Laporan Kasus Katarak Traumatik Dewi
Laporan Kasus Katarak Traumatik Dewi
KATARAK TRAUMATIK
Pembimbing :
dr. Shanti Sri Agustina, Sp.M, Mkes
dr. Dijah Halimi, Sp.M.
Disusun oleh :
Dewi Setianingsih 1102013079
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 1
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 5
1.1 Identitas Pasien .......................................................................................................... 5
1.2 Anamnesis .................................................................................................................. 5
1.3 Pemeriksaan Fisik ..................................................................................................... 6
1.4 Resume ....................................................................................................................... 8
1.5 Diagnosis Kerja ......................................................................................................... 8
1.6 Diagnosis Banding ..................................................................................................... 8
1.7 Pemeriksaan Penunjang Anjuran ........................................................................... 8
1.9 Prognosis .................................................................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 10
2.1 Anatomi Lensa ......................................................................................................... 10
2.2 Katarak Traumatik ................................................................................................. 11
2.2.1 Definisi .............................................................................................................. 11
2.2.2 Epidemiologi ..................................................................................................... 11
2.2.3 Etiologi .............................................................................................................. 12
2.2.4 Patofisiologi ...................................................................................................... 15
2.2.5 Manifestasi Klinik ............................................................................................ 16
2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding ................................................................... 16
2.2.7 Tatalaksana ...................................................................................................... 17
2.2.1 Komplikasi ........................................................................................................ 20
2.2.2 Prognosis ........................................................................................................... 20
BAB III DISKUSI KASUS .................................................................................................... 21
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23
3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
Keluhan Utama
Penglihatan buram sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan
Silau, pusing, terdapat warna putih pada mata kiri
Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : Pada status oftalmologi
THT : Sekret (-), Polip hidung (-), hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Simetris statis dan dinamis
Cor : S1-S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-
Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Supel, Bising Usus (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT<2
7
OD OS
Posisi Ortoforia Ortoforia
Hirscbergh
Gerakan Baik ke segala arah Baik ke segala arah
bola mata
Lapang
60° 60°
pandang
90° 60° 60° 90°
70° 70°
1.4 Resume
Pasien datang dengan keluhan penglihatan buram pada mata sebelah kiri sejak 1
tahun. Selain itu pasien juga mengatakan jika merasa silau dan muncul warna putih
pada mata sebelah kirinya. Pasien mengatakan 5 tahun yang lalu mengalami kecelakaan
dan matanya terbentur. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi. Pada pemeriksaan
visus didapatkan VOS 1/60 dengan pemeriksaan pinhole tidak maju, lensa pada mata
kiri keruh, shadow test (+), refleks fundus (+).
1.8 Tatalaksana
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular Oculi Sinistra
1.9 Prognosis
OD OS
Ad Vitam Ad bonam Ad bonam
Ad Fungsionam Ad bonam Ad malam
Ad Sanationam Ad bonam Dubia ad bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lensa adalah suatu struktur bikonvenks, avaskular, tak berwatna, dan transparan.
Tebalnva sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di belakang
iris, zonula menghubungkannya dengan corpus ciliare. Di sebelah anterior lensa terdapat
aqueous humor, di sebelah posteriornya vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeable yang akan memungkinkan air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan
terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Seiring
dengan bertambahnya usia, serat-serat Iamelar subepitel terus diproduksi sehingga lensa
perlahanlahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan (suture line) yang terbentuk
dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan slitlamp. Huruf
Y ini tampak tegak di anterior dan terbalik di posterior.1
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan berbatasan dengan
lapisan epitel subkapsular. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang
dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun atas banyak fibril. Fibril-fibril ini
berasal dari permukaan corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35%-nya protein (kandungan
proteinnya tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali
mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf di
lensa.1
11
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata menjadi keruh . Katarak
traumatik adalah katarak yang terjadi akibat trauma benda asing pada lensa atau trauma
pada bola mata, baik trauma tembus maupun trauma tumpul. Katarak traumatic dapat
terlihat setelah beberapa hari atau beberapa tahun 1,3
2.2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat diperkirakan terjadi 2,5 juta trauma mata setiap tahunnya.
Kurang lebih 4-5% dari pasien-pasien mata yang membutuhkan perawatan mata yang
komperhensif merupakan keadaan skunder akibat trauma mata. Trauma merupakan
penyebab tertinggi untuk buta monokula pada orang kelompok usia dibawah 45 tahun.
Setiap tahunnya diperkirakan 50.000 orang tidak dapat membaca Koran sebagai akibat
trauma mata. Dilihat dari jenis kelamin perbandingan kejadian katarak traumatic laki-
laki dan perempuan adalah 4 : 1. National Eye Trauma System Study melaporkan rata-
rata usia penderita katarak traumatic adalah 28 tahun dari 648 kasus yang berhubungan
dengan trauma mata.4
12
2.2.3 Etiologi
Trauma tumpul
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai mata
dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan oleh
benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang munculnya
katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa tahun. Bila ditemukan
katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan adanya riwayat trauma
sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibatnya kadang-kadang cukup
sulit dibuktikan dikarenakan tidak adanya tanda-tanda lain yang dapat
ditemukan mengenai adanya trauma sebelumnya. Pada trauma tumpul akan
terlihat katarak subkapsular anterior maupun posterior. Kontusio lensa
menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula terdapat cincin Vossius.
Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan
berbentuk roset (rossete cataract), biasanya pada daerah aksial yang
melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul dapat
berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak traumatik
ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang ditemukan).1,5
Trauma tembus
Trauma tembus pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi untuk
terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi
(contohnya gelas yang pecah ) tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa
biasanya tidak memberikan dampak pada lensa. Hal ini tentunya juga
bergantung kepada penatalaksanaan luka kornea yang hati-hati dan
pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi trauma-trauma seperti diatas dapat
juga melibatkan kapsul lensa, yang mengakibatkan keluarnya lensamata ke
bilik anterior. Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia
pasien. Kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi
inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya secara berangsur-angsur
akan diserap jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1 bulan. Namun
demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena sebagian besar dari
kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan ini merupakan
konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan penggunaan lensa buatan
intraokuler. Bila ruptur lensa terjadi pada dewasa, juga diikuti dengan reaksi
inflamasi seperti halnya pada anak, namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih
tinggi dan jaringan fibrosis opak yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan
menghalangi pupil. Sebuah perforasi atau cedera tembus lensa sering
menyebabkan kekeruhan korteks di lokasi pecah, biasanya berkembang pesat
untuk terjadinya kekeruhan.1,5
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi
kecil akan menutup dengan cepat akibat priloferasi epitel sehingga bentuk
kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan
14
Radiasi
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya
katarak.Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar
dengan gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar gelombang
15
pendek ( tidak telihat ) ini dapat menyebabkan luka bakar kornea superficial
yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam. Cedera ini ditandai
dengan “snow blindness” dan “welder flash”.Sinar infra merah yang
berkepanjangan (prolong) juga dapat menjadi penyebab katarak, ini dapat
ditemui pada pekerja bahan-bahan kaca dan pekerja baja, namun penggunaan
kacamata pelindung dapat setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar
gamma yang juga dapat mengakibatkan katarak. Katarak traumatik
disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan pada pasien-pasien yang
mendapat radioterapi (seluruh tubuh) leukemia, namun resiko terjadinya
hanya apabila terapi menggunakan sinar X.4,6
Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak, selain
menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen basa yang
masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan aquous dan
menurunkan kadar glukosda dan askorbat. Hal ini dapat terjadi secara akut
ataupun pelahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan oleh zat asam,
namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam mata dibandingkan
basa makan jarang menyebabkan katarak.4,6
2.2.4 Patofisiologi
mengalami opasifikasi secara cepat, namun jika kecil, katarak kortikal yang akan
terjadi.5
Anamnesis4
- Menanyakan adanya trauma atau tidak, mekanisme traumanya tumpul atau
tajam.
- Riwayati kondisi mata sebelumnya, apakah pernah menjalani operasi mata
sebelumnya.
- Riwayat penykit sebelumnya diabetes, sickle cell, sindrom Marfan,
hemosistinuria, hiperlisinemia, defisiensi sulfat oksidase.
- Keluhan penurunan penglihatan
Pemeriksaan Fisik4
- Visus
- Lapangan pandang
- Pupil
- Kerusakan ekstraokuler
- Tekanan intraokuler
- Bilik anterior
- Lensa
- Vitreus
- Fundus
Pemeriksaan Penunjang4
- B-scan: jika pole posterior tidak dapat terlihat
- A-scan: sebelum ekstraksi katarak
- CT scan orbita: untuk mengetahui adanya fraktur, benda asing, atau kelainan
lain.
Diagnosis Banding4
- Katarak senilis
- Ruptur koroid
- Corneoscleral laceration
2.2.7 Tatalaksana
amblyopia. Untuk mencegah amblyopia pada anak dapat dipasang lensa intra ocular
primer atau skunder. Apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata
menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti seperti glaucoma, uveitis, dan lain
sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaucoma
sering dijumpaia pada orang usia lanjut. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin
sommering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keaadaan seperti
ini dapat disertaai dengan perdarahan, ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.7
Harus diberikan antibiotic sistemik dan topical serta kortikosteroid topical
dalam beberapa hari untuk memperkecil kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin
sulfat 1% 1 tetes 3 kali sehari, dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan
untuk mencegah pembentukan sinekia posterior.4,7
Katarak dapat dikelurkan pasa saat pengeluaran benda asing atau setelah peradangan
mereda. Apabila terjadi glaucoma selama periode menunggu, bedah katarak jangan
ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Indikasi penatalaksanaan pembedahan
pada katarak traumatik adalah sebagai berikut:4
- Penurunan visus yang berat
- Hambatan penglihatan Karena proses patologis pada bagian posterior
- Inflamasi yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma
- Ruptur kapsul dengan edema lensa
- Keadaan patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan
bedah
Metode fakoemulsifikas istandar dapat dilakukan jika kapsul lensa intak dan
integritas dari zonular cukup. Ekstraksi katarak intrakapsular diperlukan pada kasus-
kasus dislokasi anterior atau instabilitas zonular yang ekstrim. Dislokasi anterior lensa
ke bilik anterior meupakan suatu keadaan emergensi yang harus segera dilakukan
tindakan (removal), karena dapat menyebabkan pupillary block glaucoma. Lesentomi
dan virektomi pars plana dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus rupture kapsul
posterior. Dislokasi posterior, atau instabilitas zonular yang ekstrim.4,7
Teknik Operasi
Operasi dilakukan untuk 1 mata sekali operasi. Prosedur yang sama bisa
dilakukan jika setelah sekitar 1 minggu mata yang pertama kali di operasi telah stabil.
Intracapsular Cataract Extraction
19
2.2.1 Komplikasi
2.2.2 Prognosis
BAB III
DISKUSI KASUS
Pasien datang ke poliklinik mata RSDP serang dengan keluhan penglihatan buram
sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan penglihatan buram
terjadi pada mata kirinya. Penglihatan buram dirasakan terjadi secara perlahan-lahan.
Pasien juga mengatakan jika merasa silau apabila ada cahaya yang terlalu terang dan
terkadang pasien merasa pusing. Pasien mengatakan 5 tahun yang lalu mengalami
kecelakaan motor dan mata pasien terbentur, semenjak saat itu penglihatan pasien mulai
menurun, namun dirasakan semakin memberat sejak 1 tahun terakhir. Pasien juga
mengatakan pada mata sebelah kirinya muncul warna putih, namun pasien tidak
mengetahui pasti kapan mulai munculnya.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOS 1/60 dengan uji pinhole tidak
maju, lensa tampak keruh dan shadow test (+). Berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologi dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami katarak
traumatik.
Pada pasien tersebut katarak yang dialaminya karena disebabkan oleh trauma pada
mata pasien saat pasien mengalami benturan pada kecelakaan motor. Penglihatan
buram yang dikeluhkan pasien terjadi karena adanya kekeruhan lensa akibat trauma
pada matanya. Katarak yang terjadi pada pasien berhubungan dengan adanya
mekanisme contrecoup, yang merupakan mekanisme katarak karena trauma tumpul.
Penanganan katarak pada pasien tersebut yaitu dengan melakukan ekstraksi
katarak. Tekhik ektraksi katarak yang saat ini sering digunakan adalah ekstraksi katarak
ekstrakapsular (fakoemulsifikasi).
22
BAB IV
KESIMPULAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Sedangkan katarak traumatik adalah katarak yang
terjadi akibat trauma, baik trauma tembus maupun trauma tumpul pada bola mata yang dapat
terlihat setelah beberapa hari atau beberapa tahun dan paling sering karena adanya cedera yang
disebabkan oleh benda asing yang mengenai lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Trauma
tumpul bertanggung jawab dalam mekanisme coup dan contrecoup.
Gejala klinis dari katarak traumatik ini biasanya dijumpai penurunan penglihatan, silau,
sensitivitas kontras, pergeseran myopia, dan diplopia monokuler. Indikasi dilakukannya
pengkoreksian pada katarak traumatic dengan operasi adalah jika dijumpai penurunan visus
yang berat, hambatan penglihatan karena proses patologis pada bagian posterior, inflamasi
yang diinduksi lensa atau terjadinya glaucoma, ruptur kapsul dengan edema lensa, keadaan
patologis okular lain yang disebabkan trauma dan membutuhkan tindakan bedah. Tindakan
yang sekarang ini menjadi pilihan utama adalah ectracapsular cataract extraction dengan
implantasi intraocular lens dari pada metode intracapsular cataract extraction.
Pada pasien ini didapatkan diagnosa kerja katarak traumatic OS. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala yang dialami pasien, dan pemeriksaan oftalmologi. Tatalaksana yang akan
dilakukan pada pasien ini adalah ekstraksi katarak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan & Asbury. 2009. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Widya Medika
5. James C. Bobrow, et al. Lens And Cataract. 2012. On: American Academy of
Ophtalmology.
7. Bruce James, Chris Chew, Anthony Bron. 2003. Lecture Notes On Ophthalmology,
Ninth Edition. Hong Kong.
23