Anda di halaman 1dari 5

Kewajiban KTT Berdasar KepMen 555

Blog Mas Dory - Beberapa kewajiban seorang Kepala Teknik Tambang (KTT) yang terdapat
di dalam KepMen no 555 K/26/MPE/1995 pasal 28 tentang Pendidikan dan Pelatihan, pasal
29, dan pasal 30. Informasi berikut ini berisi tentang beberapa pasal yang terdapat dalam
KepMenTamBen no 555 yang menjelaskan tentang kewajiban seorang Kepala Teknik
Tambang (KTT) di sebuah pertambangan.

Tujuan.
Tujuan saya berbagi informasi ini adalah untuk menambah wawasan tentang kewajiban KTT
berdasarkan KepMen no 555 di dunia pertambangan, khusus nya buat diri saya dan pembaca
internet pada umumnya. Karena menurut saya informasi ini sangat jarang di temui di internet.

Tidak ada niat saya untuk menggurui siapapun di sini, karena saya sendiri masih harus
banyak belajar tentang hal ini. Yang saya lakukan hanya untuk berbagi pemahaman saya
terhadap pembaca di internet. Harapan saya, semoga informasi ini bisa membantu siapapun
yang sedang mencari kewajiban KTT di pertambangan berdasarkan pasal yang ada di
KepMen 555.

Selain itu, informasi ini adalah untuk sedikit menyambung artikel saya sebelumnya yang
berjudul persyaratan apa saja yang dibutuhkan seseorang untuk menjadi menjadi Kepala
Teknik Tambang (KTT) di sebuah perusahaan pertambangan berdasarkan KepMen no 555
K/26/MPE/1995 pasal 7, pasal 8, pasal 9, dan pasal 10 disertai dengan pasal pendukung
lainnya dan anda bisa membaca artikel tersebut disini.

Kewajiban Kepala Teknik Tambang (KTT).


Untuk bisa lebih memahami tentang apa saja yang bisa dilakukan oleh Kepala Teknik
Tambang (KTT) dalam memenuhi tugas dan kewajibannya di suatu kegiatan usaha
pertambangan, mungkin ada baiknya jika kita pahami dulu definisi KTT seperti yang telah
tercantum dalam KepMen no 555 K/26/MPE/1995 pasal 1 tentang Pengertian khususnya di
ayat (6).

Didalam pasal 1 ayat (6) disebutkan bahwa yang dimaksud Kepala Teknik Tambang adalah
seseorang yang memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya dan ditaatinya
peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada suatu kegiatan usaha pertambangan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa kewajiban utama seorang Kepala Teknik
Tambang (KTT) adalah memastikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja seluruh pekerja atau
anak buah di dalam wilayah pertambangan yang menjadi tanggung jawab KTT tersebut.
Lantas langkah-langkah apa saja yang bisa diambil seorang KTT dalam memastikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerjanya di pertambangan.

Pendidikan dan Pelatihan.


Salah satu langkah yang bisa diambil KTT dalam memastikan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pekerja nya adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja baru di
pertambangan yang di pimpin nya. Sangat penting buat pekerja baru untuk mengerti dan
memahami pekerjaan nya dan kondisi tempat dia bekerja. Contoh kecil yang sering dijumpai
adalah pembekalan induksi safety kepada pekerja baru sebelum dia bisa bekerja di
perusahaan pertambangan tersebut.

Selain pekerja baru, induksi safety juga dilakukan kepada pekerja dengan tugas baru yang
belum pernah dilakukan sebelumnya. Selain bisa mengetahui memahami pekerjaan tersebut,
pekerja tersebut juga bisa mengetahui potensi bahaya saperti apa yang mungkin ada dan
bagaimana cara meminimalisir dan menghilangkan potensi bahaya tersebut.

KTT juga bisa memberikan pendidikan dan pelatihan kepada seluruh pekerja dengan
mengadakan re-fresh induksi safety tahunan yang pelaksanaan nya bisa dilakukan dengan
cara bergilir di tiap perusahaan yang berada di wilayah pertambangan tersebut tanpa
mengganggu kegiatan produksi di pertambangan.

Selain hal-hal diatas, Kepala Teknik Tambang (KTT) juga bisa mengadakan pendidikan dan
pelatihan dalam bentuk lain yang sebelumnya telah mendapat persetujuan dari Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang (KaPIT). Hal ini sesuai dengan pasal 28 tentang pendidikan dan
pelatihan KepMen no 555 K/26/MPE/1995 yang ber bunyi:
Pasal 28
Pendidikan dan Pelatihan

1. Kepala Teknik Tambang wajib mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja
baru, pekerja tambang untuk tugas baru, pelatihan untuk menghadapi bahaya dan
pelatihan penyegaran tahunan atau pendidikan dan pelatihan lainnya yang ditetapkan
oleh Kepala Teknik Tambang.
2. Kepala Teknik Tambang dapat menyelenggarakan sendiri atau bekerja sama dengan
instansi pemerintah atau badan-badan resmi lainnya untuk menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), hanya
disesuaikan dengan kegiatan dan jenis pekerjaan pada kegiatan usaha pertambangan.
3. Setiap penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.

Materi yang diberikan dalam pendidikan dan pelatihan.


Materi yang bisa di sampaikan dalam pendidikan dan pelatihan pekerja tambang baik itu
pekerja tambang permukaan maupun pekerja tambang bawah tanah sangat banyak. Yang
penting materi tersebut mendukung program pendidikan dan pelatihan dari KTT yang
bertujuan untuk menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerja nya.
Karena banyaknya materi yang bisa diberikan, dan agar sasaran atau tujuan KTT bisa tercapai
dalam menjaga dan meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pekerja, maka KepMen
555 pasal 29 menjelaskan materi seperti apa yang minimal ada dalam pendidikan dan
pelatihan yang diadakan oleh KTT tersebut.

Berikut ini KepMen no 555 K/26/MPE/1995 pasal 29 yang berbunyi:


Pasal 29

(1). Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, sekurang-
kurangnya mencakup pelajaran sebagai berikut:

a. Kewajiban dari seorang pekerja tambang;


b. Wewenang dan tanggung jawab dari seorang pengawas;
c. Pengenalan lingkungan kerja;
d. Rencana Penyelamatan diri dan penyelamatan dalam keadaan darurat, tanda bahaya
kebakaran dan pemadam kebakaran.
e. Aspek Kesehatan dan Keselamatan dari tugas yang akan diberikan;
f. Mengenai bahaya dan menghindarinya;
g. Bahaya listrik dan permesinan;
h. Pertolongan pertama pada kecelakaan;
i. Bahaya kebisingan, debu dan panas dan tindakan perlindungan.

(2). Program pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk tambang
bawah tanah mempunyai mata pelajaran tambahan sebagai berikut:

a. Tata cara penambangan yang aman;


b. Pemeliharaan dan penggunaan lampu-lampu tambang;
c. Pengetahuan dasar ventilasi;
d. Peraturan tambang penyanggaan dan dasar kerja penyanggaan;
e. Tata cara evaluasi pada tambang dalam keadaan darurat;
f. Penggunaan alat penyelamat diri dan
g. Bahaya-bahaya serta mendeteksi gas-gas yang mudah terbakar dan gas racun.

(3). Untuk program pendidikan dan pelatihan lainnya disamping mata pelajaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), mata pelajaran tambahan disesuaikan dengan kegiatan dan jenis
pekerjaan pada kegiatan usaha pertambangan tersebut.

Pendidikan dan Pelatihan bagi para Pengawas Tambang.


Kewajiban Kepala Teknik Tambang (KTT) berikutnya adalah mengadakan pendidikan dan
pelatihan bagi para pengawas tambang baik itu pengawas tambang permukaan maupun
pengawas tambang bawah tanah. Program pelatihan ini mungkin lebih dikenal seperti DikLat
(Pendidikan dan Latihan) Pengawas atau uji kompetensi pengawas setingkat POP (Pengawas
Operasional Pertama), setingkat POM (Pengawas Operasional Madya), Pengawas
Operasional Utama (POU); DikLat AK3 (Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Umum;
DikLat OSHASS; dan lain sebagainya.

Diharapkan dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pengawas ini bisa mendapat
pengawas tambang yang benar-benar kompeten khususnya di bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di suatu pertambangan.
Untuk materi apa saja yang diberikan dalam diklat pengawas ini telah diatur dalam KepMen
no 555 K/26/MPE/1995 pasal 30 yang berbunyi:
Pasal 30

(1). Kepala Teknik Tambang wajib menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi para
pengawas dengan mata pelajaran sekurang-kurangnya sebagai berikut:

a. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;


b. Manajemen keselamatan kerja;
c. Peraturan-peraturan keselamatan kerja dan cara kerja yang aman;
d. Pengenalan bahaya dan cara menghindarinya;
e. Tindakan dalam keadaan darurat dan tata cara penyelamatan;
f. Penyelamatan diri dan alat-alat bantu pernapasan;
g. Bahaya permesinan dan perlistrikan;
h. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
i. Pertolongan pertama pada kecelakaan;
j. Dampak lingkungan dari kegiatan.

(2). Khusus untuk para pengawas tambang bawah tanah disamping mata pelajaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), juga harus mempunyai mata pelajaran tambahan:

a. Tata cara kerja yang aman;


b. Memelihara dan menggunakan lampu-lampu perorangan;
c. Dasar kerja ventilasi;
d. Peraturan tentang penyangga dan pengetahuan dasar cara penyanggaan;
e. Cara meninggalkan tambang dalam keadaan darurat;
f. Penggunaan alat penyelamat diri dan
g. Bahaya-bahaya dan mendeteksi gas-gas yang mudah terbakar dan beracun.
Baca juga: Artikel saya tentang kewajiban Pengawas Operasional dan Pengawas Teknis di
pertambangan berdasarkan KepMenTamBen (KepMen) no 555 K/26/MPE/1995 pasal 12
tentang Kewajiban Pengawas Operasional dan pasal 13 tentang Kewajiban Pengawas Teknis
beserta pasal pendukung lainnya di sini.

Saya sadar betul bahwa apa yang saya sampaikan ini belum mewakili semua kewajiban
seorang Kepala Teknik Tambang (KTT) di suatu perusahaan pertambangan. Namun harapan
saya, semoga sedikit informasi ini bisa memberikan gambaran kepada pembaca, khusus nya
yang memiliki profesi yang berhubungan dengan dunia pertambangan, bahwa tugas dan
kewajiban yang di emban oleh seorang KTT sangat lah besar. Dan itu semua semata-mata
dilakukan untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja seluruh pekerja di
perusahaan tambang tersebut yang otomatis bisa meminimalkan bahkan menghilangkan
potensi bahaya dan angka kecelakaan tambang.

Baca juga Persyaratan untuk menjadi KTT (Kepala Teknik Tambang) berdasarkan KepMen
555 disini.

Diperlukan kerja sama tim yang baik agar semua tujuan ini bisa tercapai. Dan yang perlu
dingat lagi adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja seorang pekerja tidak hanya terletak di
pundak KTT atau pengawas tambang saja. Namun adalah tanggung jawab dari masing-
masing pekerja tambang. Akan percuma jadinya program pendidikan dan pelatihan yang
telah diadakan, jika individu tersebut tidak menyadari dan tetap mengabaikan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dirinya selama beraktifitas di tambang.

Sumber informasi yang saya gunakan dalam membuat artikel ini: KepMen no 555
K/26/MPE/1995 pasal 28 tentang Pendidikan dan Pelatihan, pasal 29, pasal 30.

Anda mungkin juga menyukai