Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TEKNIK PENANAMAN YANG BERDEDA TERHADAP

KELANGSUNGAN HIDUP MANGROVE JENIS Rhizopora apiculata PADA


LAHAN HASIL HYBRID ENGINEERING PERANGKAP SEDIMEN DI DESA
TALIBURA, KECAMATAN TALIBURA, KABUPATEN SIKKA, PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR

ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan di Desa Talibura Kecamatan Talibura Kabupaten
Sikka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelangsungan hidup
mangrove Rhizophora apiculata pada lahan hasil Hybrid Engineering.

Data dikumpulkan dengan menanam 120 anakan mangrove di lokasi


Hybrid Engineering, dengan 2 perlakuan dan masing-masing 5 ulangan. Perlakuan
yang akan diuji adalah ( Teknik penanaman secara langsung anakan mangrove
Rhizophora apiculata dan teknik penanaman anakan mangrove Rhyzophora apiculata
dengan menggunakan polibag ).

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama 45 hari,


kelangsungan hidup anakan mangrove yang ditanam di lokasi Hybrid Engineering,
pada perlakuan pertama berjumlah 58 anakan yang hidup dan yang mati berjumlah 2
anakan (A11,B1 ), sedangkan untuk perlakuan kedua mangrove yang hidup bejumlah
57 anakan dan yang mati berjumlah 3 anakan ( B14, A15 ) anakan. Berdasarkan
analisis sidik ragam pada hasil uji FHitung maka dapat diketahui nilai taraf nyata 0,05
dan 0,01 menunjukan bahwa FHitung = 8,1821169 FTabel< 5% = 5,32 danFTabel 1%
= 11,26 sehingga nilai FHitung > FTabel 5% dan 1% atau berbeda nyata, dilanjutkan
dengan uji BNT. Selanjutnya dapat diketahui nilai uji BNT 13,11.

Kata kunci : Mangrove Rhizophora apiculata, kelangsungan Hidup,


Hybrid Engineering. Desa Talibura.
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aneka jenis tanaman air mulai dikenal dengan dan digemari

masyarakat pada awal tahun 90-an dan dari tahun ke tahun jenis dan ragam

tanaman air berkembang dengan cukup pesat. Jenis-jenis tanaman air sebenarnya

dikelompokan lagi menjadi jenis tanaman dalam dalam air, jenis tanaman

mengambang, dan jenis tanaman tepian.

Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang hidup di perairan atau tanah

yang sangat basah, dengan sbagian atau seluruh tubuhnya terendam dalam air.

Tumbuhan air seringkali dijumpai pada ekosistem perairan misalnya tepian

sungai, danau, rawa, teluk dan sepanjang garis pantai.

Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati yang

utama di dunia. Walaupun luasnya hanya meliputi 1,3% permukaan bumi namun

kawasan ini terdapat berbagai jenis makluk hidup. Hidrofita atau tumbuhan air

dapat dijumpai di seluruh ekosistem perairan seperti daerah geenangan air, rawa,

lahan gambut, pinggiran danau, sungai, teluk, dan muara serta sepanjang garis

pantai.

Mempelajari suatu system peraiaran, perlu di awali dengan

mengidentivikasi komponen – komponen penyusun peraiaran tersebut dan

hubungan ekologis antara komponen – komponen penyusunnya serta faktor –

faktor yang mempengaruhi produktivitas ekosistem perairan yaitu suhu air, pH

air, kadar oksigen terlarut, dan kecerahan air ( Rany ambar,2012).


Produktivitas ekosistem perairan tentulah bebeda – beda di setiap

ekosistem khususnya ekosistem air tawar, karena dapat dipengaruhi oleh kondisi

fisik dari suatu ekosistem perairan. Danau yang merupakan salah satu perairan

umum air tawar yang cukup potensial untuk pengembangan sumberdaya

perikanan. Danau Bowu merupakan danau yang terdapat di desa Tou timur

tepatnya di dusun tou, kecamatan Kotabaru, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa

Tengara Timur.

Mengingat pentingnya peranan dan pengaruh keberadan tumuhan air

bagi perairan diantaranya penstabil lingkungan perairan, pemasok oksigen bagi

organism yang ada di perairan danau Bowu oleh karena itu dalam rangka

penyediaan data awal yang dapat digunakan untuk usaha pelestarian, maka perlu

dilakukan penelitian mengenai jenis, keanekragaman, kelimpahan sertadominasi

tumbuhan air.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka masalah yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah : Bagaimana penyebaran jenis tumbuhan

air dari aspek (i) Indeks kelimpahan jenis (ii) indeks keanekaragaman, dan (iii)

indeks dominasi serta jenis tumbuhan air apa sajakah yang terdapat di danau

bowu, kecamatan Kotabaru, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.


1.3 Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan air ditinjau dari

aspek indeks Keanekaragaman (H’), indeks kepadatan (D), dan indeks

Dominasi(C).

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi atau gambaran

tentang keberdaan tumbuhan air di danau Bowu. Penelitian ini diharapkan bias

menjadi masukan kepada pemerintah, masyarakat pada umumnya sebagai bahan

acuan dalam upaya pelestarian tumbuhan air dan ekosistem danau bowu, desa Tou

timur, kecamatan Kotabaru, kabupaten Ende.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2014 ( selama 45 hari

) di area hybrid engineering, Desa Talibura Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka.

3.2 Alat dan bahan

3.2.1 Alat

a. Kayu penggali

b. Pisau

c. Buku

d. Kamera

e. Pulpen

f. Meter

g. Ajir/ belahan bamboo

h. Tali raffia

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah anakan mangrove jenis Rhizophora

apiculata.

3.3 Materi Penelitian

Materi dalampenelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh teknik

penanaman yang berbeda terhadap kelangsungan hidup mangrove jenis

Rhizophora apiculata, dan metode penanaman yang lebih unggul pada


lahan Hybrid engineering di desa Talibura, Kecamatan Talibura, Kabupaten

Sikka.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data ini berisi tentang jenis data dan
sumberdata. Jenis data merupakan data – data apa saja yang dibutuhkan
dalam penelitian ini , sedangkan sumber data merupakan asal dari data
tersebut diperoleh. Data – data yang diperlukan dan dikaji dalam penelitian
ini meliputi data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data Primer


Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data primer atau
pertama kali turunke lapangan. Bungin, B. (2009). Menurut Ruslan,
R.(2003), data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
objek penelitian, yaitu :
 Jumlah anakan mangrove
 Teknik Penanaman
 Kelangsungan hidup anakan mangrove
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala- gejala yang diteliti. Usman, H dan Akbar, S. P
(2009). Sustriano Hadi, (1986) dan Sugiyono, (2008), mengemukan
bahwa observasi merupakan suatu proser yang kompleks , suatu
permasalahan yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Menurut Bungin, B, (2001), observasi langsung adalah
pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang
diobservasi , dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan
media transparan. Observasi langsung dilakukan untuk mendapatkan
informasi dengan cara menggunakan pengamatan langsung di lokasi
penelitian yaitu di Desa Talibura Kecamatan Talibura Kabupaten
Sikka.

b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan
melakukan pengambilan data dan foto.

3.5 Analisis Data


3.5.1 Tabel uji Anova (Analisis Of Variance) adalah :

Tabel 1. uji Anova


Sunber DB JK KT F Hitung F Tabel
Keragaman
5% 1%
Perlakuan

Galat

Total

Pada analisis uji F, apabila nilai F Hitung ≤ F Tabel, maka terima H0,
tolak H1. Apabila F Hitung > F Tabel 5%, maka terima H1, tolak H0, berarti hasilnya
signifikan. Dan apabila F Hitung > F Tabel 1%, maka terima H1 tolak H0, berarti
hasilnya sangat signifikan. Dan apabila uji F adalah signifikan atau sangat signifikan,
maka dilakukan uji lanjutan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
√2𝐾𝑇𝐺
Dengan Rumus : BNT (0,05%) = t r

√2.KTG
BNT (0,01% ) = 𝑡 r
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel 2. Luas Hutan Mangrove di Kabupaten Sikka Tahun 2014
Kecamatan Desa / Kelurahan Luas Mangrove (ha)
Desa Kecamatan

Alok Kota Uneng 29,43 29,43

Alok Barat Wailiti 3,04

Wolomarang 33,34 36,38

Alok Timur Pulau Besar (Desa Kojadi) 132,56


Pulau Dambila ( Desa Permaan) 57,43
193,32
Pulau Pangabatan ( Desa Permaan) 3,31
Kangae Watu milok 0,64 0,64

Magepanda Hewuli 0,65

Kolisia 7,28

Kolisia B 13,05 97,23

Magepanda 37,88

Reroroja 34,90

Talibura Darat Pantai 177,84

Nangahale 9,61
253,45
Nebe 36,01

Talibura 27,32
Wailamung 2,66

Waiblama Pruda 0,82 0,82

Waigete Egon 2,65


Runut 10,94
19,80
Wairbleler 6,21

Total 631,08
Kabupaten
Sikka

4.1.2 Keadaan social budaya masyarakat desa Talibura


Desa talibura mempunyai jumlah penduduk sebanyak 651 KK atau
sebanyak 2.395 jiwa., terdiri dari 1.147 jiwa laki – laki dan 1.248 jiwa perempuan (
data tahun 2013 ) Kepemelukan agama masyarakat desa Talibura dapat dilihat pada
table di bawah ini :

Tabel 3. penduduk Desa Talibura Menurut Agama yang di anut


NO Agama Jumlah (jiwa)
1 Katolik 2.283
2 Islam 98
3 Protestan 11
4 Hindu 3
Total 2.395

Tabel 4. Penduduk berdasarkan tingkat Pendidikan


NO Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase
1 Tidak/belum sekolah 391 16,33
2 DO SD 1.060 44,26
3 Tamat SD 504 21,04
4 Tamat SMP 197 8,22
5 Tamat SMA 170 7,10
6 Diploma D-1/D-11/D-111 33 1,38
7 S-1 40 1,67
Total 2.395 100,00
Sumber data : Desa Talibura, tahun 2013

Tabel 5. Penduduk Desa Talibura Berdasarkan Pekerjaan


NO Jenis pekerjaan Jumlah (jiwa)

1 Petani dan peternak 1.334

2 Pedagang/wiraswasta 53

3 Pegawai Swasta 50

4 PNS 48
5 TNI/Polri 11

6 Lainnya 899

Total 2.395

4.2 Faktor penyebab kematian Mangrove Rhizophora apiculata

a) Hama
Tabel 6. Jenis hama yang menyerang anakan Mangrove Rhizophora apiculata
Tgl/ Bulan Jenis Hama Jumlah
3 Agustus - -
8 Agustus - -
13 Agustus - -
18 Agustus Nassarius margativerus 2
23 Agustus
28 Agustus Litorina scabra 1
2 September - -
7 September - -
12 September Nassarius margativerus 3
Total 6
b) Manusia
Dampak kerusakan anakan mangrove juga dapat dipengaruhi oleh ulah
manusia seperti mencari kepiting pada siang hari dan malam hari di lokasi penanaman
mangrove. Ada juga disebapkan oleh para nelayan yang mendaratkan dan menaikan
perahunya di sekitar lokasi penanaman yang menyebapkan rusaknya tanaman ankan
mangrove. Di samping itu juga pembuangan sampah oleh masyarakat. (M. Khazali
1999).

c) Lama Pasang Surut dan Pasang Naik


Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi
perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada saat pasang dan
sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut. Perubahan salinitas yang terjadi
sebagai akibat lama terjadinya pasang merupakan factor pembatas yang
mempengaruhi distribusi spesies secara horizontal.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kelangsungan hidup anak mangrove
Rhizophora apiculata di area Hybrid engineering Desa Talibura dapat disimpulkan
bahwa nilai indeks kelangsungan hidup perlakuan A penanaman anakan mangrove
secara langsung (SR) adalah 95% sedangkan nilai indeks kelangsungan hidup indeks B
penanaman ankan mangrove dengan menggunakan anakan polibag (SR) adalah 96,7 %,
dengan tingkat kelangsungan hidup mangrove Rhizophora apiculata yang ditaman
langsung maupun yang menggunakan polibag pengaruhnya beda nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhdal, A. Murad. 1999. Hutan Bakau di Aceh Timur: Kondisi, Masalah dan
Pemecahannya, Konifera No 1 tahun xv/april 1999. Badan Litbang \kehutanan
BPK Pematang Siantar. Sumatera Utara.
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat \kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
Bungin, B 2001, Metodologi Penelitian Sosial. Cetakan Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press.
Dahuri, 2002. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembengunan Berkelanjutan
Indonesia, Jakarta: Gramedia.
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan Untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, Ilmu-
Ilmu Teknik dan Biologi. Armico: Bandung.
Irwanto, 2006. Keanekaragaman Fauna pada Habitat Mangrove. Yogyakarta.
Khazali, M. 1999. Panduan Teknis: Penanaman Mangrove bersama Masyarakat.
Wetlands International – Indonesia Programme, Bogor.
Kusmana, C. 1996. Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove (Ecological Values of
Mangrove Forest Ecosystem). Jurnal Media Konservasi Vol. V No. 1:17-24.
Noor, Y.R, M. Khazali, dan I N.N Suryadipu tra. 1990. Panduan Pengenalan mangrove
di Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor.
Ragil S.G, Aswin R., Eko B.P., dan Kuswantoro. 2013. Peran Ekosistem Mangrove
sebagai Pelindung Bencana Pesisir di Kawasan Pesisir Teluk Maumere,
Kabupaten Sikka. Wetlands International – Indonesia Programme. Bogor.
Saenger et al. 1983. Global Status ol Mangrove. Ecosystem, IUCN Commossion on
Eccology Papers. No. 3. 1983.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, dan Kualitatif dan R & D, Alfabetha.
Bandung.
Tuwo, A. 2001. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi, Sosial-
Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai