Referat Kejang Demam Kompleks
Referat Kejang Demam Kompleks
Penyusun :
Hesti Kusmayanti
10310436
Pembimbing :
Dr. Sri Alemina Br. Ginting, Sp. A
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan bentuk kejang yang sering dijumpai dan terjadi pada 2 - 5%
anak. Dalam 25 tahun terakhir ini diketahui bahwa kejang demam sebenarnya tidaklah
menakutkan. Kejang demam tidak berhubungan dengan adanya kerusakan otak dan hanya
sebagian kecil saja yang akan berkembang menjadi epilepsi.
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy
(Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan
suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam diklasifikasikan sebagai kejang demam kompleks bila bersifat fokal,
berlangsung lama (>10 - 15 menit), atau multiple (> 1 kali serangan selama 24 jam demam).
Sebaliknya, kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung satu kali, singkat, dan
bersifat umum. Anak dapat saja normal atau mempunyai kelainan neuorologis. Anak bisanya
berusia antara 6 bulan sampai 3 tahun, dan tersering pada usia 18 bulan. Bila kejang demam
berlangsung terus sampai usia di atas 6 tahun atau pernah mengalami kejang tanpa demam baik
tonik-klonik, mioklonik, absens atau atonik maka diklasifikasikan sebagai Generalized epilepsy
with seizure plus (GEFS+).
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (1) riwayat kejang demam dalam
keluarga; (2) usia kurang dari 18 bulan; (3) temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah
temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang; dan
(4) lamanya demam. Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah (1) adanya
gangguan perkembangan neurologis; (2) kejang demam kompleks; (3) riwayat epilepsi dalam
keluarga; dan (4) lamanya demam.
Pada umumnya kejang demam akan berlangsung singkat, kurang dari 10 menit dan
berhenti sendiri. Pengobatan saat kejang adalah suntikan diazepam intravena atau diazepam per
rektal. Oleh karena demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang, maka pencegahan
kenaikan suhu tubuh adalah pendekatan yang utama. Pengobatan yang dianjurkan saat ini adalah
pemberian antipiretika dan diazepam oral (0,33mg / kg / dosis tiap 8 jam) atau diazepam rektal
3
pada saat demam. Pengobatan jangka panjang telah ditinggalkan. Akan tetapi pengobatan jangka
panjang dapat dipertimbangkan pada keadaan pasien dengan kelainan neurologis, kejang fokal,
kejang demam yang sering berulang atau tinggal jauh dari fasilitas kesehatan. Obat yang
digunakan adalah fenobarbital atau asam valproat, selama 1 tahun. Serangan kejang sangat
menakutkan orangtua pasien, oleh karenanya edukasi yang cukup dan dukungan emosi pada
orangtua sangatlah diperlukan. Orangtua sebaiknya mengenali pada suhu berpa anak biasanya
kejang, menyediakan termometer, obat penurun panas dan obat penghenti kejang (rektal) di
rumah. Tindakan pada saat anak kejang perlu dipahami oleh orangtua dan kerluarga. Anak harus
dibawa ke rumah sakit bila: kejang berlangsung lama, kejang fokal, kejang berulang, panas
tinggi lebih dari 39,5oC, jenis kejangnya lain dari biasanya, dan setelah kejang anak menjadi
tidak sadar.
4
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada
anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.
Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38
derajat celcius di atas suhu rektal atau lebih. Kejang terjadi akibat loncatan listrik
abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari biasanya,
yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba
yang disebabkan oleh demam dari l u a r o t a k . K e j a n g d e m a m s e r i n g j u g a
d i s e b u t k e j a n g d e m a m t o n i k - k l o n i k , s a n g a t s e r i n g dijumpai pada anak-anak usia
di bawah 5 tahun.
1.2 INSIDEN
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita
kejang d e m a m . K e j a n g d e m a m l e b i h s e r i n g d i d a p a t k a n p a d a l a k i - l a k i
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
d i d a p a t k a n m a t u r a s i s e r e b r a l y a n g l e b i h c e p a t dibandingkan laki-laki.
1.3 ETIOLOGI
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi
umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang.
Faktor h e r e d i t a s juga mempunyai peran yaitu 8-22% anak yang
m e n g a l a m i k e j a n g d e m a m mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pada
masa kecilnya.
4
5
Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam
dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam
adalah infeksi saluran pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis,
o t i t i s m e d i a akut, g a s t r o e n t e r i t i s a k u t d a n i n f e k s i s a l u r a n k e m i h . S e l a i n
itu, imunisasi DPT (pertusis) dan campak (morbili) juga dapat
menyebabkan kejang demam.
1.4 PATOFISIOLOGI
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi
kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme
anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagi kejang demam menjadi dua:
1. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut)
-Berlangsung singkat
- Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit
- Bangkitan kejang tonik, tonik -klonik tanpa gerakan fokal
- Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria berikut)
- Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang
parsial
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar
k e m b a l i d i a n t a r a bangkitan kejang
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu:
1. Kejang demam kompleks
•Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
•Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
•Kejang bersifat fokal/ multipel
•Didapatkan kelainan neurologis
•EEG abnormal
7
1.7 DIAGNOSIS
1.9 PENATALAKSANAAN
Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :
1. Mengatasi kejang secepat mungkin
2. Pengobatan penunjang
3. Memberikan pengobatan rumat
4. Mencari dan mengobati penyebab
5. Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas
6. Pengobatan akut
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan
intensif dengan Thiopentone dan alat bantu pernapasan. Bila kejang telah berhenti,
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam sederhana atau
kompleks dan faktor risikonya.
panas, anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut penelitian, apabila suhu
penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini, proses penguapan bisa
terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan.
Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam
yang diberikans e c a r a p e r r e k t a l , d i s a m p i n g c a r a p e m b e r i a n y a n g m u d a h ,
s e d e r h a n a d a n e f e k t i f t e l a h dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan
oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat
badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10
kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/kgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam
rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit
dengan dosis yang sama.
Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan
dosis 20-30m g / k g B B / h a r i d i b a g i d a l a m 3 d o s i s . G o l o n g a n g l u k o k o r t i k o i d
s e p e r t i d e k s a m e t a s o n diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
1.10 PROGNOSIS
1. Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik,
t i d a k sampai terjadi kematian.
2. Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari
serangan pertama.
3. Epilepsi
Angka kejadian epilepsi ditemukan 2,9% dari Kejang Demam Sederhana dan 97% dari
Kejang Demam Kompleks. Resiko menjadi epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak
sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :
a. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak menderita KDS
c. kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami
serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama
sekali faktor di atas.
4. Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari
setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal
yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula -mula kelumpuhan bersifat flaccid,
sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese
sesudah kejang lama.
5. Retardasi Mental
Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang
demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan
neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya
kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
17
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Justin Ginting
Umur : 4 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Kabanjahe
No. MR : 112633
C. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Kejang
17
18
3. Riwayat Penyakit Terdahulu : Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Pada keluarga tidak di temui keluhan yang sama
5. Riwayat Alergi : Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat atau makanan
6. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir secaara spontan di sebuah klinik bersalin yang di tolong oleh bidan. Usia kehamilan
cukup bulan. Berat badan saat lahir 3 kg dengan panjang badan saat lahir 48 cm
7. Riwayat Imunisasi
Pasien telah mendapatkan imunisasi yang lengkap
9. Riwayat Makanan
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun. Pasien mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6
bulan, kemudian saat usia 6 bulan pasien mulai di berikan makanan tambahan berupa bubur
saring.
E. Pemeriksaan Khusus
Kepala : Bentuk normal, simetris, rambut tumbuh lebat, warna hitam dan tidak
mudah di cabut dan tidak ada trauma atau benjolan.
Mata : Alis mata hitam dan tersebar merata, edema palpebra (-/-), konjungtiva
anemis (-/-), sclera ikhterik (-/-), pupil bulat isokor dan reflek cahaya (+/+).
Telinga : Bentuk aurikula normal (+/+), liang telinga sempit (+/+), serumen (+/+),
nyeri tekan tragus (-/-), cairan/darah (-/-), gendang telinga intak, fungsi pendengaran baik.
Hidung : Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada deviasi, mukosa
hiperemis, tidak ada edema konka, terdapat secret pada kedua lubang hidung, epistaksis (-),
pernafasan cuping hidung (-).
Gigi dan mulut : Mukosa bibir tidak kering, tidak ada sianosis, tidak di temukan lidah
kotor, gigi geligi normal dan tidak ada karies, tidak terdapat gusi berdarah, pharing tidak
hiperemis, uvula di tengah, dan tonsil (T1/T1).
Leher : Tidak terdapat luka maupun benjolan, tidak teraba adanya pembesaran
kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid.
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk dada normal, tidak terlihat nafas tertinggal, tidak terlihat masa,
dan tidak terlihat jejas.
20
- Palpasi : Vocal tactil fremitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa, tidak
ada krepitasi.
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi : Suara paru: vesikuler
Suara tambahan: ronki basah (-/-), ronki kering (-/-)
Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicula sinistra
- Perkusi : Batas Atas: ICS II linea parasternal sinistra
Batas Kanan: ICS IV linea parasternal dextra
Batas Kiri: ICS IV linea midclavicula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler murni, murmur (-/-), gallop (-/-).
Abdomen
- Inspeksi : Dinding abdomen simetris, tidak terlihat penonjolan masa ataupun
adanya luka.
- Auskultasi : Bising usus (+) 3x/menit
- Palpasi : Soepel, turgor baik, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium
(-), nyeri perut menjalar ke punggung (-), distensi abdomen (-), defense muscular (-),
nyeri tekan mc burney (-), rovsing sign (-), psoas sign (-), dan obturator sign (-).
- Perkusi : Timpani, tidak ada undulasi.
G. Diagnosis Banding
Kejang Demam Sederhana
Epilepsi yang dibangkitkan demam
Meningitis
Ensefalitis
H. Diagnosis Kerja
Kejang Demam Kompleks
I. Tatalaksana
IUVD Ringer laktat 10gtt/menit (mikro)
Inj. Taxegram 500mg/12 jam
Amoxon 3x1 1/2
Sanmol syr 3x10 ml
Stesolid syr 3x1
Zemimdo 3x1
J. Prognosis
Dubia et bonam
22
Follow Up Pasien
1. Tanggal 05 - 12 – 2014
S : Kejang (+), Demam (+), Muntah (+)
O : T= 38,3 oC, HR= 110x/menit, RR= 25x/menit
A : Kejang Demam Kompleks
P : IUVD Ringer laktat 10gtt/menit (mikro)
Inj. Taxegram 500mg/12 jam
Amoxon 3x1 1/2
Sanmol syr 3x10 ml
Stesolid syr 3x1
Zemimdo 3x1
2. Tanggal 06 – 12 – 2014
S : Kejang (-), Demam (-), Muntah (-)
O : T= 36,5 oC, HR= 98x/menit, RR= 25x/menit
A : Kejang Demam Konpleks
P : IUVD Ringer laktat 10gtt/menit (mikro)
Inj. Taxegram 500mg/12 jam
Amoxon 3x1 1/2
Sanmol syr 3x10 ml
Stesolid syr 3x1
Zemimdo 3x1
(PBJ)
23
BAB III
KESIMPULAN
Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam (suhu rektal diatas 38 oC) tanpa
adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak diatas umur 1 bulan, dan
tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Kejang demam dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Penatalaksanaan yang
perlu dikerjakan yaitu pengobatan fase akut, mencari dan mengobati penyebab dan pengobatan
profilaksis terhadap berulangnya kejang demam.
Untuk prognosis kejang demam, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian jika
ditanggulangi dengan tepat dan cepat. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang sebelumnya normal.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman dkk. (e.d Bahasa Indonesia). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC,2000.
Hal 2059-2067.
2. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton danLange,
2002.
3. Pusponegoro. D. Hardiono dkk. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
D e m a m . Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 2006.
4. M a r y R u d o l f , M a l c o l m L e v e n e . P e d i a t r i c a n d C h i l d H e a l t h . E d i s i
k e - 2 . Blackwell pulblishing, 2006. Hal 72-90.
5 . P r i c e . S yl v i a . A n d e r s o n . P a t o f i s i o l o g i , K o n s e p K l i n i s P r o s e s - P r o s e s
P e n y a k i t . EGC, Jakarta 2006.
6. Mardjono Mahar, dkk. Neurologi Klinis Dasar, PT. Dian Rakyat. Jak arta, 2006.
7. Pediatrica. Buku Saku Anak. edisi 1. Tosca Enterprise. UGM Jogjakarta, 2005.
8. Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke.
(www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm)
9. Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment
(www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm)
25
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN…..................................................................................................... 2
Definisi.............................................................................................................4
Insedensi………………………………………………………………………………4
Etiologi............................................................................................................4
Patofisiologi……………....................................................................................5
Klasifikasi………….…………………………………………………………………6
Diagnosis………………………….......................................................................9
Diagnosis Banding.............................................................................................11
Penatalaksanaan………………………………………………………………………12
Prognosis……………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................24
26
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan bimbingannya sehingga referat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Referat ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik senior (KKS) Ilmu Kesehatan
Anak di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.
Pada kesempataan ini penulis juga hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas bantuan dari pembimbingan kami yaitu dr. Sri Alemina Br Ginting, Sp. A berupa
bimbingannya yang sangat membantu dalam menyelesaikan referensi ini yang berjudul Kejang
Demam Kompleks.
Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan tentang Kejang
Demam Kompleks. Dengan menyadari masih banyaknya kekurengan dalam penyusunan ini.
Penulis mengharapkan keritik dan saran yang membangun.