Anda di halaman 1dari 15

“POSITIVISME”

Untuk memenuhi tugas Filsafat Ilmu


Dosen Pembimbing :
Hudjjoly M.Phil

Nama : Ade Wahyu Tysna


NIM : 51114003
Kelas : R3 Komunikasi
Semester : 1 (Satu)

FISIP
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
Tahun Ajaran 2014/2015
KATA PENGENTAR
Puji syukur yang dalam kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat rahmat-Nyalah tugas
ini dapat kami selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar yang telah memberikan
banyak masukkan. Dalam bidang ilmu filsafat, sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial
lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut
asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme adalah
cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains.
Tokoh aliran ini adalah August Comte (1798-1857). Pada dasarnya positivisme bukanlah suatu
aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme. Dengan
kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah (scientific method) dengan memasukkan perlunya
eksperimen dan ukuran-ukuran. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada
bukti empiris yang terukur. “Terukur” inilah sumbangan penting positivisme. Misalnya, hal
panas. Positivisme mengatakan bahwa air mendidih adalah 100 derajat celcius, besi mendidih
1000 derajat celcius, dan yang lainnya misalnya tentang ukuran meter, ton, dan seterusnya.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yan telah membantu dalam
pembuatan makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menambah
wawasan bagi semua orang.

Serang, 4 Januari 2015

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
TOKOH PENGANUT POSITIVISME………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 1
C. Rumusan Masalah...………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Filsafat Positivisme................................................................... 2
B. Pengertian Positivisme………………………………………………. 3
C. Perkembangan Positivisme…………………………………………... 5
D. Ciri-ciri Positivisme………………………………………………….. 6
E. Metode Filsafat Positivisme…………………………………………. 6
F. Fungsi Filsafat Positivisme…………………………………………... 7
G. Kelebihan dan Kelemahan Positivisme………………………………. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 10
B. Saran……….......................................................................................... 10
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 11

ii
TOKOH YANG MENGANUT POSITIVISME
Auguste Comte
Philosophe
Isidore Auguste Marie Francois Xavier Comte, yang lebih dikenal
dengan Auguste Comte, adalah seorang filsuf Perancis. Dia adalah
pendiri dari disiplin sosiologi dan doktrin positivisme.
Lahir : 19 Januari 1798, Montpellier, Prancis
Meninggal : 5 September 1857, Paris, Prancis
Nama lengkap : Isidore Auguste Marie François Xavier Comte
Pendidikan : Universitas Montpellier, École Polytechnique
http://en.wikipedia.org/wiki/Auguste_Comte

John Stuart Mill


Adalah seorang filsuf Inggris, ekonom politik dan pegawai negeri
sipil. Dia adalah seorang kontributor berpengaruh untuk teori sosial,
teori politik dan ekonomi politik.
Lahir : 20 Mei 1806, Pentonville, London
Meninggal : 8 Mei 1873, Avignon, Prancis
Pasangan : Harriet Taylor Mill (. M 1851-1858)
Pendidikan : University College London
Orangtua : James Mill, Harriet Burrow
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Stuart_Mill

Hippolyte Taine Adolphe


Adalah seorang kritikus Perancis dan sejarawan. Dia adalah pengaruh
teoritis kepala naturalisme Perancis, pendukung utama positivisme
sosiologis dan salah satu praktisi pertama kritik historis.
Lahir : 21 April 1828, Vouziers, Prancis
Meninggal : 5 Maret 1893, Paris, Prancis
Pendidikan : École Normale Supérieure
http://en.wikipedia.org/wiki/Hippolyte_Taine

Émile Durkheim
Sosiolog
David Émile Durkheim adalah seorang sosiolog Perancis, psikolog
sosial dan filsuf. Ia secara resmi mendirikan disiplin akademis dan,
dengan Karl Marx dan Max Weber, yang sering dikutip sebagai kepala
sekolah.
Lahir : 15 April 1858, Épinal, Prancis
Meninggal : 15 November 1917, Paris, Prancis
Pendidikan : Lycée Louis-le-Grand, École Normale Supérieure,
Universitas Leipzig
http://en.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan kita sekarang ini sudah sangat jauh dari hukum-hukum alam, yang digantikan
oleh hukum-hukum buatan manusia sendiri yang sangat egoistis dan mengandung nilai hedonis
yang sangat besar, sehingga kita pun merasakan betapa banyaknya bencana yang melanda diri
kita. Etika hubungan kita yang humanis dengan tiga kompenen relasional hidup kita sudah
terabaikan begitu jauh, jadi jangan harap hidup kita di masa mendatang akan tetap lestari dan
berlangsung harmonis dengan alam.
Makalah ini kami susun berdasarkan Tugas Mata Kuliah Filsafat, dengan bahasan
“Filsafat Potivisme” Makalah ini dititikberatkan pada pemikiran-pemikiran para filosof aliran
positivisme.

B. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memaparkan perkembangan-
perkembangan filsafat modern pada saat lahirnya filsafat positifisme. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman kita mengenai filsafat pada umumnya, dan
filsafat positivism pada khususnya. Pada filsafat ini nanti akan kita bahas mengenai sejarah dari
positivisme, dan tokoh-tokoh penganutnya. Selain itu juga akan kita bahas berbagai sub
bab/pokok yang berkaitan dengan positivism. Sehingga diharapkan setelah membaca makalah
yang kami susun ini, kita semua bisa mengetahui tentang positivisme itu sendiri dan dapat juga
dapat mengambil hal positif untuk diplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Rumusan Masalah
A. Sejarah filsafat positivisme?
B. Apa pengertian positivisme ?
C. Perkembangan Positivisme ?
D. Ciri-ciri Positivisme ?
E. Metode filsafat positivisme ?
F. Apa fungsi filsafat positivisme ?
G. Apa kelebihan dan kelemahan filsafat positivisme ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH FILSAFAT POSITIVISME


Positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Secara umum boleh dikatakan bahwa
akar sejarah pemikiran positivisme dapat dikembalikan kepada masa Hume (1711-1776) dan
Kant (1724-1804). Hume berpendapat bahwa permasalahan-permasalahan ilmiah haruslah diuji
melalui percobaan (aliran Empirisme). Sementara Kant adalah orang yang melaksanakan
pendapat Hume ini dengan menyusun Critique of pure reason (Kritik terhadap pikiran murni /
aliran Kritisisme). Selain itu Kant juga membuat batasan-batasan wilayah pengetahuan manusia
dan aturan-aturan untuk menghukumi pengetahuan tersebut dengan menjadikan pengalaman
sebagai porosnya (Ahmad, 2009).
Istilah Positivisme pertama kali digunakan oleh Saint Simon (sekitar 1825). Prinsip
filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh seorang filosof berkebangsaan
Inggeris yang bernama Francis Bacon yang hidup di sekitar abad ke-17 (Muhadjir, 2001). Ia
berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi, komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori
akal tidak boleh menarik kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan
observasi atas hukum alam.
Pada paruh kedua abad XIX muncullah Auguste Comte (1798-1857), seorang filsuf sosial
berkebangsaan Perancis, yang menggunakan istilah ini kemudian mematoknya secara mutlak
sebagai tahapan paling akhir sesudah tahapan-tahapan agama dan filsafat dalam karya utamanya
yang berjudul Course de Philosophie Phositive, Kursus tentang Filsafat Positif (1830-1842),
yang diterbitkan dalam enam jilid (Achmadi, 1997).
Melalui tulisan dan pemikirannya ini, Comte bermaksud memberi peringatan kepada para
ilmuwan akan perkembangan penting yang terjadi pada perjalanan ilmu ketika pemikiran
manusia beralih dari fase teologis, menuju fase metafisis, dan terakhir fase positif. Pada fase
teologis (tahapan agama dan ketuhanan) diyakini adanya kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur
semua gerak dan fungsi yang mengatur alam ini. Zaman ini dibagi menjadi tiga periode:
animisme, politeisme dan monoteisme. Pada tahapan ini untuk menjelaskan fenomena-fenomena
yang terjadi hanya berpegang kepada kehendak Tuhan atau Tuhan-Tuhan. Selanjutnya pada
zaman metafisis (tahapan filsafat), kuasa adikodrati tersebut telah digantikan oleh konsep-

2
konsep abstrak, seperti ‘kodrat’ dan ‘penyebab’. Pada fase ini manusia menjelaskan fenomena-
fenomena dengan pemahaman-pemahaman metafisika seperti kausalitas, substansi dan aksiden,
esensi dan eksistensi. Dan akhirnya pada masa positif (tahap positivisme) manusia telah
membatasi diri pada fakta yang tersaji dan menetapkan hubungan antar fakta tersebut atas dasar
observasi dan kemampuan rasio. Pada tahap ini manusia menafikan semua bentuk tafsir agama
dan tinjauan filsafat serta hanya mengedepankan metode empiris dalam menyingkap fenomena-
fenomena (Ahmad 2009).

B. PENGERTIAN POSITIVISME
Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya dengan faktual,
yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah
boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh
istimewa dalam bidang pengetahuan. Oleh karena itu, filsafat pun harus meneladani contoh
tersebut. Maka dari itu, positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan “hakikat”
benda-benda, atau “penyebab yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-
fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta (Praja, 2005).
Jadi, Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.
Positivisme tidak mengenal adanya spekulasi, semua harus didasarkan pada data empiris.
Positivisme dianggap bisa memberikan sebuah kunci pencapaian hidup manusia dan ia dikatakan
merupakan satu-satunya formasi sosial yang benar-benar bisa dipercaya kehandalan dan dan
akurasinya dalam kehidupan dan keberadaan masyarakat.
Comte sering disebut “Bapak Positivisme“ karena aliran filsafat yang didirikannya
tersebut. Positivisme adalah nyata, bukan khayalan. Ia menolak metafisika dan teologik. Jadi
menurutnya ilmu pengetahuan harus nyata dan bermanfaat serta diarahkan untuk mencapai
kemajuan. Positivisme merupakan suatu paham yang berkembang dengan sangat cepat, ia tidak
hanya menjadi sekedar aliran filsafat tapi juga telah menjadi agama humanis modern.
Positivisme telah menjadi agama dogmatis karena ia telah melembagakan pandangan dunianya
menjadi doktrin bagi ilmu pengetahuan. Pandangan dunia yang dianut oleh positivisme adalah
pandangan dunia objektivistik. Pandangan dunia objektivistik adalah pandangan dunia yang
menyatakan bahwa objek-objek fisik hadir independen dari mental dan menghadirkan properti-

3
properti mereka secara langsung melalui data indrawi. Realitas dengan data indrawi adalah satu.
Apa yang dilihat adalah realitas sebagaimana adanya. Seeing is believing (Syaebani, 2008).
Tugas khusus filsafat menurut aliran ini adalah mengoordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan
yang beraneka ragam coraknya. Tentu saja maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang
dicita-citakan oleh empirisme. Positivisme pun mengutamakan pengalaman. Hanya saja berbeda
dengan empirisme Inggris yang menerima pengalaman batiniah atau subjektif sebagai sumber
pengetahuan, positivisme tidak menerimanya. Ia hanya ,mengandalkan pada fakta-fakta.
Menurut Ahmad (2009), Tujuan utama yang ingin dicapai oleh positivisme adalah
membebaskan ilmu dari kekangan filsafat (metafisika). Menurut Ernst, ilmu hendaknya
dijauhkan dari tafisran-tafsiran metafisis yang merusak obyektifitas. Dengan menjauhkan
tafsiran-tafisran metafisis dari ilmu, para ilmuwan hanya akan menjadikan fakta yang dapat
ditangkap dengan indera untuk menghukumi segala sesuatu. Hal ini sangat erat kaitannya
dengan tugas filsafat. Menurut positivisme, tugas filsafat bukanlah menafsirkan segala sesuatu
yang ada di alam. Tugas filsafat adalah memberi penjelasan logis terhadap pemikiran. Oleh
karena itu filsafat bukanlah teori. Filsafat adalah aktifitas. Filsafat tidak menghasil proposisi-
proposisi filosofis, tapi yang dihasilkan oleh filsafat adalah penjelasan terhadap proposisi-
proposisi.
Alasan yang digunakan oleh positivisme dalam membatasi tugas filsafat di atas adalah
karena filsafat bukanlah ilmu. Kata filsafat hendaklah diartikan sebagai sesuatu yang lebih tinggi
atau lebih rendah dari ilmu-ilmu eksakta. Penjelasan dari hal ini adalah bahwa tugas utama dari
ilmu adalah memberi tafsiran terhadap materi yang menjadi obyek ilmu tersebut. Tugas dari
ilmu-ilmu eksakta adalah memberi tafsiran terhadap segala sesuatu yang terjadi di alam dan
sebab-sebab terjadinya. Sementara tugas ilmu-ilmu sosial adalah memberi tafsiran terhadap
segala sesuatu yang terjadi pada manusia, baik sebagai individu maupun masyarakat. Dan karena
semua obyek pengetahuan—baik yang berhubungan dengan alam maupun yang berhubungan
dengan manusia—sudah ditafsirkan oleh masing-masing ilmu yang berhubungan dengannya,
maka tidak ada lagi obyek yang perlu ditafsirkan oleh filsafat. Oleh karena itulah dapat
disimpulkan bahwa filsafat bukanlah ilmu.

4
C. PERKEMBANGAN POSITIVISME
Auguste Comte dilahirkan pada tahun 1798 di kota Monpellir Perancis Selatan. Ayah dan
ibunya menjadi pegawai kerajaan dan merupakan penganut agama Katolik yang cukup tekun. Ia
menikah dengan seorang pelacur bernama Caroline Massin yang kemudian dia menyesali
perkawinan itu. Dia pernah mengatakan bahwa perkawinan itu adalah satu-satunya kesalahan
terbesar dalam hidupnya. Dari kecil pemikiran-pemikiran Comte sudah mulai kelihatan,
kemudian setelah ia menyelesaikan sekolahnya pada jurusan politeknik di Paris 1814-1816, dia
diangkat menjadi sekretaris oleh Saint Simon yaitu seorang pemikir yang dalam merespon
dampak negatif renaissance menolak untuk kembali pada abad pertengahan akan tetapi harus
direspon dengan menggunakan basis intelektual baru, yaitu dengan berfikir empirik dalam
mengkaji persoalan-persoalan realitas sosial. Pergulatan intelektual dengan Saint Simon inilah
yang kemudian membuat pola fikir Comte berkembang. Karena ketidak cocokan Comte dengan
Saint Simon akhirnya ia memisahkan diri dan kemudian Comte menulis sebuah buku yang
berjudul “System of Positive Politics, Sistem Politik Positif” tahun 1824. Berawal dari pemikiran
Plato dan Aristoteles, Comte mencoba menggabungkannya menjadi positivistik (Purwanto,
2008).
Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivisme yaitu:
1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi (positivisme sosial dan
evolusioner), walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang
diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh Mill. Tokoh-tokohnya
Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme – berawal pada tahun
1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan Avenarius (positivisme kritis). Keduanya
meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek nyata obyektif, yang merupakan
suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari
sudut pandang psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-
tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan lain-lain (positivisme logis). Serta
kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat
Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti

5
atomisme logis, positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga
ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

D. CIRI-CIRI POSITIVISME
Ciri-ciri Positivisme antara lain:
1. Objektif/bebas nilai. Dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek
peneliti mengambil jarak dari realitas dengan bersikap bebas nilai. Hanya melalui fakta-fakta
yang teramati dan terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas
(korespondensi).
2. Fenomenalisme, tesis bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi. Ilmu pengetahuan hanya
berbicara tentang realitas berupa impresi-impresi tersebut. Substansi metafisis yang
diandaikan berada di belakang gejala-gejala penampakan ditolak (antimetafisika)
3. Nominalisme, bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang
nyata.
4. Reduksionisme, realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
5. Naturalisme, tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan
penjelasan supranatural (adikodrati). Alam semesta memiliki strukturnya sendiri dan
mengasalkan strukturnya sendiri.
6. Mekanisme, tesis bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat
digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem mekanis). Alam semesta
diibaratkan sebagai giant clock work (Syaebani, 2008).

E. METODE FILSAFAT POSITIVISME


Menurut Koento Wibisono (1983 : 39) filsafat positivisme menggunakan metode
pengamatan, percobaan dan perbandingan, kecuali dalam menghadapi gejala dalam fisika
sosial, digunakan metode sejarah.
Pengamatan digunakan untuk mempelajari astronomi, kesemuanya ini berkaitan
dengan ukuran waktu dan adapun untuk ilmu fisika disamping pengamatan
juga digunakan percobaan, dalam percobaan ini pengamatan tak ketinggalan. Dalam
mempelajari ilmu kimia disamping percobaan dan pengamatan, digunakan juga metode
peniruan (artifisial). Dalam ilmu biologi menggunakan metode percobaan, yang disesuaikan

6
dengan kompleksitasnya gejala, maupun dalam sosiologi, digunakan pengamatan, percobaan,
dan perbandingan, dan bahkan metode sejarah, ini digunakan untuk menguraikan gejala-
gejala yang kompleks.

F. FUNGSI FILSAFAT POSITIVISME


Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu kiranya dapat dikatakan mengenai, fungsi filsafat
positivisme yaitu :
1. Perkembangan yang diberi konotasi sebagai kemajuan memberikan makna bahwa
positivisme telah mempertebal optimisme. Hal tersebut melahirkan pengetahuan
yang positif yang terlepas dari pengaruh-pengaruh spekulatif, atau dari hukum-hukum
yang umum. Berkat pandangan positivisme orang'tidak sekedar menghimpun fakta,
tapi ia berupaya meramal masa depan, yang an tara lain turut mendorong perkembangan
teknologi
2. Kemajuan dalam bidang fisik telah menimbulkan berbagai implikasi dalam segi
kehidupan. Dengan kata lain, fungsi filsafat positivisme ini berperan sebagai pendorong
timbulnya perkembangan dan kemajuan yang dirasakan sebagai kebutuhan.
3. Dengan adanya penekanan dari filsafat positivisme terhadap segi rasional ilmiah, maka
berfungsi pula kemampuannya untuk menerangkan kenyataan, sedemikian rupa
sehingga keyakinannya akan kebenaran semakin terbuka (Adi, 2012).

G. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN POSITIVISME


Karl R Popper: Kritik terhadap Positivisme Logis
Asumsi pokok teorinya adalah satu teori harus di uji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya, dan Popper menyajikan teori ilmu
pengetahuan baru ini sebagai penolakannya atas positivisme logis yang beranggapan bahwa
pengetahuan ilmiah pada dasarnya tidak lain hanya berupa generalisasi pengalaman atau fakta
nyata dengan menggunakan ilmu pasti dan logika. Dan menurut positivisme logis tugas filsafat
ilmu pengetahuan adalah menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.
Hal yang dikritik oleh Popper pada Positivisme Logis adalah tentang metode Induksi, ia
berpendapat bahwa Induksi tidak lain hanya khayalan belaka, dan mustahil dapat menghasilkan

7
pengetahuan ilmiah melalui induksi. Tujuan Ilmu Pengetahuan adalah mengembangkan
pengetahuan ilmiah yang berlaku dan benar, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan logika,
namun jenis penalaran yang dipakai oleh positivisme logis adalah induksi dirasakan tidak tepat
sebab jenis penalaran ini tidak mungkin menghasilkan pengetahuan ilmiah yang benar dan
berlaku, karena kelemahan yang bisa terjadi adalah kesalahan dalam penarikan kesimpulan,
dimana dari premis-premis yang dikumpulkan kemungkinan tidak lengkap sehingga kesimpulan
atau generalisasi yang dihasilkan tidak mewakili fakta yang ada. Dan menurutnya agar
pengetahuan itu dapat berlaku dan bernilai benar maka penalaran yang harus dipakai adalah
penalaran deduktif.
Penolakan lainnya adalah tentang Fakta Keras, Popper berpendapat bahwa fakta keras
yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori sebenarnya tidak ada, karena fakta keras selalu terkait
dengan teori, yakni berkaitan pula dengan asumsi atau pendugaan tertentu. Dengan demikian
pernyataan pengamatan, yang dipakai sebagai landasan untuk membangun teori dalam
positivisme logis tidak pernah bisa dikatakab benar secara mutlak.
Dari deskriptif ringkas di atas mengenai positivisme, maka sebenarnya positivisme mempunyai
beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu antara lain:

a. Kelebihan Positivisme
Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional, sehingga kadar dari faham ini
jauh lebih tinggi dari pada kedua faham tersebut.
Hasil dari rangkaian tahapan yang ada didalamnya, maka akan menghasilkan suatu
pengetahuan yang mana manusia akan mempu menjelaskan realitas kehidupan tidak
secara spekulatif, arbitrary, melainkan konkrit, pasti dan bisa jadi mutlak, teratur dan
valid.
Dengan kemajuan dan dengan semangat optimisme, orang akan didorong untuk
bertindak aktif dan kreatif, dalam artian tidak hanya terbatas menghimpun fakta,
tetapi
juga meramalkan masa depannya.
Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik dan teknologi.
Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada epistemology
ataupun keyakinan ontologik yang dipergunakan sebagai dasar pemikirannya.

8
b. Kelemahan Positivisme
Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial dinilai sebagai
akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini
dikarenakan manusia tereduksi ke dalam pengertian fisik-biologik.
Akibat dari ketidakpercayaannya terhadap sesuatu yang tidak dapat diuji
kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya manusia yang
nantinya tidak percaya kepada Tuhan, Malaikat, Setan, surga dan neraka. Padahal
yang demikian itu didalam ajaran Agama adalah benar kebenarannya dan
keberadaannya. Hal ini
ditandai pada saat paham positivistik berkembang pada abad ke 19, jumlah orang
yang tidak percaya kepada agama semakin meningkat.
Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga manusia tidak dapat
merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada. Karena dalam positivistic semua hal
itu dinafikan.
Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat
menemukan pengetahuan yang valid.
Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang nampak yang
dapat dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut adalah bergantung kepada
panca indera. Padahal perlu diketahui bahwa panca indera manusia adalah terbatas
dan
tidak sempurna. Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal yang nampak saja, padahal
banyak hal yang tidak nampak dapat dijadikan bahan kajian.
Hukum tiga tahap yang diperkenalkan Comte mengesankan dia sebagai teorisi yang
optimis, tetapi juga terkesan lincar – seakan setiap tahapan sejarah evolusi
merupakan batu pijakan untuk mencapai tahapan berikutnya, untuk kemudian
bermuara pada puncak yang digambarkan sebagai masyarakat positivistic
(Diningrat, 2010).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a) Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika.
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu sampai kepada kesimpulan
logis ekstrim karena pengetahuan apa saja merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau
lain bentuk, maka tidak ada spekulasi dapat menjadi pengetahuan.

b) Pada dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang menyakini bahwa satu-satunya
pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktualfisikal.
Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori melalui metode
saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis dihindari. Positivisme, dalam
pengertian di atas dan sebagai pendekatan telah dikenal sejak Yunani Kuno. Terminologi
positivisme dicetuskan pada pertengahan abad ke-19 oleh salah satu pendiri ilmu sosiologi
yaitu Auguste Comte. Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga
tahapan historis yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah.

c) Tokoh-tokoh yang menganut paham positivisme : Auguste Comte ( 1798 – 1857 ), John
Stuart Mill ( 1806 – 1873 ), H. Taine ( 1828 – 1893 ), Emile Durkheim (1852 – 1917 ).

B. Saran
Jadikanlah makalah ini sebagai media untuk memahami diantara sumber aliran filsafat modern
yang biasa memberikan kekuasaan bagi adanya bahan-bahan yang bersifat pengalaman,
jadikanlah makalah ini sebagai pedoman yang bersifat untuk menambah wawasan pengetahuan,
jadikan acuan pemahaman yang lebih dalam sebagai wadah untuk menampung ilmu.

10
DAFTAR PUSTAKA
Wibisono, Koento. 1983. Arti Perkembanqan Menurut Filsafat Positivisme Auquste Comte,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Achmadi, Drs. Asmoro.1997. Filsafat Umum. Ed. 1, cet. Ke-2. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Praja, Prof. Dr. Juhaya S. 2005. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Ed. 1. cet. Ke-2. Jakarta:
Kencana.
Syaebani. 2008. Filsafat Positivisme dan Ciri-Cirinya.
http://syaebani.blogspot.com/2008/05/filsafat-positivisme-dan-ciri-cirinya.html 17 Dec
16.30
Purwanto, Edi. 2008. Menyelami Dunia Positivisme.
http://jendelapemikiran.wordpress.com/2008/05/14/menyelami-dunia-positivisme-
mencari-dunia-post-positifisme/ 17 Dec 17.10
Ahmad, Abu. 2009. Logical Positivisme.
http://philosophisme.blogspot.com/2007/06/logical-positivisme.html 17 Dec 16.53
Diningrat, Kanjeng. 2010. Positivisme.
http://punyahari.blogspot.com/2010/01/filsafat-positivisme.html 17 Dec 20.00
Adi, Bambang, Nugraha. 2012. Filsafat Positivisme
http://psikologibebas.blogspot.com/2012/09/filsafat-positivisme_2540.html 17 Dec
20.10
http://en.wikipedia.org/wiki/Auguste_Comte 17 Dec 18.10
http://en.wikipedia.org/wiki/John_Stuart_Mill 17 Dec 18.16
http://en.wikipedia.org/wiki/Hippolyte_Taine 17 Dec 18.23
http://en.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim 17 Dec 18.28

11

Anda mungkin juga menyukai