Cesil Magdalena-Fkik PDF
Cesil Magdalena-Fkik PDF
Skripsi
DISUSUN OLEH:
CESIL MAGDALENA
1112101000001
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2016 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
Oleh:
CESIL MAGDALENA
1112101000001
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2016 M
i
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Desember 2016
Penguji I
Febrianti, M.Si
NIP. 19710221 200501 2 004
Penguji II
Penguji III
ii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
Cesil Magdalena
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN GIZI MASYARAKAT
Skripsi, Desember 2016
ABSTRAK
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH NUTRITION CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, December 2016
ABSTRACT
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Cesil Magdalena
Agama : Islam
Email : cesilmagdalena@gmail.com
Telepon : 085782428900
Pendidikan Formal
Pengalaman Organisasi
2012-2014 : Anggota LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015 : Ketua LSO Tari Saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Kerja
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Jadwal) dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Kadar Gula Darah Pada Penderita
1. Ibuku tercinta Dra. Umu Sadiyah dan adikku Annisa Elyana Dewi yang
skripsi ini.
3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes, PhD selaku Kepala Program Studi
4. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS dan Ibu Gitalia Budi Utami, S.KM, M.KM
selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah memberikan waktu, ilmu dan
5. Ibu Febrianti, M.Si, Ibu Dela Aristi, M.KM, Ibu Fitria, S.KM, M.KM selaku
penguji, terimakasih atas segala kritik dan saran yang membangun sehingga
vii
6. Pihak Puskesmas Ciputat yang telah mengizinkan penulis untuk
Sari, dan Ratu Amiratun) yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan
8. Cibengerss (Ofin, Cory, Silmi, Astrid, Widy, Rico, Agin, Nizar, Novaco, Tyo,
Alviral, dan Tsabit) yang telah memberikan doa, keceriaan, canda, dan tawa
terimakasih untuk segala ilmu, kritik, dan pengalaman yang telah diberikan.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dari awal
keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap,
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN........................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
D. Tujuan .......................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum........................................................................................... 8
ix
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 10
1. Definisi ................................................................................................... 10
2. Klasifikasi ............................................................................................... 10
3. Diagnosis ................................................................................................ 12
1. Definisi ................................................................................................... 14
1. Tujuan ..................................................................................................... 21
F. Kerangka Teori........................................................................................... 32
x
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 33
B. Definisi Operasional................................................................................... 35
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 41
1. Populasi .................................................................................................. 43
4. Pengukuran ............................................................................................. 49
E. Pengolahan Data......................................................................................... 52
xi
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 54
64
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 68
D. Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah ... 72
E. Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah .... 74
A. SIMPULAN ............................................................................................... 73
B. SARAN ...................................................................................................... 80
xii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 76
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
xiii
DAFTAR TABEL
2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan Penyaring ......... 13
5.7 Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah
............................................................................................................................... 64
5.8 Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah
............................................................................................................................... 65
xiv
5.9 Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah
............................................................................................................................... 66
6.0 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM
xv
DAFTAR BAGAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
4.1 Contoh entry data food recall hari ke-1 dan ke-2
…………………………………………….…………………………………..…54
4.2 Contoh entry & coding data rata-rata dari food recall 2x24 jam
…………………………………………………………………………………...54
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Farmakalogis
Lampiran 5 Instrumen
Puskesmas Ciputat
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing
yang diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin, maupun keduanya
(WHO, 2015). Diabetes Mellitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak
disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Hal ini
berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus dan pengelolaan
yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak ditemukan kasusnya
berupa resistensi insulin yang disusul oleh kelelahan Sel β pankreas dan ditandai
dengan kadar gula darah yang meningkat (Waspadji, 2011). Kadar gula darah
berbagai organ tubuh seperti pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke,
1
2
Data WHO (2015) menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang menderita
menjadi dua kali lipat di tahun 2025. Data International Diabetes Federation
umum, didapatkan sebanyak 8,29% memiliki kadar gula darah sewaktu melebihi
200 mg/dL dan 15,63% dengan kadar gula darah 140-199 mg/dL. Dengan
seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2025 nanti akan ada 178 juta penduduk
sebesar 0,5% pada tahun 2007 menjadi 1,3% (Kemenkes, 2013). Selain itu,
laporan kasus lama DM menurut umur dan jenis kelamin sejumlah 5.599 jiwa
sedangkan kasus baru sejumlah 509 jiwa (Dinkes Tangsel, 2015). Dari seluruh
gula darah dalam keadaan stabil pada penderita DM tipe 2 yaitu penatalaksanaan
makan yang disarankan oleh petugas kesehatan merupakan salah satu kendala
dalam aturan 3J, yaitu jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan,
(PERKENI, 2011). Jenis dan jumlah makanan yang banyak mengandung gula
serta jadwal makan yang tidak teratur dapat meningkatkan kadar gula darah
sehingga terjadilah DM tipe 2 (Idris, 2014). Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan
jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit mengontrol kadar gula darah dalam
batas normal (Waspadji, 2013). Jika aturan diet tersebut tidak diikuti maka kadar
gula darah akan tidak stabil (ADA, 2015). Padahal tujuan dari penatalaksanaan
signifikan intervensi diet dengan kadar gula darah. Berdasarkan studi meta-
trial) dalam melihat intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat
penurunan berat badan, serta profil lipid (p<0,00001). Selain itu, hasil studi
berpengaruh dan efektif terhadap kontrol gula darah serta tujuan dari
penerapan 3J terhadap status kadar gula darah. Hasil penelitian Verawati, dkk
makanan dengan kadar gula darah (p=0,001). Pada penelitian Toharin (2015) di
Batang, menunjukkan bahwa ada hubungan antara aturan jenis makanan dengan
status kadar gula darah (p=0,001). Selain itu, penelitian Kurniawati (2007) juga
menunjukkan adanya hubungan antara aturan jadwal makan dengan kadar gula
darah (p=0,003).
diet adalah aktivitas fisik. Pada penderita DM tipe 2, aktivitas fisik juga berperan
utama dalam pengaturan kadar gula darah. Pada saat melakukan aktivitas fisik,
2011).
pada 4659 responden menunjukkan adanya pengaruh terhadap kadar gula darah
aktivitas fisik dengan status kadar gula darah. Hasil penelitian cross-sectional
aktivitas fisik dengan pengontrolan glukosa darah (p <0,05). Hal tersebut serupa
antara kebiasaan olahraga atau aktivitas fisik dengan kondisi glukosa darah
tiap bulannya. Selain itu, dari data sekunder laporan posbindu di wilayah kerja
penderita DM tipe 2 (42,2%) masih memiliki kadar gula darah sewaktu ≥ 200
Pada hasil fakta lapangan yang telah dilakukan peneliti pada bulan
metode observasi dan wawancara terkait pelaksanaan dan pemberian anjuran diet
dan aktivitas fisik di setiap posbindu, didapatkan hasil bahwa penderita DM tipe
2 yang telah diberikan anjuran diet oleh petugas kesehatan menyampaikan bahwa
mereka menganggap anjuran diet tersebut penting akan tetapi sulit menerapkan
sehari-hari karena harus sesuai dengan aturan 3J sehingga status kadar gula darah
mereka buruk. Dalam hal aktivitas fisik, penderita DM tipe 2 lebih banyak
Selain itu, peran antara petugas kesehatan dengan pasien hanya bertemu
saat adanya kegiatan posbindu yang dilaksanakan satu bulan sekali atau saat
diet serta aktivitas fisik dan langsung memberikan obat, padahal penatalaksanaan
diet dan aktivitas fisik merupakan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan
terlebih dahulu dalam mengontrol kadar gula darah. Sedikitnya pasien DM tipe 2
yang berhasil dalam menerapkan aturan diet 3J juga disebabkan karena tidak
adanya evaluasi penilaian tujuan kegiatan preventif dari pihak Dinas Kesehatan
Penerapan diet dan aktivitas fisik yang belum sesuai akan menghasilkan
tidak terkendalinya kadar gula darah dalam batas normal, timbulnya komplikasi
dan berbagai penyakit menahun dari penderita DM tipe 2. Dari hasil studi
pendahuluan dan hasil fakta lapangan peneliti yang telah didapat mengenai
penerapan diet dan kadar gula darah, membuat peneliti perlu melakukan
aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
B. Rumusan Masalah
penatalaksanaan diet yang sesuai sehingga kadar gula darah menjadi buruk.
Tanpa pengaturan jumlah, jenis, dan jadwal makanan sepanjang hari, akan sulit
mengontrol kadar gula darah dalam batas normal. Sama halnya dengan aktivitas
fisik, jika aktivitas fisik tidak dilakukan secara benar dan teratur maka resistensi
menganggap anjuran diet tersebut penting akan tetapi dalam sehari-hari sulit
diterapkan karena harus sesuai dengan aturan 3J (Jumlah, Jenis, Jadwal) dan
berakibat pada status kadar gula darah yang buruk. Dan dalam hal aktivitas fisik,
penderita DM tipe 2 lebih banyak melakukan aktivitas rumah tangga. Selain itu,
hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan melihat data sekunder laporan
darah sewaktu ≥ 200 mg/ dL yang belum mencapai target penurunan kadar gula
darah. Maka dari itu, peneliti perlu melakukan penelitian mengenai “Hubungan
C. Pertanyaan Penelitian
9. Apakah terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula
tahun 2016?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di
2. Tujuan Khusus
i. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah
2016.
E. Manfaat Penelitian
Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik agar status kadar gula darah baik pada
pasien DM tipe 2 melalui kegiatan yang berada di klinik gizi dan posbindu.
mengenai penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal), aktivitas fisik dan kadar
Jadwal), aktivitas fisik dan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2.
antara penerapan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap kadar
Ciputat tahun 2016. Adapun responden pada penelitian ini adalah penderita DM
Formulir Food recall 2x24 jam dan Global Physically Activity Questionnaire
(GPAQ) untuk aktivitas fisik. Sedangkan, data sekunder dalam penelitian ini
adalah data rekam medik mengenai kadar gula darah penderita DM tipe 2 saat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit
2. Klasifikasi
Menurut ADA (2012), DM diklasifikasikan berdasarkan etiologinya
a. DM tipe 1
11
12
b. DM tipe 2
berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini disebut juga sebagai Non Insulin
c. DM gestasional
d. DM tipe lain
tersebut dikarenakan adanya penyakit lain seperti defek genetik fungsi sel
endokrinopati, obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang,
dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. (PERKENI, 2011)
3. Diagnosis
Berdasarkan PERKENI (2011), diagnosis DM ditegakkan atas dasar
No Diagnosis DM
(Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/ dL (7,0 mmol/L)
2.
(Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam)
Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/ dL (11,1 mmol/L)
3.
(TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa
Tabel 2.2 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaring
No Jenis Pemeriksaan Bukan DM Belum pasti DM
DM
1 Kadar glukosa Plasma vena < 100 100 – 199 ≥ 200
darah sewaktu Darah kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200
(mg/ dL)
14
B. Gula Darah
1. Definisi
(2002) gula darah adalah produk akhir dan merupakan sumber energi utama
gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l
(70-150 mg/ dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada
Kadar gula darah dapat dikontrol dengan 3 cara yaitu menjaga berat
Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga cara tersebut sering kali kurang
memadai lagi. Kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan baik. Pada
keadaan yang seperti inilah baru diperlukan terapi farmakologis dengan obat
anti diabetes (OAD). Jadi, pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan
cara diet dan olahraga, gula darah belum terkontrol dengan baik. (Sukardji,
2011)
15
1. Definisi DM Tipe 2
kencing manis adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak
biasa dijumpai pada orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun. Penyakit ini
karena pada DM tipe 2, insulin tetap dihasilkan namun kadar insulin mungkin
sedikit menurun atau berada dalam rentang normal (ADA, 2012). Dari
berbagai tipe DM yang ada, DM tipe 2 merupakan jenis yang paling banyak
2. Gejala DM Tipe 2
cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada
dalam sel.
17
(Subekti, 2011).
3. Patofisiologi DM Tipe 2
berperan yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel β pancreas (Brunner dan
Suddarth, 2002). Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Hasil dari akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
tipe 2, jumlah sel beta berkurang sampai 50 – 60% dari normal, akan tetapi
jumlah sel alfa meningkat dan yang terlihat jelas adalah adanya peningkatan
jumlah jaringan amyloid pada sel beta yang disebut amilin (Suyono, 2011)
Hormon insulin memiliki tiga lokasi kerja yang utama yaitu otot,
hepar, dan jaringan adiposa. Pada ketiga tempat ini terdapat sejumlah besar
aktivitas insulin terhadap kebutuhan zat gizi. Jika terjadi kekurangan hormon
4. Pengelolaan DM Tipe 2
penyulit pada mata, ginjal, dan syaraf (Waspadji, 2011). Tujuan dari adanya
penyandang diabetes. Adapun tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari
keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target
aktivitas fisik (Waspadji, 2011). Lalu, jika langkah tersebut belum maksimal
a. Penatalaksanaan Diet
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
b. Aktivitas Fisik
c. Edukasi
d. Intervensi Farmakologis
(PERKENI, 2011).
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain,
gula darah sedekat mungkin dengan normal. Akan tetapi, kadar gula darah
yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan. Hal ini disebabkan karena
2 dalam melakukan intervensi manajemen diet selama lebih dari 6 bulan dapat
penurunan berat badan, serta profil lipid (p<0,00001). Selain itu, hasil studi meta-
analisis lainnya yaitu Aguiar (2014) menunjukkan bahwa dari 8 studi penelitian
perubahan gaya hidup termasuk diet berpengaruh dan efektif terhadap kontrol
darah, dimana terdapat perbedaan bermakna antara kadar gula darah awal dan
1. Tujuan
komplikasi diabetes.
perilaku.
sehari-hari.
dimana terdapat 8 jenis standar diet menurut kandungan energi yaitu standar
diet 1100 kalori sampai dengan 1500 kalori untuk pasien DM yang gemuk.
Diet 1700 sampai dengan 1900 kalori untuk pasien DM dengan berat badan
normal. Sedangkan diet 2100 sampai dengan 2500 kalori untuk pasien DM
3. Jumlah Makanan
pada beberapa faktor seperti jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi.
23
Selain itu, komposisi energi terdiri dari karbohidrat 45-65% dari energi total,
protein 10-20% dari energi total, dan lemak 20-25% dari energi total.
a. Kebutuhan Energi
1) Jenis Kelamin
2) Umur
dikurangi 20%.
4) Status Gizi
untuk pria.
amilopektin, pati), jumlah serat makanan dan jenis gula (ADA, 2015).
Salah satu jenis gula yang tidak boleh digunakan lebih dari 5% total
c. Kebutuhan Protein
kebutuhan kalori. Sumber protein yang baik antara lain seafood (ikan,
udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
(ADA, 2015).
d. Kebutuhan Lemak
yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan
lemak trans seperti daging berlemak dan susu penuh (whole milk) dan
2011)
e. Kebutuhan Serat
vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.
(PERKENI, 2011)
antara anjuran jumlah makanan dengan status kadar gula darah (p=0,018).
maka status kadar gula darahnya akan terkontrol. Selain itu, pada penelitian
karbohidrat, protein dan serat dengan status kadar gula darah., tetapi juga
hubungan antara ketepatan jumlah makanan dengan status kadar gula darah
4. Jenis Makanan
apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan
tetapi dibatasi seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi, dan sagu; sumber
protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu,
dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu, Waspadji (2007) juga memaparkan
bahwa makanan yang diperbolehkan adalah makanan tinggi serat larut air,
makanan yang diolah dengan sedikit minyak, serta penggunaan gula murni
gula, dan sari buah harus dihindari. Sayuran dengan karbohidrat tinggi seperti
buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, dan bayam
tinggi seperti nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo
kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, labu air, labu siam, lobak,
selada air, jamur kuping, dan tomat (Waspadji, 2007). Selain itu, makanan
menghindari makanan dari jenis gula sederhana seperti gula pasir, gula jawa,
sirup, es krim, susu kental manis, selai dan lain-lain; minyak; tinggi natrium
(garam) seperti ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan.
antara aturan jenis makanan dengan status kadar gula darah (p=0,001). Selain
hubungan antara jenis makanan dengan kadar gula darah (p=0,001). Menurut
Verawati, dkk (2014) adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena sebagian
besar responden sudah mengetahui tentang anjuran diet DM, akan tetapi rata-
karbohidrat kompleks dan sederhana, tidak patuh pada prinsip diet, jadwal
menghindari jenis makanan apa saja yang dipantang, akan tetapi dalam cara
digoreng terus menerus dan berakibat pada konsumsi lemak jenuh melebihi
5. Jadwal Makan
makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Berikut jadwal makan standar
jadwal makan dapat mengurangi kadar glukosa darah maka dilakukakan dua
mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00,
makan siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00. Didapatkan hasil
bahwa asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan energi responden pada
sarapan pagi, siang, dan malam maka glukosa plasma akan mengalami
antara aturan jadwal makan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe
adanya hubungan antara aturan jadwal makan dengan kadar gula darah
hubungan diet tepat jadwal makan terhadap status kadar gula darah
antara jadwal makan terhadap status kadar gula darah (p=0,460). Tidak
pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehingga sulit untuk mengikuti sesuai
jadwal yang dianjurkan (Putro, 2012). Penyebab lainnya bisa terjadi karena
jadwal makan yang tidak diikuti dengan jumlah porsi makanan yang
Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot
aktivitas fisik intensitas sedang dan berat. Aktivitas fisik intensitas sedang adalah
kecil dalam bernafas atau denyut jantung meliputi kegiatan seperti bersepeda,
bermain voli, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas fisik intensitas berat adalah
kegiatan yang membutuhkan tenaga fisik yang kuat dan membuat peningkaan
besar dalam bermafas atau denyut jantung yang meliputi gerakan seperti bermain
pengaturan kadar gula darah (Ilyas, 2011). Dalam PERKENI (2011) juga
tersebut, insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel (Ilyas,
2011).
terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi. Pada saat melakukan
berkurang. Respon ini hanya terjadi setiap kali melakukan aktivitas fisik tetapi
bukan merupakan efek menetap atau berlangsung lama. Oleh karena itu, aktivitas
darah (p <0,05). Hal tersebut serupa dengan penelitian Anani, et.al (2012) di
Makassar menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik
(2006) Hal tersebut terjadi karena sebanyak 76,2% responden yang memiliki
aktivitas fisik tinggi justru memiliki kadar gula darah yang tidak terkontrol.
32
F. Kerangka Teori
gaya hidup (diet dan aktivitas fisik), dan terapi farmakologis merupakan
penatalaksanaan terbaik agar status kadar gula darah yang tinggi dapat terkontrol.
Berikut ini kerangka teori yang didasarkan pada modifikasi teori IDF (2012),
STATUS KADAR
PENATALAKSANAAN
GULA DARAH
DM TIPE 2
- Diet (3J)
- Aktivitas fisik
A. Kerangka Konsep
telah diuraikan sebelumnya. Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti
meliputi variabel independen yaitu penerapan diet (3J) penderita DM tipe 2 dan
aktivitas fisik, sedangkan variabel dependen yaitu kadar gula darah penderita DM
tipe 2. Berikut merupakan kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian kali
ini:
Independen Dependen
Penerapan diet 3J
- Jumlah makanan Status Kadar gula
- Jenis makanan darah penderita DM
- Jadwal makan tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat
Aktivitas Fisik
33
34
total dan terapi non-farmakologis yang harus dilakukan agar kadar gula darah
tetap dalam keadaan stabil. Variabel edukasi dan farmakologis tidak menjadi
tingkat bias dalam melihat aturan anjuran diet dan aktivitas fisik.
Pada hasil yang telah didapat, diketahui bahwa variabel edukasi memiliki
sifat yang homogen karena dilihat dari frekuensi pemberian edukasi di setiap
posbindu sama yaitu dilakukakan setiap 1 bulan sekali saat adanya jadwal
posbindu, konten yang diberikan juga sama yaitu materi pencegahan serta
Tangerang Selatan, dan petugas yang memberikan konten atau materi edukasi
juga sama yaitu bidan desa dan kader terlatih yang sudah memiliki keterampilan
edukasi saat jadwal posbindu berlangsung, yang artinya sudah mencapai target
kesehatan memberikan obat diabetes yang sama dengan obat anti diabetes yaitu
penatalaksanaan yang bersifat kuratif dan peneliti tidak dapat meneliti lebih jauh
B. Definisi Operasional
Pada penelitian ini dipaparkan mengenai definisi operasional guna menghindari kesalahan persepsi mengenai variabel-variabel
yang akan diteliti. Berikut definisi operasional penelitian ini yang diuraikan pada tabel 3.1 berikut:
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Status Kadar Hasil status pemeriksaan Rekam medik Telaah 0. Baik: Jika hasil pemeriksaan kadar Ordinal
Gula Darah kadar gula darah kadar gula dokumen gula darah sewaktu sebesar 80-144
berupa gula darah yang terdapat 1. Sedang: Jika hasil pemeriksaan kadar
dL.
36
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
PERKENI (2011)
Penerapan 3J
Jumlah makanan Jumlah rata-rata asupan Form food Wawancara 0. Baik: Jika responden mengikuti aturan Ordinal
kebutuhan energi
energi
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
energi
kebutuhan energi
Jenis makanan Jenis makanan yang Form food Wawancara 0. Baik: Jika responden menghindari Ordinal
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
jenuh
Jadwal makan Pengaturan waktu Form food Wawancara 0. Baik: Jika jadwal makan responden Ordinal
makan (makan pagi, recall 2x24 sesuai dengan standar diet DM dalam
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
WIB
WIB
WIB
WIB
WIB
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Aktivitas Fisik Aktivitas fisik yang Global Wawancara 0. Aktivitas ringan, jika nilai <600 MET- Ordinal
hari, termasuk saat Activity 1. Aktivitas sedang, jika nilai MET 600-
dari satu tempat ke (GPAQ) 2. Aktivitas berat, jika nilai ≥1500 MET
C. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula
Ciputat.
b. Ada hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula
Ciputat.
c. Ada hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula
Ciputat.
d. Ada hubungan antara aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
deskriptif. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross-
(Jumlah, Jenis, dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah
edukasi mengenai diet dan aktivitas fisik dilakukan di dua tempat yaitu di
posbindu dan klinik gizi Puskesmas Ciputat. Akan tetapi pasien DM tipe 2 yang
berkunjung ke klinik gizi tidak semua berasal dari wilayah kerja Puskesmas
Ciputat dan sangat jarang untuk melakukan kunjungan ulang sehingga peneliti
mengenai diet dan aktivitas fisik dan memudahkan peneliti dalam menentukan
sampel penelitian.
42
43
1. Populasi
yang terdiri dari Posbindu Salak, Posbindu Kunir Putih, Posbindu Rambutan,
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap
kriteria eksklusi responden pada penelitian ini adalah responden yang patuh
tipe 2 yang patuh dalam hal jadwal meminum obat, dosis obat, dan habisnya
dahulu ke bidan desa obat apa yang diberikan ke penderita DM tipe 2 saat
3. Perhitungan Sampel
hasil untuk besar sampel sebanyak 35 orang dan karena uji yang dilakukan
adalah uji beda dua proporsi, maka sampel dikalikan 2 sehingga didapat besar
yaitu April-Mei dan Agustus tahun 2016 diantaranya adalah Posbindu Salak,
Keterangan:
Masyarakat dan dibantu para kader di 7 Posbindu serta bidan desa Puskesmas
Ciputat. Pengumpulan data dalam penelitian ini, meliputi sumber data, alur
1. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
tersebut. Selain itu, pada variabel terkontrol edukasi juga dilihat daftar
hadir penderita DM tipe 2 saat jadwal posbindu dari bulan Agustus 2015-
pengambilan data dengan melihat jenis obat apa yang diberikan kepada
penderita DM tipe 2 dan kepatuhan meminum obat dari segi jadwal, dosis
pekerjaan responden.
e. Tahap kelima adalah pengisian data kadar gula darah yang telah di cek
bantu food model dan kuesioner GPAQ dengan alat bantu GPAQ Generic
Show Card.
mendatang.
49
3. Instrumen Penelitian
pengukuran anthropometric.
Questionnaire (GPAQ).
g. Food Model.
i. Microtoise.
4. Pengukuran
a. Data Anthropometric
(kg) dan tinggi badan (m²) yang digunakan untuk perhitungan total
desa melalui alat Glucometer dengan keakuratan yang cukup baik yaitu
sensitivitas 70% dan spesivitas 90% (Weitgasser, 2007) serta bahan yaitu
makanan dan waktu makan responden selama 2x24 jam dalam waktu
lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake
besar, bentuk serta jumlah porsi makanan yang mereka makan. Hal
responden.
Sehingga segera diperoleh jumlah zat gizi yang responden konsumsi lalu
waktu makan yang ada pada food recall 2x24 jam dengan standar jadwal
reabilitas yang cukup besar yaitu 0,67-0,81 (Bull, Maslin, & Amstrong,
2009). Oleh sebab itu, kuesioner GPAQ pada penelitian ini sudah dapat
sampai dengan E16. Pertanyaan GPAQ terbagi dalam tiga domain yaitu
aktivitas saat bekerja, aktivitas dari satu tempat ke tempat lain, dan
mengolah data ini mengunakan rumus total aktivitas fisik dalam MET
E. Pengolahan Data
Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan akhir apakah masih ada data
Ms.Excel dan SPSS, sedangkan data dari food recall 2x24 jam dimasukkan
kadar gula darah. Selain itu, penilaian aturan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal)
dan aktivitas fisik responden juga dilakukan coding. Berikut ini langkah
a. Variabel Dependen
hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu jika kadar gula darah
baik sebesar 80-144 mg/dL diberi kode “0”, jika kadar gula darah
sedang sebesar 145-199 mg/dL dan jika kadar gula darah buruk
b. Variabel Independen
form food recall 2x24 jam yang telah diolah dari Nutrisurvey 2007
kode “0” namun jika tidak baik maka diberi kode “1”.
25% dari kebutuhan energi, dan gula murni (sukrosa) <5% dari
lalu didapat hasil setiap kebutuhan zat gizi tersebut baik dalam
4.1:
Gambar 4.1 Contoh entry data food recall hari ke-1 dan ke-2
Gambar 4.2 Contoh entry & coding data rata-rata dari food recall 2x24 jam
55
kategori jenis makanan, data recall yang ada perlu diolah lebih lanjut.
kode “1”.
mendapatkan data kategori jadwal makan, data recall yang ada perlu
recall hari ke-1. Pada recall hari ke-2 responden A juga tidak
dan diberikan kode “1”. Hal tersebut terjadi karena responden A tidak
diet DM.
2) Aktivitas Fisik
kode “0”, jika responden memiliki aktivitas fisik sedang diberi kode
“1”, dan jika responden memiliki aktivitas fisik berat diberi kode “2”.
dan lari), dan E13 (olahraga sedang seperti bersepeda, berenang, voli)
(E5 x E6 x 4) + (E8 x E9 x 4)
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
distribusi frekuensi dari variabel dependen (status kadar gula darah) dan
2. Analisis Bivariat
independen. Analisis bivariat ini menggunakan uji chi square. Berikut rumus
chi-square:
X2 = Ʃ df = (b-1) (k-1)
Keterangan:
X2 = nilai chi-square
E = nilai harapan
O = nilai observasi
df = degree of freedom
b = jumlah baris
k = jumlah kolom
dependen dan variabel independen dan jika p-value > 0,05 maka
independen.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Luas wilayah kecamatan ciputat kira-kira 13.330 Ha dengan sebagian besar berupa
merupakan salah satu dari 3 puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Ciputat.
atas tanah seluas 693 m2 dengan luas bangunan lebih kurang 1200 m² terdiri dari 2
sebagai ruang pimpinan, staff, data dan ruang rapat. Di lantai 2 juga terdapat ruang
Wilayah kerja Puskesmas Ciputat terdiri dari 2 kelurahan yaitu Kelurahan Ciputat
59
60
Cipayung. Posbindu tersebut berada dibawah tanggung jawab bidan desa yang dipilih
oleh kepala Puskesmas Ciputat. Berikut adalah nama-nama posbindu dan jadwal
Tabel 5.1
darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat; konseling/edukasi; dan pemberian obat.
Puskesmas Ciputat dan kader di setiap posbindu, dimana kader melakukan kegiatan
Bidan desa yang bertugas merupakan lulusan D3 Kebidanan, dan terdiri dari
Sedangkan, kader yang melakukan kegiatan tersebut telah diberikan pelatihan dari
pihak Puskesmas Ciputat dan dilakukan evaluasi setiap adanya lokakarya mini
besar bekerja sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta. Selain itu, karakteristik usia
responden beragam mulai dari dewasa, pra-lansia, dan lansia. Terlampir bahwa
Tabel 5.2
Distribusi Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
Tabel 5.3
Distribusi Penerapan Jumlah Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
Tabel 5. 4
Distribusi Penerapan Jenis Makanan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
Jenis Makanan Jumlah (n) Persen (%)
Baik 30 40,5
Tidak Baik 54 64,3
Total 84 100,0
Tabel 5.5
Distribusi Penerapan Jadwal Makan Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
Tabel 5.6
Distribusi Aktivitas Fisik Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Ciputat Tahun 2016
Darah
gula darah pada pederita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7
Hubungan Penerapan Jumlah Makanan dengan Status Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2016
makanan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 34
jumlah makanan dengan status kadar gula darah yang sedang. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai P-value = 0,082 (p<0,05) yang berarti tidak terdapat
hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula darah
Hasil analisis antara penerapan jenis makanan dengan status kadar gula
darah pada pederita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5. 8
Hubungan Penerapan Jenis Makanan dengan Status Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2016
makanan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 30
jenis makanan dengan status kadar gula darah yang sedang. Dari hasil uji
66
hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah
Hasil analisis antara penerapan jadwal makan dengan status kadar gula
darah pada pederita DM tipe 2 dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini:
Tabel 5.9
Hubungan Penerapan Jadwal Makan dengan Status Kadar Gula Darah
Penderita DM Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun
2016
makan dengan status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 8
jadwal makan dengan status kadar gula darah yang baik. Dari hasil uji
statistik diperoleh nilai P-value = 0,108 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat
hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah
Hasil analisis antara aktivitas fisik dengan status kadar gula darah pada
Tabel 6.10
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe
2 di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2016
status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 20 penderita DM tipe 2
status kadar gula darah yang buruk. Dan dari 10 penderita DM tipe 2 sama-
status kadar gula darah yang sedang dan buruk. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai P-value = 0,075 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan
antara penerapan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
berikut:
1. Penelitian ini berfokus pada penatalaksanaan DM tipe 2 yang terdiri dari diet,
aktivitas fisik, edukasi, dan terapi farmakologis. Tetapi pada penelitian ini,
sampel.
Pada variabel terkontrol dilihat siapa saja yang patuh dan tidak patuh dalam
meminum obat metformin yang diberikan bidan desa. Tetapi peneliti hanya
melihat jenis obat yang hanya diberikan bidan desa dari puskesmas tanpa
menanyakan lebih lanjut jenis obat anti diabetes lainnya yang mungkin
3. Terdapat over reported dari pihak puskesmas mengenai cut off status kadar
perbaikan dalam menentukan cut off yang digunakan pada penelitian ini.
68
69
Kadar gula darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam
darah (Parker, 2004). Terkendalinya kadar gula darah yang baik dan optimal
diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Kadar gula darah
pada orang normal biasanya konstan, karena pengaturan metabolisme yang baik.
Akan tetapi pada penderita DM tipe 2 tidak dapat memproduksi insulin yang cukup
wilayah kerja Puskesmas Ciputat, 44,0% diantaranya memiliki status kadar gula
darah yang buruk ≥200 mg/ dL. Sedangkan 36,9% diantaranya memiliki status kadar
gula darah yang sedang dan hanya 19,0% yang memiliki status kadar gula darah
baik. Dari proporsi status kadar gula darah terlihat bahwa penderita DM tipe 2 yang
memiliki status kadar gula darah buruk (<200 mg/ dL) lebih tinggi, dimana
responden yang memiliki kadar gula darah tertinggi sebesar 337 mg/ dL (terlampir).
Penderita DM harus menyadari bahwa kadar gula darah yang selalu tinggi
dalam jangka panjang akan menimbulkan komplikasi atau penyakit penyulit pada
berbagai organ tubuh dengan risiko 2 kali lebih mudah pembuluh darah otak dapat
pembuluh darah mata menimbulkan kebutaan, dan 7 kali lebih mudah pembuluh
Dalam mencapai status kadar gula darah yang baik, menurut PERKENI
(2011) penderita DM tipe 2 harus melakukan perubahan gaya hidup seperti diet
dengan menerapkan aturan 3J dan peningkatan aktivitas fisik. Pada penelitian ini,
70
banyaknya responden yang memiliki kadar gula darah sedang dan buruk dipengaruhi
oleh penatalaksanaan pengendalian kadar gula darah seperti diet dan aktivitas fisik
yang belum maksimal tetapi sebaliknya dengan yang memiliki kadar gula darah yang
adanya edukasi atau penyuluhan mengenai diet dan aktivitas fisik. Sehingga hal
tersebut merupakan hambatan bagi para petugas kesehatan karena sulit memotivasi
dan kurang adanya dukungan dari ligkungan sekitar. Pernyataan tersebut juga sejalan
dengan penelitian ini bahwa sebagian besar responden sebenarnya paham akan hal
apa saja yang harus dilakukan dan tidak dilakukan agar kadar gula darah tidak
meningkat, tetapi mereka sulit membiasakan diri melakukan kegiatan yang baru
terdapat 52,0% diantaranya tidak baik dalam menerapkan jumlah makanan dengan
status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 34 penderita DM tipe 2 terdapat
38,2% diantaranya baik dalam menerapkan jumlah makanan dengan status kadar
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,082 yang berarti tidak
terdapat hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar gula
hubungan antara ketepatan jumlah makanan dengan status kadar gula darah. Tidak
71
subjek.
diantaranya jenis kelamin, umur, aktivitas, dan status gizi. Pada akhirnya responden
dapat mengetahui aturan jumlah makanan sesuai standar diet yaitu karbohidrat 45-
65% dari kebutuhan energi, protein 10-20% dari kebutuhan energi, lemak 20-25%
dari kebutuhan energi, dan gula murni <5% dari kebutuhan energi.
dalam batasan jumlah asupan karbohidrat, gula, dan lemak jenuh sehingga status
kadar gula darah mereka buruk. Menurut Almatsier (2009), jumlah kalori yang
Pengaturan jumlah karbohidrat dan gula penting karena merupakan determinan kadar
gula darah. Efek karbohidrat pada kadar gula darah sangatlah kompleks. Sumber-
sumber gula yang dimurnikan (sukrosa) akan diserap lebih cepat dibandingkan
dengan karbohidrat yang berasal dari pati atau makanan berserat seperti sereal atau
minuman ringan susu, teh, kopi, minuman berpemanis, jus buah erat pengaruhnya
dengan peningkatan gula darah DM tipe 2. Hal itu sejalan dengan hasil penelitian ini
kelapa yang merupakan lemak jenuh dalam jumlah yang melebihi batas < 7%.
Jumlah asupan lemak jenuh perlu dibatasi karena selain berkaitan dengan kadar gula
72
darah, kaitan lainnya adalah dari tujuan utama diet DM yaitu mencegah timbulnya
merupakan determinan diet yang juga penting karena dapat menimbulkan risiko
makanan dipengaruhi oleh adanya peningkatan rasa lapar atau yang disebut
lapar karena kalori yang dihasilkan dari makanan akan dimetabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah dan tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan dalam tubuh (Subekti,
2011).
banyak yang memiliki status kadar gula darah sedang dan sebagian diantaranya
memiliki kadar gula darah yang baik . Hal ini tidak terlepas dari adanya edukasi yang
diberikan oleh bidan desa dan kader terlatih dalam memberikan anjuran makanan.
Dalam hal jumlah makanan, petugas menerangkan kepada responden terkait porsi
makanan serta URT yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, yang berasal dari leaflet
penanganan DM. Hal ini menunjukkan bahwa jika penderita DM tipe 2 menerapkan
dengan baik jumlah makanan, maka status kadar gula darahnya akan terkontrol
Pemilihan jenis makanan yang tepat sangat penting bagi penderita DM tipe 2
karena berkaitan dengan kadar gula darah dan pencegahan penyakit komplikasi
73
diabetes (ADA, 2010). Penderita DM tipe 2 harus mengetahui dan memahami jenis
makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi,
dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat (Waspadji, 2007).
terdapat 57,4% diantaranya tidak baik dalam menerapkan jenis makanan dengan
status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 30 penderita DM tipe 2 terdapat
46,7% diantaranya baik dalam menerapkan jenis makanan dengan status kadar gula
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,002 yang berarti terdapat
hubungan antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar gula darah pada
hubungan tersebut terlihat karena responden belum menghindari jenis makanan yaitu
sumber karbohidrat sederhana (gula pasir, gula jawa, madu, sirup, cake, permen,
minuman ringan, dan selai), makanan berkolesterol tinggi (kuning telur, jeroan,
lemak daging, otak, durian, susu full cream), sumber lemak trans (margarin), dan
asam lemak jenuh (mentega, santan, kelapa, keju krim, minyak kelapa, dan minyak
kelapa sawit).
makanan yang harus dihindari, responden tetap mengonsumsi jenis bahan makanan
tersebut salah satunya gula pasir, santan, dan minyak kelapa sawit. Selain itu,
menerapkan jenis makanan yang akhirnya status kadar gula darah buruk adalah
karena responden tidak mengolah makanan dengan benar seperti menggoreng dengan
74
minyak goreng yang dipakai sampai beberapa kali. Menurut Sukardji (2009),
dan pembuluh darah, sehingga lemak dan kolesterol dalam makanan perlu dibatasi.
Kolesterol dalam jumlah yang banyak di dalam darah, dapat membentuk endapan
tidak lebih dari satu lauk saja pada tiap kali makan.
Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian Verawati, dkk (2014) di Purworejo
dengan sampel 106 penderita DM tipe 2 yang menunjukkan bahwa ada hubungan
antara jenis makanan dengan status kadar gula darah. Selain itu, penelitian Toharin
menunjukkan ada hubungan bermakna antara aturan jenis makanan dengan status
kadar gula darah. Dengan pola makan yang baik diharapkan akan dapat menurunkan
atau membantu menurunkan kadar gula darah dalam batas-batas normal (PERKENI,
2011). Hal tersebut menunjukkan jika penderita DM tipe 2 menerapkan dengan baik
jenis makanan yang akan dimakan, maka status kadar gula darahnya akan baik.
terdapat 46,1% diantaranya tidak baik dalam menerapkan jadwal makan dengan
status kadar gula darah yang buruk. Sedangkan dari 8 penderita DM tipe 2 terdapat 4
50,0% diantaranya baik dalam menerapkan jadwal makan dengan status kadar gula
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,108 yang berarti tidak
terdapat hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula darah
adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena beberapa hal seperti responden belum
terbiasa dengan jadwal makan yang memiliki interval 3 jam dan jam yang sudah
ditentukan dari standar diet DM. Belum terbiasanya responden dengan jadwal makan
lain seperti mengantar anak ke sekolah, melakukan aktivitas rumah tangga, dan
melakukan persiapan seperti menjual makanan dan pekerjaan lainnya. Selain itu,
mayoritas responden menghindari makan malam dan selingan. Dan pada pelaksanaan
edukasi, petugas tidak terlalu terfokus pada aturan jadwal makan yang sudah tersedia
di leaflet DM tipe 2 karena lebih memberikan edukasi terkait jumlah dan jenis
makanan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putro (2012) di Kediri Jawa
hubungan diet tepat jadwal makan terhadap status kadar gula darah. Selain itu,
penelitian Idris (2014) di Batua Raya Makassar dengan sampel 46 penderita DM tipe
2 juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara jadwal makan terhadap status
makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam yang bertujuan
untuk mempertahankan status kadar gula darah yang baik. Pada penelitian
tipe 2 yang sudah mengidap diabetes selama kurang lebih 10 tahun diikutsertakan
untuk mengkonsumsi makanan besar atau utama pada sarapan pagi jam 08.00, makan
siang jam 13.00, dan makan malam jam 19.00 yang sesuai dengan kebutuhan energi
responden dan hasilnya responden yang mengikuti anjuran pada jam-jam tersebut
dengan membagi waktu makan menjadi porsi kecil tetapi sering, karbohidrat dicerna
dan diserap secara lebih lambat dan stabil. Selain itu, kebutuhan insulin pun menjadi
lebih rendah dan sensitivitas insulin menjadi meningkat sehingga metabolisme tubuh
beberapa porsi kecil dengan frekuensi lebih sering pada makan besar dan selingan
lebih efektif untuk menjaga gula darah terus berada dalam batas normal. Jika
semakin jauh jarak antara makan pertama dengan makan kedua atau antara
mengudap selingan, maka semakin besar makan yang diminta (Magee, 2014).
Sehingga kemungkinan untuk menerapkan jadwal makan 3 kali makan dan 3 kali
terdapat 37,0% diantaranya tingkat aktivitas fisiknya berat dengan status kadar gula
diantaranya tingkat aktivitas fisiknya sedang dengan status kadar gula darah yang
tingkat aktivitas fisiknya ringan dengan status kadar gula darah yang sedang dan
buruk.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai P-value=0,075 yang berarti tidak
terdapat hubungan antara penerapan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah
adanya hubungan tersebut bisa terjadi karena responden yang memiliki tingkat
aktivitas berat sebagian besar masih memiliki status kadar gula darah yang buruk.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Qadrianty,et.al (2006) yang juga
penderita DM tipe 2 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat aktivitas
Qadrianty,et.al (2006) hal tersebut terjadi karena sebanyak 76,2% responden yang
memiliki aktivitas fisik tinggi justru memiliki kadar gula darah yang tidak terkontrol.
pengaturan kadar gula darah (Ilyas, 2011). Pernyataan tersebut sejalan dengan
Mahan dan Stump (2008) yang memaparkan bahwa aktivitas fisik juga dapat
mempengaruhi kadar gula darah menjadi terkontrol (ADA, 2015). Pada akhirnya,
glukosa yang ada di dalam darah akan dimobilisasi ke dalam sel untuk
sintesis energi.
Aktivitas fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas yang
kegiatan sehari-hari, dan kegiatan pada waktu senggang (WHO, 2006). Berdasarkan
hasil pengukuran aktivitas fisik menggunakan GPAQ, diketahui bahwa jenis aktivitas
yang umumnya dilakukan responden adalah berjalan kaki yang merupakan jenis
ketahanan (endurance) yang dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sirkulasi
fisik jenis kelenturan (flexibility) yang menurut Fatmah (2010) dapat membantu
pergerakan menjadi lebih mudah, mempertahankan otot tubuh, dan membuat sendi
berfungsi dengan baik yakni dengan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci
baju, menyetrika baju, mengepel lantai. Selain itu, aktivitas fisik jenis kekuatan
(strength) yang sering dilakukan responden adalah membawa belanjaan dan sebagian
kecil mengikuti senam. Maka dari itu, lebih dari sebagian responden 54 (64,3%)
aktivitas fisik secara teratur seperti masalah keuangan, kesehatan, waktu, akses, dan
jam kerja.
Oleh karena itu, sebaiknya dalam upaya meningkatkan aktivitas fisik perlu
dengan penderita DM tipe 2 yang melakukan aktivitas fisik teratur dan berhasil
A. SIMPULAN
dan Jadwal) dan aktivitas fisik terhadap status kadar gula darah pada penderita DM
1. Gambaran status kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di
Posbindu wilayah kerja Puskesmas Ciputat tahun 2016 lebih banyak yang buru
tahun 2016 lebih banyak yang tidak baik dalam menerapkan jumlah makanan.
tahun 2016 lebih banyak yang tidak baik dalam menerapkan jenis makanan.
tahun 2016 paling banyak yang tidak baik dalam menerapkan jadwal makan.
tahun 2016 lebih banyak yang menerapkan aktivitas fisik dengan kategori berat.
6. Tidak ada hubungan antara penerapan jumlah makanan terhadap status kadar
gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
79
80
7. Ada hubungan bermakna antara penerapan jenis makanan terhadap status kadar
gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Posbindu wilayah kerja
8. Tidak ada hubungan antara penerapan jadwal makan terhadap status kadar gula
9. Tidak ada hubungan antara penerapan aktivitas fisik terhadap status kadar gula
B. SARAN
pada program pencegahan penyakit tidak menular di posbindu, klinik gizi dan
pelayanan umum.
menerapkan diet dan aktivitas fisik kepada pasien yang akan dan sedang
penyebaran pamflet dan poster saat edukasi di posbindu atau saat kegiatan
Puskesmas.
yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperti edukasi dan terapi farmakologis.
Aguiar, E.J. et al., 2014. Efficacy of interventions that include diet , aerobic and
Ajala, O., English, P. & Pinkney, J., 2013. Systematic review and meta-analysis of
Amtiria, HJ. Rahma. 2016. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah
Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam RSUD DR. H. Abdul
Anani, S., Udiyono, A. & Ginanjar, P., 2012. Hubungan Antara Perilaku
Ardyana , Della. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Status Glukosa Darah Puasa
82
83
Azrimaidaliza, 2009. Asupan Zat Gizi dan Penyakit Diabetes Mellitus. Jurnal
Beck, Mary E. 2011. Ilmu Gizi dan Diet: Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Bull, F.C., Maslin, T.S. & Armstrong, T. 2009. Global Physical Activity
CDC (Centers for Disease Control and Prevention). 2014. National Diabetes
Cleland, C.L. et al., 2014. Validity of the Global Physical Activity Questionnaire
Connor, L.O. et al., 2015. Prospective Associations And Population Impact Of Sweet
10.1007/s00125-015-3572-1
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. 2014. Profil Penyakit Menular dan Tidak
Dorlan, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland: Edisi 29. Jakarta: EGC
http://dx.doi.org/10.1016/j.jcjd.2013.01.019.
Holt, Tim & Kumar, Sudhesh. 2010. ABC Of Diabetes: Sixth Ediiton. West Sussex:
Idris, Andi Mardhiyah. 2014. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah
Makassar Tahun 2014. Skripsi pada Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas
Ilyas, Ermita. 2011. Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes Mellitus dalam:
Indriyani, P., Supriyatno, H. & Santoso, A., 2007. Pengaruh Latihan Fisik ; Senam
International Diabetes Federation (IDF). 2015. IDF Diabetes Atlas: Seventh Edition.
Kemenkes RI. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melitus-penyebab-kematian-
85
nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-posbindu.html 22
Januari 2016
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013. Jakarta:
Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Mellitus Rawat Jalan Rumah Sakit
Lestari, Tri Suci. 2012. Hubungan Psikososial dan Penyuluhan Gizi dengan
Fatmawati Tahun 2012. Skripsi pada Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan
Lubis, Heni Sholatya. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah
Magee, Elaine. 2014. Nutrisi Sehat Bagi Penderita Diabetes. Solo: Tiga Serangkai
Mahan LK, Stump SE. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy 12 th edition.
Muliani, Usdeka. 2013. Asupan Zat-zat Gizi dan Kadar Gula Darah Penderita DM
325-332
86
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease (NIDDK). 2008.
Cipta
Norris, S.L. et al., 2004. Long-term Effectiveness of Lifestyle and Behavioral Weight
Parker, James N, et al. 2004. Blood Glucose. United States of America: ICON Group
International
Putro, P.J.S. & Suprihatin, 2012. Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan Jenis Terhadap
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal STIKES, 5(1),
pp.71–81.
Qadrianty, S., Hadju, V. & Jafar, N., 2006. Hubungan Tingkat Aktivitas Fisik Dan
Hasanuddin.
Inc
Smeltzer, et al. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
87
Penerbit FK UI
Subekti, Imam. 2011. Apa itu Diabetes: Patofisiologi, Gejala dan Tanda? Dalam
pp.70–76.
Suhaema, dkk,. 2010. Pengendalian Status Gizi, Kadar Glukosa Darah, Tekanan
Darah Melalui Terapi Gizi Medis pada Pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 2
Rawat Jalan di RSU Mataram NTB. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, vol.7 (2),
pp.48-57
Suparmin, Siskawati. 2010. Beda Kadar Glukosa Darah Pada Pria Perokok dan
Penerbit FK UI
Teh, C.H. et al., 2015. Association of physical activity with blood pressure and blood
Toharin, Syamsi, dkk. 2015. Hubungan Modifikasi Gaya Hidup dan Kepatuhan
UPT Puskesmas Ciputat. 2015. Profil Puskesmas Ciputat Tahun 2015. Kota
Tangerang Selatan
Verawati, R.R., Hadi, H. & Aprilia, V. 2014. Pola Makan Berhubungan dengan
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap RSUD
Saras Husada Purworejo. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, vol.2 (2), pp.
74-79.
Weitgasser, R. et al., 2007. New , small , fast acting blood glucose meters – an
WHO. 2003. Adherence to Long Term Therapies: Evidence for Action. Switzerland:
WHO
2016
WHO Press.
Switzerland: WHO
LAMPIRAN
Lampiran 1
A. EDUKASI
Lembar Observasi
Frekuensi/Jadwal
Konten/Materi
Pemberi Edukasi
B. TERAPI FARMAKOLOGIS
judul tersebut, saya sangat mengharapkan Bapak/Ibu untuk dapat menjadi responden
saya dan bersedia dalam pengisian kuesioner, food recall 2x24 jam, dan
memperbolehkan saya untuk melihat kadar gula darah dalam data rekam medis
kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi responden, maka tidak
ada ancaman bagi anda. Dan apabila Bapak/Ibu menyetujui, maka saya mohon
Jakarta, 2016
Peneliti
CESIL MAGDALENA
Lampiran 3
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Telp/HP :
Menyatakan bersedia mengikuti kegiatan penelitian ini dengan ketentuan apabila ada
hal-hal yang tidak berkenan pada Saya, maka Saya berhak mengajukan pengunduran
Jakarta, 2016
Responden
(…………………………..)
Lampiran 4
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk: Isilah data di bawah ini pada kolom jawaban dan untuk jawaban
............. mg/ dL
C. FORM FOOD RECALL 2X24 JAM
SELINGAN
PAGI
Pukul:
SIANG
Pukul:
SELINGAN
SORE
Pukul:
SORE/MALAM
Pukul:
SELINGAN
MALAM
Pukul:
TOTAL
D. FORM ANALISIS PENERAPAN 3J (JUMLAH, JENIS, DAN JADWAL)
D1. Jumlah Makanan
Analisis Kode
0. Baik [ ]
1. Tidak baik
1000
100
Jumlah Pasien
10
1
es er
ri
ov e r
et
Fe ri
r
ei
ril
s
ni
Ag l i
be
be
Ju
Se stu
ua
a
Ap
Ju
ar
b
ob
nu
em
em
em
br
kt
Ja
O
pt
Keterangan
Bulan Jumlah Pasien
Januari 100
Februari 112
Maret 113
April 116
Mei 118
Juni 121
Juli 124
Agustus 124
September 126
Oktober 128
November 132
Desember 132
Lampiran 7
DOKUMENTASI KEGIATAN
Lampiran 8
Tatalaksana Diet 4 Februari 7 posbindu - Penderita DM tipe 2 menganggap Penderita DM tipe 2 belum
dan Aktivitas 2016 - 23 anjuran diet penting akan tetapi sulit menerapkan diet dan
Fisik pada Februari 2016 menerapkan sehari-hari karena harus aktivitas fisik dengan baik.
Penderita DM sesuai dengan aturan 3J.
tipe 2 - Penderita DM tipe 2 lebih banyak
melakukan aktivitas rumah tangga
seperti mencuci baju, mengepel,
menyapu, menyetrika, dan
membersihkan halaman.
Lampiran 9
STATUS_KGD
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jumlah Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Makanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jadwal Makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
AKTIVITAS_FISIK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstab
STATUS_KGD
Total Count 16 31 37 84
N of Valid Cases 84
Crosstab
STATUS_KGD
Total Count 16 31 37 84
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 84
Crosstab
STATUS_KGD
Total Count 16 31 37 84
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 84
Crosstab
STATUS_KGD
sedang Count 1 7 12 20
berat Count 15 19 20 54
Total Count 16 31 37 84
N of Valid Cases 84
Posbindu Melon 12 10 10
Posbindu Salak 20 16 16
Posbindu Kunir 8 7 7
Putih
Posbindu 15 14 14
Rambutan
Posbindu Melati 15 13 13
Posbindu Jeruk 22 21 21
Posbindu Alpukat 18 13 13
TOTAL 94
(81,03%)
Cut Off daftar hadir dari juknis posbindu ≥75% (Kemenkes, 2014)
HASIL DATA DAN ANALISIS
No Usia JK Pendidikan Pekerjaan KGDmgdl Jumlah Jenis Jadwal totalmets AKTIVITAS_FISIK STATUS_KGD
2.00
1 57 pr lulus sd ibu rumah tangga 253 0 0 1 1,680 2.00
2.00
2 50 pr lulus sd ibu rumah tangga 235 0 0 0 1,402 1.00
0.00
3 49 pr lulus sma ibu rumah tangga 140 0 0 0 1,589 2.00
0.00
4 49 pr lulus smp ibu rumah tangga 121 0 0 1 1,523 2.00
1.00
5 52 pr lulus perguruan tinggi guru ngaji 189 0 1 1 1,590 2.00
2.00
6 56 pr lulus sma ibu rumah tangga 237 0 0 1 1,771 2.00
1.00
7 58 lk lulus smp penjaga warung 190 0 0 1 1,603 2.00
2.00
8 38 pr lulus sma ibu rumah tangga 209 0 1 1 1,353 1.00
1.00
9 44 lk lulus sd montir 177 0 1 1 4,310 2.00
0.00
10 39 pr lulus sma ibu rumah tangga 122 0 0 0 1,507 2.00
2.00
11 56 lk tidak lulus sd marbot 200 1 1 1 1,692 2.00
1.00
12 50 pr lulus sma ibu rumah tangga 177 0 0 0 1,446 1.00
2.00
13 53 lk tidak sekolah pengangguran 225 1 1 1 1,561 2.00
2.00
14 65 pr tidak lulus sd ibu rumah tangga 231 1 1 0 420 0.00
1.00
15 50 pr lulus smp ibu rumah tangga 194 1 0 1 1,677 2.00
No Usia JK Pendidikan Pekerjaan KGDmgdl Jumlah Jenis Jadwal totalmets AKTIVITAS_FISIK STATUS_KGD
1.00
16 47 pr tidak sekolah ibu rumah tangga 148 1 1 1 903 1.00
1.00
16 61 pr lulus sd pensiunan 195 1 1 1 397 0.00
2.00
18 61 lk lulus sma penjual tanaman 243 1 1 1 862 1.00
2.00
19 55 pr lulus sd penjaga loket 211 0 1 1 1,109 1.00
0.00
20 45 pr lulus perguruan tinggi ibu rumah tangga 143 0 0 0 1,803 2.00
1.00
21 45 pr lulus sma ibu rumah tangga 167 1 1 1 1,795 2.00
2.00
22 53 pr lulus perguruan tinggi guru tk 239 1 1 1 1,760 2.00
0.00
23 58 pr lulus sma ibu rumah tangga 112 1 1 1 1,682 2.00
2.00
24 57 pr lulus sd ketua posbindu 219 0 0 1 1,597 2.00
1.00
25 53 pr lulus dmp ibu rumah tangga 197 1 0 1 1,239 1.00
1.00
26 51 pr lulus sd ibu rumah tangga 156 0 0 0 1,804 2.00
2.00
27 50 pr lulus perguruan tinggi ibu rumah tangga 241 1 1 1 1,862 2.00
0.00
28 39 pr tidak sekolah penjual pecel lele 127 0 1 1 2,063 2.00
1.00
29 45 lk lulus smp pengangguran 182 1 1 1 2,303 2.00
2.00
30 59 pr tidak sekolah ibu rumah tangga 208 1 1 1 1,791 2.00
1.00
31 38 pr lulus sma ibu rumah tangga 146 0 0 1 2,821 2.00
No Usia JK Pendidikan Pekerjaan KGDmgdl Jumlah Jenis Jadwal totalmets AKTIVITAS_FISIK STATUS_KGD
2.00
32 60 lk lulus sd pensiunan 234 1 1 1 753 1.00
2.00
33 59 pr lulus sd ibu rumah tangga 258 1 1 1 1,567 2.00
1.00
34 78 lk lulus sma pensiunan 171 1 1 1 302 0.00
0.00
35 55 pr tidak lulus sd ibu rumah tangga 142 1 1 1 1,656 2.00
2.00
36 65 lk lulus sd ibu rumah tangga 210 1 1 1 981 1.00
2.00
37 57 pr lulus sd ibu rumah tangga 331 1 1 1 1,058 1.00
2.00
38 50 pr lulus smp ibu rumah tangga 206 1 1 1 2,044 2.00
1.00
39 65 pr lulus sd ibu rumah tangga 199 1 1 1 1,472 1.00
2.00
40 69 pr tidak lulus sd ibu rumah tangga 201 0 1 1 362 0.00
0.00
41 45 pr lulus perguruan tinggi sales 126 0 0 1 3,011 2.00
2.00
42 49 pr lulus sma ibu rumah tangga 200 1 1 1 2,199 2.00
1.00
43 52 pr lulus sma bu rumah tangga 147 0 0 1 1,604 2.00
1.00
44 62 pr tidak lulus sd ibu rumah tangga 199 1 1 1 438 0.00
1.00
45 59 lk lulus sd wiraswasta 188 1 1 1 1,737 2.00
1.00
46 50 pr lulus smp ibu rumah tangga 168 1 0 1 2,490 2.00
2.00
47 57 lk lulus smp pengangguran 337 1 1 1 591 0.00
No Usia JK Pendidikan Pekerjaan KGDmgdl Jumlah Jenis Jadwal totalmets AKTIVITAS_FISIK STATUS_KGD
2.00
48 52 pr lulus sma ibu rumah tangga 207 0 1 1 1,644 2.00
0.00
49 61 pr tidak sekolah ibu rumah tangga 130 1 0 1 1,327 1.00
1.00
50 63 pr lulus sd penjaga warung 196 1 1 1 1,063 1.00
2.00
51 58 pr lulus smp ibu rumah tangga 227 1 1 1 1,295 1.00
2.00
52 50 lk lulus perguruan tinggi tidak bekerja 253 1 1 1 3,103 2.00
0.00
53 40 pr lulus perguruan tinggi ibu rumah tangga 105 0 0 0 2,761 2.00
2.00
54 63 lk tidak lulus sd tidak bekerja 218 1 1 1 526 0.00
1.00
55 57 lk lulus perguruan tinggi wiraswasta 147 0 0 1 2,026 2.00
0.00
56 40 pr lulus perguruan tinggi ibu rumah tangga 107 0 0 1 2,593 2.00
1.00
57 48 pr lulus smp ibu rumah tangga 177 1 1 1 1,792 2.00
1.00
58 66 lk lulus sma tidak bekerja 199 1 1 1 1,004 1.00
2.00
59 54 pr lulus smp ibu rumah tangga 222 1 1 1 1,699 2.00
1.00
60 64 pr tidak lulus sd ibu rumah tangga 181 0 0 1 378 0.00
1.00
61 60 pr lulus sd ibu rumah tangga 159 1 1 1 1,138 1.00
0.00
62 39 pr lulus sd ibu rumah tangga 123 1 1 1 3,014 2.00
pembantu rumah 0.00
63 39 pr lulus sd tangga 142 0 0 1 4,132 2.00
No Usia JK Pendidikan Pekerjaan KGDmgdl Jumlah Jenis Jadwal totalmets AKTIVITAS_FISIK STATUS_KGD
2.00
64 57 pr lulus sd ibu rumah tangga 215 1 1 1 1,666 2.00
1.00
65 44 pr lulus sma ibu rumah tangga 146 0 0 1 2,214 2.00
2.00
66 50 pr lulus sd ibu rumah tangga 208 1 1 1 1,840 2.00
2.00
67 58 lk lulus perguruan tinggi wiraswasta 210 1 1 1 1,716 2.00
1.00
68 42 pr lulus perguruan tinggi ibu rumah tangga 180 0 0 1 2,973 2.00
2.00
69 53 lk tidak sekolah kuli bangunan 211 1 1 1 7,320 2.00
pembantu rumah 2.00
70 55 pr lulus smp tangga 216 0 1 1 3,957 2.00
1.00
71 45 pr lulus perguruan tinggi ibu rumah tangga 163 0 0 1 2,048 2.00
1.00
72 43 pr lulus sma ibu rumah tangga 150 0 0 1 1,783 2.00
0.00
73 43 lk lulus sd tidak bekerja 124 1 1 1 2,089 2.00
2.00
74 61 pr tidak sekolah ibu rumah tangga 303 0 0 1 825 1.00
1.00
75 47 pr lulus perguruan tinggi ibu rumah tangga 182 1 1 1 1,997 2.00
1.00
76 63 lk lulus sd tidak bekerja 185 1 1 1 450 0.00
0.00
77 46 pr tidak lulus sd ibu rumah tangga 139 0 0 1 2,371 2.00
2.00
78 51 pr lulus sma ibu rumah tangga 215 1 1 1 1,119 1.00
1.00
79 59 lk lulus sma tidak bekerja 148 1 1 1 2,831 2.00
No Usia JK Pendidikan Pekerjaan KGDmgdl Jumlah Jenis Jadwal totalmets AKTIVITAS_FISIK STATUS_KGD
2.00
80 64 lk lulus sma tidak bekerja 201 1 1 1 1,045 1.00
0.00
81 37 lk lulus sma tidak bekerja 113 1 1 1 2,267 2.00
2.00
82 50 pr lulus sma ibu rumah tangga 227 1 1 1 1,642 2.00
2.00
83 55 pr lulus smp ibu rumah tangga 241 1 1 1 306 0.00
2.00
84 45 pr lulus sma ibu rumah tangga 203 0 0 1 1,235 1.00