Anda di halaman 1dari 8

A.

konsep Medis
1. Defenisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi
akibat suatu infeksi bakteri. Abses payudara merupakan komplikasi
yang terjadi akibat peradangan payudara kronik. Harus dibedakan
antara abses payudara dan mastitis. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan oleh
meluasnya peradangan pada payudara. (Bahiyatun, 2010).
2. Manifestasi klinik
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang
sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
a. Tanda tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika
disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan)
b. Terabah massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit
biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah
maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya akan menipis.
c. Gejalah sistemik berupa demam tinggi, menggigil malaise
d. Nippel discharge (keluar cairan dari puting susu, bisah
mengandung nan)
e. Gatal-gatal
f. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama
dengan payudara yang terkena (Bahiyatun, 2010).
3. Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri
yang banyak ditemukan pada kulit yang normal Staphylococcus
aureus. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke
dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit
(biasanya pada puting susu). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu
menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya
pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang
terinfeksi akan terisi dengan nanah. Abses payudara bisa terjadi
disekitar puting, bisa juga di seluruh payudara (Bahiyatun, 2010).
4. Fatopisiologi
Luka atau lesi pada puting menyebabkan terjadinya
peradangan sehingga organisme masuk (organisme ini
biasanya dari mulut bayi) mengakibatkan pengeluaran susu
terhambat padahal produksi susu normal. Akibatnya terjadi
penyumbatan duktus dan bentuk abses. Abses dikulit atau dibawah
kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit
ditemukan. Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah
menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Suatu abses
seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang
secara perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi
dan menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan
bisa meninggalkan benjolan yang keras (Bruner, 2015).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain pemeriksaan
darah yang ditandai dengan adanya peninkatan kadar leukosit
(Bruner, 2015).
6. Penatalaksaan
Adapun penanganan pada abses diantaranya:
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu
abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya dengan insisi. Insisi
bisa dilakukan radial dari tangan dekat pinggir areola, kepinggir
supaya tidak memotong saluran asi.
b. Suatu abses tidak memiliki aliran dara, sehingga pemberian
antibiotik biasanya sia-sia, antibiotik bisa diberikan setelah suatu
abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebar
infeksi ke bagian tubuh lainnya.
c. Dapat diberikan paracitamol 500ml tiap 4 jam sekali bila
diperlukan.
d. Dilakukan pengompresan hangatan pada payudara selama 15
menit 4kali/hari.
e. Sebaiknya dilakukan pemompaan dan pemijatan air susu pada
payudara yg terkena untuk mencegah pembengkakan payudara
(Bahiyatun, 2010).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan
diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas
atau yang menggangu saat ini.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan
faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan
timbul sampai di bawa ke RS.
d) Riwayat kesehatan penyakit dahulu
Dimana mengetahui ada atau tidaknya penyakit pada pasien yang
terjadi sebelumnya.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
f) Fola-fola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai
penyakit abses payudara dalam menjaga kebersihan diri
klien perawatan dan tata laksana hidup sehat.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien abses payudara terjadi nafsu
makan menurun karena adanya luka pada daerah payudara.
3) Pola aktifitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena
kelemahan fisik disebabkan karena adanya luka pada
payudara.
4) Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien yang
mengalami abses mamae, biasanya BAB dan BAK normal.
5) Pola tidur dan istirahat
Klien abses mamae biasanya tidur dan istirahat
kurang atau terganggu karena adanya penyakit yang
diderita pasien tersebut
6) Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terhadap tindakan medis yang
dilakukan
7) Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang
dideritanya selama di rumah sakit.
8) Pola hubungan Peran
Biasanya klien abses payudara dalam hubungan orang
sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
9) Pola penanggulangan stres
Klien dengan abses payudara tetap berusaha selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul
10) Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di
derita dapat sembuh (Koziar, 2010).
f. Femeriksaan fisk
1. Keadaan umum
a) Klien biasanya lemah
b) Kesadaran kompasmentis
c) Adanya rasa nyeri
2. Kulit
a) Teraba panas
b) Turgor kulit menurun
c) Penampilan pucat
3. Pernapasan
Pergerakan napas simetris
4. Cardio vasculer
a. Takikardi
b. Irama jantung reguler
5. Gastro instatinal
Kurang asupan makanan, nafsu makan menurun
6. Sistem integumen
Tampak pucat
7. Geneto urinaris
a. Dalam bak produksi urin tidak normal
b. Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kasus abses didapatkan diagnosa keperawatan yang sering
(Kusuma, 2015).
muncul adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan
2. Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan
3. Gangguan pola tidur b.d tidak familiar dengan berobat

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut Nyeri berkurang a. observasi dan catat a. Membantu
berhubunga dengan kriteria
keluhan beratnya dan membedakan
n dengan hasil : efek yang ditimbulkan penyebab nyeri
peradangan oleh nyeri dan memberikan
1. menyatakan
b. pantau TTV informasi tentang
rasa nyaman,
c. ajarkan untuk perbaikan penyakit
nyeri berkurang
menggunakan tehnik
b. peningkatan nyeri
2. TTV dalam relaksasi nafas dalam
akan meningkatkan
batas normal d. kolaborasi
TTV
pemberian obat
analgesik, sesuai c. Membantu
indikasi. mengontrol
mengalihkan rasa
nyeri, memusatkan
perhatian dan
dapat meningkatkan
koping
d. menurunkan nyeri
2 Resiko Tidak terjadi a. Pantau a. Mencegah
infeksi b.d infeksi dengan pemasangan infus terjadinya infeksi
kerusakan kriteria hasil: dan lakukan dressing pada pemasangan
jaringan 1. bebas dari infus sesuai prosedur infus.
tanda dan gejala b. Cuci tangan
b. Mengurangi dan
penyakit setiap dan sesudah
mencegah
2. jumlah dalam melakukan tindakan
kontaminasi silang
pemerikasaan lab keperawatan
antara perawat dan
dalam batas
c. awasi TTV pasien
normal
c. Demam dengan
d. Ajarkan pasien dan
peningkatan nadi
keluarga tanda dan
dan pernapasan
gejala juga
adalah tanda
pencegahan
peningkatan laju
infeksi
metabolic dari proses
e. kolaborasi dalam inflamasi.
pemberian antibiotic
d. Pasien dan
sesuai indikasi.
keluarga mengerti
tentang infeksi
sehinggan bisa
mencegahnya
e. Antibiotik dapan
mencegah atau
membunuh bakteri
penyebab infeksi
ke tubuh.

3 Gangguan Gangguan pola a. kaji faktor yg a. Untuk


pola tidur tidur teratasi menyebabkan mengidentifikasi
b.d familiar dengan kriteria gangguan pola tidur penyebab actual dari
dengan hasil : b. ciptakan lingkungan gangguan tidur
berobat yg nyaman
1. jumlah jam b. Untuk membantu
c. pantau keadaan
tidur dalam batas relaksasi saat tidur.
umum dan TTV pasien
normal c. Mengetahui
d. kolaborasi dalam
kesadaran dan
2. mampu pemberian obat tidur
kondisi tubuh dalam
mengidentifikas
keadaan normal atau
hal-hal yg mampu
tidak
meningkatkan
d. Pemberian obat
tidur. sesuai
jadwalnya.
.

Anda mungkin juga menyukai