Anda di halaman 1dari 8

Batang Kayu Akway

Deskripsi Kayu Akway


Kayu akway adalah tumbuhan yang berasal dari family Magnoleacea (Winteraceae).
Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan aromatik. Beberapa spesies yang berada di Papua
adalah : Drimys arfakensis Gibbs, Drimys beccariana Gibbs. Drimys brassii A.C. Sm., Drimys
bullata, Drimys calothyrsa Diels, Drimys coriacea Pulle, Drimys crassifolia Baill, Drimys
cyclopum Diels Drimys densifolia Ridl, Drimys dictyophlebia Diels, (Plantencyclo, 2007).

Gambar 1. Kayu Akway (Drimys sp.)

Gambar 2. Bagian Batang D. winterii. Forst, D. piperita. Hook, D. beccariana.


Tumbuhan drimys terdapat pada pegunungan Arfak yang merupakan Cagar Alam (CA)
terletak di daerah kepala burung Pulau Papua, 25 km dari Manokwari kearah Tenggara. Cagar
Alam ini luasnya 63.750 ha dan berada di ketinggian 15 m hingga ketinggian 2.940 m di atas
permukaan laut (dpl). Pegunungan Arfak memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dan
tak ternilai. Meskipun sebagian besar dari kawasan ini berupa pegunungan namun wilayah ini
memiliki koridor ke daerah dataran rendah, sehingga membentuk unit ekologi yang lengkap
(Craven dan de Fretes, 1987). D’Albertis dan Beccari pada tahun 1872-1873 telah melakukan
identifikasi terhadap tumbuhan yang tumbuh pada daerah ini termasuk Drimys sp., dua jenis
Drimys yang ditemukan hanya arfakinensis dan beccariana Gibbs (Gibbs, 1916). Paisey (2008)
telah melakukan penelitian dan diperoleh identifikasi mengenai jenis-jenis kayu akway yang
telah ditemukan, di antaranya yaitu:
a. Kayu Akway Merah
Karakter morfologi yang merupakan ciri dari kayu akway ini adalah memiliki tinggi
rata-rata 3,09 meter dengan model arsitekturnya adalah sccarone, rata-rata jumlah cabang
perpohonnya adalah sebanyak 4 cabang. Tumbuhan ini memiliki rata-rata ukuran daun 3,43
meter dan rata-rata diameter batangnya adalah 2 cm. Pepagan bagian luar batang atau kulit luar
adalah halus dengan arah pertumbuhan cabang terhadap batang adalah 45o-90o. Tumbuhan ini
memiliki bentuk helaian oblong dengan warna daun hijau tua dan susunan daun adalah
deccusate dan berlekuk pada bagian ujung daun serta memiliki pucuk yang berwarna orange
(yellow red).
Tumbuhan ini setelah diidentifikasikan pada laboratorium herbarium Universitas Negeri
Papua dapat diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom : Spermatophyta
Devisi : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Asteridae
Ordo : Canenalles
Family : Winteraceae
Genus : Drymis
Species : D. Piperita

b. Kayu akway merah kecil


Jenis kayu akway lainnya yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat suku Arfak
adalah kayu akway merah kecil. Disebut demikian karena memiliki ukuran yang lebih kecil
dibandingan dengan kayu akway merah besar atau Drymis piperita, Hook. Tinggi rata-rata
tumbuhan ini hanya 2,39 meter dengan jumlah cabang 3 perpohon dan memiliki rata-rata
diameter 1,77 cm serta pepagan bagian luarnya halus. Tumbuhan ini memiliki model arsitektur
rouh, arah tumbuh cabang terhadap batang utama adalah < 45o. Kayu akway merah kecil
memiliki ukuran daun sebesar 4,38 cm dengan warna daun hijau (7,5 green yellow), susunan
daun adalah bertumpu, bentuk helaian daun lanset serta bagian tepi daun rata. Memiliki bunga
berwarna merah muda yang terdapat pada bagian terminal dengan biji yang berbulir. Bunga
dari tumbuhan ini adalah hemaprodit.
Kayu akway merah kecil ini kemudian diaidentifikasikan pada laboratorium herbarium
UNIPA dan menghasilkan :
Kingdom : Spermatophyta
Devisi : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Asteridae
Ordo : Canenalles
Family : Winteraceae
Genus : Drymis
Species : D. beccariana
Drymis beccariana pertama kali diidentifikasikan oleh Gibbs sehingga disebut dengan Drymis
beccariana.
c. Kayu akway putih
Kayu akway yang ditemukan pada lokasi penelitian Distrik Menyambouw dan dikenal
masyarakat sebagai kayu akway putih. Karakter morfologi yang dimiliki oleh kayu akway putih
ini adalah rata-rata tinggi pohon adalah 2,34 m dengan model arsitektur sccarone. Rata-rata
diameter batang adalah 2,15 cm dengan pepagan bagian luar batang sedang, jumlah cabang
perpohon adalah 3-4 cabang. Arah tumbuh cabang terhadap batang utama adalah 45o-90o. Kayu
akway putih ini memiliki ukuran daun 3,80 cm dengan susunan daun adalah deccusate dan
warma daun adalah hijau (green yellow 7,5). Bentuk helain daun adalah lanset dengan
perbandingan panjang dan lebar adalah 3-5 cm:1cm, bagian tepi daunnya adalah rata. Kayu
akway putih ini diindentifikasikan untuk mengetahui nama ilmiah atau nama latin tumbuhan
tersebut. Hasil identifikasi dari tumbuhan akway putih ini adalah :
Kingdom : Spermatophyta
Devisi : Magnoliophyta
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Asteridae
Ordo : Canenalles
Family : Winteraceae
Genus : Drymis
Species : D. winterii
Tumbuhan ini disebut dengan nama latin sebagai Drymis winterii. Forst, tumbuhan ini
tumbuh pula di Negara-negara lain seperti Australia, Argentina dan juga diguna sebagai obat
kanker, sumber vitamin C. Drymis winterii. Forst yang tumbuh di Argentina memiliki tinggi
pohon yang berkisar dari 4-10 meter, memiliki bunga yang hemaprodit. Nama umum yang biasa
digunakan adalah Drymis de Winter, Nama latinnya adalah Drymis Winteri Forst.
Rendemen Minyak Atsiri Kayu Akway
Cepeda, dkk (2011) melaporkan bahwa minyak atsiri diperoleh dari penyulingan bubuk
kulit kayu akway dengan kadar air 10,9%. Hasil penyulingan menunjukkan bahwa rendemen
minyak atsiri bubuk kulit kayu akway berdasarkan basis kering adalah 0,37%. Rendemen
minyak atsiri kulit kayu akway tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan rendemen
minyak atsiri yang diperoleh dari sumber tanaman yang lain, seperti minyak atsiri bunga
Matricaria chamomilla L. dan bubuk daun Marjorana hortensis masing-masing sebesar 0,84
dan 1,7% (Romeilah, 2009). Rendemen minyak atsiri dari beberapa kerabat akway lainnya, juga
dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan Drimys piperita yang digunakan dalam penelitian
ini. Rendemen rataan minyak atsiri daun D. winteri yang diperoleh dari berbagai tempat di Chili
dan D. Andina masing-masing sebesar 0,5 dan 0,62% (Munoz-Concha et al., 2007). Namun
demikian rendemen minyak atsiri kulit kayu akway relatif lebih tinggi dari minyak atsiri yang
berasal dari Stachys plumosa Griseb, yaitu sebesar 0,15% (Petrovic et al., 2006) dan minyak
atsiri daun, buah dan akar dari Ottonia martiana miq., yaitu masing-masing sebesar 0,21, 0,33
dan 0,02% (Cunico et al., 2007). Drymis yang tumbuh di daerah Arfak diperkirakan 11,5 juta
pohon dengan rata-rata populasi 180 pohon/ha pada satu desa. Kerapatan pertumbuhan di alam
yang minim menyebabkan tumbuhan ini telah jarang ditemui pada saat sekarang.
Senyawa Penyusun Minyak Atsiri Kulit Kayu Akway
Munoz-Concha et al., (2004), melaporkan bahwa kandungan rataan komponen
aromatik Drimys winteri dari berbagai tempat di Chili sebesar 0,5%, sedangkan D. andina
adalah 0,62%.
1. D. Winterii Forst
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Paisey (2008) bahwa batang D.
winterii Forst dari ketinggian 1200 m mengandung Benzothiazol ethione 12,62%, 2,6-
dimethoxy phenol (5,63%) dan Xylitol (5,62%) serta beberapa senyawa lainnya. Senyawa
Dimethoxy phenol merupakan golongan phenol yang berfungsi sebagai dala menyusun Tanins,
Lignin, Coumarine, Phenol glycoside, dan Flavonoid.
Dibawah ini adalah tabel mengeani Jenis dan komposisi senyawa kimia yang terdapat
pada batang D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 mdpl.

Tabel 1. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Winterii Forst yang tumbuh pada
ketinggian 1200 mdpl
2. Batang D. piperita Hook
Senyawa yang benyak terkandung pada batang D. piperita Hook (Tabel 2) dari
ketinggian 1200 m dpl yaitu Asam methoxy carbonat (7,27%) dan 2,6-dimethoxy phenol
(5,72%) adalah salah satu senyawa phenol. Dan juga senyawa terbanyak yang terkandung
adalah Asam-2,4-haxadiena dioat (6,41%) serta betaeudesmol yang merupakan golongan
senyawa terpenoid.
Dibawah ini adalah tabel mengenai Jenis dan komposisi senyawa kimia pada batang D.
piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
Tabel 21. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. piperita Hook yang tumbuh pada
ketinggian 1200 m dpl
3. D. winterii. Forst
Pada batang dari ketinggian 1600 m mengandung phenantren 14,91 %, driminol
12,97 %, alfa-sitosterol 9.77 % serta senyawa lain 7-8 % yaitu 4,11,11- trimethyltricyclo
14,19% atau yang disebut sebagai muzigadial, asam heksadekanoat dan 1-methoxy-2-tert-
butyl-4-propyl-6-, juga terdapat Stigmasta-5,23-dien-3.beta.-ol sebanyak 2,4% dan Stigmast-5-
en-3-ol atau γ-sitosterol sebanyak 9,77%. Senyawa golongan fenantren, stigmasterol termasuk
kedalam golongan steroid yang berfungsi dalam meningkatkan hormon pria dan peningkatan
stamina. Dari data ini pada D. winterii kandungan senyawa steroid lebih tinggi pada batang
yang tumbuh dari ketinggian 1600 dpl, pada ketinggian yang lebih rendah. Senyawa drimenol
ditemukan juga pada akar D.winterii Forst dari ketinggian 1600 m dpl. Drymis winetrii. Forst
dikenal pula sebagai tanaman obat tradisional Negara Chili yang banyak mengandung
Polygodial dan Drimenol berfungsi sebagai antimicrobial dan antinociceptive.
Senyawa ini juga sama fungsinya seperti yang terdapat pada Daun dewa (Gynura
pesudochina (L)DC) memiliki Bahan aktif berupa flavonoid serta beberapa zat kimia lain
seperti alkaloid, tannin, saponin, polifenol, munyak atsiri serta delapan asam fenolat
(Ratnaningsih et al. 1985) Flavonoid merupakan senyawa antioksidan dan mempunyai aktifitas
antibacterial, anti inflammatory, antialergik, anti mutagenic, anti viral, anti neoplastik, anti
trombotik, dan anti vasodilatory (Miller, 1996).
Di bawah ini merupakan tabel mengenai Jenis dan komposisi senyawa kimia yang
terdapat pada batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl

Tabel 3. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D.winterii Forst yang tumbuh pada
ketinggian 1600 m dpl.
Manfaat Kayu Akway
Kayu akway memang tidak familiar seperti beberapa jenis kayu pada umumnya, karena
memang kayu akway ini hanya ditemui di Manokwari. Bahkan, kayu akway termasuk dalam
jenis kayu yang langka dan dilindungi. Jenis kayu yang memiliki nama latin Drymis sp.ini
dikenal sebagai obat herbal yang menurut kepercayaan masyarakat di beberapa daerah Papua
sangat bermanfaat untuk kaum lelaki. Sebenarnya, tidak hanya untuk kaum lelaki saja, kayu
akway memiliki beberapa manfaat baik untuk kaum lelaki, kaum perempuan dan beberapa jenis
masalah kesehatan pada umumnya. Senyawa α- dan β-pinen sangat potensial digunakan dalam
formulasi obat-obatan dan kosmetik sebagai sumber, antimikroba, antiinflamasi, antijerawat,
antijerawat, anti kanker dan antioksidan alami (Sobhy dan El-Feky, 2007; Chang et al., 2008;
Athikomkulchai et al., 2008). Di bawah ini merupakan beberapa manfaat kayu akway
diantaranya:

1. Meningkatkan Kejantanan Pria

Sebelum melakukan hubungan intim, beberapa pria yang mengkonsumsi kayu akway akan
mengalami peningkatan pada kejantanannya. Sebagian masyarakat, terutama masyarakat
manowari yang sering memanfaatkan kayu akway untuk meningkatkan kejantanan kaum pria.

2. Meningkatkan Kesuburan Pria

Salah satu cara menentukan kesuburan pria dapat diukur dari kualitas sepermanya. Ketika
sperma encer, beberapa orang mengatakan bahwa pria tersebut kurang subur. Kayu akway
memiliki sifat afrodisiak sehingga dapat membantu meningkatkan produksi hormon pria.
Menjaga kualitas sperma dapat dilakukan dengan memanfaatkan kayu akway.

3. Mengurangi Nyeri Haid

Beberapa wanita mengalami rasa nyeri ketika haid dimana tingkat nyeri yang dirasakan satu
orang dengan orang lain akan berbeda. Untuk mengatasi nyeri haid, biasanya meminum kunyit
serta meminum obat penghilang rasa nyeri. Selain kedua cara tersebut, nyeri haid juga dapat
diatasi dengan memanfaatkan kayu akway yang dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri haid.
4. Mengatur Kehamilan

Kehamilan harus direncanakan agar jarak antara satu anak dengan anak yang lainnya tidak
terlalu dekat maupun terlalu lama. Selain menggunakan pil KB, mengatur kehamilan juga dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kayu akway.

5. Menjaga Stamina Tubuh

Setelah melakukan berbagai kegiatan dan aktivitas, tubuh akan merasa lelah karena kurangnya
stamina. Salah satu cara yang dilakukan agar stamina tubuh kembali yakni dengan meminum
air rebusan kayu akway.

Selain beberapa manfaat tersebut, ada beberapa manfaat lain dari memanfaatkan kayu akway
ini, diantaranya:

1. Mengatasi masalah penyakit kulit


2. Mengatasi asma
3. Mengurangi rasa nyeri pada persendian
4. Mengatasi TBC
5. Mengatasi Demam yang disebabkan Karena Malaria

Cara memanfaatkan kayu akway biasanya dilakukan dengan merebus kayu akway dan
kemudian diambil airnya

DAFTAR PUSTAKA

Athikomkulchai1, S., Watthanachaiyingcharoen, R., Tunvichien S., Vayumhasuwan, P.,


Karnsomkiet, P., Sae-Jong, P. & Ruangrungsi, N. 2008. The development of anti-acne
products from Eucalyptus globulus and Psidium guajava oil. J. Health Res., 22(3):109-
113.
Cepeda, G.N., Santoso, B.B., Lisangan, M.M., Dan Silamba, I. 2011. Komposisi Kimia Minyak
Atsiri Kulit Kayu Akway (Drimys Piperita Hook F.). Bionatura– Jurnal Ilmu-Ilmu
Hayati Dan Fisik. Vol. 13, No. 2: 117- 123.
Craven I and de Fretes, Y. 1987. Arfak Mountains Nature Conservation Area, Irian Jaya:
management plan 1988 to 1992. WWF Project 3770. World Wildlife Fund. Bogor,
Indonesia. pp.175.
http://www.papuaweb.org/dlib/up/muller-ngb/2of2.rtf. [14 Juli 2018].
Cunico, M.M., Lopes, A.R., Côcco, L.C., Yamamoto, C.I., Plocharski, R.C.B., Miguel, M.D.,
Junior, A.G., Auer C.G., & Miguel, O.G. 2007. Phytochemical and antibacterial
evaluation of essential oils from Ottonia martiana miq. (Piperaceae). J. Braz. Chem.
Soc., Vol. 18(1).
Chang, H.T., Cheng, Y.H., Wu, C.L., Chang, S.T., Chang, T.T. & Su, Y.C. 2008. Antifungal
activity of essential oil and its constituents from Calocedrus macrolepis var. formosana
Florin leaf against plant pathogenic fungi. Bioresour Technol., Vol. 99:6266-70.
Elda Kristiani Paisey. 2008. Kajian Morfologi Dan Kimia Kayu Akway (Drymis Sp) Sebagai
Afrodisiak Endemik Papua. Thesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Gibbs LS. 1916. A Contribution to The Phytogeography and Flora of The Arfak Mountains.
London: Taylor and Francis.
Miller AL. 1996. Antioxidant Flavonoids: Structure, Function and Clinical Usage. Alt Med Rev.
Volume.1 Nomor. 2. Hal 103-111.
Muñoz-Concha, D., Vogel, H. & Razmilic, I. 2004. Variation of chemical compounds in leaves
of Drimys spp. (Magnoliophyta: Winteraceae) populations in Chile. Revista Chilena de
Historia Natural., 77:43-50.
Muñoz-Concha, D., Vogel, H., Yunes, R., Razmilic, I., Bresciani L. & Malheiros, A. 2007.
Presence of polygodial and drimenol in Drimys populations from Chile. Biochem.
System. and Ecol., 35 (7) : 434-438.
Petrovic, S., Ristic, M., Milenkovic, M., Kukic, J., Antic-Stankovic J. & Niketic. M. 2006.
Composition and antimicrobial activity of essential oil of Stachys plumosa Griseb.
Flavour and fragrance journal., 21(2):250-252.
Ratnaningsih I, Dyatmiko, Santa IGP. 1985. Studi Pendahuluan Fitokimia Gynura procumbens
Back. Purwokerto : prosiding I seminar Pembudidayaan Tanaman Obat 17-18 Oktober
1985. Hal. 8.
Romeilah, R.M. 2009. Anticancer and antioxidant activities of Matricaria chamomilla L. and
Marjorana hortensis essential oils. Res. J. Medicine & Med. Sci., 4(2): 332-339.
Sobhy, E.A. & El-Feky, S.S. 2007. Chemical constituent and antimicrobial activity of
Helichrysum stoechas. Asian J. Plant Sci., 6(4): 692-695.

Anda mungkin juga menyukai