A. PENDAHULUAN
Laporan pertama kasus myiasis nasal pada manusia dan hewan di negara
Neotropis terjadi pada abad ke-16. Myasis merupakan infestasi pada jaringan
hidup oleh larva lalat dari ordo Diptera, dimana terutama ditemukan di
Myiasis hidung adalah infestasi rongga hidung oleh larva bertelur baik
langsung di dalam rongga hidung atau di sekitarnya saat pasien sedang tidur.
ini memiliki presentase 70% hingga 75% kasus myiasis THT, dan dalam
penelitian lain pada pasien anak, jenis infestasi ini terjadi pada 11,7% kasus.
Dalam review dari 252 pasien dengan myiasis hidung, 41,26% pasien berusia
lebih dari 50 tahun. Selain usia tua, status sosial ekonomi rendah dan status
B. DEFINISI
C. ANATOMI
D. EPIDEMIOLOGI
penyakit ini adalah India, Tunisia, Brasil, dan Australia, yang merupakan
negara dengan karakteristik iklim ini di masing-masing benua . Lebih jauh
E. FAKTOR RISIKO
Pada regio kepala dan leher, lokasi yang paling sering terkena myiasis
adalah telinga, mata, rongga mulut, hidung, sinus paranasal, kelenjar getah
mempengaruhi myiasis di regio ini yaitu usia lanjut, status sosial ekonomi
mulut, dan trauma yang disebabkan oleh serangan fisik. Kondisi sistemik
cerebral palsy, epilepsi, alkoholisme, dan usia tua, kondisi yang terkait
bahwa penyakit dipengaruhi oleh higienitas mulut yang buruk dan status
dan individu dengan gangguan neurologis dan psikososial. Dalam hal ini,
myiasis terutama ditemukan terjadi di negara berkembang dan daerah tropis.
(1)
Kasus myasis hidung lebih sering terjadi pada orang-orang yang menderita
dan memperlebar rongga hidung; faktor predisposisi ini ditemukan pada 97%
pasien dalam serangkaian 252 pasien, dan epistaksis dan rhinorrhea yang saat
ini jarang dikaitkan dengan myiasis hidung. Pasien kusta lebih rentan
terhadap infestasi semacam ini, karena kurangnya reflek bersin, ulkus yang
yang buruk dan status sosial ekonomi yang rendah merupakan faktor risiko
adanya lesi supuratif yang sudah ada sebelumnya yang menarik dan
F. FISIOLOGI
G. KLASIFIKASI MIASIS
Myiasis diklasifikasikan sesuai dengan jenis larva yang ada pada luka: (1)
nekrotik). (1)
diusulkan oleh Bishopp, dianggap berguna untuk diagnosis praktis dan untuk
Karena satu spesies dapat memasuki lebih dari satu lokasi anatomi, dan
lokasi yang sama dapat dipenuhi oleh spesies yang berbeda, sistem klasifikasi
masing penulis menggunakan istilah yang berbeda dengan arti yang sama,
H. ETIOLOGI
mengidentifikasi larva dengan tepat. Hal ini tidak hanya membantu untuk
selama 30 detik dalam air dalam kondisi sangat panas (cukup untuk
di atas merupakan yang paling baik dalam mengawetkan panjang larva dan
membusuk dan mengecilkan larva. Jika larutan etanol 70% tidak tersedia,
2.
I. PATOGENESIS
J. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala myiasis hidung biasanya yaitu tampak adanya larva dan
pasien merasa pergerakannya, yang meliputi sensasi benda asing, dengan atau
tanpa gerakan; nyeri hidung; nyeri wajah; sekret hidung mukopurulen atau
bercak darah; epistaksis; bau busuk; dan anosmia. Seluruhnya kecuali 20%
dari 252 pasien, dalam satu penelitian ditemukan riwayat belatung yang
keluar dari hidung. Gejala jarang berupa gejala alergi. Hal ini dapar terjadi
K. DIAGNOSIS
larva dengan forsep. Pada pemeriksaan, edema mukosa, kongesti, dan ulkus
L. PENATALAKSANAAN
pengangkatan larva secara mekanis. Menurut Ribeiro et al. dan Gealh et al.,
dan leher. Agen antiparasit dari golongan macrolide ini menghambat impuls
larva. Gejala sisa myiasis dapat berupa kebutaan, gangguan pendengaran, dan
bahkan kematian, oleh sebab itu perawatan segera sangat penting. (1)
diterapkan pada 9 pasien dari suatu penelitian, di mana terapi antibiotik dan
benda asing dapat terjadi dalam kasus-kasus di mana larva tetap tersisa di
luka bedah karena pengangkatan jaringan yang tidak lengkap dari jaringan
pengobatan dan pengendalian infestasi cacing pada hewan besar, seperti sapi,
dosis tunggal 150 - 200 ug / kg berat badan. Karena obat cepat diserap dan
mencapai darah dalam konsentrasi dalam waktu yang relatif singkat, larva
dapat dengan cepat dikeluarkan dari luka. Protokol yang dijelaskan oleh
dosis hingga 300 ug / kg (yaitu, untuk pasien dengan berat 40-60 kg: 2 tablet
(12 mg), dan untuk pasien dengan berat badan 60- 90 kg: 3 tablet [18 mg])
Sebagian besar penulis lebih memilih anestesi infiltrasi topikal atau lokal
untuk membuang jaringan larva dan nekrotik. Dalam kasus di mana pasien
dengan larutan salin fisiologis atau secara spontan (mungkin setelah ditelan
penggunaan asam borat untuk eliminasi lokal larva ini. Temuan-temuan ini
M. KOMPLIKASI
Sebuah tinjauan literatur Inggris mengidentifikasi 31 kasus myiasis
berkaitan dengan neoplasma ganas yang melibatkan daerah kepala dan leher.
dikaitkan dengan lesi ulserasi dan nekrotik yang terpapar oleh lingkungan
pada pasien dengan kanker dan desinfeksi yang tidak tepat. (1)
Beberapa komplikasi dapat terjadi saat infestasi rongga hidung oleh larva.
Komplikasi ini dapat bersifat infeksi, seperti selulitis orbita atau wajah, atau
dengan saddle nose, perforasi palatum , dan, dalam kasus ekstrim, penetrasi
kematian, dengan tingkat kematian hingga 1,19%. Invasi rongga sinus dapat
N. PROGNOSIS
bahkan kematian, oleh sebab itu perawatan segera sangat penting. (1)
O. PENCEGAHAN
DAFTAR PUSTAKA
1 de Arruda JAA., de Oliveira Silva LV, Silva PUJ, et al. (2017). Head and neck
myiasis: a case series and review of the literature. Oral Surgery, Oral Medicine,
Oral Pathology and Oral Radiology, 124(5), e249–e256.
https://doi.org/10.1016/j.oooo.2017.06.120