasa pahit dan mempengaruhi kenyamanan
rasa pada pengobatan bentuk cairan. Test klinik menunjukkan bahwa obat tidak
begitu kuat diadsorpsi sehingga kemanfaatan biologisnya ( bioavailabilitasnya )
tidak berkurang secara signifikan.
b. Bentonit ( Al silikat )
Bentonit adalah Al silikat koloidal, terhidrasi, bersifat anionik dan
menunjukkan viskositas maksimum pada kondisi alkali.Bentonit tidak sesuai
digunakan pada pH kurang dari 6 dan terkoagulasi oleh asam kuat.
Viskositas dan nilai suspensi bentonit relatif tidak dipengaruhi oleh
perubahan temperatur. Pada konsentrasi di atas 4,3% menunjukkan aliran plastis
dan tiksotropi yang disebabkan interaksi antar partikel yang dipengaruhi elektrolit
dan pH.
Untuk membuat dispersi dalam air maka bentonit atau veegum ditambahkan
perlahan-lahan pada air dan digerakkan secara kontinyu.Hidrasi yang lebih
lengkap diperoleh dengan mendispersi tanah liat sebelum penambahan suatu
elektrolit. Hidrasinya berlangsung perlahan-lahan dan viskositas maksimum tidak
akan dicapai di dalam sehari.
Faktor paling menentukan dalam mereduksi waktu yang dibutuhkan untuk hidrasi
adalah :
a) Penggunaan mikser yang kemampuan pengirisannya tinggi
b) Penggunaan air panas mempercepat hidrasi dan dianjurkan jika digunakan
mikser dengan kemampuan pengirisan yang rendah
c) Untuk mengefektifkan waktu pembuatan, maka terlebih dahulu membuat
dispersi 4% atau 5% , setelah itu diencerkan hinggakkonsentrasi yang dibutuhkan.
Walaupun bentonit adalah bahan pensuspensi tetapi dapat juga digunakan
untuk membentuk emulsi karena dapat teradsorpsi pada antar muka minyak-air
untuk membentuk lapisan film pelindung sekeliling butiran fase terdispersi.

c. Attapulgite
Attapulgit adalah hidrasi magnesium aluminum silicate yang dimurnikan
dari alam yang terkandung dalam mineral clay. Koloidal attapulgit mengabsopsi
sejumlah air untuk membentuk gel.
Attapulgit digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi, tidak
toksik, tidak mengiritasi dan tidak ikut diabsorpsi pada pemberian oral.

d. Silica koloidal
Silika koloidal (aerosil,cab-o-sil, SiO2) Silika koloidal digunakan secara
luas dalam farmasi (oral dan topikal), kosmetik dan produk makanan, antara lain
sebagai adsorben, anti-caking, penstabil emulsi, bahan pensuspensi dan peningkat
viskositas.
Silika koloidal digunakan sebagai thixotropic thickeningdan bahan
pensuspensi pada gel dan sediaan semi padat. Derajat peningkatan viskositas
tergantung pada polaritas cairan.Viskositas juga tergantung dari temperatur dan
pH.Silika koloidal, ketika digunakan dalam sistem cairan pada pH 0-7.5akan
efektif meningkatkan viskositas sistem. Viskositas sistem akan direduksi pada pH
diatas 7,5

Polimer-polimer sintetis
a. Karbopol
Karbopol 934 yang nama kimianya karboksi vinil polimer dari BM yang
sangat tinggi. Viskositasnya turun bila terkena cahaya.Penurunan viskositas akibat
reaksi oksidatif ini dapat dihindari dengan penambahan anti oksidan atau dengan
menghindari cahaya pada penyimpanan.Dapat digunakan dalam formulasi sediaan
farmasi oral.
b. Polioks
Polimerisasi PEG sampai BM beberapa juta dari dimensi koloidal dapat
terdispersi dan mengentalkan air.

Penstabil yang lain


a. Emulsi cetil alkohol
Merupakan emulsa cair yang mempunyai viskositas agak tinggi yang bila
ditambahkan pada suspensiakan berfungsi sebagai penstabil. Dibuat dengan
melarutkan Na lauril sulfat dalam air, dipanaskan sampai 55ºC dan larutan panas
ini ditambahkan pada cetil alkohol yang sudah dilebur dan diaduk sampai
membeku.

b. Dipokoloid
Dipokoloid adalah senyawa yang mengentalkan pelarut yang bukan
air.Karbopol 934 yang sudah dinetralkan juga merupakan pengental yang efektif
untuk gliserin, glikol-glikol dan alkohol.
Salah satu yang paling efektif sebagai penstabil suspensi untuk cairan non
polar adalah silicon dioksid yang dibuat secara spesifik dan efektif dalam
konsentrasi 1-2%.

Pemilihan bahan pensuspensi umumnya berdasarkan fungsinya, yakni sebagai :


- Koloid pelindung
- Bahan penginduksi viskositas
- Surfaktan
- Bahan pendispersi
Kombinasi bahan-bahan ini digunakan untuk memperoleh sifat aliran
(rheologi) yang diingini.
Sistem deflokulasi yang mencakup factor-faktor hokum Stokes menjadi hal
penting untuk dipertimbangkan, sehingga pengendpan dan pembentukan cake
dapat diatasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu :
- Ukuran partikel
- Kerapatan pembawa dan partikel, dan
- Viskositas medium

2. Pemflokulasi
Setelah serbuk dibasahi dan didispersi dengan baik, maka selanjutnya
diarahkan dengan berbagai cara agar menghasilkan flokulasi yang terkontrol,
sehingga mencegah pembentukan endapan padat yang sukar didispersi kembali.
Bahan yang dapat digunakan untuk menghasilkan flokulasi dalam suspensi seperti
elektrolit,surfaktan dan polimer.
a. Elektrolit
Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan cara mengurangi
tahanan elektrik antara partikel tersebut sehingga terjadi suatu pengurangan zeta
potensial dan pembentukan suatu jembantan antara partikel-partikel yang
berdekatan. Jembatan antar partikel ini menyebabkan ikatan antar partikel tersebut
merupakan suatu struktur yang longgar. Elektrolit yang dapat digunakan antara
lain adalah, KCl,NaCl, Al dan .
b. Surfaktan
Surfaktan telah digunakan untuk menghasilkan flokulasi dari partikel yang
tersuspensi, baik dari jenis nonionik maupun ionik. Surfaktan ionik menyebabkan
flokulasi melalui netralisassi muatan partikel.Struktur yang panjang dari surfaktan
nonionik dapat diadropsi oleh lebih dari satu partikel, sehingga terbentuk struktur
flokulat yang longgar.
c. Polimer
Polimer merupakan suatu senyawa berantai panjang dengan bobot molekul
yang tinggi dan mengandung gugus-gugus aktif di sepanjang rantainya.Zat ini
bekerja sebagai zat pemflokulasi karena sebagian rantainya diadsobsi pada
permukaan partikel, dengan bagian yang tersisa mengarah ke medium dispersi dan
menjadi jembatan perlekatan dengan partikel lainnya, yang pada akhirnya
terbentuk flokulasi.
Penambahan xantan gum pada suspensi sulfaguanidin, bismut subkarbonat
dan obat-obatan lain, menghasilkan peningkatan volume sedimentasi yang diduga
akibat fenomena jembatan polimer.
Polimer hidrofilik juga bekerja sebagai koloid pelindung, dan partikel-
partikel yang terlindungi oleh koloid tersebut kurang menunjukkan
kecenderungan membentuk lempengan keras (cake) dibandingkan partikel yang
tidak tersalut.Polimer hidrofilik ini menunjukkan sifat aliran pseudoplastik dalam
larutan, sehingga berpoptensi meningkatkan stabilitas fisika suspensi.
Beberapa polimer merupakan polielektrolit yang dapat terionisasi dalam
medium air.Kemampuan ionisasi tergantung pada pH dan kekuatan ion dari
medium dipersi. Polimer ini dapat bekerja membentuk medan elektrostatik dan
memberi efek sterik sebagai koloid pelindung yang mencegah partikel bergabung
dengan kuat. Sifat seperti ini ditunjukkan oleh polimer linear misalnya Na CMC,
dan dapat menjadi agen pemflokulasi.
3. Bahan Tambahan lain
Bahan-bahan tambahan lain dalam suspensi tidak sangat berpengaruh
terhadap stabilitas sistem suspensi, tetapi diperlukanuntuk meningkatkan nilai
estetika sediaan. Bahan-bahan ini meliputi pengawet, pewarna, pengaroma yang
memberi aroma/rasa ( flavor ).
Pada umumnya pewarna dan pengaroma digunakan dalam jumlah yang
kecil dan harus dapat dapat tercampurkan dengan bahan-bahan dalam
formula.Pewarna yang digunakan dapat berasal dari alam maupun pewarna
sintetik yang diperbolehkan. Demikian pula flavoring agent dapat berasal dari
alam seperti ekstrak buah dan aqua aromatik ataupun dari bahn sintetik seperti
asam sitrat.
Stabilitas sediaaan harus dijaga dari akibat yang ditimbulkan oleh
kontaminan bakteri dan jamur yang dapat mendegradasi bahan-bahan dalam
formula. Untuk itu kehadiran pengawet dalam formula adalah mutlak, terutama
untuk sediaan yang tidak disterilkan.
Pengawet Untuk Hidrokoloid
Asam benzoate 0,2% telah dipakai sebagai pengawet untuk musilago akasia
dan tragakan. Pengawetan memadai didapatkan dari 0,0125% butyl paraben dapat
juga kombinasi metil paraben dan propil paraben
Kebanyakan hidrokoloid adalah anionik, oleh karena itu pengawet kationik
seperti benzalkonium klorida dan kuartener lainnya biasanya tidak digunakan,
kecuali untuk hidrokoloid metil selulosa dan guar gom yang non ionik.
Garam-garam fenil merkuri ( asetat, borat, dan nitrat ) yang merupakan anti
bakteri kationik tidak mempunyai volume molekuler yang cukup besar untuk
menyebabkan ketidakcampuran dengan hidrokoloid anionic. Garam-garam ini
mempunyai daya antiseptic yang lebih kuat, kurang iritasi dan kurang toksis
daripada garam merkuri anorganik. Dari garam-garam ini tersedia dalam
perdagangan sebagai fenil merkuri asetat, fenil merkuri klorida, fenil merkuri
borat, dan fenil merkuri nitrat
Senyawa ini digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi 0,004%
sampai 0,01% . Untuk pemakaian luar ( eksternal ) digunakan baik fenol atau
kresol dengan konsentrasi 0,5%.
3 Keuntungan Sediaan
Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :
a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat
memperlambat terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk
larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan
dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
b. baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul.
terutama untuk anak-anak
c. memiliki homogenitas yang cukup tinggi
d. lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan
permukaan saluran cerna tinggi
e. dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

4 Kerugian suspensi
4.1.1.1 Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
4.1.1.2 Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk
sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan
kapsul.
4.1.1.3 Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan
terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam
larutan di mana terdapat air sebagai katalisator.
5 memiliki kestabilan yang rendah
6 jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga
homogenisitasnya menjadi buruk
7 aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang
8 ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
9 suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
10 pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan
meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai