Mod 1 - Bag 4 - Pengaturan Pencegahan
Mod 1 - Bag 4 - Pengaturan Pencegahan
Modul E-Learning 1
Tujuan
Modul bagian keempat yaitu Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia
bertujuan untuk menjelaskan:
Dalam UU 8/2010, mengatur berbagai hal dalam upaya untuk memberantas dan mencegah tindak pidana
pencucian uang, yaitu:
Sesuai dengan Pasal 2 UU 8 Tahun 2010, tindak pidana yang menjadi pemicu (disebut sebagai “tindak
pidana awal”) terjadinya pencucian uang meliputi:
Psikotropika Kepabeanan
Cakupan pengaturan sanksi pidana dalam UU TPPU meliputi tindak pidana pencucian uang yang dilakukan
oleh orang perseorangan, tindak pidana pencucian uang bagi korporasi, dan tindak pidana yang terkait
dengan tindak pidana pencucian uang.
TPPU dapat dikelompokkan dalam 2 klasifikasi, yaitu TPPU aktif dan TPPU pasif. Secara garis besar, dasar
pembedaan klasifikasi tersebut, penekanannya pada :
1. TPPU aktif sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 3 dan 4 UU TPPU, lebih menekankan pada pengenaan
sanksi pidana bagi:
a. Pelaku pencucian uang sekaligus pelaku tindak pidana asal
b. Pelaku pencucian uang, yang mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan berasal dari
hasil tindak pidana
2. TPPU pasif sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 5 UU TPPU lebih menekankan pada pengenaan sanksi
pidana bagi :
a. Pelaku yang menikmati manfaat dari hasil kejahatan
b. Pelaku yang berpartisipasi menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan.
Anti-Tipping-Off
Gambar 4 Anti-Tipping-Off
1.4.3. Peran Lembaga Pengawas dan Pengatur, Pihak Pelapor dan Pihak Terkait Lainnya
Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang memberi tugas, kewenangan dan mekanisme kerja baru bagi PPATK, Pihak Pelapor, regulator/Lembaga
Pengawas dan Pengatur, lembaga penegak hukum, dan pihak terkait lainnya termasuk masyarakat.
Berikut adalah gambaran secara singkat hubungan fungsional antar pemangku kepentingan dalam rezim anti
Pencucian Uang di Indonesia.
1. Masyarakat
Di samping itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam memberikan informasi kepada aparat penegak
hukum yang berwenang atau PPATK apabila mengetahui adanya perbuatan yang berindikasi pencucian uang.
Pihak Pelapor adalah pihak yang wajib menyampaikan laporan kepada PPATK sebagai berikut:
6) manajer investasi; Gambar 6 Pihak Pelapor dan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai
7) kustodian;
8) wali amanat;
9) perposan sebagai penyedia jasa giro;
10) pedagang valuta asing;
11) penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu;
12) penyelenggara e-money dan/atau e-wallet;
13) koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam;
14) pegadaian;
15) perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan berjangka komoditas; atau
16) penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang.
b. Penyedia Barang dan/atau Jasa lain:
1) perusahaan properti/agen properti;
2) pedagang kendaraan bermotor;
3) pedagang permata dan perhiasan/logam mulia;
4) pedagang barang seni dan antik; atau
5) balai lelang.
Laporan yang wajib disampaikan oleh Penyedia Barang dan atau jasa ke PPATK:
Setiap transaksi yang dilakukan oleh Pengguna Jasa dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing
yang nilainya paling sedikit atau setara dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Agar bisa melaporkan transaksi ke PPATK, Pihak pelapor wajib menerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa,
dengan melakukan :
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berkewajiban membuat laporan mengenai pembawaan uang tunai dan
atau instrumen pembayaran lain untuk selanjutnya disampaikan kepada PPATK.
Laporan yang disusun tersebut bersumber dari hasil pengawasan atas pemberitahuan setiap orang yang
membawa Uang Tunai dan instrumen pembayaran lainnya yang keluar atau masuk wilayah pabean RI senilai
Rp 100 juta atau lebih.
terdapat Lembaga Pengawas dan Pengaturnya. Gambar 7 Lembaga Pengawas dan Pengatur
Pihak-pihak yang menjadi Lembaga Pengawas dan Pengatur terhadap Penyedia Jasa Keuangan antara lain
Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO), Badan
Pengawas Perdagangaan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil
dan Menengah)
Penyidikan
Kewenangan untuk melakukan penyidikan TPPU, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Direktorat Jenderal Pajak dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Penuntutan
Gambar 8 Lembaga Penegak Hukum
1) Kejaksaan
Melakukan penuntutan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal yang berasal
dari pelimpahan berkas perkara oleh penyidik sesuai dengan kewenangan Kejaksaan sebagaimana diatur
di dalam peraturan perundang-undangan.
2) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Melakukan penuntutan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal yang berasal
dari pelimpahan berkas perkara oleh penyidik KPK sesuai dengan kewenangan KPK sebagaimana diatur
di dalam peraturan perundang-undangan.
Proses Pengadilan
1) Pengadilan Umum
Melakukan pemeriksaan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana asal di luar tindak
pidana korupsi
2) Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Melakukan pemeriksaan di sidang pengadilan atas perkara tindak pidana pencucian uang dan tindak
pidana korupsi
Berbagai pihak, baik lembaga pemerintah, perusahaan BUMN dan swasta, maupun masyarakat luas, menjadi
bagian yang saling melengkapi dari sistem anti pencucian uang di Indonesia.
pencucian uang.
Gambar 9 Pembentukan Lembaga PPATK dan Tugasnya
Tugas PPATK
Sebagai lembaga intelijen keuangan, PPATK berperan mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang di Indonesia. Kewenangan yang diberikan antara lain pengelolaan database, menetapkan pedoman
bagi Pihak Pelapor, mengkoordinasikan dan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah, mewakili
Pemerintah dalam forum internasional, menyelenggarakan edukasi, melakukan audit kepatuhan dan audit
khusus, memberikan rekomendasi dan atau sanksi kepada Pihak Pelapor, dan mengeluarkan ketentuan
Prinsip Mengenali Pengguna Jasa (PMPJ).
Di samping peran tersebut, peran utama lainnya adalah melakukan analisis atau pemeriksaan laporan dan
informasi transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain,
dengan beberapa kewenangan antara lain meminta dan menerima laporan dan informasi dari berbagai
pihak, meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi,
dan meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik.
1.4.5. Ringkasan
1. Tindak pidana asal adalah tindak pidana yang menjadi pemicu terjadinya tindak pidana pencucian uang
2. Harta hasil tindak pidana merupakan harta yang dihasilkan dari suatu tindak pidana yang disebutkan
sebagai tindak pidana asal pencucian uang
3. Tindak pidana pencucian uang adalah perbuatan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul atau
perbuatan lainnya atas harta kekayaan hasil tindak pidana, yang dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua)
bagian yaitu aktif dan pasif.
4. PPATK mengemban peran sentral untuk mencegah dan memberantas pencucian uang di Indonesia
5. Terdapat peran dari berbagai pihak yaitu masyarakat pengguna jasa, Pihak Pelapor, Lembaga pengawas
dan Pengatur, dan aparat penegak hukum, yang kesemuanya merupakan satu kesatuan dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.