Anda di halaman 1dari 10

Ordo Cetacea

ERICKO CHANDRA UTAMA

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PASCASARJANA ILMU KELAUTAN

DEPOK

2007
Ordo Cetacea

A. Pendahuluan
Wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari 17.058 pulau itu memiliki
keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang tinggi, termasuk tingkat
endemisnya. Keanekaragaman yang tinggi akan menghasilkan kestabilan
lingkungan yang mantap. Salah satu kelompok hewan yang terdapat di
Indonesia adalah Cetacea
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 2/3 dari wilayahnya
berupa lautan. Hal tersebut mengakibatkan tingginya keanekaragaman
organisme di laut Indonesia. Indonesia memiliki biodiversitas hewan
kelompok Cetacea (paus, lumba-lumba, dan dugong) yang luar biasa.
Indonesia memiliki sedikitnya tiga puluh spesies Cetacea yang berbeda.
Lebih dari sepertiga jumlah paus dan lumba-lumba dunia terdapat di perairan
Indonesia termasuk juga beberapa yang di kategorikan langka dan hampir
punah (IUCN 1996).
Indonesia memiliki lokasi yang unik sebagai satu-satunya daerah di
kawasan ekuator dunia yang digunakan sebagai tempat persinggahan dan
habitat flora fauna perairan dari samudera pasifik dan samudera hindia.
Setiap tahunnya paus dan lumba-lumba bermigrasi dari samudra pasifik
menuju samudra Hindia melalui perairan Indonesia, begitu juga sebaliknya
dari samudera Hindia ke samudera Pasifik melalui perairan Indonesia.
Pergerakan Cetacea antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia terjadi
melalui terusan Kepulauan Sunda Kecil yang membentang sepanjang 900 km
dari selat Sunda hingga selat Sahul (Kahn & Pet 2003). Habitat mamalia laut
di Indonesia termasuk sungai-sungai besar, hutan mangrove, terumbu
karang, pesisir dan lautan lepas.
Belakangan ini perhatian masyarakat dunia tertuju pada penyebaran,
pola migrasi dan kelestarian Cetacea. Hal tersebut diakibatkan makin
menurunnya populasi Cetacea akibat ulah manusia. Cetacea yang di
dalamnya terdapat beberapa jenis lumba-lumba dan paus sebagai makhluk
hidup yang sensitif terhadap keadaan lingkungan sekitar menyebabkan
hewan ini terancam kelangsungan hidupnya oleh keberadaan kegiatan seperti
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan maupun pelayaran.

1
2

Keadaan tersebut mempengaruhi kehidupan Cetacea itu sendiri, baik itu


pengaruh terhadap ekologi, mobilitas, kesehatan serta kerentanan terhadap
bahan kimia serta gangguan akustik seperti suara mesin kapal.

B. Cetacea

Cetacea adalah kelompok mamalia yang hidup di laut. Ordo Cetacea


terdiri dari paus, lumba-lumba dan pesut. Cetacea berasal dari bahasa latin
cetus yang berarti hewan besar dan bahasa Yunani ketos artinya monster laut
(Carwadine 1995). Diperkirakan terdapat sekitar 87 spesies Cetacea dalam
14 famili yang sudah dapat dikenali dari ke 81 spesies Cetacea yang ada di
dunia, 29 spesies diantaranya terdapat di perairan Indonesia (Rudolph et al
1997).
Ordo Cetacea adalah hewan menyusui yang sepanjang hidupnya ada
diperairan dan telah melakukan berbagai adaptasi untuk kehidupan di
lingkungan tersebut. Tubuh Cetacea berbentuk seperti torpedo (streamline)
dilengkapi dengan fluke sebagai penggerak. Sirip depannya mengecil dan
memiliki sebuah ekor horisontal yang kuat untuk bergerak seperti baling-
baling perahu. Lubang hidung berubah menjadi lubang peniup (blowhole)
pada bagian dorsal kepala. Lubang ini berguna untuk pernapasan pada saat
Cetacea berenang di permukaan air. Paus Baleen memiliki dua lubang
peniup dan paus bergigi mempunyai satu lubang peniup (Milinkovitch et al,
2006).

C. Klasifikasi

Ordo Cetacea terdiri dari tiga sub-ordo yaitu: Archaeoceti, Odontoceti


dan Mysticeti. Saat ini hanya sub ordo odontoceti (paus bergigi) dan Mysticeti
(paus Baleen) yang masih ada di Bumi, sedangkan sub-ordo Archaeoceti
sudah punah.
Adapun taksonomi selengkapnya adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Vertebrata
Phylum : Chordata
3

Kelas : Mammalia
Ordo : Cetacea
Sub Ordo : Odonticeti Sub Ordo : Mysticeti
(Evans, 1990)

Gambar 1. Archaeoceti atau paus purba (Carwardine, 1995)

Gambar 2. Orca salah satu sub ordo Odonticeti (Coats et al, 2002).

Gambar 3. contoh sub ordo Mysticeti (Gorter, 2003).


4

D. Morfologi umum

Menurut Reseck (1998) (dalam Setiyawan, 2004) perbedaan mendasar


antara ikan dan Cetacea adalah bentuk tubuh yaitu ekor. Ekor Cetacea
berbentuk horizontal dan ketika berenang bergerak dari atas ke bawah dan
dikombinasikan dengan sedikit gerakan memutar, sedangkan pada ikan
ekornya berbentuk vertikal dan bergerak dari sisi ke sisi ketika berenang.
Menurut Carwardine (1995), identifikasi Cetacea di laut dapat
dilakukan dengan melihat beberapa tanda atau ciri-ciri yang ada, seperti:
1. ukuran tubuhnya
2. ada tidaknya sirip dorsal. Jika ada dilihat dari bentuk, ukuran, posisi
terhadap bentuk badan
3. warna dan tanda-tanda serta pola di tubuhnya
4. ciri-ciri lain yang tidak biasa
5. karakteristik semburan air dari lubang hidung
6. bentuk tubuh, kepala , dan moncongnya
7. bentuk ekor dan tanda-tandanya
8. tingkah laku dan urutan waktu menyelam
9. Breaching dan aktifitas lainnya
10. jumlah hewan yang diamati
11. habitat utamanya
12. lokasi geografis
13. Pengambilan gambar untuk identifikasi lebih lanjut.
Perbedaan mendasar antara sub ordo odontoceti (paus bergigi) dan
Mysticeti (paus Baleen) adalah adanya Baleen yang berfungsi sebagai
penyaring plankton sebagai makanan bagi Mysticeti. Baleen adalah
sederetan lempeng melintang berbentuk sisir yang terbuat dari keratin yang
tumbuh dari rahang atas paus Mysticeti(Coats et al, 2002).

Gambar 4. Baleen pada paus Biru berfungsi sebagai penyaring makanan


(Coats et al, 2002).
5

Menurut Rudolph et al (1997), dari ke 29 spesies yang pernah


diketemukan di perairan Indonesia tersebut terbagi kedalam beberapa famili
diantaranya, famili Phocoenidae (1 spesies), famili Delphinidae (16 spesies),
Ziphiidae (3 spesies), Physeteridae (3 spesies), dan Balaenopteridae (6
spesies).

E. Habitat

Habitat Cetacea sangat luas dari pesisir sampai laut dalam, dari
daerah tropis sampai kutub, dari air tawar sampai laut. Sumber makanan
Cetacea juga berbagai macam dari plankton krustacea, ikan ,sampai mamalia
laut. Sebagian
besar spesies Cetacea umumnya tinggal dan hidup di laut lepas hingga
mencapai kedalaman 2000 meter seperti paus sperma (Physeter
macrocephalus) (Milinkovitch et al, 2006). Musim berpengaruh sangat besar
di daerah garis lintang tinggi dimana terdapat musim panas yang panjang dan
lapisan es mencair membawa phytoplankton dalam jumlah besar.
Phytoplankton akan dimakan oleh krill, kopepoda, dan zooplankton lainnya,
kemudian akan dimakan oleh ikan, cumi-cumi serta Cetacea (Carwardine et
al, 1998).

F. Adaptasi Cetacea

1. Daya apung
Cetacea sebagai salah satu mammalia laut beradaptasi terhadap daya
apung dengan menyimpan lipida (lemak dan minyak), biasanya terdapat
sebagai lapisan lemak tepat dibawah kulitnya. Fungsi lemak bukan saja untuk
menjaga daya apung, tetapi juga sebagai isolasi untuk mencegah kehilangan
panas (Nybaken, 1992).

2. Ekolokasi (penentuan jarak dengan gema)


Alat penerima dan penghasil suara Cetacea yang digunakan untuk
ekolokasi sangat berkembang seperi sonar. Gelombang suara pada ekolokasi
atau sonar dikeluarkan dari sumber ke arah tertentu. Gelombang suara
6

tersebut bergerak di dalam air sampai membentur benda padat. Pengeluaran


gelombang suara secara terus-menerus dan evaluasi sensorik dari
gelombang yang terpantul selagi berenang merupakan cara hewan tersebut
untuk memeriksa benda yang ada disekitarnya dengan mengetahui jarak
benda, hewan tersebut dapat menjauhi predator atau mendekati sumber
makanan (Nybakken, 1992).
Paus bergigi mempunyai dahi bulat dan menonjol. Berhubungan
dengan hal tersebut, terdapat lubang nasal eksternal atau lubang udara
dibagian dorsal. Di bagian dalam, satu seri kantung udara yang kompleks
berhubungan dengan saluran nasal mulai dari lubang udara sampai ke paru-
paru. Dahi yang bulat disebabkan oleh satu struktur besar yang berisi lemak
terletak disebelah dalam yang dinamakan melon. Organ berlemak tersebut
berkembang baik pada paus Sperma, dan dinamakan organ spermaseti, dan
besarnya sekitar 40 % dari seluruh panjang hewan (Nybakken, 1992).

Gambar 5. beberapa bentuk melon pada Cetacea, melon ditunjukkan dengan


warna biru untuk genus (dari kiri-kanan) Globicephala, Inia, Ziphius, Balaena,
and Physeter . S, Organ Spermaseti (Milinkovitch et al, 2006).

G. Tingkah Laku

Cetacea, seperti halnya mamalia lain, melakukan berbagai macam


gerakan dan tingkah laku dalam kehidupan mereka, tingkah laku hewan
Cetacea sangat beragamdari yang sangat jelas terlihat sampai yang jarang
sekali dilakukan, namun dapat di pelajari beberapa tingkah laku Cetacea
sehingga dapat dipelajari arti dari tingkah laku tersebut.
7

Tabel 1. Tingkah laku pada Cetacea (Ayers, 2001 dalam Anshori, 2005).

Tingkah Laku Keterangan


Terjadi ketika lumba-lumba atau paus meloncat keluar air dan
menjatuhkan diri di permukaan air. Menurut Carwardine
(1995), breaching digunakan Cetacea untuk menghilangkan
parasit yang menempel di tubuh, selain itu untuk menggiring
ikan sewaktu makan dan sebagai bentuk komunikasi.
Breaching
Cetacea berukuran kecil, terutama lumba-lumba, sering
berenang di dalam gelombang pada bagian haluan kapal
yang sedang melaju. Perilaku ini kemungkinan menunjukkan
Cetacea sedang bermain untuk kesenangan

Bowriding
Cetacea memunculkan kepala secara tegak lurus dengan
perlahan kepermukaan air, sampai mata hewan ini berada
dipermukaan air seluruhnya. Dilakukan untuk melihat
keadaan sekitarnya. Tingkah laku ini sering dilakukan oleh
paus
Spyhopping
Cetacea mengangkat ekornya (flukes) keatas permukaan air
dan menjatuhkannya keras-keras diatas permukaan air laut.
Hal ini menunjukkan adanya ancaman dari musuh atau yang
lain.

Lobtailing
Tingkah laku ini dilakukan sewaktu Cetacea beristirahat di
permukaan air tanpa melakukan pergerakan. Keadaan diam
ini menggambarkan seperti kayu gelondongan (log) yang
mengapung. Cetacea melakukan hal tersebut guna
Logging beristirahat setelah melakukan penyelaman dalam dan lama
8

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, F. 2005. Studi variasi komposisi Cetacea di perairan Taman nasional


komodo, flores, Nusa tenggara timur. Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro. Sripsi S1. Semarang: xiv + 67 hlm.
Carwardine, M. 1995. Eyewitness Handbooks: Whales, Dolphins and
Porpoises, The Visual Guide to All The World’s Cetaceans. Dorling
Kindersley, London. p : 11-207.
Carwardine, M., Hoyt, E., Fordyce, R.E., & Gill, P., 1998, An Australian
Geographic Guide to Whales, Dolphins and Porpoises, Australian
Geographic. Pty. Ltd. p :14-247.
Coats, J., Nuzzolo, D.,& Parham, D., 2002, Whales Teacher’s Guide. Sea
World Education Department. p : 25.
Gorter, U., 2003. Whale Parts. American Cetacean Society.
http://www.acsonline.org/factpack/whaleparts-baleen.html. 2 Oktober
2007. pk.13:21.
IUCN. 1996. IUCN red list of threatened Animals. Eds. Baillie, J. & B.
Groomridge. The World Consevation Union, Gland. Switzerland. 488
hlm.
Kahn, B.& J.Pet. 2003. Long-term visual and acoustics Cetaceansurveys in
national komodo park, Indonesia 1999-2001: Management implications
for large migratory marine life. In: Proceedings and publications of the
world congress on aquatic protected areas 2002. Australian Society
for Fish Biology. 28 hlm.
Milinkovitch, Michel C. & Lambert, O. 2006. Cetacea. Whales, dolphins, and
porpoises. Version 07 August 2006 (under construction).
http://tolweb.org/Cetacea/15977/2006.08.07 in The Tree of Life Web
Project, 2 Oktober 2007. pk.13:21.
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologi. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. p : 104-106.
9

Rudolph, P., Smeenk, C.,& Leatherwood, S., 1997. Zoologische


Verhandelingen,
Prelimanary Checklist of Cetacea in the Indonesian Archipelago and
Adjecent Waters-Leiden. Nationaal Natuuhistorich Museum. 48 pp.
Setyawan, A. 2004. Sebaran dan tingkah laku Cetacea di perairan sekitar
Taman nasional komodo, Flores, Nusa tenggara timur. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Skripsi S1. Bogor:
xi + 61 hlm.

Anda mungkin juga menyukai