Anda di halaman 1dari 24

http://elkaasik.

com/rangkaian-dioda-seri-paralel/

Penyearah Setengah Gelombang


{0 Comments}

in Dioda

Bagikan

Sekarang analisa rangkaian dioda dikembangkan dengan memasukkan fungsi waktu seperti
gelombang sinus dan gelombang kotak. Rangkaian dioda paling sederhana dengan input
berupa sinyal sinus ditunjukkan pada gambar 1. Untuk pembahasa awal ini, kita akan
menggunakan model dioda ideal (tidak ada drop tegangan 0.7 V saat bias maju) agar analisa
rangkaiannya menjadi lebih sederhana.

Gambar 1 Penyerah setengah


gelombang

Satu siklus gelombang penuh disebut dengan periode (T) seperti ditunjukkan pada gambar 1.
Sinyal sinus pada gambar tersebut memiliki nilai rata-rata sama dengan nol. Rangkaian pada
gambar 1 ini disebut dengan penyearah setengah gelombang (half-wafe rectifier) yang
berfungsi untuk membuat sinyal tersebut memiliki nilai rata-rata yang tidak sama dengan nol.
Rangkaian seperti ini banyak digunakan pada proses konversi AC ke DC atau lebih dikenal
dengan sebutan adaptor. Ketika digunakan pada proses menyearahkan sinyal, sebuah dioda
berfungsi sebagai penyearah (rectifier). Rating daya dan arus dari dioda yang digunakan
sebagai penyearah biasanya memiliki nilai yang lebih tinggi daripada dioda yang digunakan
untuk memproses sinyal-sinyal kecil.

Dalam interval t = 0 hingga t = T/2 pada gambar 1, tegangan input, v i, bernilai positif
sehingga arah arus dari vi searah dengan arah panah dioda dan membuat dioda mengalami
bias maju (forward bias). Karena mengalami bias maju, dioda diganti dengan short circuit
seperti ditunjukkan pada gambar 2 sehingga tegangan output, v o, bersentuhan langsung
dengan tegangan input pada kedua terminalnya (vo = vi). Jadi dalam interval t = 0 hingga t =
T/2, tegangan output, vo, sama dengan tegangan input, vi.
Gamb
ar 2 Kondisi rangkaian pada saat tegangan sinyal input bernilai positif

Untuk interval t = T/2 hingga t = T, polaritas dari tegangan input vi ditunjukkan pada gambar
3. Karena tegangan pada kaki anoda lebih negatif daripada katoda, maka dioda mengalami
bias terbalik (reverse bias). Dioda diganti dengan open circuit. Karena rangkaian open circuit,
maka tidak ada arus yang mengalir pada resistor R. Tegangan output vo adalah tegangan
resistor. Tegangan resistor vo = iR = (0)R = 0 V. Jadi, pada saat t = T/2 hingga t = T, tegangan
output vo sama dengan nol. Hasil total satu siklus penuh diilustrasikan pada gambar 4. Dari
gambar 4 tersebut, dapat diketahui bahwa rangkaian penyearah ini hanya bisa “melewatkan”
atau menyearahkan setengah siklus gelombang sinus yaitu hanya pada siklus positifnya saja.
Pada saat siklus negatif, tegangan output sama dengan nol. Sekarang, nilai tegangan rata-rata
(VDC) dari vo tidak sama dengan nol tetapi bisa dihitung

VDC = 0.318Vm persamaan 1

Gamb
ar 3 Pada saat siklus tegangan sinyal input bernilai negatif, tegangan output sama dengan nol.

Gambar 4 Bentuk sinyal input dan hasil sinyal yang


disearahkan

Proses menghilangkan separuh sinyal input dan mendapatkan nilai tegangan DC ini disebut
dengan menyearahkan setengah gelombang (half wave rectification).
Pada pembahasan tadi, kita menggunakan model dioda ideal untuk mendapatkan sinyal
outputnya. Sekarang kita memperhitungkan tegangan “on” dari dioda, VT, pada proses
penyearahan ini. Agar dioda bisa “on”, maka sinyal input minimal harus bertegangan sebesar
0.7 V. Apabila sinyal tegangan input, vi, kurang dari 0.7 V, dioda masih dalam kondisi “off”
sehingga tegangan output sama dengan nol volt. Begitu nilai tegangan sinyal input lebih besar
dari 0.7 V, dioda beru bisa “on” dan dioda diganti dengan sumber tegangan 0.7 V. Pada saat
dioda “on”, tegangan output vo = vi – vT, dimana VT untuk dioda silikon adalah 0.7 V. Jadi,
apabila kita mempertimbangkan tegangan “on” (VT) dari dioda pada rangkaian penyearah ini,
bentuk sinyal output, vo, agak sedikit terpotong seperti ditunjukkan pada gambar 5.

Gamb
ar 5 Efek dari mempertimbangkan tegangan “on” dari dioda. Hasil sinyal outputnya sedikit
berkurang dari hasil sinyal output pada analisa sebelumnya.

Efek dari mempertimbangkan tegangan “on”, VT, ini mengurangi nilai rata-rata dari sinyal
outputnya. Pada kondisi ini, sinyal output, vo dapat dihitung

VDC = 0.318 (Vm – VT) persamaan 2

Pada kenyataannya, apabila nilai tegangan puncak dari sinyal input (V m) jauh lebih tinggi
daripada VT, maka untuk menentukan level tegangan DC nya juga bisa menggunakan
pendekatan pada persamaan 1.

Contoh Soal

(a) Gambarkan sinyal output vo dan hitung level tegangan dc nya untuk rangkaian pada
gambar 6.

(b) Ulangi perintah (a) apabila dioda ideal tersebut diganti dengan dioda silikon

Gambar 6 Contoh soal rangkaian


penyearah setengah gelombang

Solusi
(a) Untuk kondisi ini dioda mengalami bias maju (forward bias) saat tegangan sinyal input
bernilai negatif sehingga pada siklus ini tegangan output,v o, sama dengan tegangan input, vi.
Sedangkan pada saat siklus tegangan positif, dioda mengalami bias terbalik (reverse bias)
sehingga arus tidak bisa mengalir dalam rangkaian dan tegangan output v o sama dengan nol.
Perhatikan pada gambar 7. Rangkaian penyearah ini hanya bisa melewatkan sinyal input
hanya pada setengah siklusnya, yaitu hanya pada siklus negatif.

Tegangan output rata-rata (vDC) dapat dihitung

VDC = -0.318Vm = -0.318(20V) = -6.36 V

Tegangan vdc bernilai negatif menunjukkan bahwa polaritas tegangan vo yang kita
umpamakan pada gambar 7, terbalik dengan nilai yang sebenarnya.

(b) Dengan menggunakan dioda silikon, maka output tegangannya ditunjukkan pada gambar
8.

Gambar 8 Dengan mempertimbangkan tegangan “on” dari


dioda silikon, maka sinyal outputnya terpotong 0.7 V

Dengan memperhitungkan tegangan dari dioda silikon sebesar 0.7 V, maka level tegangan
DC outputnya berkurang menjadi

VDC = -0.318(Vm – 0.7 V) = -0.318(19.3 V) = -6.14 V

Parameter PIV

Peak Inverse Voltage (PIV) atau tegangan balik puncak adalah rating dioda yang penting
untuk diketahui dalam mendesain suatu rangkaian penyearah. Tegangan yang diberikan pada
dioda tidak boleh melebihi tegangan PIV saat mode bias terbalik, apabila tegangan melebihi
rating PIV, dioda tersebut mengalami breakdown bahkan bisa merusak dioda. Dioda yang
mengalami break down dapat mengalirkan arus saat bias terbalik. Nilai rating PIV dari suatu
dioda untuk mendesain rangkaian penyearah setengah gelombang ini dapat dihitung dari
analisa rangkaian pada gambar 9 yang menunjukkan dioda berada dalam kondisi bias terbalik
(“off”) dan diberi tegangan maksimum oleh sumber tegangan sebesar Vm. Dengan
menggunakan hukum Kirchoff tegangan (KVL), nilai PIV dari dioda harus lebih besar dari
nilai puncak tegangan sinyal input (Vm).

Rating PIV > Vm untuk rangkaian penyearah setengah gelombang.


Gambar 9 Menentukan rating PIV dari dioda yang
akan digunakan pada rangkaian penyearah setengah gelombang.

Artikel Terkait

 Prinsip Kerja Dioda

 Rangkaian Dioda Seri – Paralel

 Prinsip Kerja Transistor BJT

 Rangkaian LED (Light Emitting Diode)


 Rangkaian Clamper Dioda

 Rangkaian Clipper Dioda

 Prinsip Kerja Dioda Zener

 Prinsip Kerja dan Karakteristik Photodioda

 Mengukur dan Menguji Transistor BJT dengan Multimeter


 Dioda Schottky (hot carrie

Penyearah Gelombang Penuh (Full Wave Rectifier)

{0 Comments}

in Dioda

Bagikan

Rangkaian Jembatan Penyearah

Level tegangan DC dari sinyal output pada penyearah setengah gelombang kurang dari 50%
dari sinyal inputnya karena outputnya hanya separuh siklus dari sinyal inputnya. Level
tegangan DC ini bisa ditingkatkan hingga 100% dengan menggunakan penyearah gelombang
penuh. Rangkaian yang paling banyak digunakan sebagai penyearah umumnya berbentuk
rangkaian jembatan dioda seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1 Rangkaian jembatan


penyearah gelombang penuh (full wave bridge rectifier)

Pada saat t = 0 hingga t = T/2, polaritas dari tegangan input, v i, ditunjukkan pada gambar
2.Dengan polaritas tegangan input seperti ditunjukkan pada gambar 2, membuat dioda D 2 dan
D3 menjadi “on” sedangkan dioda D1 dan D4 menjadi “off”. Dioda yang “on” diganti dengan
short circuit sedangkan dioda yang “off” diganti open circuit. Kita bisa lihat bagaimana arus
dapat mengalir melewati dioda D2 dan D3. Apabila keempat dioda pada rangkaian tersebut
ideal (tidak ada drop tegangan pada saat “on”) maka tegangan input, v i, sama dengan
tegangan output, vo (vo = vi).
Gambar 2 Jalur konduksi yang dilewati arus pada saat siklus tegangan positif vi

Sedangkan pada saat siklus negatif, dioda D 1 dan D4 menjadi “on” sedangkan dioda D2 dan
D3 menjadi “off” seperti ditunjukkan pada gambar 3. Arus mengalir dalam rangkaian
melewati dioda D2 dan D3. Hal penting yang perlu kita perhatikan pada gambar 3 adalah pada
sinyal outputnya (vo). Pada saat tegangan input vi bernilai negatif ternyata tegangan output vo
bernilai positifnya (vo = -vi) sehingga menghasilkan sinyal positif yang kedua pada outputnya.

Gambar 3
Jalur yang dilewati oleh arus listrik pada saat siklus tegangan negatif. Perhatikan
sinyal outputnya bernilai positif.

Jadi, selama satu siklus penuh dari sinyal input v i, hasil sinyal outputnya ditunjukkan pada
gambar 4. Kita lihat pada gambar 4 seakan-akan sinyal input yang bernilai negatif dibalik
menjadi bernilai positif di outputnya.

Gambar 4 Bentuk gelombang


tegangan input dan output dari rangkaian penyearah gelombang penuh

Karena area di atas sumbu horisontal dari sinyal outputnya memiliki luas dua kali lipat sinyal
output penyearah setengah gelombang, maka level tegangan DC nya (tegangan rata-rata) juga
menjadi dua kali lipat

VDC = 2 × VDC setengah gelombang = 2(0.318 Vm)

VDC = 0.636Vm untuk penyearah gelombang penuh

Apabila kita menggunakan model dioda yang tidak ideal, misal kita menggunakan dioda
silikon, maka tegangan output tidak akan sama dengan tegangan input karena tegangan
inputnya akan dipotong untuk membuat dioda “on” (V T, tegangan on). Karena pada saat
siklus positif dan siklus negatif terdapat dua buah dioda yang “on”, dengan menggunakan
hukum Kirchoff tegangan (KVL) pada jalur yang dilalui arus seperti ditunjukkan pada
gambar 5, diperoleh persamaan

vi – VT – vo – VT = 0

vo = vi – 2VT

dan tegangan output maksimum adalah

Vomax = Vm – 2VT

Tegangan DC rata-rata dari outputnya apabila tegangan drop pada dioda diperhitungkan

VDC = 0.636(Vm – 2VT)

Gambar 5 Menghitung tegangan


output apabila drop tegangan dioda diperhitungkan

Penyearah Gelombang Penuh dengan Trafo Center-Tap (CT)

Rangkaian penyearah gelombang penuh yang juga banyak digunakan ditunjukkan pada
gambar 6. Penyearah gelombang penuh tersebut hanya menggunakan dua dioda tetapi harus
menggunakan trafo center tap (CT). Keluaran dari trafo CT dimasukkan ke rangkaian
penyearah gelombang penuh yang terdiri dari dua buah dioda ini.

Gambar 6 Rangkaian penyearah


gelombang penuh menggunakan trafo center tap (CT)

Pada saat tegangan input vi bernilai positif dan diinputkan pada lilitan primer dari trafo, maka
rangkaian ekivalennya ditunjukkan pada gambar 7. Ada dua keluaran tegangan dari trafo CT
ini pada lilitan sekundernya. Kedua keluaran ini memiliki bentuk gelombang yang sama
apabila susunan polaritas dari kedua tegangannya seperti ditunjukkan pada gambar 7. Pada
saat siklus tegangan positif, dioda D1 “on” dan dioda D2 “off”. Arus dapat mengalir melewati
dioda D1. Sehingga tegangan output vo (atau tegangan pada resistor R) memiliki bentuk yang
sama dengan tegangan inputnya.

Gambar 7 Kondisi
rangkaian pada saat siklus tegangan positif vi.

Pada saat siklus tegangan negatif, kondisi rangkaian ditunjukkan pada gambar 8. Kali ini
dioda D1 “off” dan dioda D2 “on”, arus masih bisa mengalir melewati dioda D2. Dan tegangan
output, yaitu tegangan pada resistor R, bernilai positif sesuai dengan polaritas vo yang telah
ditentukan. Jadi, rangkaian ini memiliki fungsi yang sama dengan rangkaian penyearah
gelombang penuh pada gambar 1.

Gambar 8 Kondisi
rangkaian pada saat siklus tegangan negatif vi

Sekilas, penyearah gelombang penuh dengan trafo CT ini terlihat lebih ringkas karena hanya
menggunakan dua buah dioda. Tetapi untuk rangkaian dengan kebutuhan daya yang tinggi,
trafo CT tersedia dalam ukuran yang sangat besar dan harganya yang mahal.
Konsekuensinya, rangkaian penyearah dengan trafo CT ini lebih umum digunakan untuk
membuat power supply daya rendah (low power).

Contoh Soal

Tentukan bentuk gelombang output dari rangkaian pada gambar 9, lalu hitunglah level
tegangan DC nya (tegangan rata-rata).
Gambar 9 Contoh soal angkaian
jembatan penyearah

Solusi

Pada saat tegangan input bernilai positif, kondisi rangkaian ditunjukkan pada gambar 10.
Tetapi untuk mengitung tegangan output, vo, pada rangkaian gambar 10 ini agak sulit karena
hubungan seri-paralel dari ketiga resistor itu tidak begitu jelas. Maka rangkaian pada gambar
10 digambar ulang sehingga tampak pada rangkaian gambar 11 dimana hubungan seri paralel
antar resistor bisa terlihat. Dari rangkaian pada gambar 10, tegangan v o dapat dihitung dengan
mudah dengan menggunakan aturan pembagi tegangan (voltage divider) yaitu

Maka tegangan maksimum dari outputnya adalah

Gambar 10 Kondisi rangkaian pada saat

tegangan input bernilai positif Gambar 11


Rangkaian pada gambar 10 digambar ulang untuk mempermudah analisa seri-
paralel

Tegangan maksimum dari outputnya adalah 5 V. Hasil yang sama persis diperoleh saat
tegangan input bernilai negatif. Arus listrik mengalir melewati dioda yang sebelah kiri. Hasil
tegangan output untuk satu siklus penuh tegangan input ditunjukkan pada gambar 12.
Gambar 12 Bentuk gelombang hasil tegangan output dari
contoh soal

Penyearah Gelombang Penuh Dua Kutub (Bipolar)

Penyearah gelombang penuh dengan trafo CT pada penjelasan di atas menghasilkan tegangan
output DC yang bernilai positif. Kita bisa memodifikasi rangkaian tersebut sehingga dapat
menghasilkan tegangan output DC yang bernilai negatif. Caranya adalah dengan membalik
arah dioda pada rangkaian gambar 6. Lebih jauh lagi, kita bisa menempatkan penyearah
gelombang penuh “positif” dan penyearah gelombang penuh “negatif” secara paralel seperti
ditunjukkan pada gambar 13.

Gambar 13
Rangkaian penyearah gelombang penuh dua kutub (bipolar) dengan trafo CT.

Rangkaian penyearah gelombang penuh polaritas (kutub) positif menggunakan dua dioda
berwarna hitam. Sedangkan rangkaian penyearah gelombang penuh polaritas negatif
menggunakan dua dioda yang berwarna biru. Bisa anda lihat pada gambar 13, rangkaian ini
menghasilkan dua sinyal output yaitu tegangan DC positif dan tegangan DC negatif dengan
menggunakan sebuah trafo CT dan satu sinyal input AC (tegangan AC satu fasa).

Alternatif lain dari rangkaian penyearah gelombang penuh bisa anda perhatikan pada gambar
14.

Gambar 14 Rangkaian
jembatan penyearah gelombang penuh alternatif.

Satu keuntungan bila kita menggunakan rangkaian penyearah pada gambar 14, yaitu kita bisa
mengembangkan rangkaian penyearah ini untuk sistem sumber AC tiga fasa (three-phase)
seperti ditunjukkan pada gambar 15.
Gambar 15 Rangkaian
jembatan penyearah gelombang penuh tiga fasa

Masing-masing line dari sistem tiga fasa ini dihubungkan diantara sepasang dioda : satu
dioda menyediakan jalan menuju kutub positif dari beban dan satu dioda lainnya
menyediakan jalan menuju kutub negatif dari beban. Bahkan sistem yang lebih dari 3 fasa
juga bisa menggunakan rangkaian penyearah model ini. Seperti rangkaian penyearah 6 fasa
pada gambar 16.

Gambar 16 Rangkaian
penyearah gelombang penuh 6 fasa

Ketika tegangan AC polifasa disearahkan, beda fasa dari masing-masing pulsanya akan saling
menindih satu sama lain sehigga menghasilkan tegangan DC yang lebih halus (riak tegangan
DC nya lebih kecil) dari pada sinyal yang dihasilkan dari penyearah tegangan AC fasa
tunggal. Bentuk sinyal input tegangan tiga fasa dan hasil outputnya ditunjukkan pada gambar
17.

Gambar 17 Output
penyearah gelombang penuh tiga fasa
Salah satu kelebihan dari penyearah gelombang penuh tiga fasa ini adalah hasil tegangan
outputnya yang lebih halus (perhatikan garis hijau pada gambar 17) daripada output
penyearah gelombang penuh fasa tunggal (bentuk gelombangnya seperti gunung-gunung).
Sehingga diperlukan suatu filter untuk memperkecil bentuk “gunung-gunung” dari output
penyearah fasa tunggal ini. Sedangkan pada penyearah tiga fasa, kita tidak memerlukan filter
lagi.

Terkadang metode penyearahan (rectification) ini diberi nama berdasarkan jumlah pulsa
tegangan DC yang dihasilkan setiap 1 periode sinyal input AC (360 o). Misalkan pada
rangkaian penyearah setengah gelombang fasa tunggal, rangkaian tersebut diberi nama
penyearah 1 pulsa (1 pulse rectifier) karena rangkaian tersebut menghasilkan satu pulsa
tegangan DC untuk tiap 1 periode tegangan inputnya.Sedangkan penyearah gelombang penuh
fasa tunggal disebut dengan penyearah 2 pulsa (2 pulse rectifier) karena rangkaian ini
menghasilkan dua pulsa DC tiap 1 periode sinyal inputnya. Berdasarkan penamaan ini, maka
penyearah gelombang penuh 6 fasa disebut dengan penyearah 6 pulsa.

Teknik elektro modern menggunakan suatu istilah penyederhanaan untuk tiap-tiap model
rangkaian penyearah. Istilah penyederhanaan ini menunjukkan tiga parameter dari rangkaian
penyearah tersebut, yaitu jumlah fasa, jumlah arah arus, dan jumlah pulsa DC outputnya.
Misalkan rangkaian penyearah setengah gelombang fasa tunggal yang memiliki nama
1Ph1W1P (1 phase, 1 way, 1 pulse) atau (1 fasa, 1 arah, 1 pulsa). 1 fasa menunjukkan
rangkaian tersebut menggunakan tegangan AC 1 fasa (fasa tunggal), 1 arah menunjukkan
bahwa arus yang lewat dalam rangkaian penyearah tersebut memiliki 1 jalur arah, 1 pulsa
karena rangkaian tersebut menghasilkan 1 pulsa tegangan DC tiap 1 periode tegangan
inputnya. Rangkaian penyearah gelombang penuh fasa tunggal dengan trafo CT disebut
dengan 1Ph1W2P karena inputnya adalah tegangan AC 1 fasa, hanya ada 1 jalur arah yang
dilewati arus dalam rangkaian itu dan ada 2 pulsa tegangan DC yang dihasilkan tiap 1 periode
tegangan inputnya. Sedangkan rangkaian jembatan penyearah gelombang penuh fasa tunggal
disebut dengan 1Ph2W2P karena tegangan inputnya 1 fasa, ada 2 arah jalur yang bisa
dilewati arus dalam rangkaian penyearah itu, dan ada 2 pulsa tegangan DC tiap 1 periode
tegangan inputnya. Jadi, untuk rangkaian penyearah gelombang penuh tiga fasa disebut
dengan 3Ph2W6P.

Ada satu tips untuk meningkatkan jumlah pulsa tegangan DC output dari rangkaian peyearah
khususnya pada sistem 3 fasa. Caranya adalah dengan memodifikasi trafo 3 fasanya dan
meletakkan sepasang rangkaian penyearah pada outputnya secara paralel. Pada trafo tiga fasa,
apabila model konfigurasi pada lilitan primer dan sekundernya berbeda, maka tegangan
output pada bagian sekundernya memiliki beda fasa sebesar 30o terhadap tegangan lilitan
primernya. Apabila model konfigurasinya sama antara lilitan primer dan sekunder, maka
tidak akan ada beda fasa. Jadi, untuk trafo dengan model wye to delta (Y-Δ) atau delta to wye
(Δ-Y), tegangan pada lilitan primer dan sekundernya memiliki beda fasa sebesar 30 o.
Sedangkan trafo yang memiliki hubungan wye to wye (Y-Y) dan delta to delta (Δ-Δ),
tegangan pada lilitan primer dan sekundernya memiliki beda fasa sebesar 0 o. Kita bisa
memanfaatkan kedua prinsip ini untuk menghasilkan pulsa tegangan output yang lebih
banyak yaitu dengan menyusun sepasang penyearah yang diparalel dan trafo 3 fasa seperti
ditunjukkan pada gambar 17. Lilitan sekunder yang di atas memiliki hubungan wye to wye
(Y-Y) sehingga tegangan pada lilitan sekunder ini memiliki beda fasa 0 o dengan tegangan
primernya dan menghasilkan 6 pulsa DC dari rangkaian penyearahnya. Sedangkan lilitan
sekunder yang di bawah memiliki hubungan wye to delta (Y-Δ) sehingga tegangan pada
lilitan ini memiliki beda fasa sebesar 30 o dengan tegangan pada lilitan primer dan lilitan
sekunder yang atas. Dari rangkaian penyearah pada lilitan sekunder bawah ini juga
menghasilkan 6 pulsa DC. Karena kedua lilitan primer ini (atas dan bawah) dirangkai paralel,
maka jumlah pulsa output penyearahnya adalah 6 pulsa + 6 pulsa = 12 pulsa. Jadi, untuk satu
siklus/periode tegangan AC 3 fasa, bisa menghasilkan tegangan output 12 pulsa DC. Lalu,
apa keuntungan dari jumlah pulsa DC yang lebih banyak seperti ini? Tentu saja, semakin
banyak pulsa DC yang dihasilkan, maka semakin halus tegangan DC output yang dihasilkan
oleh penyearah tersebut.

Gamba
r 18 Rangkaian penyearah tiga fasa : 3 phase – 2 way – 12 pulse (3Ph2W12P)

Artikel Terkait

 Prinsip Kerja Dioda


 Rangkaian Clamper Dioda

 Rangkaian Jembatan AC

 Penyearah Setengah Gelombang

 Potensiometer dan Jembatan Wheatstone

 Rangkaian Clipper Dioda


 Dioda Schottky (hot carrier)

 Prinsip Kerja dan Karakteristik Photodioda

 Prinsip Kerja Dioda Zener

 Prinsip Kerja Light Emitting Diode (LED)

in Dioda

← Penyearah Setengah Gelombang

Rangkaian Clipper Dioda

Dioda merupakan komponen elektronika yang non linier karena dalam


gambar kurva karakteristik arus terhadap tegangan tidak
menggambarkan garis yang lurus. Ketika tegangan dioda kurang dari
tegangan batas, arus dioda kecil. Ketika tegangan dioda melebihi
tegangan batas (tegangan knee) arus dioda naik secara cepat.
1. Simbol dioda
Gambar simbol skematik dioda terlihat seperti pada gambar 1a. Sisi p
disebut sebagai anoda dan sisi n disebut sebagai katoda. Gambar 1b.
menunjukan beberapa bentuk fisik dari dioda. Beberapa atau tidak selalu
kaki katoda pada dioda dikenali dengan adanya tanda gelang berwarna.
Sedangkan gambar 1.c menunjukan gambar rangkaian bias maju suatu
dioda dimana kaki anoda tersambung dengan kutub positif baterai dan
kaki katoda tersambung dengan kutub negatif baterai.

Gambar 1.
2. Kurva dioda
Dengan memberi bias maju kepada dioda seperi gambar 1.c diatas, kita
dapat mengukur arus dan tegangan dioda. Kemudian kita buat plot data
hasil pengukuran menjadi gambar grafik kurva dioda seperti pada gambar
2.
Pada gambar tersebut nampak bahwa pada bagian bias maju dimana arus
dioda naik secara cepat dimulai pada suatu nilai tegangan tertentu yang
dikenal sebagai tegangan lutut (knee voltage) Vk = 0,7 V.
Dari gambar juga tampak bahwa setelah tegangan dioda melewati
tegangan lutut arus akan naik, hal ini disebapkan adanya parameter yang
disebut sebagai ohmic resistance dalam dioda. Karena dioda terbentuk
dari gabungan komponen sisi p dan n dimana masing-masing mempunyai
nilai hambatan tertentu maka dalam dioda terdapat hambatan dalam
yang disebut sebagai hambatan bulk yang merupakan penjumlahan
kedua hambatan ohmic dioda.
RB = Rp + Rn

Gambar 2.

3. Pendekatan ideal dioda


Kurva dioda seperti pada gambar 2 kadang berbeda untuk masing-masing
dioda, walaupun untuk dioda silikon nilai tegangan knee akan tetap 0,7 V.
Untuk mempermudah analisa suatu rangkaian dioda akan coba dibuat 3
pendekatan yang bisa dipergunakan. Yang pertama adalah pendekatan
ideal suatu dioda dimana dioda disimpulkan seperti sebuah saklar pada
suatu rangkaian yanga akan menutup jika dibias maju dan akan terbuka
jika dibias mundur.

Gambar 4.
Dari gambar kurva dioda ideal nampak bahwa dioda seolah-olah
mempunyai hambatan = 0 saat dibias maju dan hambatan tak terhingga
saat dibias mundur.

4. Pendekatan ke-2 dioda


Dalam pendekatan ini, kita gambarkan dioda sebagai sebuah saklar yang
terhubung seri dengan tegangan lutut Vk = 0,7 V. Jika tegangan pengganti
tevenin yang tersambung ke dioda melebihi 0,7 V maka saklar akan
menutup.

Gambar 5. Pendekatan 2

5. Pendekatan ke-3 dioda


Pendekatan ini jarang dipergunakan karena nilai hambatan bulk sangat
kecil sehingga bisa diabaikan. Jika nilai hambata bulk memenuhi syarat :
RB < 0,01 RT (tahanan tevenin di depan dioda) maka R B bisa diabaikan.
Dalam pendekatan ini dioda digambarkan sebagai sebuah saklar yang
tersambung seri dengan tegangan lutut dan sebuah hambatan bulk.
Nilai VD = 0,7 V + IDRB
Gambar 6. Pendekatan 3

Contoh soal pembahasan pendekatan dioda :


Suatu rangkaian dioda tampak seperti gambar 7. Hitung nilai I L dan VL
untuk masing-masing pendekatan 1, 2, dan 3 untuk gambar 7.a dan 7b.
Untuk pendekatan ke-3 dimisalkan menggunakan dioda 1N4001 dengan
RB = 0,23 Ω.

Jawab :
Untuk gambar 7a :
1. Pendekatan ideal :
Karena dioda dibias maju maka dioda dianggap sebagai saklar tertutup
sehingga tegangan sumber akan terukur pada beban atau VL = Vs = 10 V.
Dengan menggunakan hukum ohm didapatkan nilai arus beban :

2. Pendekatan ke-2 :
Karena dioda dibias maju, maka tegangan beban V L akan berupa
tegangan sumber dikurangi drop tegangan di dioda.

Dan
2. Pendekatan ke-3 :
Karena nilai RB = 0,23 Ω dan sangan kecil jika dibandingkan dengan nilai
RL = 1 KΩ, maka nilai RB dapat diabaikan sehingga nilai IL dan VL akan
sama dengan nilai IL pada pendekatan ke-2 sebesar 9,3 mA dan nilai VL =
9,3 V.
Untuk gambar 7b :
Untuk menyelesaikan soal seperti gambar 7b. maka terlebih dahulu perlu
dibuat penyederhanaan menggunakan teori tevenin norton seperti
gambar dibawah ini.

Terlihat ada rangkaian pembagi tegangan dengan hambatan 6 KΩ dan


hambatan 3 KΩ sebelum dioda jika dilihat dari tegangan sumber.
Sehingga didapatkan nilai teganagn tevenin (tegangan di hambatan 3
KΩ ) sebesar :

Dan nilai tahanan tevenin (tahanan paralel antara 3KΩ dan 6KΩ) = 2 KΩ
1. Pendekatan dioda ideal
Dari gambar penyederhanaan tevenin bisa dihitung nilai IL sebesar :

R adalah hambatan seri antara 1 KΩ dan 2 KΩ


Dan nilai VL = IL x RL = 4 mA x 1 KΩ = 4 V
2. Pendekatan ke-2 :
Karena tegangan dioda sebesar 0,7 V maka nilai IL :

Dan nilai VL = IL x RL = 3,77 mA x 1 KΩ = 3,77 V


3. Pendekatan ke-3
Karena nilai RB = 0,23 Ω dan sangat kecil jika dibandingkan dengan nilai
RL = 1 KΩ, maka nilai RB dapat diabaikan sehingga nilai IL dan VL akan
sama dengan nilai IL pada pendekatan ke-2 sebesar 3,77 mA dan nilai VL =
3,77 V.

Soal untuk pendekatan ke-3 :

Jika nilai tahanan beban pada gambar 7a. diganti dengan tahanan senilai
10 Ω maka hitung IL dan VL.
Jawab :
ekuivalen dengan

Sehingga total hambatan menjadi RT = 0,23 Ω + 10 Ω = 10,23 Ω


Tegangan yang melewati RT sebesar VT = 10 V – 0,7 V = 9,3 V
Maka nilai

dan VL = IL x RL = 0,909 x 10 Ω = 9,09 V

6. Analisa Up-Down
Analisa ini digunakan untuk lebih memahami suatu rangkaian. Misalkan
dioda dirangkai seperi pada gambar berikut :

Pada pendekatan ke-2 ada 3 parameter yaitu Vs (tegangan sumber), RL


(hambatan beban) dan Vk (tegangan knee) dan ada 5 parameter yang
tergantung dari ketiga nilai tersebut yaitu V L (tegangan beban), IL (arus
beban), PD (daya dioda) , PL (daya beban), dan PT (daya total). Jika
tegangan sumber dinaikkan maka akan terlihat parameter mana yang
akan naik (Up), turun (Down) atau tetap (No change).

 If the source voltage increases slightly, the diode drop is still 0,7V,
which means that the load voltage has to increase. If the load
voltage increase, the load current increases. An increase in load
current means that the diode power and load power increase. The
total power is sum of diode power and load power, so total power
must increase.

Dari pernyataan tersebut bisa dibuat tabel sebagai berikut :

VL IL PD PL PT
Vs naik U U U U U
RL naik N D D D D
Vk naik D D U D D

7. Garis beban dioda


Garis beban seperti yang sering akan dijumpai pada transistor digunakan
untuk mengetahui nilai sebenarnya dari suatu arus dan tegangan dioda
pada suatu rangkaian.
Misal dioda dirangkai bias maju seperti gambar berikut :

Maka akan didapatkan garis beban dengan melalui tahap sebagai berikut:

berdasarkan rumus tersebut akan kita cari nilai ID jika VD = 0 dan VD = VS.
1. Untuk VD = 0 maka nilai

2. Untuk VD = VS= 2 V maka nilai

Dari kedua nilai ID tersebut dan nilai VD masing-masing ke dalam kurva


dioda maka dapat ditarik garis yang nantinya akan disebut garis beban.
Titik yang berpotongan antara garis beban dan garis kurva dioda disebut
titik Q yang akan menunjukkan nilai sebenarnya dari arus dioda dan
tegangan dioda untuk rangkaian dioda tersebut.

Gambar garis beban dan titik Q seperti pada gambar berikut :


Kamu Membaca Tentang Teori Dioda Dan Kamu Bisa Temukan Teori Dioda Dengan URL
http://bismarmaulani.blogspot.com/2011/04/teori-dioda.html.Kamu Boleh
Menyebarluaskan atau Mengcopy artikel Teori Dioda ini Jika Memang Bermanfaat,Namun
Jangan Lupa Mencantumkan Link Sumbernya.

Anda mungkin juga menyukai