Lapkas Fix Ayi
Lapkas Fix Ayi
Laporan Kasus
Hipotiroid Kongenital
disusun oleh:
1707101030087
Pembimbing:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus yang berjudul “Hipotiroid
Kongenital”. Shalawat dan salam ke junjungan Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa perubahan besar diseluruh aspek kehidupan manusia salah
satunya ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD dr.
Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Ucapan terima kasih dan penghormatan penulis sampaikan kepada dr.
Rusdi Andid, Sp. Ayang telah bersedia meluangkan waktu membimbing penulis
dalam penulisan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
para sahabat dan rekan-rekan yang telah memberikan dorongan moril dan materil
sehingga tugas ini dapat selesai.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat menjadi
sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya
bidang kedokteran dan berguna bagi para pembaca dalam mempelajari dan
mengembangkan ilmu. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, Amin.
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................. 2
1.1. Identitas Pasien........................................................................................ 2
1.2. Anamnesis ............................................................................................... 2
1.3. Pemeriksaan Fisik ................................................................................... 3
1.4. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 8
1.5. Diagnosis ................................................................................................. 9
1.6. Terapi................................................................................................. 9
1.7. Planning.................................................................................................. 9
1.8. Prognosis................................................................................................ 10
1.9. Follow up harian........................................... ......................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
Hipotiroid kongenital adalah kelainan bawaan dengan kadar hormon tiroid (T3
danT4) di sirkulasi darah yang kurang dengan kadar TSH yang meningkat.
Kelainan ini diketahui sebagai penyebab terjadinya keterbelakangan mental dan
kecacatan fisik pada anak-anak. Produksi hormon tiroid yang berkurang
disebabkan karena berbagai hal antara lain: kelainan pada kelenjar pituitari,
hipotalamus atau tiroid, yang menyebabkan proses metabolism karbohidrat di
dalam tubuh mengalami keterlambatan. Telah diketahui bahwa hormon tiroid
merupakan salah satu hormon yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme
yang berperan pada pertumbuhan dan perkembangan, termasuk perkembangan
otak dan kematangan organ seks. Kebutuhan hormon tiroid pada segala tingkat
usia sangat diperlukan, terutama sangat berperan pada masa bayi dan anak- anak
yaitu masa dimana tumbuh kembang sedang terjadi pada diri seseorang.1
Hipotiroid kongenital di dapat 1:2500 sampai 4000 bayi baru lahir dan
merupakan salah satu penyebab gangguan pertumbuhan fisik maupun psikis dan
bila tidak diobati secara dini akan menjadi kelainan yang menetap. Kelainan ini
dapat berupa kretinism atau cebol yang disertai dengan gangguan keterbelakangan
mental. Pengobatan dini pada kasus hipotiroid kongenital, sampai usia bayi
mencapai 3 bulan, dapat meningkatkan nilai IQ diatas 85% pada saat anak sudah
mencapai dewasa.1
Prevalensi rata-rata hipotiroid kongenital di Asia adalah 1 diantara 2.720 bayi
di daerah non endemis iodium (hipotiroid kongenital sporadik) dan 1 : 1000
hipotiroid kongenital endemis di daerah defisiensi iodium. Penelitian di daerah
Yogyakarta menunjukkan angka kejadian 1 : 1500 hipotiroid kongenital sporadik
dan 1 : 1300 bayi menderita hipotiroid transien karena kekurangan iodium
(endemis). Kekurangan hormon tiroid atau hipotiroid pada awal masa kehidupan
anak, baik permanen maupun transien akan mngakibatkan hambatan pertumbuhan
dan retardasi mental. Angka kejadian hipotiroid kongenital di Indonesia belum
diketahui, namun apabila mengacu pada angka kejadian di Asia dan di
Yogyakarta, maka di Indonesia, dengan angka kelahiran sekitar 5 juta per tahun,
diperkirakan sebanyak 1.765 sampai 3200 bayi dengan hipotiroid kongenital dan
2
966 sampai 3.200 bayi dengan hipotiroid kongenital transien karena kekurangan
iodium, lahir setiap tahunnya.2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Mencret
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan Aceh Timur dengan keluhan mencret lebih dari 10 kali dialami
sejak 5 hari yang lalu. Sekali BAB sekitar ½ gelas air mineral dan tidak
berampas. Air lebih banyak dari ampas.
Pasien juga dikeluhkan demam setelah mencret. Pasien diberi obat penurun
panas namun naik lagi. Pasien juga dikeluhkan muntah sebanyak 3 kali dan
tidak kuat menghisap, tidak ada riwayat tersedak, tidak ada batuk.
f. Riwayat makan :
Pasien sudah mulai makan pisang sejak usia 30 hari dan minum susu formula.
f. Riwayat Tumbuh Kembang
- Prenatal
Selama hamil ibu pasien melakukan ANC teratur ke puskesmas. Riwayat
hipertensi dan diabetes melitus selama hamil disangkal.Riwayat perdarahan
dan trauma saat hamil disangkal.
- Natal
Pasien merupakan anak pertama, lahir cukup bulan dengan usia gestasi 38
minggu dan pasien lahir tunggal secara pervaginam di bidan. Berat badan
lahir 2800 gram. Saat lahir pasien segera menangis, riwayat badan dan
ektremitas biru saat lahir disangkal.
- Post natal
Riwayat demam disangkal, riwayat kuning disangkal.
g. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien tidak mengetahui riwayat imunisasi pasien
b. Data Antropometri
Berat badan : 2100 gram
Berat badan ideal : 3800 gram
Panjang badan : 45 cm
LILA : 7 cm
LK : 30 cm
c. Status Gizi
BB/U : < -3 SD
PB/U : < -3 SD
BB/PB : < -3 SD
Status Gizi : Gizi Buruk
d. Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kulit
Turgor : kembali cepat
Lesi : tidak dijumpai
Parut/skar : tidak dijumpai
Sianosis : tidak dijumpai
Ikterus : tidak dijumpai
Pucat : tidak dijumpai
Kepala
6
Leher
Trakea : Terletak ditengah
KGB : pembesaran KGB tidak dijumpai
Kelenjar tiroid : tidak teraba pembesaran
TRM : kaku kuduk (-)
Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : nyeri tekan (-/-),
Auskultasi : suara napas dasar vesikular (/), suara napas tambahan
rhonki (-/-) dan wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V midklavikula sinistra
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-), pelebaran vena (-), hernia
umbilicalis (-)
7
Palpasi : soepel (+), nyeri tekan (-), defans muskular (-), undulasi
(-), hepar, renal dan lien tidak teraba, turgor kembali
cepat.
Auskultasi : peristaltik 3-4 x/menit, kesan normal
Genitalia dan Anus
Laki-laki, tidak dijumpai fimosis.
Ekstremitas
Superior Inferior
Penilaian
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pucat Negatif Negatif Negatif Negatif
CRT <2” <2” <2” <2”
Sianosis Negatif Negatif Negatif Negatif
Edema Negatif Negatif Negatif Negatif
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Atrofi Negatif Negatif Negatif Negatif
ROM Normal Normal Normal Normal
MCH 29 28 28 27 27-31 pg
MCHC 36 36 37 34 32-36 %
0-6/0-2/2-
Hitung jenis 1/0/0/73/1 0/0/1/80/1 3/0/1/33/4 3/1/1/52/3
6/50-70/20-
E/B/NS/L/M 9/7 4/5/ 6/17 5
40/2-8 %
Kimia Klinik
Protein Total 6,4-8,3 g/dL
Albumin 1,76 3,5-5,2 g/dL
Globulin g/dL
Glukosa Darah
147 < 200 mg/dL
Sewaktu
Ureum 35 13-43 mg/dL
0,67-1,17
Kreatinin 0,59
mg/dL
129-143
Natrium 139
mmol/L
3,6-5,8
Kalium 3,3
mmol/L
93-112
Klorida 120
mmol/L
Urinalisa
Warna Kuning Kuning
2.4. Diagnosa
GERD ec HPS + Diare Akut tanpa dehidrasi + Anemia mikrositik hipokrom
+ Hipotiroid Kongenital + Sangkaan Down Syndrome + Growth Falltering +
Scabies + Alergi susu sapi.
2.5. Terapi
- Tirah baring
- IVFD 4:1 180cc/ hari ~ 8 gtt/ menit (mikro)
- Inj. Ceftriaxon 100 mg/12 jam/IV (skin test)
- Inj. Novalgin 25 mg (K/P)/IV
- Zinc syr 1x ½ cth(10mg)
- Lacto B 1x1 sachet
- Thyrax 1x20 meq
- Asam Folat 1x400 mcg
- Multivitamin syr tanpa Fe 1x cth 1/3
- Susu pepti Jr 25-30 cc/3 jam/ NGT
- Scabimite cream celestan 2 jam saja (jam 5-7 pagi)
- Desonide cream
- Transfusi PRC 20 cc
2.6. Planning
- Cek insulin serum
- Cek GDS/6 jam
- Cek Albumin, protein total, globulin, elektrolit
- Konsul bedah anak
10
2.7. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
1. 28 April 2018
2. 29 April 2018
S. Down Syndrome
3. 30 April 2018
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
kecacatan fisik pada anak- anak. Produksi hormon tiroid yang berkurang
disebabkan karena berbagai hal antara lain: kelainan pada kelenjar pituitari,
hipotalamus atau tiroid, yang menyebabkan proses metabolisme karbohidrat di
dalam tubuh mengalami keterlambatan. Telah diketahui bahwa hormon tiroid
merupakan salah satu hormon yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme
yang berperan pada pertumbuhan dan perkembangan, termasuk perkembangan
otak dan kematangan organ seks. Kebutuhan hormon tiroid pada segala tingkat
usia sangat diperlukan, terutama sangat berperan pada masa bayi dan anak- anak
yaitu masa dimana tumbuh kernbang sedang terjadi pada diri seseorang.5
3.3.2. Epidemiologi
Prevalensi rata-rata hipotiroid kongenital di Asia adalah 1 diantara 2.720
bayi di daerah non endemis iodium (hipotiroid kongenital sporadik) dan 1 : 1000
hipotiroid kongenital endemis di daerah defisiensi iodium. Penelitian di daerah
Yogyakarta menunjukkan angka kejadian 1 : 1500 hipotiroid kongenital sporadik
dan 1 : 1300 bayi menderita hipotiroid transien karena kekurangan iodium
(endemis). Kekurangan hormon tiroid atau hipotiroid pada awal masa kehidupan
anak, baik permanen maupun transien akan mengakibatkan hambatan
pertumbuhan dan retardasi mental. Angka kejadian hipotiroid kongenital di
Indonesia belum diketahui, namun apabila mengacu pada angka kejadian di Asia
dan di Yogyakarta, maka di Indonesia, dengan angka kelahiran sekitar 5 juta per
tahun, diperkirakan sebanyak 1.765 sampai 3200 bayi dengan hipotiroid
kongenital dan 966 sampai 3.200 bayi dengan hipotiroid kongenital transien
karena kekurangan iodium, lahir setiap tahunnya.6
3.3.3 Etiologi
Berikut klasifikasi etiologi hipotiroid kongenital :
3. Hipotiroid Sentral
Anomali hipofisis-hipothalamus
Panhipopituarisme
Defisiensi TSH terisolasi
15
3.3.6. Patofisiologi
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid atau
gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis hormon tiroid
diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsanghipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating
Hormone = TSH) yangmerangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan
Tetraiodothyronin =T4 =Thyroxin) yang merangsang metabolisme
jaringan yang meliputi: konsumsioksigen, produksi panas tubuh, fungsi
syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak,dan vitamin-vitamin,
serta kerja daripada hormon-hormon lain.7
3. Hipotiroidisme sepintas.
Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat
menghilang. Kasus ini sering dijumpai. Misalnya pasca pengobatan RAI, pasca
tiroidektomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus Graves, 40%
kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah
setahun banyak kasus pulih kembali, sehingga jangan tergesa-gesa memberi
substitusi. Pada neonatus di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak
ditemukan, dan mereka beresiko mengalami gangguan perkembangan saraf.8
18
Penyebab pastinya juga tidak diketahui, namun penyebab yang sama seperti pada
atirosis dapat menimbulkan kondisi ini.9
3. Malformasi Kelenjar Tiroid pada Posisi Normal (Hypoplasia)
Kondisi ini terkadang disebut sebagai Hipoplasia Thyroid dan hanya
terjadi dengan persentase yang sangat kecil pada total seluruh kasus. Pada
hipoplasia tiroid, kelenjar berukuran kecil, tidak terbentuk secara optimal dan
terkadang hanya memiliki satu lobus.9
4. Tiroid Tumbuh dengan Normal Namun Tidak Dapat Berfungsi Optimal
(Dysmorphogenesis)
Kondisi ini merupakan 15% dari kasus yang ditemukan pada Neonatal
Screening. Dismorfogenesis seringkali terjadi akibat defek enzim tertentu, yang
dapat bersifat transien maupun permanen. Pada bayi dengan dismorfogenesis,
ukuran kelenjar tiroid mengalami pembesaran dan dapat dilihat atau diraba pada
bagian depan.9
3.3.6. Diagnosis
Konfirmasi
TSH dan FT4 serum
a.Manifestasi Klinis
Umumnya bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital yang terdeteksi
pada program skrining belum memperlihatkan gejala klinis yang khas
(asimtomatik). Gejala klinis yang sering terlihat adalah ikterus memanjang,
letargi, gangguan defekasi, gangguan makan, dan hipotermia. Tanda klasik antara
lain wajah sembab, pseudotelorisme, pelebaran fontanel, lidah besar, tangisan
parau, perut besar, kulit dingin dan bebercak (cutis marmorata).11
b. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaannya ada tiga cara, yaitu:
- Pemeriksaan primer TSH.
- Pemeriksaan T4 ditambah dengan pemeriksaan TSH dari sampel darah
yang sama, bila hasil T4 rendah.
- Pemeriksaan TSH dan T4 sekaligus pada satu sampel darah.11
Nilai cut-off adalah 25 mU/ml. Bila nilai TSH < 25 >50 mU/ml
dianggap abnormal dan perlu pemeriksaan klinis dan pemeriksaan TSH dan
T4 plasma. Bila kadar TSH tinggi > 40 mU/ml dan T4 rendah, Bayi dengan
kadar TSH diantara 25-50 mmU/ml, dilakukan pemeriksaan ulang 2-3 minggu
kemudian.11
3.3.7 Penatalaksanaan
Begitu diagnosis hipothyroid kongenital ditegakkan, dapat dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk menetukan etiologi dasar penyakit. Bila hal ini tidak
memungkinkan, tretment awal dengan L-thyroxine harus segera dilaksanakan.
21
Selain itu, perlu juga dilakukan monitoring 6-8 minggu setiap pergantian
dosis. Hal ini guna mengantisipasi terjadinya overtreatment yang dapat
menyebabkan efek samping seperti penutupan sutura yang premature, dan
masalah temperament dan prilaku.14
Umur Dosis μg/kg BB/ hari
0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-5 tahun 5-6
2-12 tahun 4-5
>12 tahun 2-3
usia 3 tahun dimulai dengan dosis rendah dalam 2-3 minggu; bila ada perbaikan
klinis, dosis dapat ditingkatkan bertahap atau dengan dosis pemberian ± 100
μg/m2 / hari.15
Penyesuaian dosis tiroksin berdasarkan respon klinik dari uji fungsi tiroid T3, T4
dan TSH yang dapat berbeda tergantung dari etiologi hipotiroid.16
23
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien merupakan seorang anak laki-laki berumur 2 bulan,
didiagnosa dengan hipotiroid kongenital. Hipotiroid kongenital di dapat 1: 2500
sampai 4000 bayi baru lahir dan merupakan salah satu penyebab gangguan
pertumbuhan fisik maupun psikis dan bila tidak diobati secara dini akan menjadi
kelainan yang menetap.
Pasien dikonsulkan ke divisi endokrin setelah keluar hasil lab yang
menyatakan bahwa terdapat peningkatan kadar TSH dan penurunan kadar T3
total. Tampak gambaran facies dismorfik, UUB terbuka rata, pada abdomen
tampak hernia umbilikalis dan pada extremitas terdapat cutis marmorata. Menurut
teori, cutis mammoorata merupakan saah satu dari tanda dan gejala klinis pada
penderita hipotiroid kongenital serta peningkatan kadar TSH dan penurunan kadar
T3 merupakan gold standar untuk mendiagnosis hipotiroid kongenital. Pasien ini
juga disertai dengan syndrome down yang merupakan faktor tersering terjadinya
hipotiroid kongenital. Teori mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya hormonal, dan salah satu hormon yang
berperan dalam metabolism dan perkembangan adalah hormon tiroid. Sehingga
pada anak dengan Sindrom Down memiliki resiko tinggi untuk mengalami
disfungsi tiroid.6
Disini pasien hanya mendapatkan terapi levotiroxin yang merupakan terapi
subtitusi hormone tiroid. Levotiroxin dipergunakan dalam sediaan tablet, dan
tablet harus dihancurkan dan dicampur dengan beberapa milliliter air, susu
formula, atau ASI untuk diberikan pada bayi. Levotiroxin tidak boleh diberikan
dengan dicampur susu kedelai atau susu formula yang mengandung besi karena
keduanya dapat mengikat T4 dan menghambat absorbs.13
24
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA