Anda di halaman 1dari 7

Thalassemia

A. Definisi
Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter T homas B. Cooley tahun 1925 di
daerah Laut Tengah, dijumpai pada anak - anak yang menderita anemia dengan
pembesaran limfa setelah berusia satu tahun. Anemia dinamakan splenic atau
eritroblastosis atau anemia mediteranean atau anemia Cooley sesuai dengan nama
penemunya (Ganie, 2005).

Gambar 1 Facies Cooley

Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan yang diakibatkan oleh kegagalan


pembentukan salah satu dari empat rantai asam amino yang membentuk hemoglobin,
sehingga hemoglobin tidak terbentuk sempurna. Tubuh tidak dapat membentuk sel
darah merah yang normal, sehingga sel darah merah mudah rusak atau berumur pendek
kurang dari 120 hari dan terjadilah anemia (Herdata.N.H. 2008 dan Tamam.M. 2009).
B. Epidemiologi

Di seluruh dunia, 15 juta orang memiliki presentasi klinis dari thalassemia.


Fakta ini mendukung thalassemia sebagai salah satu penyakit turunan yang terbanyak;
menyerang hampir semua golongan etnik dan terdapat pada hampir seluruh negara di
dunia.
Beberapa tipe thalassemia lebih umum terdapat pada area tertentu di dunia.
Thalassemia-β lebih sering ditemukan di negara-negara Mediteraniam seperti Yunani,
Itali, dan Spanyol. Banyak pulau-pulau Mediterania seperti Ciprus, Sardinia, dan Malta,
memiliki insidens thalassemia-β mayor yang tinggi secara signifikan. Thalassemia-β
juga umum ditemukan di Afrika Utara, India, Timur Tengah, dan Eropa Timur.
Sebaliknya, thalassemia-α lebih sering ditemukan di Asia Tenggara, India, Timur
Tengah, dan Afrika.

Mortalitas dan Morbiditas

Thalassemia-α mayor adalah penyakit yang mematikan, dan semua janin yang
terkena akan lahir dalam keadaan hydrops fetalis akibat anemia berat. Beberapa laporan
pernah mendeskripsikan adanya neonatus dengan thalassemia-α mayor yang bertahan
setelah mendapat transfusi intrauterin. Penderita seperti ini membutuhkan perawatan
medis yang ekstensif setelahnya, termasuk transfusi darah teratur dan terapi khelasi,
sama dengan penderita thalassemia-β mayor. Terdapat juga laporan kasus yang lebih
jarang mengenai neonatus dengan thalassemia-α mayor yang lahir tanpa hydrops fetalis
yang bertahan tanpa transfusi intrauterin. Pada kasus ini, tingginya level Hb Portland,
yang merupakan Hb fungsional embrionik, diperkirakan sebagai penyebab kondisi
klinis yang jarang tersebut.
Pada pasien dengan berbagai tipe thalassemia-β, mortalitas dan morbiditas bervariasi
sesuai tingkat keparahan dan kualitas perawatan. Thalassemia-β mayor yang berat akan
berakibat fatal bila tidak diterapi. Gagal jantung akibat anemia berat atau iron overload
adalah penyebab tersering kematian pada penderita. Penyakit hati, infeksi fulminan,
atau komplikasi lainnya yang dicetuskan oleh penyakit ini atau terapinya termasuk
merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas pada bentuk thalassemia yang berat.
Mortalitas dan morbiditas tidak terbatas hanya pada penderita yang tidak
diterapi; mereka yang mendapat terapi yang dirancang dengan baik tetap berisiko
mengalami bermacam-macam komplikasi. Kerusakan organ akibat iron overload,
infeksi berat yang kronis yang dicetuskan transfusi darah, atau komplikasi dari terapi
khelasi, seperti katarak, tuli, atau infeksi, merupakan komplikasi yang potensial.

Usia
Meskipun thalassemia merupakan penyakit turunan (genetik), usia saat
timbulnya gejala bervariasi secara signifikan. Dalam talasemia, kelainan klinis pada
pasien dengan kasus-kasus yang parah dan temuan hematologik pada pembawa
(carrier) tampak jelas pada saat lahir. Ditemukannya hipokromia dan mikrositosis yang
tidak jelas penyebabnya pada neonatus, digambarkan di bawah ini, sangat mendukung
diagnosis.

Gambar 1. Sapuan apus darah tepi Penyakit Hb H pada neonatus

Namun, pada thalassemia-β berat, gejala mungkin tidak jelas sampai paruh
kedua tahun pertama kehidupan; sampai waktu itu, produksi rantai globin γ dan
penggabungannya ke Hb Fetal dapat menutupi gejala untuk sementara.
Bentuk thalassemia ringan sering ditemukan secara kebetulan pada berbagai
usia. Banyak pasien dengan kondisi thalassemia-β homozigot yang jelas (yaitu,
hipokromasia, mikrositosis, elektroforesis negatif untuk Hb A, bukti bahwa kedua
orang tua terpengaruh) mungkin tidak menunjukkan gejala atau anemia yang signifikan
selama beberapa tahun. Hampir semua pasien dengan kondisi tersebut dikategorikan
sebagai thalassemia-β intermedia. Situasi ini biasanya terjadi jika pasien mengalami
mutasi yang lebih ringan.
C. Klasifikasi
Thalasemia diklasifikasikan berdasarkan molekuler menjadi dua yaitu thalasemia
alfa dan thalasemia beta.
1. Thalasemia Alfa
Thalasemia ini disebabkan oleh mutasi salah satu atau seluruh globin rantai alfa
yang ada.

2. Thalasemia Beta
Thalasemia beta terjadi jika terdapat mutasi pada satu atau dua rantai globin beta
yang ada.

D. Patofisiologi

Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah

berkurangnya sintesis HbA dan eritroipoeisis yang tidak efektif disertai penghancuran

sel-sel eritrosit .

Sedangkan sekunder ialah krena defisiensi asam folat, bertambahnya volume

palsma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh

sistem retikuloendotelial dalam limpa dan hati.

Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga

produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.

Molekul globin terdiri atas sepasang rantai-a dan sepasang rantai lain yang

menentukan jenis Hb. Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan

> 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai-a dan 2 rantai-b = a2b2), Hb F(< 2% =

a2g2) dan HbA2 (< 3% = a2d2). Kelainan produksi dapat terjadi pada ranta-a (a-

thalassemia), rantai-b (b-thalassemia), rantai-g (g-thalassemia), rantai-d (d-

thalassemia), maupun kombinasi kelainan rantai-d dan rantai-b (bd-thalassemia).


Pada thalassemia-b, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan

kekurangan pembentukan a2b2 (Hb A); kelebihan rantai-a akan berikatan dengan

rantai-g yang secara kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar

diendapkan pada membran eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit

mudah rusak (ineffective erythropoesis).

E. Gejala dan Tanda Klinis


Perdarahan merupakan gejala dan tanda klinis khas yang sering dijumpai
pada kasus hemofilia. Perdarahan dapat timbul secara spontan atau akibat trauma
ringan sampai sedang serta dapat timbul saat bayi mulai belajar merangkak.
Manifestasi klinik tersebut tergantung pada beratnya hemofilia (aktivitas faktor
pembekuan). Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu berupa hemartrosis,
hematom subkutan/intramuskular, perdarahan mukosa mulut, perdarahan
intrakranial, epistaksis dan hematuria. Sering pula dijumpai perdarahan yang
berkelanjutan pasca operasi kecil (sirkumsisi, ekstraksi gigi).

F. Diagnosis
Penderita pertama datang dengan keluhan anemia/pucat, tidak nafsu
makan dan perut membesar. Keluhan umumnya muncul pada usia 6 bulan,
kemudian dilakukan pemeriksaan fisis yang meliputi bentuk muka mongoloid
(facies Cooley), ikterus, gangguan pertumbuhan, splenomegali dan hepatomegali.
Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan meliputi : Hb bisa
sampai 2-3 g%, gambaran morfologi eritrosit ditemukan mikrositik hipokromik,
sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi,
basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Pemeriksaan
khusus juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis meliputi : Hb F meningkat
20%-90%, elektroforesis Hb (Dewi.S. 2009 dan Herdata.H.N. 2009).
G. Penatalaksanaan
Penderita thalasemia sampai saat ini belum ada obat yang dapat
menyembuhkan secara total. Pengobatan yang dilakukan meliputi pengobatan
terhadap penyakit dan komplikasinya. Pengobatan terhadap penyakit dengan cara
tranfusi darah, splenektomi, induksi sintesa rantai globin, transplantasi sumsum
tulang dan terapi gen.
Pengobatan komplikasi meliputi mencegah kelebihan dan penimbunan
besi, pemberian kalsium, asam folat, imunisasi. Pemberian vitamin C 100-250
mg/hari untuk meningkatkan ekskresi besi dan hanya diberikan pada saat kelasi
besi saja. Vitamin E 200-400 IU/hari untuk memperpanjang umur sel darah merah.
Transfusi harus dilakukan seumur hidup secara rutin setiap bulannya
(Herdata.H.N.2008 dan Tamam.M. 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Children's Hospital & Research Center Oakland. 2005. “What is Thalassemia and
Treating Thalassemia”.

http://www.thalassemia.com/ (17 Februari 2010, 19.05)

National Hearth Lung and Blood Institute. 2008. ”Thalassemias”.

http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Thalassemia/Thalassemia_WhatIs.html
(17 Februari 2010, 19.20)

National Library of Medicine's. 2010. “Genetics Home Reference”.

http://ghr.nlm.nih.gov/chromosome=11 (17 Februari 2010, 19.45)

Maureen Okam, M.D. (Harvard Medical School) .1999. “Thalassemia information”.

http://sickle.bwh.harvard.edu/thalover.html (17 Februari 2010, 20.30)

http://medicastore.com/penyakit/167/Thalassemia.html (17 Februari 2010, 20.00)

deman.1995.Patofisiologi.Edisi 7.Jilid 2.Hipokrates.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai