Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KULIAH

TL-4131 INFRASTRUKTUR DAN SANITASI

PROF. HASAN POERBO MCD DAN SYARAT FASILITATOR


PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Disusun Oleh:

Dian Putri Retnosari

15314093

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2017
I. Prof. Hasan Purbo MCD
Prof. Hasan Purbo MCD (lahir di Salam, Jawa Tengah, 21 Juli 1926 –
meninggal di Bandung, Jawa Barat, 30 September 1999 pada umur 73 tahun)
merupakan seorang profesor arsitektur ITB. Hasan Purbo merupakan bapak dari
Onno W. Purbo, salah seorang tokoh teknologi informasi Indonesia. Anak-anak
lainnya adalah Heru Wibowo, Lita Widayanti, dan Benyamin Wirawan. Anak ke-
7 dari 8 bersaudara putra mantan wedana itu merampungkan sekolah menengahnya
di Yogya. Pada tahun-tahun pertama kemerdekaan, Hasan bergabung dalam
organisasi pelukis, sebelum membantu Jawatan Penerangan TNI-AU serta menjadi
anggota Tentara Pelajar.
Hasan Purbo menempuh pendidikan S1 di Arsitektur ITB dari tahun 1951-
1958. Selanjutnya pada tahun 1961, ia melanjutkan S2 di Master of Civic Design,
University of Liverpool, Inggris.
Hasan menjadi direktur Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) ITB
sejak lembaga ini berdiri yaitu dari tahun 1979 hingga 1991. Sebelumnya ia sempat
menjadi dekan Fakultas Perencanaan & Seni Rupa ITB (1962-1964). Sejak 1982,
PPLH aktif meneliti pemungut sampah di Bandung. Menurut Hasan kebijaksanaan
pembangunan saat itu terlalu deterministik. Pembangunan cenderung supply
approach bukan deman approach. Hasan menyoroti aspek manusia dalam
pembangunan, "asal sekian prasarana sudah dibangun, tak perlu lagi
mempertimbangkan aspek manusiawi dari pengguna prasarana sudah bisa
menyelesaikan masalah."
Di samping acap menulis di Kompas dan Prisma, Hasan Poerbo juga
mengarang sejumlah karya tulis, sendiri atau bersama pengarang lain. Ia adalah Co-
author Goodman untuk buku terbitan Pergamon Press 1977, Design & Construction
of Low Cost Housing, An East West Perspective.
"Pengelompokan industri pariwisata, hampir selalu disertai kesulitan dalam
hal pengendalian pembangunan. Dan pada akhirnya, justru menurunkan kualitas
objek wisata dan lingkungannya," tandas Prof.Ir. Hasan Poerbo,MCD.,
memberikan 'peringatan' akan kemungkinan bahaya penumpukan kegiatan wisata,
dalam suatu diskusi, di Bandung, lebih 10 tahun lalu. Apa yang sejak lama
dirisaukan Hasan Poerbo terbukti menjadi kenyataan. Banjir yang senantiasa
menggenangi Jakarta hampir setiap tahun, akibat pembangunan yang jor-joran dan
nyaris tak terkendali sepanjang koridor Bopuncur alias Bogor, Puncak dan Cianjur
hingga kini, merupakan salah satu masalah terkonsentrasinya kegiatan
pembangunan di kawasan wisata berhawa sejuk itu.
Sejumlah persoalan lain, mungkin bakal timbul, seperti krisis air, isu sosial
sehubungan makin terpinggirnya masyarakat setempat dan lain-lain, yang
sesungguhnya sudah sejak lama didengungkan Hasan Poerbo. Menurutnya,
interpretasi arsitektur terhadap masalah kepariwisataan, juga masih perlu
dijabarkan lebih menyeluruh. Ditegaskan, arsitektur bukan semata mendesain
bangunan per bangunan, tetapi menyangkut konsep lingkungan menyeluruh,
termasuk pengembangan masyarakat dan kelembagaan. Sehingga, masyarakat
setempat dimungkinkan memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah dan
dampak pembangunan secara lebih baik.
Diakui Hasan Poerbo, 'konsep ideal' itu bukanlah pekerjaan mudah, karena
agak berbeda dengan apa yang dipelajari di sekolah arsitektur. Di sisi lain,
masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu, terlalu sulit menjangkau jasa
arsitek, untuk membantunya mewujudkan bangunan miliknya. Dalam kondisi
demikian, arsitek dapat berperan sebagai motivator dan katalisator, untuk
selanjutnya melibatkan masyarakat secara total mengembangkan kemampuan
masyarakat sendiri. Yakni, dengan mengorganisir diri sedemikian, dalam
mengelola sumber daya setempat.

Sumber:

http://hasanpoerbo.blogspot.co.id

https://id.wikipedia.org/wiki/Hasan_Purbo
II. Syarat Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

2.1 Fasilitasi
Dalam melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan), masyarakat difasilitasi
atau dipandu oleh Fasilitator. Fasilitasi dalam PNPM Mandiri
Perdesaan mengandung pengertian membantu dan menguatkan
masyarakat agar mampu mengembangkan diri untuk memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Untuk memfasilitasi
masyarakat dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perdesaan, diperlukan
cara atau teknik fasilitasi. Fasilitasi dapat dilakukan dengan cara-cara
kreatif yang tidak mengabaikan ketentuan, prinsip, dan mekanisme
program.

2.2 Fungsi Fasilitator


Secara umum, pelaku proses fasilitasi sering disebut fasilitator. Dalam
PNPM Mandiri Perdesaan, Fasilitator Kecamatan, Fasilitator
Kabupaten, dan aparat berperan sebagai fasilitator dari luar masyarakat
sehingga dalam proses pemberdayaan masyarakat, mereka dipahami
sebagai pendamping masyarakat. Tugas dan peran fasilitator dalam
PNPM Mandiri Perdesaan adalah menjadi pendamping proses
pemberdayaan masyarakat. Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
adalah tenaga profesional yang bertugas memfasilitasi proses
kemandirian dan kedaulatan masyarakat dalam pembangunan dengan
melibatkan stakeholder melalui kegiatan penyadaran, pembelajaran,
dan penguatan kelembagaan masyarakat. Kedaulatan masyarakat
berarti bahwa pengelolaan program pembangunan dilakukan oleh, dari,
dan untuk masyarakat melalui proses demokrasi. Peran Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat adalah membantu proses yang
memungkinkan masyarakat mencapai tujuan mereka. Terkait dengan
one village one plan, Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat bertugas
memfasilitasi terjadinya koordinasi antarprogram di wilayah kerjanya.
Sedangkan Pendamping Lokal, Kader Pemberdayaan Masyarakat, serta
seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan yang berasal dari masyarakat
setempat juga berperan sebagai fasilitator yang dipahami sebagai Kader
Pemberdayaan. Pendamping masyarakat dituntut memandirikan para
Kader Pemberdayaan dan pada waktu tertentu harus siap mundur dari
perannya.
1. Fungsi Penyadaran
Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat terbagi menjadi dua
fungsi utama:
a. Mengembangkan komunikasi dialogis
 Membangun relasi sosial,
 Membangun jejaring kemitraan,
 Membangun solidaritas sosial.
b. Memberikan motivasi
 Mengembangkan kesadaran masyarakat untuk
menuju kondisi hidup yang lebih baik,
 Merancang perubahan kehidupan masyarakat.
2. Fungsi Pembelajaran
a. Mengembangkan proses pembelajaran,
b. Mengembangkan profesionalisme fasilitator.
3. Fungsi Pelembagaan/Pengorganisasian
a. Pengorganisasian masyarakat
 Mengembangkan kapasitas kelembagaan
masyarakat dan pemerintahan,
 Memperkuat posisi tawar, agar suara masyarakat
lebih didengar oleh pemerintah daerah.
b. Melakukan mediasi
 Meningkatkan akses antarpemangku kepentingan,
 Mengelola konflik di tengah masyarakat.
c. Menciptakan sistem sosial yang dinamis
 Membangun visi dan kepemimpinan masyarakat,
 Mengembangkan kontrol sosial,
 Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
manusia.
4. Fungsi Pengembangan Kemandirian/Otonomi/Kedaulatan
Memfasilitasi pembaruan di masyarakat:
a. Mengembangkan inovasi untuk pemberdayaan masyarakat,
b. Memfasilitasi penerapan inovasi pemberdayaan masyarakat di
bidang/sektor kegiatan

2.3 Kemampuan Fasilitator


Fasilitator adalah tenaga profesional yang disediakan oleh program
untuk mendampingi masyarakat dalam mencapai tujuan program. Agar
dapat menjalankan fungsi-fungsi diatas maka seorang fasilitator perlu
dibekali dan memiliki beberapa kemampuan, antara lain :
1. Kepemimpinan
Seorang fasilitator juga akan menjalankan fungsi kepemimpinan di
masyarakat sehingga mereka seharusnya memiliki kapasitas untuk
membuka visi, membimbing, memberi motivasi, menggerakkan
sekaligus berperan sebagai mediator antarwarga masyarakat
danpihak lain yang diperlukan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkankepemimpinan, antara lain dengan:
a. menambah pengetahuan melalui berbagai pelatihan,
b. belajar sendiri dengan banyak membaca buku,
c. banyak menimba atau mempelajari pengalaman dari luar (studi
banding, seminar-seminar),
d. tanggap dan dapat menjabarkan ide-ide, konsep,serta kebijakan,
e. melatih diri dengan selalu berpikir kreatif, orisinal, dan selalu
berwawasan kedepan—visioner,
f. tahan terhadap tekanan dan berjiwa besar dalam menghadapi
kritik dari luar.
2. Konseptual
Yang dimaksud kemampuan konseptual adalah kemampuan
menerjemahkan pemikiran dan konsep yang rumit menjadi mudah
diterima/dipahami masyarakat serta merangsang lahirnya ide-ide
baru untuk perubahan yang positif.

3. Komunikasi
Kemampuan komunikasi yang dibutuhkan adalah:
a. Kemampuan menyampaikan pesan atau informasi
Fasih dan jelas dalam menyampaikan pesan, informasi, ide, atau
gagasan kepada masyarakat merupakan syarat mutlak seorang
Fasilitator dalam menjalankan proses fasilitasi. Dengan kemampuan
itulah, Fasilitator dapat menjelaskan dan memberikan kontribusi
kepada anggota dan kelompok masyarakat.
b. Menjadi pendengar yang aktif
Fasilitator mampu menjadi pendengar yang aktif maka sangat
mungkinia tahu apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan serta
emosi dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat.
Hal itu merupakan dasar pengambilan sikap dan tindakan terbaik
untuk dilakukan. Untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif,
diperlukan suatu pengendalian emosi atau perasaan diri, serta sikap
untuk bisa menghargai setiap pendapat dan gagasan yang
disampaikan masyarakat.
c. Bertanya secara efektif dan terarah
Bertanya secara efektif akan memudahkan seorang Fasilitator
untuk belajar dan mengerti apa yang terjadi sekaligus dapat
memberi pemahaman untuk dapat memilih dan menemukan
alternatif tindakan. Bertanya efektif dan terarah dapat dilakukan jika
Fasilitator telah menguasai dan memahami program yang
disampaikan.
d. Kemampuan dalam pengembangan masyarakat
Beberapa kemampuan yang termasuk dalam kelompok ini
adalah:
i. Mengenal isu-isu lokal.
Seorang Fasilitator perlu memahami benar serta
menghayati isu-isu yang berkaitan dengan
pemberdayaan sehingga tahu apa yang harus dan bisa
dilakukan oleh masyarakat.
ii. Kemampuan identifikasi.
Kemampuan mengidentifikasi potensi, masalah,
hambatan, dan fenomena yang ada di masyarakat
merupakan awal dan bekal seorang Fasilitator untuk
melakukan kegiatan fasilitasi dan pemberdayaan
masyarakat. Kemampuan ini diperlukan untuk
melakukan pendekatan kepada masyarakat agar program
berjalan optimal.
iii. Kemampuan analitis.
Dengan menggunakan kemampuan analitis, seorang
Fasilitator dapat mengurai dan mengkaji masalah,
menyusun berbagai alternatif penyelesaian serta
membuat prakarsa kreatif dan kontekstual dalam upaya
pemberdayaan.
iv. Adaptasi partisipatif.
Kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi, kondisi,
harapan, dan karakteristik masyarakat merupakan bekal
yang sangat positif bagi kegiatan fasilitasi dalam PNPM
Mandiri Perdesaan. Hal tersebut diharapkan dapat
memberi manfaat berupa keterlibatan dan rasa memiliki
dari masyarakat terhadap PNPM Mandiri Perdesaan,
serta dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan
program. Di sisi lain, keberadaan masyarakat menuntut
Fasilitator untuk dapat melibatkan pemikiran dan aksi
mereka agar dapat memberi kontribusi terhadap
pelaksanaan program.
v. Berpandangan positif ke depan (visioner).
Diharapkan para Fasilitator selalu berpandangan secara
positif dalam banyak hal sehingga tidak mudah terjebak
pada pengambilan posisi dalam setiap masalah secara
sebagian-sebagian dan hanya didasarkan pada
kepentingan sesaat/jangka pendek, tetapi segala sesuatu
harus dipandang secara utuh berdasar pada tujuan yang
jauh ke depan.
vi. Kemampuan melakukan aksi sebagai akumulasi
kemampuan teknis.
Kerap kali “dengan kata” saja dirasa tidak cukup karena
akan selalu ada tuntutan bukti dan tindakan nyata.
Begitupun dengan masyarakat, seorang Fasilitator
dituntut untuk melakukan sesuatu yang nyata sebagai
wujud sebuah pernyataan serta bukti keberadaan dan
kepeduliannya terhadap masyarakat. Untuk itu,
Fasilitator perlu memiliki kemampuan teknis sebagai
berikut:
a) pengetahuan dan kemampuan tentang bagaimana
sesuatu harus dikerjakan,
b) keahlian di bidangnya dan berpengalaman,
c) pemahaman akan ketentuan/peraturan yang
berlaku
d) mampu mengendalikan proses pelaksanaan
pekerjaan,
e) kesiapan fisik dan mental dalam menghadapi
tugas operasional,
f) memiliki daya tahan, kesanggupan, ketekunan,
dan keuletan dalam menyelesaikan tugas.
vii. Kemampuan menjalin hubungan sosial dan
antarmanusia.
Seorang Fasilitator harus memiliki kapasitas untuk
membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat
dan rekan kerja, berkaitan dengan bagaimana
memperlakukan dan berinteraksi dengan mereka serta
menempatkan mereka dengan prinsip kesetaraan.

Sumber:

http://psflibrary.org/catalog/repository/PTO%20-%20Penjelasan%202.pdf

https://www.youtube.com/results?search_query=hasan+poerbo

Anda mungkin juga menyukai