Anda di halaman 1dari 2

OBSTETRI WILLIAMS VOL.

2 EDISI 21

Definisi abortus (aborsi, abortion) adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum
janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat, definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum
20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir. Definisi lain yang sering
digunakan adalah keluarnya janin neonatus yang beratnya kurang dari 500 g.

ABORTUS SPONTAN

Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uters, maka
abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran
(miscarriage).

PATOLOGI. Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis dan nekrosis di jaringan
dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas, dan hal ini memicu kontraksi uterus yang
menyebabkan ekspulsi. Apabila kantung dibuka, biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi
dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan disebut blighted
ovum.

Mola karneosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul
memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah berdegenerasi tersebar diantaranya.
Rongga kecil di dalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan
darah lama yang tebal.

Pada abortus tahap lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil. Janin yang tertahan dapat
mengalami maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang
mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan, meninggalkan
dermis. Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis. Cairan amnion

ABORTUS REKUREN

Keadaan ini didefenisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang
mungkin paling luas diterima adalah abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih. Pada
sebagian besar kasus, abortus spontan berulang kemungkinan adalah fenomena kebetulan. Dengan
menganggap bahwa risiko independen terjadinya keguguran adalah 15 persen, makka keguguran kedua
dapat dihitung terjadi pada 2,3 persen wanita dan yang ketiga pada 0,34 persen wanita. Dalam suatu
studi terhadap dokter wanita, kejadian satu, dua, dan tiga kali keguguran masing-masing dilaporkan
sebesar 10,4, 2,3, dan 3,4 persen (Alberman, 1988). Sekitar 1 sampai 2 persen wanita usia subur akan
mengalami abortus spontan berurutan tiga kali atau lebih, dan hamper 5 persen akan mengalami
abortus rekuren dua kali atau lebih (Blumenfeld dan Brenner, 1999).

Secara epidemiologis, terdapat keseragaman dalam proporsi abortus rekuren dengan anomaly
kromosom. Namun, walaupun demikian terjadi kesenjangan signifikan apabila dibandingkan dengan
prevalensi kategori lain. Terdapat beberapa alasan yang dapat menjelaskan hal ini: Pertama, perbedaan
dalam definisi menyebabkan pembandingan langsung antara berbagai penelitian diragukan. Sebagai
contoh, sebagian penulis menyertakan wanita dengan hanya dua abortus ke dalam analisis mereka.
Kedua, metode-metode yang digunakan untuk menggolongkan pasien dalam kategori-kategori diagnosis
yang berbeda. Yang memperumit masalah ini adalah banyak diagnosis yang dibahas masih
diperdebatkan, baik mengenal kriteria yang digunaan maupun kontribusi diagnosis dalam menyebabkan
abortus. Ketiga, intensitas evaluasi yang diterapkan sebelum menggolongkan seorang wanita sebagai
“tidak diketahui sebabnya” bervariasi di antara berbagai penelitian. Secara umum, sebagian besar
peneitian menjumpai bahwa wanita dengan tiga kali atau lebih keguguran lebih besar kemungkinannya
mempunyai anomaly kromosom, gangguan endokrin, atau perubahan system imun. (Tabel 33-4)

Tabel 33-4. Diagnosis Pada Wanita Normal dan Pada Wanita dengan Abortus Rekuren

Diagnosis Normal (%) Abortus Rekuren


Genetik (parental) 0,2 2-5
3-8 5-29
5-15 1-28
1-3 6-65
- 15-50

Anda mungkin juga menyukai