Ruptur Perineum 2 PDF
Ruptur Perineum 2 PDF
Oleh :
SINTA WULANSARI
NIM. 13DB277041
INTISARI
Ruptur perineum merupakan salah satu penyumbang angka kematian ibu.
Berdasarkan hasil survei di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, data yang diperoleh dari bulan
Januari- April 2016 terdapat 34 ibu bersalin, 20 diantaranya mengalami luka pada
perineum, dan mengalami ruptur derajat II. Ruptur perineum dapat didefinisikan sebagai
robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Ruptur perineum merupakan
salah satu penyebab dari terjadinnya infeksi yang dapat menyebabkan kematian pada ibu
nifas jika tidak ditangani dengan baik dan benar. Perawatan luka bekas jahitan sangat
penting dilakukan karena luka bekas jahitan jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat
menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang
mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina).
Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata
dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur perineum dengan
menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur
perineum dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur perineum ini dilakukan 1 minggu di bd. Wiwin
Wintarsih, AM.Keb Kota Tasikmalaya.
Dari hasil penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran dari
pengalaman nyata dalam pengetahuan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur
perineum. Kesimpulan dari pelaksanaa asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ruptur
perineum di Bd. Wiwin Wintarsih, AM.Keb Kota Tasikmalaya dilaksanakan cukup baik.
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan,
nifas saat ini di dunia masih sangat tinggi. Tahun 2010 setiap 1 menit di
dunia seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun ada
600.000 orang ibu meninggal sia- sia saat melahirkan. World Health
Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap
harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99%
dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang (ICD-10, 2012;
WHO, 2014).
Menurut WHO pada tahun 2014, Angka Kematian (AKI) Ibu masih
tinggi. Di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika
Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu
di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000
kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160
per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup,
Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000
kelahiran hidup (WHO, 2014).
Jumlah kematian Ibu relatif menurun pada tahun 2014 dan 2015
dibandingkan pada tahun 2013. Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI)
mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup, sementara Target RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) pada tahun 2019
angka kematian ibu adalah 306 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka
Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 adalah 32 per 1000 kelahiran
hidup dan target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional) yang ingin dicapai pada tahun 2019 nanti adalah 24 kematian
setiap 1000 kelahiran hidup (DepKes RI, 2016).
Menurut DEPKES RI 2016 secara nasional penyebab langsung
kematian ibu dengan penyumbang AKI terbesar adalah perdarahan 24
orang%, komplikasi perineum 8%, infeksi 11%, partus macet 5%.
(DEPKES RI 2013).
1
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan
yaitu “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Ruptur
Perineum Di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM. Keb Kota Tasikmalaya?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dengan Ruptur Perineum Di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM. Keb
Kota Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dengan Ruptur Perineum Di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM. Keb
Kota Tasikmalaya, diharapkan penulis mampu:
5
D. MANFAAT
Diharapkan Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi:
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut guna
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Bagi Lahan Peraktik
Diharapkan hasil ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan ruptur
perineum.
6
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP NIFAS
1. Pengertian masa nifas
a. Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ- organ yang berkaitan dengan kandungan,
yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, dkk).
b. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
(Prawirohardjo, 2013).
c. Puerperium atau periode pasca persalinan ( post partum ) ialah
waktu antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai
berakhirnya periode intrapartum sampai menuju kembalinya
sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil. (Varney,
2007).
2. Tujuan masa nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi,
serta perawatan bayi sehari-hari.
d. Memberikan Pelayanan KB.
e. Mendapatkan kesehatan emosional. (Rimadhini, 2014).
7
8
karena atonia uteri. Oleh sebab itu bidan harus dengan teratur
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,
tekanan darah dan suhu.
b. Periode Intermedial atau Early post partum ( 24 jam – 1 minggu).
Di fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak
ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta
ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
c. Periode late Puerperium (1 – 5 minggu). Di periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemerikaan sehari- hari serta
konseling KB (Saleha, 2009).
5. Kebijakan Program nasional masa nifas
Pemerintah melalui departemen kesehatan, juga telah
memberikan kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan
pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada
masa nifas.
Tujuan kebijakan tersebut ialah:
1. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.
2. Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya kejadian- kejadian pada masa nifas.
4. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu maupun bayinya pada masa nifas.
6. Perubahan Fisiologis Pada masa Nifas
1. Uterus
Ukuran uterus mengecil kembali (Setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul,
setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). (Saleha,
2009).
10
2. Lochea
Berikut ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada
wanita pada masa nifas :
a) Lochea rubra
Berwarna merah kehitaman karena berisi sisa darah,
vernik casseosa, rambut lanugo, sisa mekonium. Muncul pada
hari ke 1-3 pasca persalinan.
b) Lochea Sanguinolenta
Berwarna putih bercampur merah berisi darah dan lendir
yang keluar pada hari ke 3-7 sampai pasca persalinan.
c) Lochea Serosa
Muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan, berwarna
kekuning/ kecoklatan mengandung lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi
plasenta.
d) Lochea Alba
Muncul sejak >14 hari pasca persalinan, berwarna putih
mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.
e) Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau
busuk.
11
f) Lochea Ostatis
Lochea yang tidak lancar keluarnya, umumnya jumlah
Lochea yang keluar lebih sedikit bila wanita post partu dalam
keadaan berbaring dari pada berdiri. Akibat pembuangan
bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam keadaan
berbaring dan kemudian akan mengalir saat berdiri. Total
jumlah rata- rata pengeluaran Lochea sekitar 250- 270 ml. (Sari
dan Rimadhini, 2014).
3. Perubahan vagina dan perineum
a) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga
seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi sedangkan serviks tidak
berkontraksi. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena
pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat
perlukaan- perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa
masuk ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jam
dan setelah 7 hari dapat dilalui dengan 1 jari.
b) Vagina
Pada minggu ke tiga, vagina mengecil dan timbul vugae
(lipatan- lipatan atau kerutan- kerutan) kembali.
c) Perubahan pada perineum
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar. Dalam penyembuhan
luka memiliki fase-fase pada keluhan yang dirasakan ibu pada
hari pertama sampai hari ke-3 ini merupakan fase inflamasi,
dimana pada fase ini ibu akan merasakan nyeri pada luka
jahitan di perineum, hal ini akan terjadi sampai 4 hari post
partum.
4. Perubahan Tanda- Tanda Vital
a) Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5-38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
12
C. RUPTUR RERINEUM
1. Pengertian Ruptur Perineum
a. Ruptur Perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu persalinan (Mochtar, 2011).
b. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat. Robekan perineum
terjadi pada hampir semua primipara (Winkjosastro, 2005).
c. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
(Prawirohardjo,2007).
2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Robekan
a. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah
faktor ibu, faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam. Diantara
faktor-faktor tersebut dapat diuraikan sebagai beriut :
1) Faktor Ibu
a) Paritas
Jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500
gram yang pernah dilahirkan hidup atau mati bilah berat
badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan lebih
dari 24 minggu. (Sumarah, 2008).
b) Meneran
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi
dilahirkan terlalu cepat dan tidak tepat dapat mengatur
kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya
laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala
17
2) Presentasi
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian
yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi
atau pada pemeriksaan dalam.
Macam- macam presentasi dapat dibedakan menjadi:
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin
memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada
waktu masuk panggul atau diameter submento bregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara
glabella dan dagu.
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian
(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka
yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjuknya adalah dahi.
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan
kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub
bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif
dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya. Waktu yang
diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik
relatif lebih lama dari pada forsep (lebih dari 10 menit).
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu adalah robekan pada
serviks uteri dan robekan pada vagina dan ruptur perineum.
2) Ekstrasi Vacum/ Forsep
Adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan cunan yang dipasang dikepala janin. Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ini adalah ruptur
19
Proses Manajemen
Pendokumentasian
Kebidanan
Asuhan Kebidanan
Kebutuhan Segera
Untuk Konsultasi,
Kolaborasi
Perencanaan Perencanaan
Plan :
1. Mandiri
Implementasi Implementasi
2. Kolaboratif
3. Rujukan
Evaluasi Evaluasi
A : Assesment
a. Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
27
Perencanan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang,
Untuk mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin.
Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan
keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakannya (Walyani, 2015).
Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang
telah dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan
ataupun dokter (Walyani, 2015). Pelaksanaan rencana tindakan untuk
menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus
disetujui oleh klien.
Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari
hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketetapan nilai tindakan.
28
1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah.
f. Pemberian konseling dan penyuluhan.
g. Pemberian surat keterangan kelahiran.