Anda di halaman 1dari 14

OBAT ASLI INDONESIA

“ Asam Jawa (Tamarindus indica L.) sebagai


Tanaman Obat Penurun Kolestrol ”

OLEH :

SRI MEHULINA SEMBIRING


152401125
SRI MAHYUNI NASUTION
152401110
AZRA ATIKAH
152401121

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI D-III KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara yang agraris yang kaya. Baik kekayaan flora maupun

fauna. Kekayaan alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Dimana flora-flora

tersebut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai tanaman hias

maupun untuk pengobatan. Mereka mulai mengadakan penyelidikan untuk

mengetahui bahan-bahan alam apa saja yang mengandung khasiat obat sehingga

dapat menjadi suatu obat yang dapat bermanfaat bagi kepentingan manusia, baik

berupa jenis tanaman maupun hewan.

Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai dari struktur

dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik. Beragam jenis dan senyawa

kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berkorelasi positif dengan khasiat dan

manfaat yang dimilikinya.

Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari

senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada.

Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara empiris,

etbotani, dan etnofarmakologi. Hasil pencarian dan penelitan tersebut kemudian

dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan

dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmaka.

Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun diluar

negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang, terutama dari segi


farmakologi maupun fitokimianya penelitian dilakukan berdasarkan indikasi

tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang

teruji empiris. Hasil penelitian tersebut lebih memantapkan pada tumbuhan obat

yang akan khasiat maupun kegunaannya, contohnya tanaman obat penurun Kolestrol.

Gaya hidup modern berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

kolesterol dan trigliserida tinggi, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh dan

kalori tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan, kurang mengkonsumsi serat,

merokok, kurang berolah raga dan stress. Kolesterol tinggi juga dipengaruhi olah

faktor genetik dan usia, kecuali kedua faktor tersebut, faktor lainnya dapat

dikontrol/dikendalikan. Kolesterol dalam darah sering dianggap sebagai penyebab

berbagai penyakit mematikan seperti jantung koroner dan stroke.


BAB II

ISI

A. BAHAN BAKU

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III, adalah bahan alam yang

digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapaun juga kecuali

dinyataka lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia yang digunakan sebagi bahan obat untuk Penurunan Kolestrol adalah Daun

dari Asam Jawa (Tamarindus indica L). Simplisia ini dapat digunakan sebagai obat

penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia saponin, flavonoid dan

tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat

meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan metabolisme

dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak.

Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan

pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim

bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat

pelangsing alami.
Asam Jawa (Tamarindus indica)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Upafamili : Caesalpinioideae

Bangsa : Detarieae

Genus : Tamarindus

Spesies : T. indica

Nama lain untuk tumbuhan ini adalah Tamarind (Inggris), Tamarinier (Perancis),;

Asam Jawa (Indonesia), Celangi, Tangkal asem (Sunda); di Sumatra: Bak Me (Aceh),

Acamlagi (Gayo), Asam Jawa, Kayu Asam, Cumalagi (Minangkabau); di Jawa

disebut sebagai Tangakal asem (Sunda), Acem (Madura); di Kalimantan disebut

sebagai Asam Jawa; di Sulawesi disebut dengan Asang Jawi (Gorontalo), Camba

(Makasar), Cempa (Bugis).

B. Standarisai Ekstrak

1. Parameter Spesifik

 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu Daun Asam

Jawa (Terminalia Folium), meliputi pemeriksaan organoleptis, pengamatan terhadap

morfologi dan antomi, serta identifikasi kandungan kimia.


Uji Organoleptis pada daun Asam Jawa

Simplisia Warna Bau Rasa

Terminalia Folium Hijau Khas Pahit

Berdasarkan hal tersebut, untuk Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati

bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan

salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang

sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Dari pemeriksaan

diperoleh tanaman daun asam jawa termasuk dalam daun majemuk, yang lebih

spesifik lagi merupakan daun majemuk menyirip genap karena saling

berhadapan,memiliki tangkai daun yang bulat dan kecil,unjung daun yang tumpul

(obtusus), warna daun hijau,dan permukaannya halus.

Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji

berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan

diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari 4 lapisan penyususn utama yaitu,

epidermis atas, mesofil, berkas pengangkut (xylem dan floem) yaitu kolateral terbuka

atau tipe stelenya adalah eustele dimana banyak berkas pengangkut dan tersusun

melingkar, dan lapisan epidermis bawah serta termasuk ke dalam jenis stomata yaitu

hipostomata.
Daun Asam Jawa (Terminalia Folium) dapat digunakan sebagai obat penurun

kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid

dan tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat

meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan

metabolisme dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak.

Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan

pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim

bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat

pelangsing alami.

 Ekstraksi Air (Doughari 2006)

Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari (2006). Sampel yang sudah

digiling, kemudian ditimbang sebanyak ± 100 g. Setelah itu, sampel diekstraksi

secara maserasi dengan air, lalu disaring dan filtratnya dipekatkan dengan rotary

evaporator sampai diperoleh residu kering (ekstrak air) (Lampiran 2). Ekstrak kering

ditimbang dan dihitung rendemennya.

 Ekstraksi Etanol (Doughari 2006)

Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari (2006). Sampel yang sudah

digiling, kemudian ditimbang sebanyak ± 100 g. Setelah itu, sampel diekstraksi

secara maserasi dengan etanol 70%, lalu disaring dan dipekatkan dengan rotary

evaporator sampai diperoleh residu kering (ekstrak etanol). Ekstrak ditimbang dan

dihitung rendemennya dengan persamaan sebagai berikut.


 Uji Fitokimia (Harborne 1987)

Ekstrak yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji kualitatif kandungan senyawa

(uji fitokimia), seperti alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, dan tanin

dengan menggunakan metode Harborne (1987).

a) Uji Alkaloid .

Sebanyak 1 g sampel dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan 4 tetes NH4OH,

kemudian disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup.

Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 6 ml H2SO4 2 M dan lapisan

asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan

pada lempeng (spot) tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner, dan

Dragendorf yang akan menimbulkan endapan warna berturut-turut putih, cokelat,

dan merah jingga.

b) Uji Flavonoid dan Saponin.

Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala besar. Setelah itu, ke dalam gelas piala

ditambahkan 100 ml air panas dan dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring dan
filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji flavonoid, 10 ml filtrat ditambahkan 0.5 g

serbuk Mg, 2 ml HCl pekat, dan 20 ml amil alkohol, kemudian dikocok. Apabila

pada lapisan amil alkohol tersebut berwarna merah, kuning, dan jingga, maka

menunjukkan adanya flavonoid dalam sampel. Uji saponin, 10 ml filtrat dimasukkan

ke dalam tabung reaksi bertutup, kemudian dikocok selama 10 detik dan dibiarkan

selama 10 menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil

pada sampel.

c) Uji Tanin.

Sampel ditambahkan air panas sebanyak 100 ml dan dididihkan selama 5 menit.

Setelah itu disaring, sebagian filtrat yang diperoleh ditambah larutan FeCl3 1%.

Apabila terbentuk warna hitam kehijauan, maka di dalam sampel tersebut

menunjukkan adanya senyawa tanin.

2. Parameter Non Spesifik

 Penentuan Kadar Air (AOAC 2000)

Cawan porselin dikeringkan di oven pada suhu 105ºC selama 1 jam. Setelah itu,

cawan porselin didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan cawan tersebut

ditimbang bobot kosongnya. Sebanyak 3 g sampel ditimbang dan dikeringkan pada

suhu 105°C selama 3 jam di dalam oven. Setelah didinginkan dalam eksikator selama

30 menit, cawan beserta isinya ditimbang. Sampel dikeringkan lagi selama satu jam

sampai diperoleh bobot sampel yang konstan.


 Hasil Dan Pembahasan (Jurnal Penelitian Ai Susanti. 2009)

a) Kadar Air dan Ekstraksi

Dengan mengetahui kadar air suatu sampel, maka dapat diperkirakan cara

penyimpanan terbaik bagi sampel dan menghindari pengaruh aktivitas mikrob. Suatu

bahan relatif stabil dari serangan mikrob jika kandungan air sampel tersebut kurang

dari 10%. Kadar air daun asam jawa sebesar 9.2%. Kadar air daun asam jawa

diperoleh kurang dari 10% sehingga dapat terhindar dari serangan mikrob selama

penyimpanan. Jumlah air yang terkandung dalam daun asam jawa tentunya tidak

menentu karena banyak faktor yang mempengaruhi, yaitu kelembaban udara,

perlakuan terhadap bahan, waktu pengambilan sampling, dan besarnya penguapan

(evaporasi) (Heyne. 1987).

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu maserasi dengan air

deionisasi dan etanol 70% sebagai larutan pengekstrak. Metode ini berdasarkan pada

penelitian Doughari (2006). Rendemen yang diperoleh dari ekstrak air dan etanol

daun asam jawa berturut-turut sebesar 20.5 dan 12.2%. Metode maserasi ini

menggunakan banyak pelarut dan waktu yang lama dalam prosesnya, tetapi memiliki

keuntungan, yaitu dapat menjaga agar kandungan senyawa dalam sampel yang tidak

tahan panas, tidak rusak, dan sampel yang diekstraksi bisa langsung dalam jumlah

yang banyak. Rendemen dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air

sampel, maka semakin tinggi rendemen ekstrak sampel tersebut.


Air dan etanol digunakan sebagai larutan pengekstrak karena kedua pelarut ini biasa

digunakan untuk analisis pendahuluan obat dan aman untuk dikonsumsi lebih lanjut.

Selain itu, alkohol merupakan pelarut serba guna yang sangat baik untuk ekstraksi

pendahuluan karena dapat mengekstraksi senyawa polar dan nonpolar (Harborne

1987). Penggunaan air sebagai larutan pengekstrak juga disebabkan oleh air dapat

mengekstraksi senyawa-senyawa yang bersifat polar karena air bersifat polar,

sedangkan etanol mem-punyai dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus

hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar. Adanya kedua

gugus tersebut pada etanol diharapkan senyawa-senyawa dengan tingkat

kepolarannyang berbeda akan terekstrak dalam etanol.

b) Uji Fitokimia

Uji kualitatif fitokimia terhadap daun asam jawa kering, ekstrak kasar air, dan etanol

yang diperoleh digunakan untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang

terkandung dalam sampel dan golongan senyawa bioaktif yang terkandung di dalam

setiap ekstrak sampel. Golongan senyawa dalam ekstrak kasar dapat ditentukan

dengan melihat perubahan warna setelah ditambahkan pereaksi yang spesifik untuk

setiap uji kualitatif.

Hasil penapisan fitokimia daun asam jawa (Tabel 1) menunjukkan bahwa ekstrak air

dan etanol daun asam jawa hampir semua mengandung senyawa metabolit sekunder

yang dianalisis.
Hasil fitokimia ini sesuai dengan Doughari (2006), tanaman asam jawa mengandung

senyawa tanin, alkaloid, saponin, flavanoid, seskuiterpena, dan flobatamin melalui

uji fitokimia. Senyawa metabolit sekunder yang terekstrak dengan etanol lebih

banyak daripada yang terekstrak dengan air. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat

alkohol yang mampu melarutkan senyawa polar dan nonpolar.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tumbuhan Obat Asam Jawa (Tamrindus indica Linn) berpotensi sebagai obat

penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid

dan tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat

meningkatkan degradasi/ peluruhan lemak, melalui seuatu peningkatan metabolisme

dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak. Selain itu

peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan

pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim

bersifat dapat mendegradasi lemak sehingga mempunyai potensi sebagai obat

pelangsing alami.
DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2000. Official Methods of


Analysis of AOAC International . Volume ke-1. Ed ke-17.
Agricultural Chemicals, Contaminants, Drugs . Maryland: AOAC
International.
Ai Susanti. 2009. INHIBISI EKSTRAK AIR DAN ETANOL DAUN ASAM
JAWA DAN RIMPANG KUNCI PEPET TERHADAP LIPASE
PANKREAS SECARA IN VITRO. Jurusan Kimia. FMIPA. Bogor: IPB.
Amin, asni. 2009. Obat Asli Indonesia. Universitas Muslim Indonesia Press:
Makassar
Amin, asni. 2010. Buku Kuliah Farmakognosi 1 Jilid 1. Universitas Muslim
Indonesia Press: Makassar
Doughari JH. 2006. Antimicrobial activity of Tamarindus indica Linn. Tropical J
Pharmaceu Res 5(2):597-603.
Fatmawati.2001. Obat Tradisional Indonesia.Grafrika : Surabaya.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia . Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan K. Padamawinata & I. Soediro. Bandung:
ITB.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia . Jilid ke-3. Jakarta: Yayasan
Sarana Warna Jaya.

Anda mungkin juga menyukai