OLEH :
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang agraris yang kaya. Baik kekayaan flora maupun
fauna. Kekayaan alam ini tidak disia-siakan oleh rakyat Indonesia. Dimana flora-flora
tersebut banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai tanaman hias
mengetahui bahan-bahan alam apa saja yang mengandung khasiat obat sehingga
dapat menjadi suatu obat yang dapat bermanfaat bagi kepentingan manusia, baik
Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai dari struktur
dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik. Beragam jenis dan senyawa
kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berkorelasi positif dengan khasiat dan
Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk mencari
dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan turunnya sebagai bahan
Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun diluar
tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang
teruji empiris. Hasil penelitian tersebut lebih memantapkan pada tumbuhan obat
yang akan khasiat maupun kegunaannya, contohnya tanaman obat penurun Kolestrol.
kolesterol dan trigliserida tinggi, seperti makanan yang mengandung lemak jenuh dan
merokok, kurang berolah raga dan stress. Kolesterol tinggi juga dipengaruhi olah
faktor genetik dan usia, kecuali kedua faktor tersebut, faktor lainnya dapat
ISI
A. BAHAN BAKU
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III, adalah bahan alam yang
digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapaun juga kecuali
Simplisia yang digunakan sebagi bahan obat untuk Penurunan Kolestrol adalah Daun
dari Asam Jawa (Tamarindus indica L). Simplisia ini dapat digunakan sebagai obat
penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia saponin, flavonoid dan
tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat
Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan
pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim
pelangsing alami.
Asam Jawa (Tamarindus indica)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Caesalpinioideae
Bangsa : Detarieae
Genus : Tamarindus
Spesies : T. indica
Nama lain untuk tumbuhan ini adalah Tamarind (Inggris), Tamarinier (Perancis),;
Asam Jawa (Indonesia), Celangi, Tangkal asem (Sunda); di Sumatra: Bak Me (Aceh),
sebagai Asam Jawa; di Sulawesi disebut dengan Asang Jawi (Gorontalo), Camba
B. Standarisai Ekstrak
1. Parameter Spesifik
Adapun beberapa parameter yang dilakukan sebagai standar mutu Daun Asam
bentuk fisik dari simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan
salah satu cara dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang
sama belum tentu mempunyai bentuk morfologi yang sama pula. Dari pemeriksaan
diperoleh tanaman daun asam jawa termasuk dalam daun majemuk, yang lebih
berhadapan,memiliki tangkai daun yang bulat dan kecil,unjung daun yang tumpul
Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan yang diuji
berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari pemeriksaan
diperoleh pada anatomi daunnya terdiri dari 4 lapisan penyususn utama yaitu,
epidermis atas, mesofil, berkas pengangkut (xylem dan floem) yaitu kolateral terbuka
atau tipe stelenya adalah eustele dimana banyak berkas pengangkut dan tersusun
melingkar, dan lapisan epidermis bawah serta termasuk ke dalam jenis stomata yaitu
hipostomata.
Daun Asam Jawa (Terminalia Folium) dapat digunakan sebagai obat penurun
dan tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat
Selain itu peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan
pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim
pelangsing alami.
Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari (2006). Sampel yang sudah
secara maserasi dengan air, lalu disaring dan filtratnya dipekatkan dengan rotary
evaporator sampai diperoleh residu kering (ekstrak air) (Lampiran 2). Ekstrak kering
Metode ini berdasarkan pada penelitian Doughari (2006). Sampel yang sudah
secara maserasi dengan etanol 70%, lalu disaring dan dipekatkan dengan rotary
evaporator sampai diperoleh residu kering (ekstrak etanol). Ekstrak ditimbang dan
Ekstrak yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji kualitatif kandungan senyawa
(uji fitokimia), seperti alkaloid, flavonoid, saponin, steroid, triterpenoid, dan tanin
a) Uji Alkaloid .
Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 6 ml H2SO4 2 M dan lapisan
asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan
pada lempeng (spot) tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner, dan
Sampel dimasukkan ke dalam gelas piala besar. Setelah itu, ke dalam gelas piala
ditambahkan 100 ml air panas dan dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring dan
filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji flavonoid, 10 ml filtrat ditambahkan 0.5 g
serbuk Mg, 2 ml HCl pekat, dan 20 ml amil alkohol, kemudian dikocok. Apabila
pada lapisan amil alkohol tersebut berwarna merah, kuning, dan jingga, maka
ke dalam tabung reaksi bertutup, kemudian dikocok selama 10 detik dan dibiarkan
selama 10 menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil
pada sampel.
c) Uji Tanin.
Sampel ditambahkan air panas sebanyak 100 ml dan dididihkan selama 5 menit.
Setelah itu disaring, sebagian filtrat yang diperoleh ditambah larutan FeCl3 1%.
Cawan porselin dikeringkan di oven pada suhu 105ºC selama 1 jam. Setelah itu,
cawan porselin didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan cawan tersebut
suhu 105°C selama 3 jam di dalam oven. Setelah didinginkan dalam eksikator selama
30 menit, cawan beserta isinya ditimbang. Sampel dikeringkan lagi selama satu jam
Dengan mengetahui kadar air suatu sampel, maka dapat diperkirakan cara
penyimpanan terbaik bagi sampel dan menghindari pengaruh aktivitas mikrob. Suatu
bahan relatif stabil dari serangan mikrob jika kandungan air sampel tersebut kurang
dari 10%. Kadar air daun asam jawa sebesar 9.2%. Kadar air daun asam jawa
diperoleh kurang dari 10% sehingga dapat terhindar dari serangan mikrob selama
penyimpanan. Jumlah air yang terkandung dalam daun asam jawa tentunya tidak
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu maserasi dengan air
deionisasi dan etanol 70% sebagai larutan pengekstrak. Metode ini berdasarkan pada
penelitian Doughari (2006). Rendemen yang diperoleh dari ekstrak air dan etanol
daun asam jawa berturut-turut sebesar 20.5 dan 12.2%. Metode maserasi ini
menggunakan banyak pelarut dan waktu yang lama dalam prosesnya, tetapi memiliki
keuntungan, yaitu dapat menjaga agar kandungan senyawa dalam sampel yang tidak
tahan panas, tidak rusak, dan sampel yang diekstraksi bisa langsung dalam jumlah
yang banyak. Rendemen dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi kadar air
digunakan untuk analisis pendahuluan obat dan aman untuk dikonsumsi lebih lanjut.
Selain itu, alkohol merupakan pelarut serba guna yang sangat baik untuk ekstraksi
1987). Penggunaan air sebagai larutan pengekstrak juga disebabkan oleh air dapat
sedangkan etanol mem-punyai dua gugus yang berbeda kepolarannya, yaitu gugus
hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar. Adanya kedua
b) Uji Fitokimia
Uji kualitatif fitokimia terhadap daun asam jawa kering, ekstrak kasar air, dan etanol
yang diperoleh digunakan untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam sampel dan golongan senyawa bioaktif yang terkandung di dalam
setiap ekstrak sampel. Golongan senyawa dalam ekstrak kasar dapat ditentukan
dengan melihat perubahan warna setelah ditambahkan pereaksi yang spesifik untuk
Hasil penapisan fitokimia daun asam jawa (Tabel 1) menunjukkan bahwa ekstrak air
dan etanol daun asam jawa hampir semua mengandung senyawa metabolit sekunder
yang dianalisis.
Hasil fitokimia ini sesuai dengan Doughari (2006), tanaman asam jawa mengandung
uji fitokimia. Senyawa metabolit sekunder yang terekstrak dengan etanol lebih
banyak daripada yang terekstrak dengan air. Hal ini dapat disebabkan oleh sifat
PENUTUP
KESIMPULAN
Tumbuhan Obat Asam Jawa (Tamrindus indica Linn) berpotensi sebagai obat
penurun kadar kolesterol tinggi dengan kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid
dan tanin. Senyawa aktif flavonoid dan tanin pada tanaman Asam Jawa dapat
dalam tubuh sehingga terjadi proses pembakaran timbunan lemak. Selain itu
peluruhan lemak oleh senyawa aktif flavonoid dan tanin melaui pendekatan
pemecahan lemak dikatalisis oleh enzim lipase. Ekstrak yang bersifat aktivator enzim
pelangsing alami.
DAFTAR PUSTAKA