PEKERJAAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. Mobilisasi alat
Peralatan yang akan digunakan di lapangan harus dipersispkan paling lambat 3 hari sebelum
pekerjaan dimulai. Peralatan yang akan digunakan dalam proyek ini antara lain:
1. Concrete Mixer : 2 unit
2. Bak Adukan : 4 unit
3. Pompa Air : 2 unit
4. Stemper : 1 unit
5. Dump Truck : 1 unit
6. Pick Up : 1 unit
Semua peralatan utama merupakan milik sendiri. Mobilisasi peralatan dapat dilakukan pada awal
pekerjaan dan demobilisasi dilakukan pada mingggu akhir pekerjan setelah pekerjaan selesai.
3. Mobilisasi bahan
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini seperti semen, pasir, krikil, batu kali, baja tulangan,
kawat beton, paku dan yang lainnya diangkut ke tempat penyimpanan sesuai jadwal yang akan
dipersiapkan.
B. Shop Drawing
Sebelum mengerjakan pekerjaan, terlebih dahulu membuat Gambar-gambar kerja (shop drawing)
yang acuannya dari Gambar Rencana yang terakhir. Jika terdapat perbedaan antara gambar kerja
dengan keadaan sebenarnya di lapangan, maka yang dilaksanakan adalah keputusan yang
diberikan oleh Direksi. Selanjutnya melakukan penggambaran kembali tapak proyek sesuai
dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar
rencana, akan mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang dipatok. Direksi
akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat / revisi pada satu lembar gambar
tersebut dan mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, diajukan kembali gambar
yang Direksi diminta untuk direvisi. Gambar tersebut akan digambar kembali diatas kertas A3
dan setelah disetujui oleh Direksi, mka diserahkan kepada Direksi gambar asli dan 3 (tiga)
lembar hasil rekamannya.
E. Pemasangna Bowplank
1. Pada setiap pembuatan bangunan dan bangunan, dipasang bouwplank/profil dan mencantumkan
elevasi serta nama bangunannya. Pemasangan bouwplank/ profil berdasarkan peil elevasi
ketinggian dari patok hasil pengukuran Uitzet dan pemasangannya dapat dilaksanakan apabila
pengukuran dinyatakan selesai dan benar serta mendapat persetujuan dari Direksi.
2. Bouwplank dibuat dari papan kayu kelas III yang lurus dan rata, untuk membimbing
pelaksanaan dilapangan digunakan tarikan benang dan kapur bangunan agar terlihat bentuk tanah
yang akan digali ataupun bangunan yang akan dipasang, untuk pekerjaan tanah profil dipasang
setiap jarak 25 m ataupun lebih rapat bila diperlukan sehingga terlihat penampang yang harus
digali ataupun yang harus ditimbun.
Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, tapak proyek dibersihkan dari rumput, semak-semak,
lumpur, akan pohon, tanah humus, puing-puing dan segala sesuatu yang tidak diperlukan atau
dapat menggangu jalannya pekerjaan. Penebangan pohon-pohon sesuai dengan petunjuk Direksi.
Semua barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi, selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan galian tanah dimulai.
II. UTILIZAT/PENGUKURAN
B. Pengukuran Poligon
Langkah Kerja
1. Menyiapkan catatan, daftar pengukuran dan membuat sket lokasi areal yang akan diukur.
2. Menententukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai didapat kedataran.
4. Mengarahkan pesawat ke arah utara dan menolkan piringan sudut horizontal dan kunci kembali
dengan memutar sekrup piringan bawah.
5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut horizontalnya
yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum jam, kemudian putar
teropong 180º arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.
7. Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk bacaan
muka.
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan sudut horizontal
pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.
9. Dengan cara yang sama, dilakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga kembali lagi ke
titik P1.
10. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing-masing titik.
12. Menggambar hasil pengukuran dan perhitungan.
- Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets) atau dengan alat
ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur mencakup semua obyek bentukan
alam dan buatan manusia yang ada disekitar bangunan rencana .
Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur detail / rapat. Hal ini karena pada lokasi
disekitar rencana jembatan akan dilapangkan.
- Profil Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan bersamaan dengan
pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang melintang .
Pengambilan data penampang memanjang dilakukan dengan setiap perubahan muka tanah dan
sesuai dengan kerapatan detail yang ada sepanjang trase. Pembacaan rambu harus di lakukan
pada pada tiga benang yaitu : benanf atas, benang bawah, benang tengah
- Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang saluran di lakukan alat sipat datar pada daerah datar dan
terbuka, tetapi pada daerah dengan topografi bergelombang dilakukan dengan menggunakan
teodolit kompas dengan ketelitian bacaan 20”.
Pengukuran penampang melintang saluran dilakukan tegak lurus dengan ruas jalan. Pengambilan
data dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada
dengan mempertimbangkan factor skala peta yang dihasilkan dan tingkat kepentingan data yang
akan ditonjolkan,
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri. Untuk
mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di beri notasi yang berbeda,
misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi alphabetic dan untuk koridor
sebelah kanan di beri notasi numbers.
Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan : Kondisi datar, landai dan
lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan AS
trase jalan.
III. SOSIALISASI
- Persiapan.
1. Koordinasi,
Melakukan koordinasi dengan Camat, Lurah/Kepala Desa, Kadus, Kaling, Bendesa adat dan
Pekaseh di lingkungan setempat.
2. Penyiapan Tempat.
Lokasi tempat rapat disiapkan sesuai kesepakatan dengan pihak-pihak terkait pada saat
koordinasi.
-Materi Sosialisasi.
Materi sosialisasi mencakup: Tata cara memulai pekerjaan, Tatacara Pelaksanaan Pekerjaan,
Tatacara penanganan Bangunan-bangunan Suci, dan Tatacara mengakhiri pelaksanaan pekerjaan
di lapangan. Materi sosialisasi dibuat sehingga masyarakat setempat dapat memahami
pentingnya kegiatan ini bagi dirinya dan orang lain. Masyarakat harus diberi pemahaman tentang
tata cara pelaksanaan pekerjaan, gangguan yang akan timbul dan cara mengatasi permasalahan
darurat. Untuk itu materi sosialisasi adalah berupa makalah, leaflet, animasi, atau hal-hal lain
sesuai dengan permintaan tokoh masyarakat setempat.
Materi sosialisasi sekuraung-kurangnya memuat:
1. Rencana dan Kegiatan Secara umum.
2. Waktu Pelaksanaan.
3. Metode Pelaksanaan Pekerjaan.
4. Gangguan dan hambatan yang akan timbul.
V. PEKERJAAN DEWATERING
A. Pekerjaan Kistdam
1. Kisdam dibuat dari tanggul (timbunan tanah yang dipadatkan) atau dari turap dari baja (sheet
pile) yang diisi tanah timbunan untuk mencegah agar air tidak masuk atau untuk mengalihkan
aliran air dari daerah yang ada di dalam kisdam yang akan merupakan daerah kerja. Biasanya di
dalam kisdam kemungkinan masih ada / banyak air. Sehingga air tersebut perlu dikeluarkan agar
daerah kerja tersebut tetap kering, dengan menggunakan pompa. Pekerjaan kisdam diikuti oleh
pekerjaan pengeringan.
B. Pekerjaan Plesteran
Tahapan Pekerjaan:
a. Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 3 PP (12,5 Mpa) dan diaduk menjadi
mortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
b. Sebelum plesteran dimulai, permukaan pasangan dibersihkan dan dibasahi dulu dengan air.
c. Pemelesteran dengan ketebalan rata-rata 1,5 cm
d. Penyelesaian dan perapihan setelah pelesteran.
e. Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak mengganggu lalulintas
kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu peringatan adanya pekerjaan jalan sekaligus
mengatur arus lalu lintas.
f. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
C. Pekerjaan Siaran
Tahapan Pekerjaan:
g. Semen, pasir dan air dicampur dengan perbandingan 1 PC : 2 PP (17,2 Mpa) dan diaduk menjadi
mortar dengan menggunakan Concrete Mixer.
h. Sebelum disiar bidang muka pasangan dibasahi dulu dan dibersihkan dari kotoran yang melekat
pada pasangan.
i. Pekerjaan siaran dengan ketentuan siar tenggelam (masuk ke dalam 1 cm), siar rata (rata dengan
muka batu), dan siar timbul (timbul dengan tebal 1 cm, lebar 2 cm)
j. Penyelesaian dan perapihan setelah siaran selesai.
k. Selama proses pengerjaan, bahan di tempatkan pada tempat yang tidak mengganggu lalulintas
kendaraan. Petugas lalu lintas memasang rambu peringatan adanya pekerjaan jalan sekaligus
mengatur arus lalu lintas.
l. Mendokumentasi hasil pekerjaan sebagai bahan laporan
2. Pekerjaan Penulangan
a) Perakitan tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi
proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan pondasi dapat
berjalan lebih cepat.
Cara perakitan tulangan :
- Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat diketahui dari ukuran pondasi
setempat.
- Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat, dengan memperhitungkan
bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada pondasi setempat tersebut.
- Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat pengikat agar kokoh dan
tulangan tidak terlepas
b) Pemasangan Tulangan
Setelah merakit tulangan pondasi setempat maka untuk pemasangan tulangan dilakukan dengan
cara manual karena tulangan untuk pondasi setempat ini tidak terlalu berat dan kedalaman
pondasi ini juga tidak terlalu dalam.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:
- Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan tegak turus permukaan
tanah dengan bantuan waterpass.
- Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan dasar tanah, jarak antara
tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari
batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan permukaan
dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan tulangan tidak
menjadi karat.
- Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat langsung melakukan
pengecoran.
3. Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk
mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
Tahap-tahap pekerjaan bekisting:
- Yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan kolom sedangkan untuk
pondasinya hanya diratakan dengan cetok (sendok spesi).
- Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat bekisting, jarak
sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan tertentu.
- Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di cor.
- Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring
dengan bantuan alat waterpass.
- Papan cetakan tidak boleh bocor
- Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
- Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak terjadi retak.
4. Pekerjaan Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah: semen, pasir, kerikil/split serta air.
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya.
Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji
apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Semen merupakan bahan pokok terpenting dalam
pembuatan beton karena mempersatukan butir-butir pasir dan kerikil/split menjadi satu kesatuan
berarti semen merupakan bahan pengikat dan apabila diberi air akan mengeras. Agregat adalah
butiran-butiran batuan yang dibagi menjadi bagian pokok ditinjau dari ukurannya yaitu agregat
halus yang disebut pasir dan agregat kasar yang disebut kerikil/split dan batu pecah.
Tahap-tahap pekerjan pengecoran pondasi setempat yaitu:
- Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan juga dapat
mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
- Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta
air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
- Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu
1 volume semen berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya.
- Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama masukan pasir, kedua
semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian
ditambahkan air secukupnya Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih
selama 4-10 menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
- Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian tanah yang sudah diletakan
tulangan dengan bantuan alat sendok spesi centong/ dan dilakukan/dikerjakan bertahap sedikit
demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai
yang besar dapat masuk kecelahcelah tulangan.
- Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan mengering dan setelah
mengering pondasi diurug dengan tanah urugan serta disisakan beberapa cm untuk sambungan
kolom.
3. Komunikasi
Pengelolaan komunikasi di lapangan antara lain terdiri dari;
Komunikasi antar personil inti.
Komunikasi antara anggota tim proyek dengan berbagai agen perusahaan pemasok, penyewaan,
dan sebagainya.
antara kantor pusat dan lapangan
Antara proyek dengan pemerintah atau masyarakat umum setempat.
Penyelenggaraan komunikasi yang lancar tentu akan menghasilkan kinerja yang baik bagi
konstruksi.
X. METODE PELAKSANAAN MANAJEMEN
1. Tenaga Kerja
Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan:
1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja.
2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja.
3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan.
4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung.
5. Perencanaan, penjadualan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja.
2. Pemilihan Alat
1. Memastikan alat dirawat sesuai prosedur
2. Mengganti alat yang tidak sesuai atau tidak cocok.
3. Memastikan tersedianya suku cadang di proyek terutama pada elemen alat yang bersifat aus
4. Bila perlu menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan
5. Mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar
6. Membuat sumber tenaga listrik cadangan. Kerusakan genset akan menghentikan hampir seluruh
pekerjaan.
3. Bahan/Material
a) Pemilihan Material
Untuk pemilihan material permanen pada suatu proyek konstruksi, harus sesuaidengan ketentuan
yang tertera dalam gambar kerja dan spesifikasi yang terdapatdalam kontrak
b) Pemilihan Pemasok Material
Pemilihan pemasok material pada dasarnya ditentukan pada penawaran harga terendah, namun
ada beberapa faktor lain yang dipertimbangkan sebelum memutuskan, yaitu :
- Kehandalan pemasok
- Ukuran pemasok
- Layanan purna jual yang ditawarkan pemasok
- Syarat pembayaran yang diminta oleh pemasok
- Kualitas material yang dipasok
- Kemampuan pemasok untuk menyediakan material dalam keadaan tidak terjadwal
c) Pembelian Material
Pengendalian pembelian dilakukan oleh petugas pembelian dengan menggunakan buku pesanan
pembelian yang dibuat dalam beberapa rangkap. Masing-masing rangkap diserahkan kepada
pihak-pihak yang terkait untuk kelengkapan administrasi proyek. Rincian yang harus
dimasukkan dalam buku pesanan pembelian adalah :
- Nama dan alamat pemasok
- Nama orang yang memesan material
- Rincian material yang dibutuhkan
- Perintah penyerahan material
- Harga material yang dipesan
- Nama petugas yang bertanggung jawab terhadap pembelian material.
- Rincian untuk administrasi akutansi biaya pembelian material
d) Pengiriman Material
Pengiriman material berdasarkan surat permintaan pembelian material yang telah disetujui
dengan jaminan bahwa material yang akan dikirim pemasok sesuai dengan spesifikasi dan
dikirim ke lokasi yang tepat dan waktu yang diminta. Bagian pengiriman material juga harus
mengatur persetujuan bea Cukai, pembayaran tarif impor, mendapatkan izin impor dan lain-lain.
Bila pemasok tidak bisa menyanggupi pengadaan material yang dibutuhkan pada waktu
dantempat yang telah ditetapkan, maka bagian pengirirman material mengambil langkah-langkah
untuk menyelesaikan masalah tersebut, langkah-langkah yang mungkin dilakukan adalah :
- Mengubah material yang diminta "misalnya merk atau ukuran# yang telahmendapat persetujuan
lebih dahulu dari pihak yang berwenang.
- Mengatur dan melakukan uji coba pada material yang tidak standar untuk memgetahui kinerja dari
material tersebut.
- Membatalkan pesanan dan memesan pada pemasok lain.
e) Penerimaan Material
Material-material yang dipasok merupakan suatu hasil dari surat permintaan pembelian yang
wajib diperiksa pada saat penyerahan oleh bagian logistik. Sebelum material dibongkar, petugas
logistik memeriksa terlebih dahulu bahwa material-material yang diserahkan benar-benar
material pesanan yang merupakan bagian dari pelaksanaan proyek. Hal-hal yang perludi periksa
oleh petugas logistik adalah :
- Material yang diserahkan telah diuji coba dan disetujui sesuai dengan spesifikasi.
- Kuantitas material pada saat diserahkan harus sama dengan permintaan.
- Kualitas material merk harus sama dengan catatan penyerahan.
- Material-material yang diserahkan harus dalam susunan yang baik.
Setelah petugas gudang selesai memeriksa penyerahan material dan hasilnya baik, maka catatan
penyerahan yang terdiri dari 2 rangkap sebagai bukti tanda terima
harus ditandatangani. (angkap pertama dikembalikan kepada petugas yang menyerahkan
sedangkan rangkap kedua disimpan sebagai arsip yang digabungkan dalam satu gandaan surat
permintaan pembelian sebagai laporan untuk kelengkapan administrasi. Laporan-laporan ini akan
dijadikan dokumen yang akan diserahkan pada pemegang pembukuan sebagai informasi perihal
penerimaan material yang dipesan, sehingga dapat mempersiapkan pembayaran kepada pemasok
ketika mengajukan penagihannya.
f) Penyimpanan Material
Penyerahan material yang sudah sesuai dan dapat diterima harus disimpan dengan baik oleh
petugas logistik. Petugas logistik ini bertanggung jawab dalam menjaga dan menyimpan
meterial-material yang diserahkan antara waktu penyerahan sampai dengan material tersebut
dikeluarkan dari logistik yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. spek utama
manajemen material adalah aspek keamanan fisik dan selalu siap (availibility). Pemeriksaan
secara periodik terhadap material-material yang disimpan harus diadakan untuk memperkuat
catatan petugas logistik agar tidak terjadi perbedaan jumlah material yang disimpan dengan
catatan yang ada.
g) Pengeluaran Material
Semua material yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi tercatat
dan tersimpan di dalam gudang. Sehingga untuk penggunaan material tersebut harus dikeluarkan
dari gudang penyimpanan dengan melengkapi
berita acara pengeluaran material yang dikeluarkan dari gudang penyimpanan dengan
melengkapi berita acara pengeluaran material yang dikeluarkan oleh petugas gudang. Berita
acara ini berisi informasi tentang jumlah dan jenis material yang diambil, maksud penggunaan
material dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan material yang dibutuhkan. Petugas
gudang harus dapat menjamin bahwa material yang keluar dari gudang benar-benar untuk
kepentingan pelaksanaan pembangunan proyek dan sesuai dengan daftar rincian dalam berita
acara. Berita acara pengeluaran dari gudang harus diperiksa oleh yang bertanggung jawab untuk
menjamin :
- Material yang dikeluarkan dari gudang dibutuhkan dan benar-benar digunakandalam pelaksanaan
pembangunan proyek.
- nformasi yang terdapat dalam berita acara pengeluaran adalah benar yangdiperlukan untuk
proyek.
Bahan permanen dan bahan sementara yang dikeluarkan dari gudang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi, selanjutnya petugas gudang tidak mempunyai
kepentingan lagi terhadap material-material tersebut. Untuk bahan sementara bila sudah tidak
digunakan, akan dikembalikanlagi ke gudang penyimpanan yang akan digunakan pada
pelaksanaan pembangunan proyek lainnya (sebagai contoh : cetakan, pompa, molen, dan lain-
lain).
Tanggung jawab atas keamanan bahan konstruksi yang harus dikembalikan harus tetap atas nama
orang yang bertanggung jawab atas dikeluarkannya barang tersebut. Petugas gudang juga harus
dapat menjamin bahwa semua barang yang dipulangkan telah dibersihkan dan dapat beroperasi
penuh. Bila dibutuhkan perbaikan, petugas gudang harus memperbaiki secepatnya, sehingga
barang tersebut siap pakai bila tiba-tiba dibutuhkan.
4. Pengamanan ( Security )
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, CV. Sarana Bali akan menyediakan tenaga
keamanan sesuai dengan kebutuhan, yang bertugas dalam hal :
- Pengamanan terhadap proyek pada umumnya
- Pengamanan terhadap bahan-bahan dan peralatan untuk pencegahan dari pencurian
- Pengamanan dan Pengaturan lalu lintas/lingkungan sekitar pada saat pelaksanaan proyek
- Menjaga dan membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar lokasi proyek, agar pelaksanaan
proyek mendapat dukungan dari lingkungan setempat sehingga tidak mendapat kendala dari
lingkungan/masyarakat sekitar.
5. Program K3
Pelaksanaan K3 dilakukan sesuai dengan Rencana Usulan Keslamatan dan Kesehatan Kerja.
Pelaksanaan K3 meliputi:
a. Menyusun instruksi kerja.
b. Menyediakan peralatan keselamatan kerja seperti helm, sarung tangan, sepatu keselamatan.
c. Membuat rambu-rambu keselamatan.
d. Menyediakan perlengkapan P3K.
e. Melakukan pelatihan kepada pekerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
7. Jadwal Pekerjaan
Jadwal Pekerjaan akan dijabarkan lebih detail (bulanan dan mingguan) dan akan dimonitor
secara cermat menggunakan laporan harian dan mingguan. Pengontrolan secara keseluruhan
akan dituangkan dalam bentuk Bar Chart. Aktivitas yang ditunjukkan pada Bar Chart terdiri dari
waktu untuk persiapan dan persetujuan gambar-gambar dan contoh-contoh, pengadaan bahan,
dan peralatan. Kemajuan pekerjaan selanjutnya akan diplot dalam kurva-S yang menunjukkan
perbandingan antara kemajuan pekerjaan dengan jadwal yang direncanakan. Berikut Bar Chart
dan Kurva S pada proyek Peningkatan Jaringan Irigasi Subak Ulun Uma, Saluran Tersier – D.I.
Ulun Uma
TIME SCHEDULE
Tanah galian langsung diangkut deng Dump Trruck ketempat pembuangan sementara untuk yang akan
digunakan kembali. Temapat pembuangan sementara dipastikan aman saat terjadi hujan.
Pembuangan tanah dilakukan secara periodik untuk menghidari longsor dan dampak lingkungan lainnya
Tempat MCK yang layak perlu disedikan untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan
Untuk koordinasi dalam pelaksanaan proyek, maka rapat-rapat akan dilaksanakan secara rutin antara
pihak Kontraktor, Konsultan Pengawas, dan Direksi Pekerjaan sebagaimana dituang dalam kontrak.
Demikian juga rapat internal antar bagian dalam organisasi kontraktor akan dilaksanakan minimal 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) minggu dan berfungsi membahas dan koordinasi pelaksanaan pekerjaan, permasalahan
dan penyelesaiannya serta program pelaksanaan di lapangan. Hal tersebut bertujuan agar tercipta suasana
komunikasi kerja yang harmonis sehingga mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan. Disamping itu
CV. SB juga menerapkan sistem koordinasi yang sinergis antara semua pihak yang terkait dalam kegiatan
ini. Dalam pelaksanaan sistem koordinasi tersebut terdapat
garis instruksi, garis koordinasi, dan garis konsultasi antara beberapa pihak tertentu. Garis instruksi
merupakan garis/hubungan pemberian instruksi/tugas pelaksanaan pekerjaan dari hirarki yang lebih tinggi
(dalam hal ini pemberi tugas) ke pihak pelaksana (kontraktor dan konsultan). Garis koordinasi adalah
garis/hubungan pertanggungjawaban pelaksanaan pekerjaan dan hubungan koordinatif dari pihak
pelaksana (kontraktor dan konsultan) ke hirarkhi yang lebih tinggi (pemberi tugas), sementara garis
konsultasiadalah hubungan/garis dari dua belah pihak (kontraktor dan konsultan) yang sejajar
kedudukannya yang bersifat konsultatif. Adapun hubungan antara pemberi tugas, direksi lapangan,
konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor di gambarkan seperti bagan dibawah ini :
Gambar Diagram Koordinasi
Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang disyaratkan, perlu
dilakukan pengendalian proses dan pengawasan mutu (Quality Control ) terhadap pelaksanaan pekerjaan
yang antara lain, adalah:
- Perawatan alat
Melakukan pemeriksaan secara teratur, baik terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri. Meskipun untuk hal-hal tersebut di atas
sudah ada penanggungjawabnya langsung, kiranya perlu ditunjuk petugas khusus quality control yang
dikoordinasikan oleh bagian teknik dan melakukan proses Quality Control dan prosedurnya yang telah
berlaku diproyek yang dilaksanakan oleh CV. SB.
Manajemen mutu di proyek akan melaksanakan semua kegiatan sistematik dan terencana yang diterapkan
sebagai bagian dari sistem mutu perusahaan untuk menjamin bahwa proses pelaksanaan di proyek secara
terkendali dan konsisten dapat mencapai semua sasaran dan persyaratan mutu yang diminta dalam
gambar-gambar pelaksanaan dan spesifikasi pekerjaan pengendalian mutu di pelaksanaan akan dapat
dijalankan dengan baik dengan adanya:
- Sumber daya manusia yang profesional dan tanggung jawab yang jelas
- Organisasi proyek yang handal
XIII. PENUTUP
Demikian secara singkat metode pelaksaan yang akan kami laksanakan di lapangan apabila kami
ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan dan uraian langkah-langkah kerja secara detail akan kami
konsultasikan dengan direksi lapangan maupun dengan pihak proyek.